Oleh :
AFISTZ LULLAH
1340292018059
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek
Kerja di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh yang
berlangsung mulai tanggal 15 Februari hingga 27 Februari 2021. Laporan Praktek
Kerja Lapangan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
studi Praktek Kerja Lapangan. Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan
terima kasih kepada
1. Ibu Fauziah, M. Sc, Apt selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan
Makanan (AKAFARMA) Banda Aceh.
2. Ibu Hardiana M.Si. selaku Ketua Program Praktek Kerja Lapangan .
3. Bapak Apt. Rinaldi, S.Farm., M.Si selaku pembimbing Laporan Praktek Kerja
Lapangan ( PKL ) yang telah memberikan dukungan, saran dan arahannya
dalam penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini.
4. Teristimewa Ayahanda Zulfatan dan Ibunda Ellita serta keluarga tercinta yang
senantiasa memberikan doa, dukungan, dan semangat yang tak terhingga
kepada penulis.
5. Rekan-rekan Mahasiswa/i dan semua pihak yang telah ikut serta dalam
memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang penyusun peroleh
selama menjalani kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan
dan semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh :
Penggunaan tipe ini kebanyakan digunakan untuk sampel yang berbentuk kapsul
agar pada saat pengujian agar gelatin dari sampel tersebut tidak memperngaruhi
hasil dari disolusi (Siregar ,2010).
Gambar 3.2 Alat Tipe Basket
( Journal of Applied Pharmaceutical Science 01 (03); 2011: 50-56 )
b. Tipe alat 2 Dayung
Pada dasarnya terdiri atas batang dan daun pengaduk yang merupakan
dayung berputar dengan dimensi tertentu sesuai dengan radius bagian dalam labu
dengan dasar bundar. Metode ini dapat mengatasi berbagai kekurangan dari Alat
tipe 1 dan dapat pula untuk diterapkan sistem
automatisasi (Siregar, 2010).
1.Switch On/Off
Bagian yang berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan alat disolution
tester.
2. Lock Adapter
Bagian yang berfungsi untuk mengunci batang pengaduk saat proses disolusi
berjalan.
3. Water Heater
Bagian yang berfungsi untuk memanaskan air dibawah vessel.
4. Panel Controller
6. Batang Pengaduk
7. Temperator Sensor
9. Basket
12. Cannula
3.12 Cannula
Fungsi cannula pada dissolution tester adalah untuk mengambil sample
cairan pada vessel secara manual.
Oleh :
Salah satu instrumen di laboratotium yang telah diamati oleh penulis dan
akan dibahas adalah instrumen sprektofotometer serapan atom (AAS) untuk
menetapkan kadar yang terdapat pada sampel-sampel yang akan di uji.
3.2 Instrumentasi
Adapun instrumentasi yang telah diamati oleh penulis selama melakukan
kerja praktek adalah instrumen spektrofometer serapan atom (AAS) yang terdiri
dari pengertian dan prinsip kerja instrumen tersebut.
3.2.1 Peralatan
Adapun peralatan yang telah diamati oleh penulis selama melakukan kerja
praktek adalah seperangkat instrumen spektrofometer serapan atom (AAS) yang
terdiri dari beberapa komponen seperti lampu katoda, tabung gas, ducting,
nebulizer, burner, monokromator, spray chamber dan buangan pada AAS.
a. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu katoda pada
setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur yang akan diuji,
seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk pengukuran unsur Cu.
Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu: Lampu Katoda Monologam
digunakan untuk mengukur 1 unsur dan Lampu Katoda Multilogam digunakan
untuk pengukuran beberapa logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat lampu
dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian hitam ini merupakan bagian yang
paling menonjol dari keempat besi lainnya. Lampu katoda berfungsi sebagai
sumber cahaya untuk memberikan energi sehingga unsur logam yang akan diuji
mudah tereksitasi. Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar
masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam karena bila ada gas yang
keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada lingkungan sekitar.
Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila telah selesai digunakan, maka
lampu dilepas dari soket pada main unit AAS dan lampu diletakkan pada tempat
busanya di dalam kotaknya lagi dan dus penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya
setelah selesai penggunaan lamanya waktu pemakaian dicatat.
b. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang berisi
gas argon. Suhu gas argon pada AAS kurang lebih memiliki kisaran suhu ±
20000K. Selain gas argon, ada juga tabung gas yang berisi gas N 2O digunakan
juga dengan suhu yang lebih panas kisaran suhunya ± 30000K. Terdapat regulator
pada tabung gas argon dan spedometer pada bagian kanan regulator. Regulator
pada tabung gas argon berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada bagian kanan
regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam tabung. Pengujian
untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas tersebut yaitu dengan
mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan diberi sedikit air untuk
pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara maka menandakan bahwa tabung
gas bocor dan ada gas yang keluar.
c. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau sisa
pembakaran pada AAS yang langsung dihubungkan pada cerobong asap bagian
luar pada atap bangunan agar asap yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya
bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari pembakaran pada AAS diolah
sedemikian rupa di dalam ducting agar polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
d. Nebulizer
Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol yaitu butiran-
butiran cairan yang sangat halus yang terdispersi dalam udara. Larutan yang
dihisap melalui kapiler akan menumbuk glass blead dengan kecepatan tinggi.
Maka, cairan akan terpecah menjadi butiran-butiran yang sangat halus, butiran
tersebut memliki ukuran > 5 µm dan < 5 µm. Besar butiran yang dihasilkan
bergantung dari posisi glass blead didepan nebulizer dan diameter kapiler.
Biasanya alat ini langsung kontak dengan larutan yang mengandung asam. Maka
alat ini dibuat dari logam yang tahan terhadap asam seperti platina atau tantalum.
Sedangkan glass blead terbuat dari silika (fused silica).
e. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting dalam main unit. Burner
berfungsi sebagai tempat pencampuran gas argon dan aquabides agar tercampur
rata dan dapat terbakar dengan pemantik api secara baik dan merata. Lubang yang
berada pada burner merupakan lubang pemantik api, dimana pada lubang ini awal
dari proses pengatomisasian nyala api. Perawatan burner yaitu setelah selesai
pengukuran dilakukan selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi
aquabides selama ±15 menit. Hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator
dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk
menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian kanan
burner. Sedangkan selang yang kiri merupakan selang untuk mengalirkan gas
argon. Logam yang akan diuji merupakan logam yang berupa larutan dan harus
dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan larutan asam nitrat pekat. Logam
yang berada dalam larutan akan mengalami eksitasi energi rendah ke energi
tinggi. Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda. Warna
api yang dihasilkan juga berbeda tergantung pada tingkat konsentrasi logam yang
diukur. Bila warna api merah maka menandakan bahwa terlalu banyaknya gas dan
apabila warna api paling biru merupakan warna api yang paling baik dan paling
panas dengan konsentrasi.
f. Monokromator
Monokromator berfungsi untuk mengubah cahaya polikromatis (banyak
panjang gelombang) menjadi monokromatis (panjang gelombang yang sesuai).
Ada beberapa jenis monokromator, yaitu :
Filter
Pada monokromator filter, cahaya dengan berbagai panjang gelombang di
seleksi sesuai dengan panjang gelombang analisis. Panjang gelombang yang
diharapkan dilewatkan dari monokromator sedangkan panjang gelombang yang
tidak diharapkan diserap oleh monokromator sistem filter ini. Monokromator
ini disebut filter fotometer.
Sistem dispersi
1) Prisma
Monokromator prisma dapat mendispersi cahaya berdasarkan pembiasan
(refraksi). Cahaya polikromatis dibiaskan menjadi cahaya-cahaya
monokromatis yang selanjutnya dilewatkan pada slit untuk diseleksi.
2) Gratting
Monokromator gratting dapat mendispersi cahaya berdasarkan pemantulan
(refleksi). Gratting biasanya terbuat dari aluminium dengan banyak gerigi
berukuran 15.000-30.000 per inchi dipermukaannya, bagian inilah yang
memantulkan cahaya polikromatis menjadi cahaya-cahaya monokromatis yang
selanjutnya dilewatkan pada slit untuk diseleksi. Penggunaan gratting sebagai
monokromator pada AAS lebih diminati karena memiliki daya dispersi yang
lebih baik daripada prisma ataupun filter.
g. Spray Chamber
Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen antara gas
oksidan, bahan bakar serta aerosol yang mengandung sampel sebelum campuran ini
mencapai pembakar (nyala). Larutan sampel terhisap ke dalam spray chamber melalui
kapiler dan nebulizer. Penghisapan ini merupakan efek tekanan gas oksidan yang
masuk ke nebulizer. Butir-butir cairan yang besarnya < 5 μm akan bercampur dengan
bahan bakar, sedangkan > 5 μm akan mengembun kembali ke dasar spray chamber
dan mengalir keluar melalui pembuangan (drain).
h. Buangan Pada AAS
Buangan pada AAS disimpan dalam drigen dan diletakkan terpisah pada
AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat melingkar
sedemikian rupa agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi ke atas karena bila
hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian nyala api pada saat
pengukuran sampel sehingga kurva yang dihasilkan akan terlihat buruk. Tempat
wadah buangan (drigen) ditempatkan pada papan yang juga dilengkapi dengan
lampu indikator. Bila lampu indikator menyala menandakan bahwa alat AAS atau
api pada proses pengatomisasian menyala sedang berlangsung proses
pengatomisasian nyala api (Rohman, 2007).
a) Mengubah sembarang jenis sampel menjadi uap atom fasa gas dengan sedikit
perlakuan atau tanpa perlakuan awal.
b) Melakukan seperti pada point a untuk semua elemen (unsur) dalam sampel
pada semua level konsentrasi.
c) Agar diperoleh kondisi operasi yang identik untuk setiap elemen dan sampel.
d) Mendapatkan sinyal analitik sebagai fungsi sederhana dari konsentrasi tiap-tiap
elemen yakni agar gangguan (interferensi) dan pengaruh matriks (media)
sampel menjadi minimal.
e) Memberikan analisis yang teliti (precise) dan tepat (accurate).
f) Mendapatkan harga beli perawatan dan pengoperasian yang murah.
g) Memudahkan operasi.
3.2.2.2 Sistem Atomisasi Dengan Elektrothermal (Tungku)
Sistem nyala api ini lebih dikenal dengan nama GFAAS. GFAAS dapat
mengatasi kelemahan dari sistem nyala seperti sensitivitas, jumlah sampel dan
penyiapan sampel. Ada tiga tahap atomisasi dengan tungku yaitu:
Oleh :
HASIL PENGAMATAN
A. Pengertian HPLC
B. Prinsip Kerja
1988):
1. Microprosesor control
Bagian ini merupakan mikro komputer, suatu bagian yang sangat penting
untuk mengontrol atau membuat program mengatur kecepatan aliran pelarut
(flow rate) sebagaimana yang diinginkan, mengatur tekanan (pressure),
mengatur komposisi (perbandingan) pelarut, mengatur suhu injektor dan
jumlah sampel yang akan diinjeksikan bila menggunakan "automatic
injection", mengatur suhu oven termasuk suhu kolom, mengatur panjang
gelombang pada detektor dan memprogram waktu analisa yang diperlukan
apabila menggunakan HPLC sistem gradien.
2. Pompa
Alat ini dibutuhkan untuk memompakan pelarut dari reservoar ke kolom
dengan tekanan paling sedikit 100 arm (1500 psi, pound per square inch) dan
paling tinggi 400 arm (6000 psi) sesuai dengan besar aliran ("flow rate"
berkisar antara 0,5-2ml/min), tipe dari kolom, ukuran partikel adsorban dalam
kolom (mesh) dan panjang kolom yang digunakan. Pompa akan bekerja
memompakan pelarut secara terus menerus dengan kecepatan aliran yang tetap,
sambil membawa sampel dari injektor melewati kolom analitik terus ke
detektor dan akhirnya ke pembuangan. Untuk satu perangkat HPLC diperlukan
satu pompa bila menggunakan sistem isokratik dan 2 pompa sesuai dengan
jumlah macam pelarut yang digunakan bila menggunakan sistem gradien.
Instrumen HPLC yang hanya mempunyai satu pompa dapat dioperasikan
menggunakan sistem gradien apabila dilengkapi dengan alat "solvent inject
valve".
Alat ini antara lain terdiri dari pipa-pipa yang menghubungkan reservoar-
reservoar yang berisi pelarut berbeda dengan reservoar campuran. Dengan
mengatur alat ini masing-masing pelarut dapat dialirkan melalui masing-
masing pipa dengan teservoai campuran. Kemudian dengan menggunakan satu
pompa pelarut campuran tersebut dipompokan ke kolom analitik.
3. Injektor
Injektor adalah alat untuk memasukkan sampel ke dalam kolom yang
dapat dilakukan secara otomatis ataupun manual. Bila alat HPLC dilengkapi
dengan "automatic sample injector" maka pemasukan sample dapat dilakukan
secara otomatis yaitu dengan memprogram pada "microprosesor control"
jumlah sampel (uL) dan jumlah macam sampel (misalnya ada 10 macam
sampel yang berbeda) yang akan dianalisa. Bisa juga dilakukan secara manual
dengan cara menggunakan jarum suntik khusus, diukur volume tertentu
biasanya antara 10- 20 uL Can tiarus iliKerjaKan pada sciiap saiu Xa'ii periode
pekerjaan atau pergantian sampel baru. Injektor haras mampu bekerja pada
tekanan 470 arm dengan kesalahan (error) kurang dari 0,2 % dan dapat
ditempatkan dalam suatu oven agar temperatur injektor dapat terkontrol. Untuk
sistem ini biasanya temperatur yang dipergunakan lebih kurang 150 °C.
4. Kolom
Kolom terbuat dari logam berat , kaca dan logam stainless berbentuk
tabung yang mampu menahan tekanan (setinggi 680 atm) dan tidak bereaksi
dengan pelarut (fasa bergerak). Fasa diam (adsorban) dalam kolom harus halus
dengan keseragaman diameter yang sama (uniform bore diameter). Kolom
berbentuk tabung harus lurus dan diletakkan pada posisi vertikal serta
diperlengkapi dengan fitting dan konektor yang didesain sedemikian rupa agar
tidak memberikan kehampaan pada ujung kolom.
Kolom adalah bagian yang sangat penting pada HPLC, karena
keberhasilan dalam analisa baik kualitatif dan kuantitatif serta isolasi bahan
kimia alam sangat bergantung pada pemakaian jenis kolom yang tepat. Di
dalam kolom inilah sebetulnya terjadi proses pemisahan (Gambar 4).
Komponen-komponen dalam cuplikan (sampel) ditahan secara selektif oleh
fasa diam (stationer phase/adsorban), kemudian terlarut oleh pelarut (fasa
bergerak) yang terus menerus mengalir dan membawanya me-lewati kolom
menuju ke detektor. Berbagai jenis kolom dapat digunakan sesuai dengan
keperluan-nya ataupun jenis senyawa kimia yang akan dipisahkan.
Panjang kebanyakan kolom antara 10-30 cm. Ukuran kolom pendek antara
3-8 cm (short, fast columns) sedang panjang kolom preparatif atau kolom
isolasi pada umumnya 50-100 cm. Merurut Karger (1974), Knox (1977) dan
Glajch (1983) kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan diameter, panjang dan
kegunaannya, menjadi:
a. Kolom Standard
Kolom standard HPLC mempunyai diameter 4-5 mm. Ini adalah
kolom siap pakai yang mempunyai keseragaman ukuran partikel adsorban
dan secara mekanik sangat stabil. Diameter partikel adsorban berkisar
antara 3-5 r)m, kadang-kadang lebih dari 10 r|m dan ukuran yang lebih
besar digunakan untuk kolom preparatif.
b. Kolom "Radial Compression"
Kolom ini mempunyai diameter yang lebih besar, sehingga
responnya terhadap kecepatan aliran, tekanan, waktu retensi dan intensitas
puncak menurun. Penggunaan kolom ini memberikan keuntungan karena
akan menurunkan semua operasional HPLC seperti tekanan dan waktu
analisis (bila aliran pelarut dinaikkan).
Kolom ini terbuat dari plastik (cartridge) dengan diameter 8 mm
dan panjang 10 cm, diperlengkapi dengan pegangan (holder) plastik.
Pemisahan akan terjadi apabila kolom mengalami tekanan dari pelarut
yang dialirkan sehingga terjadi "radial compression", karena adanya
lapisan gliserol di dalam kolom yang memberikan kelenturan pada dinding
kolom. Setelah pemisahan selesai kolom kembali ke keadaan semula.
c. Kolom "Narrow-Bore"
Kolom ini terbuat dari bahan metal anti karat seperti halnya kolom
standard, tetapi baik diameter maupun panjang kolom lebih kecil atau
pendek dibandingkan kolom standard, dimana diameternya 1-2 mm dan
panjangnya 5-8 cm. Penggunaan kolom ini harus diikuti dengan
menggunakan pelarut yang mempunyai kualitas tinggi, karena kolom ini
sangat sensitif dan akurasinya sangat tinggi. Oleh karena itu sebaiknya
jumlah sampel yang diinjeksikan kurang dari 1 uL. Apabila lebih dari 1 uL
akan memberikan tingkat gangguan (noise level) yang besar pada detektor
dan tekanan sensitivitas akibat kelebihan konsentrasi.
d. Kolom Pendek (Cepat)
Ukurannya yang pendek (3-6 cm) menyebabkan kolom ini disebut
"short (fast) column". Ini sebenarnya merupakan kolom konvensional
dengan diameter partikel adsorban 3 r]m dan dapat mengurangi biaya
pelarut. Sampel yang dilewatkan cukup besar dan memberikan sensitivitas
lebih tinggi dibandingkan kolom standard. Waktu yang dibutuhkan untuk
satu kali analisis berkisar antara 15-120 detik untuk sistem isokratik dan 1-
4 menit untuk sistem gradien. Kolom ini sangat baik digunakan untuk
pekerjaan analitik dan kontrol kualitas.
e. Kolom Pengaman dan Penyaring (Guard and Filter)
Untuk memperpanjang masa pakai kolom HPLC biasanya pada
pangkal kolom ditambahkan pelindung terhadap pengaruh fisika dan
kimiawi yaitu kolom pengaman dan penyaring yang relatif pendek
biasanya 5 cm dan berisikan fasa diam sejenis dengan kolom yang akan
dilindunginya. Secara periodik isinya dapat dikeluarkan dan diisi ulang
kembali untuk mengeluarkan kotoran yang berasal dari sampel yang
diinjeksikan.
5. Detektor
Detektor adalah alat untuk mendeteksi komponenkomponen kimia yang
telah terpisah setelah melewati kolom. Detektor yang sensitif untuk HPLC
tidak bisa ditentukan. Jadi perlu dilakukan pemilihan detektor yang sesuai
dengan persoalan yang dihadapi saat itu. Untuk melakukan berbagai pemisahan
atau analisis mungkin diperlukan lebih dari satu detektor yang dipergunakan
secara berhubungan (seri).
Menurut Roston (1982), Yang (1984) dan Frei (1985) detektor dikategori-
kan menjadi beberapa yaitu:
a. Detector RI (Refractive Index) atau disebut juga "Differential
Refractometer".
Prinsip kerjanya adalah memonitor perbedaan "indeks refraktif'
antara fasa bergerak dan larutan yang keluar dari kolom (eluent) dan akan
memberikan respon untuk setiap bahan terlarut yang mempunyai indeks
refraktif yang signifikan berbeda dari fasa bergerak. Alat ini paling tidak
mempunyai dua kompartemen (kuvet) yang salah satunya berisikan fasa
bergerak (refferen) dan yang lainnya larutan yang keluar dari kolom,
sumber cahaya (monochromatic) dan dua foto detektor. Perbedaan indeks
refraktif dari kedua kuvet inilah yang akan dirubah menjadi pulsa listrik
yang akan diteruskan ke rekorder untuk dirubah menjadi kromatogram.
b. Bulk property detector
Tipe detektor ini adalah indeks refraktif yang prinsip
keseluruhannya berdasarkan perbandingan pada sifat-sifat fisika dari fasa
bergerak dengan atau tanpa bahan yang terlarut. Walaupun detektor ini
umum dipergunakan, namun relatif kurang sensitif dan memerlukan
kontrol temperatur yang baik.
c. Detektor UV-Vis (Ultra Violet -Visible)
Detektor ini bekerja sangat selektif untuk setiap senyawa, sehingga
dalam analisis senyawasenyawa yang mempunyai panjang gelombang
berbeda sangat sulit untuk diprediksikan golongan senyawanya. Detektor
UV-Vis dapat dibagi atas 3 kategori yaitu, 1) panjang gelombang tetap
(fixwavelength), 2) panjang gelombang yang bisa dirubah-rubah (variable
- wavelength) dan 3) panjang gelombang otomatis (scanningwavelength)
yang lebih dikenal dengan sebutan "Diode Array Detector".
d. Solute property detector
Detektor ini erat hubungannya dengan sifat-sifat dari bahan-bahan
cuplikan (analisis) yang tidak diperlihatkan oleh fasa bergerak. Detektor
ini memiliki sensitivitas yang tinggi dan dapat memberikan sinyal untuk
sampel dalam jumlah relatif kecil (nanogram). Ada beberapa macam
detektor tipe ini yang telah dikembangkan antara lain detektor absorbansi
(UV-Vis), fluoressen dan elektro-kimia (amperometric).
e. Detektor Fluorescence
Prinsip kerja dari detektor ini adalah berdasarkan perbedaan pendar
(emisi) dari senyawa-senyawa yang dianalisis, sehingga detektor ini hanya
dapat digunakan secara selektif untuk senyawa-senyawa yang
mengeluarkan emisi sinar atau senyawasenyawa yang dengan pemberian
energi (sinar) akan tereksitasi dan mengeluarkan emisi sinar. Jadi detektor
ini tidak dapat dipakai untuk semua senyawa kimia.
f. Detektor Elektro-kimia (Amperometric)
Prinsip detektor ini didasarkan pada karakter voltameter dari
molekul senyawa yang dianalisis di dalam fasa bergerak air atau air-
organik. Pengukuran dilakukan berdasarkan pada perbedaan potensial
listrik dari molekul senyawa yang dianalisis dan fasa bergerak
dibandingkan dengan potensial listrik dari fasa bergeraknya [Roston et al.
1982].
Oleh :
NAMA : TAUFIQURRAHMAN
NIM : 134029201803 3
Bakterikoliform merupakangolongan mikroorganisme yang lazim digunak
an sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan
suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan
penelitian, bakteri koliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat
menyebabkan kanker. Kelompok bakteri Coliform diantaranya Escherechia,
Citrobacter, Klebsiella, dan Enterobacter. Beberapa definisi juga menambahkan
Serratia, Salmonella dan Shigella sebagai kelompok bakteri Coliform. Bakteri
Coliform terutama E. coli menjadi indikasi dari kontaminasi fekal pada air minum
dan makanan. Kehadiran bakteri Coliform dinilai untuk menentukan keamanan
mikrobiologi dari pasokan air dan makanan mentah atau makanan yang diolah.
(Acton, 2013).
Escherechia Coli adalah bakteri yang hidup didalam usus manusia untuk
menjaga kesehatan sistem percernaan. Bakteri ini umumnya tidak berbahaya,
namun ada jenis e coli tertentu yang menghasilkan racun dan menyebabkan diare
parah. Seseorang dapat terpapar bakteri E. coli yang berbahaya karena
mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi. Paparan E. Coli ini
dapat menimbulkan gejala berupa sakit perut, diare, mual, dan muntah. Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri E. coli ini akan berdampak lebih parah jika terjadi
pada anak-anak.
Agar 10.0 g
NaCl 5.0 g
Peptone 3.0 g
Na2HPO4 2.7 g
NaH2PO4 2.7 g
Tryptophan 1.0 g
Na-pyruvate 1.0 g
Chromogenic 0.4 g
Tergiotol 0.15 g
Oleh :
Tabel 3.1 Syarat Mutu Air Mineral SNI 3553:2015 (BSN, 2015)
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan
*)
awal **)
24 Kadar oksigen(O2) akhir mg/L min 20,0
27 Cemaran mikroba
**
27.1 Angka Lempeng total awal ) Koloni/mL maks. 1,0 x 102
27.2 Angka lempeng total akhir **) koloni/mL maks. 1,0 x 105
Catatan : *) Air karbonisasi
**) Di Pabrik
**) Di Pasaran
TTD : Tidak Terdeteksi
Gambar
3.1
5. Gliserol 10 Ml
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat setelah menjalani masa Praktek Kerja
Lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan :
Setiap Mahasiswa PKL Dapat memahami hasil pengamatan yang dilakukan
selama masa PKL, di bidang pengujian kimia pangan, obat, kosmetik dan
mikrobiologi. Pada bagian kimia mahasiswa dapat memahami proses pengujian
suatu sampel dan juga memahami mengenai alat instumen seperti HPLC,
Spektrofotometri UV dan alat lainnya.
4.2 SARAN
Adapun saran yang dapat di berikan adalah :
DAFTAR PUSTAKA