Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudan Selatan merupakan negara terbaru di dunia yang memilih memisahkan diri dan
merdeka pada tahun 2011 dari negara Sudan yang beribukota di Khartoum.1 Ibukota dari negara
ini adalah Juba. Negara ini dimerdekakan oleh .2
Perang saudara di Sudah telah dimulai sebelum kemerdekaan negara tersebut (1956) hingga
tahun 2011 yang berujung pada terpecahnya Sudan menjadi dua wilayah.3 Hal ini disebabkan
oleh konflik antara orang Arab Islam yang mendominasi di wilayah utara dengan
orang Afrika kulit hitam non-Arab di wilayah selatan. 4 Perang saudara yang terjadi selama
bertahun-tahun berdampak pada perekonomian di negara ini sehingga menghambat kemajuan
ekonomi, terutama di wilayah selatan Sudan. Meskipun kedua sudah terpisah, namun kedua
negara tersebut masih dilanda konfliknya masing-masing sampai saat ini (2019).
B. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang penulisan ini, maka untuk informasi yang lebih lengkap, pembaca
akan mengetahui rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Penulis telah
menyusun beberapa rumusan masalah sebagai batasan pembahasan pada makalah yang
tersusun sebagai berikut:
1. Bagaimana asal usul dan sejarah bangsa Sudan?
2. Bagaimana politik dan sistem pemeintahan yang berlaku dan diterapkan di Sudan?
3. Bagaimana kondisi ekonomi negara Sudan?
4. Bagaimana Budaya yang ada di Sudan?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan utama karya tulis ini guna memenuhi kewajiban dari Prof. Didin Saepudin, M. A
selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam Kawasan Timur Tengah.
Manfaat yang diperoleh oleh penulis melalui karya tulis ini yaitu sebagai acuan dalam membuat
karya tulis berikutnya, sehingga dalam penyusunan karya tulis yang akan datang hal-hal yang
sudah baik bisa lebih ditingkatkan dan segala kesalahan dan kekurangan dapat diperbaiki.
Penulis berharap agar karya tulis ilmiah yang memuat pembahasan mengenai negara Sudan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dalam memahami informasi serta gambaran umum mengenai
asal-usul dan sejarah bangsa Sudan, politik, ekonomi dan budayanya.

1 Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-


bergejolak-cqJzl diakses pada tanggal 14 April 2019
2 Yusliani Noor, “Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya)” cetakan II, Yogyakarta: Ombak (2018), hlm. 282
3 Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
4 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019

1
Bab II
Pembahasan
A. Asal Usul dan Sejarah Bangsa Sudan
1. Geografi Sudan
Sudan merupakan negara terbesar di Benua Afrika dengan luas wilayah 2.503.890
km2 5 sebelum referendum yang memisahkannya menjadi dua bagian pada Juli 2011
(Sudan dan Sudan Selatan).6 Nama Sudan berasal dari kata Bilad al Sudan, yang artinya
“daratan orang hitam”. Sudan adalah sebutan orang Arab bagi orang-orang yang berkulit
hitam.7
Negara ini berbatasan dengan Mesir di utara, Laut
Merah di timur laut, Kongo dan Afrika Tengah di
barat daya, Chad di barat, dan Libya di barat laut.
Daerahnya didominasi oleh gurun pasir, khususnya di
bagian utara. Di bagian tengah daerahnya berupa
padang rumput dan pegunungan, sedangkan di bagian
selatan daerahnya merupakan hutan tropis karena
daerahnya dekat dengan khatulistiwa yang
mendapatkan curah hujan lebih banyak dibanding daerah bagian lainnya. Titik
ketinggian Sudan ada di Deriba Caldera yang terletak di Jabbal Marrah (pegunungan
Marrah) dengan titik tertinggi 3,042 M dan titik terendahnya ada di Laut Merah 0 M.8
Sudan memiliki sumber daya alam antara lain minyak bumi, mineral, bijih besi,
tembaga, bijih kromium, seng, tungsten, mika, perak, emas dan pembangkit listrik
tenaga air.9 Dengan cadangan tambang emas yang signifikan, dan cadangan minyak
yang besar, maka tak heran pada tahun 1820 Mesir menyerbu Sudan, sebab menurut
ceritnya pada saat itu Sudan adalah kota emas.10 Meskipun Sudan memiliki iklim yang
panas dan kering serta musim hujan yang bervariasi berdasarkan wilayah (April hingga
November), Sudan mempunyai tanah subur luas yang kaya dengan pertanian dan
sumber daya mineralnya, sebab negara ini dialiri oleh sungai Nil yang merupakan
sumber air utama di Sudan yang mengalir ke laut Mediterania melalui Mesir. Sungai ini
memiliki dua anak sungai besar yaitu sungai Nil Putih dan sungai Nil Biru yang

5 Misi.co Christian Online, “Sudan”, http://misi.co/Sudan, di akses pada tanggal 14 April 2019
6 Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-
bergejolak-cqJzl diakses pada tanggal 14 April 2019
7 Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
8 Ibid.,
9 Ibid.,
10 Yusliani Noor, “Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya)” cetakan II, Yogyakarta: Ombak (2018), hlm. 282

2
bermuara di danau Nubia, atau Danau Naseer (danau buatan manusia yang terbesar di
dinuia).11
2. Demografi Sudan
Masyarakat pertama yang mendiami wilayah Sudan modern adalah orang Meroitic.
Mereka tinggal di kawasan antara Atbara modern dan Sungai Nil pada tahun 590 SM
hingga 350 SM (Kerajaan Kush).12 Jumlah penduduk Sudan secara keseluruhan pada
tahun 2018 adalah 43.120.843, dengan jumlah populasi tersebut, Islam Sunni
merupakan agama resmi yang paling banyak dianut, khususnya di bagian utara. Bahasa
Arab dan Inggris merupakan bahasa resmi negara ini meskipun masih ada 132 bahasa
asli Sudan lainnya.
Penduduk Sudan memiliki etnis yang beragam, diantarnya Afrika kulit hitam, Arab,
Beja, Nubia dan masih banyak yang lainnya. 13 Dari aspek kelas sosial, masyarakat
Sudan dibedakan kedalam empat kasta: kelas pertama warga Arab-Muslim-Sunni, kelas
kedua warga Muslim non-Arab keturunan Afrika tinggal di Sudan Utara, kelas tiga
warga non-Muslim yang tinggal di Sudan Utara, kelas empat warga non-Muslim yang
tinggal di Sudan Selatan. Hal inilah yang menjdi pemicu konflik etnis, suku dan agama
di Sudan.14
3. Sejarah Sudan
Sudan memiliki sejarah yang panjang, sejak tahun 590 SM Sudan sudah dikuasai
oleh kerajaan Kush hingga abad 16 yang kemudian dilanjut oleh kerajaan berikutnya
yang mana semua kerajaan tersebut adalah kerajaan non-Islam. Pada awal abad masehi
terdapat 3 kerajaan Kristen yang sangat berpengaruh di wilayah Sudan, yakni
Nabatea/Nobatia ke – Kerajaan Nubia di wilayah utara Sudan dan selatan Mesir,
Makurra/Makuria/Dongola – Kerajaan Nubia di wilayah utara Sudan dan selatan Mesir,
dan Alwa/Alodia – Kerajaan Nubia di wilayah tengah dan selatan Sudan.15 Kemudain
pada masa Khulafaurrasyidin tahun 641 M, bangsa Arab datang membawa agama Islam
yang lama kelamaan, jumlah penganut agama Kristen perlahan menurun karena orang
Arab semakin banyak yang datang ke tanah Sudan. 16 Pada tahun 1504 berdirilah
kerajaan Islam bernama Kesultanan Sennar yang menerapkan hukum Islam di Sudan.17

11 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April
2019
12 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019
13 Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
14 Rezim Islam Sudan, “Kekerasan Rezim Muslim di Sudan”, http://sumantoqurtuby.blogspot.com/2008/06/rezim-islam-

sudan.html, diakses pada tanggal 15 April 2019


15 Ibid.,
16 Ibid.,
17. Republika.co.id, “Jejak Kesultanan Islam di Afrika Timur”,
http://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pe8yf7313, diakses pada tangga 15 April 2019

3
Sudan merdeka pada 1 Januari 1956 dari Mesir dan Inggris.18 Sebelumnya, negara
ini merupakan bagian dari Anglo-Mesir Sudan yang merupakan wilayah kondominium
dari Inggris (1899-1955) 19 dan sebelumnya Sudan merupakan bagian dari wilayah
Mesir pada masa kekuasaan Ali Pasha (1822) dengan ibukota Khartoum, yang didirikan
oleh Defterday Bey pada tahun 1823 yang membuat Sudan berada di bawah kekuasaan
Mesir. 20 21
Usaha penaklukan Mesir atas Sudan telah dimulai pada tahun 1820 atas
perintah Ali Pasha yang memerintahkan Defrenday Bey untuk menyerbu Sudan.
Kekuasaan Mesir atas Sudan hanya bertahan sampai tahun 1881, ketika itu Sudan
berhasil direbut kembali oleh Muhammad Ahmed (Mahdi)22 Bersama pasukannya.23
Gerakan al-Mahdi sangat kuat sehingga gerakannya sangat diwaspadai oleh Inggris
(pengendali Mesir). Terjadi dua kali pertempuran antara Sudan dengan Mesir-Inggris
yang dimenangkan oleh Sudan, yakni di Syahkan (1883) dan di Khartoum (1885). Tak
lama dari kemenangannya, sang Mahdi meninggal dunia dan kemudian diganti oleh
Khalifah Abdullahi. Pada tahun 1896 Mesir-Inggris kembali menyerang Sudan dan kali
ini Sudan mengalami kekalahan di pertempuran Omdurma pada tahun 1898. 24
Penaklukan ini mengantarkan terbentuknya kondominium (wilayah kekuasaan
Bersama) Sudan atas mesir – inggris (1899-1955)25
B. Politik dan Pemerintahan
1. Anglo-Mesir Sudan (1899-1955)
Sudan pada masa ini dikendalikan oleh gubernur-gubernur jendral
Inggris yang mengurus urusan-urusan sipil dan militer, dan untuk
pendanaan administratif dan pasukan militer didanai oleh penguasa
Mesir. 26 Mesir adalah pemegang kekuasaan bayangan atas Sudan,
sedang pemegang kekuasaan yang sesungguhnya adalah Inggris.
Hukum yang berlaku di Sudan adalah hukum Internasional Britania
Mesir. Pada masa kepemimpinan Lord kitchener dan Reginald

18 Republika.co.id, “Jejak Kesultanan Islam di Afrika Timur”,


http://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pe8yf7313, diakses pada tangga 15 April 2019
19 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 473
20 Yusliani Noor, “Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya)” cetakan II, Yogyakarta: Ombak (2018), hlm. 282
21 Sumber lain mengataka bahwa ibukota Khartoum baru dibangun pada tahun 1830.

Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 470
22 Anggota tarekat Samaniyah, kelompok Anshor, pemimpin gerakan al-Mahdi.
23 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 473
24 Ibid.,
25 Ibid.,
26 Ibid.,

4
Wingate (1900-1916), Inggris mengalahkan kelompok oposisi dan menggabungkan
provinsi Darfur27 kedalam Sudan (1916).28
Pengaruh gerakan al-Mahdis masih tersebar luas dan menjadi basis utama nasionalisme
di Sudan.29 Pada tahun 1920 terbentuklah perkumpulan masyarakat Sudan yang menuntut
hak untuk merdeka. 30 Untuk menghindari gerakan nasionalis terjadi lagi di Sudan,
pemerintah Inggris membatasi kekuatan orang-orang Sudan yang berpendidikan tingi.31
Pada 1922, pemerintah Inggris mengadopsi kebijakan pemerintahan tidak langsung yang
melibatkan ketua suku dalam administrasi lokal dan pengumpulan pajak.32 Pada tahun 1924
muncul gerakan nasionalis sekular. Perkumpulan masyarakat Sudan terus berkembang
hingga kemudian terbentuklah Liga Bendera Putih yang yang didukung oleh perwira.33
Pada tahun 1930an, kelompok nasionalis dan tokoh keagamaan sudah mulai
terorganisir, pada tahun 1938 dibuatlah Kongres Sarjana Umum yang bertujuan untuk
memberikan kebebasan berpendapat di dalam pemerintahan. Kongres ini dikuasai oleh
kelompok al-Mahdis. 34 Partai Ummah (dari kelompok al-Mahdi) yang mendapatka
dukungan dari Dafur, Kordofan, Nil Biru dan beberapa provinsi selatan menentang
pemersatuan Sudan dengan Mesir. 35 Pada tahun 1953 para penguasa Inggris-Mesir
akhirnya setuju untuk menandatangani perjanjian untuk menentukan masa depan Sudan.
Diberikan tiga tahun masa transisi untuk menentukan kemerdekaan Sudan.36 Pada masa
transisi, Sudan mengadakan pemilihan umum, pemilihan ini dimengkan oleh al-Azhari
(pemimpin Partai Peratuan Nasional) yang terpilih sebagai Perdana Mentri pertama Sudan.
Pada tahun 1956 Sudan lahir menjadi negara merdeka.37
2. Pasca Kemerdekaan Sudan hingga Pasca Referendum Sudan (1956-2019)
Pasca kemerdekaannya pada tahun 1956, rezim nasional negara ini masih belum stabil.
Terjadi banyak kudeta yang melengserkan pemimpin sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh
masalah komitmen terhadap konsep Islam sebagai identitas Sudan. Dendam dan benci
kepada perwakilan pemerintah Sudan tumbuh di bagian wilayah Sudan selatan, hal ini

27 Darfur adalah daerah di bagian barat Sudan dengan penduduk murni muslim. Daju adalah etnis asli Darfur yang kemudian
digantikan oleh suku nomaden Arab, Tunjur. Pada akhir abad 18 di wilayah Darfur terdapat dua etnis, yakni Darfur Arab dan
Darfur Afrika. Kedatangan etnis Darfur ini menimbulkan konflik etnis yang berkelanjutan dan dinamis.
28 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 475
29 Ibid.,
30 Ibid., hlm. 476
31 Ibid.,
32 Ibid.,
33 Ibid.,
34 Ibid.,
35 Ibid., hlm. 477
36 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019
37 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 478

5
dikarenakan dari delapan ratus perwakilan pemerintah hanya enam orang saja yang
dipegang oleh orang selatan.38
Pemerintahan Sudan dimulai sejak kepemimpinan Perdana Menteri Ismail al-Azhari,
yang memenangkan pemilihan umum sebelum kemerdekaan yang kemudian menjadi
Presiden Sudan pada tahun 1956 dengan sistem parlementer. Pemerintahannya
dilengserkan oleh Jenderal Ibrahim Abboud yang melakukan kudeta militer pada tahun
1958. 39 Jenderal Abboud menguasai pemerintahan Sudan kemudian ia memberikan
kekuasaannya kepada al-Khatim al-Khalifa. Masa pemerintahannya tak berlangsung lama
sebab kekuasaannya diambil alih oleh pemerintahan koalisi Partai Ummah dan Partai
Persatuan Nasional. Jendral Abboud kemudian memiliki kebijakan yang melarang semua
partai politik dan serikat dagang. Hal ini melambangkan kediktatoran militer dan
membangkitkan perlawanan dari oposisi. 40 Beberapa kelompok dan program baru
bermunculan untuk meningkatkan muatan Islam dalam identitas nasional meskipun partai
Islam telah dilumpuhkan oleh Jenderal Ibrahim Abboud. Kelompok ini didukung oleh front
profesional (mahasiswa, dokter, guru dan pengacara) yang memaksa Abboud untuk
mengundurkan diri pada tahun 1964. Rezimnya digantikan dengan sistem parlementer
namun hal ini tidak terorganisir dengan baik.41
Pada tahun 1969 militer kembali mengambil alih
pemerintahan Sudan, kali ini di bawah Jaafar Nimeyri.
Ia membubarkan parlementer dan membentuk
revolusioner, ia mengubah nama negara ini menjadi
Sejak 1970-Sekarang Republik Demokratis Sudan dari yang sebelumnya
42
adalah Republik Sudan. Ia membubarkan partai terlarang, menghancurkan Khatmiyyah
dan partai-partai Ansar serta menetapkan peraturan untuk berbuat baik kepada wilayah
Selatan.
Pada tahun 1972, Nimeyri melakukan perdamaian antara Sudan utara dengan Sudan
Selatan yang telah konflik sejak tahun 1955 di Addis Ababa,43 namun pada tahun 1983
konflik Sudan selatan dan utara kembali pecah, bahkan rezim ini mengukuhkan identitas
Islam dan melancarkan beberapa upaya untuk menggabungkan daerah utara dengan

38 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April
2019
39 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 478
40 Ibid.,
41 Ibid.,
42 Ibid.,
43 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019

6
selatan. 44 Nimeyri menjadikan Islam sebagi identitas Sudan, hal ini memicu terjadinya
konflik hingga pada akhirnya Nimeyri digulingkan pada tahun 1985.45
Tantara mengambil alih Sudan selama empat tahun, Jendral Omar Hassan Ahmed al-
Basir (tentara kolonel) merebut kekuasaan Perdana Menteri Sadiq al-Mahdi melalui kudeta
46
tak berdarah (1989). Omar al-Basir membuat kebijakan yang membubarkan
pemerintahan, melarang partai politik, serikat dagang dan surat kabar, melarang
pemogokan, demonstrasi dan semua pertemuan publik lainnya, lalu mendeklarasikan diri
sebagai Ketua Dewan Komando Revolusioner (Revolutionary Command Council).47 Omar
al-Bashir sempat dikudeta oleh sejumlah aparat polisi dan militer, namun gagal.
Keprihatinan atas masalah kemanusiaan ini mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
mengeluarkan resolusi pada tahun 1992 yang kemudian pada 1993, Omar al-Bashir
membubarkan Dewan Komando Revolusioner dan mengembalikan pemerintahan sipil, dan
mengangkat dirinya menjadi presiden.
Konflik internal antara utara dan selatan terus berlanjut, dan pada tahun 1994
pemerintah memulai serangan dengan memotong bantuan dari Kenya dan Uganda ke
wilayah selatan, hal ini menyebabkan ribuan orang Sudan melarikan diri dari negaranya.48
Pada pemilu 1996 Jenderal Bashir terpilih sebagai presiden, namun kemenangannya
49
diprotes oleh kelompok-kelompok oposisi. Perundingan perjanjian perdamaian
ditandatangani pada tahun 1996, tetapi pertempuran tetap berlanjut. Pada akhir 1990-an,
Sudanese People’s Liberation Army (SPLA) menguasai sebagian besar Sudan selatan. 50
Pada tahun 1998 dilakukan perundingan perdamaian lagi, dan akhirnya pemerintah
menyetujui berdirinya pemerintahan di Selatan. Perjanjian damai CPA (Comprehensive
Peace Agreement) tahun 2005 secara resmi mengakhiri perang, menjamin otonomi terbatas
wilayah selatan dan menjadwalkan referendum kemerdekaan pada tahun 2011. 51 Sudan

Bendera Sudan Selatan

44 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 479
45 Ibid.,
46 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019
47 CNN Indonesia, “Omar al-Bashir, Dari Kudeta ke Kudeta”, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190411194404-

127-385528/omar-al-bashir-dari-kudeta-ke-kudeta, diakses pada tanggal 15 April 2019


48 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019
49 CNN Indonesia, “Omar al-Bashir, Dari Kudeta ke Kudeta”, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190411194404-

127-385528/omar-al-bashir-dari-kudeta-ke-kudeta, diakses pada tanggal 15 April 2019


50 Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
51 Ibid.,

7
yang dulunya merupakan negara terluas di Afrika pecah menjadi dua negara pada Juli 2011
setelah masyarakat Sudan Selatan memilih untuk merdeka.
Namun, dalam proses pemisahan antara Sudan utara dan selatan terdapat berbagai
masalah luar biasa, terutama kesepakatan atas pendapatan minyak bersama, hutang
bersama dan demarkasi perbatasan yang terus menciptakan ketegangan antara Sudan
Selatan dengan Sudan Utara.
Sejak kemerdekaan Sudan selatan, Sudan memerangi pemberontak dari Gerakan
Pembebasan Rakyat Sudan Utara (SPLM-N) di wilayah Kordofa Selatan dan negara bagian
Blue Nile. Memasuki Maret 2012, pasukan Sudan Selatan berhasil merebut ladang minyak
di Heglig, Provinsi Kordofan, yang wilayah tanahnya menjadi sengketa antara Sudan dan
Sudan Selatan. 52 Konflik lainnya yang sangat menjadi perhatian internasional adalah
konflik yang terjadi di wilayah Darfur yang merupakan bagian dari wilayah Sudan. 53
Konflik berdarah antara Sudan Liberation Movement (SLM) dan Justice Equality
Movement (JEM) dengan pemerintah Sudan dan pasukan Janjaweednya dilatar belakangi
oleh perbedaan etnis di wilayah Dafur Sudan Utara.54 Mereka menuduh pihak pemerintah
telah melakukan penindasan terhadap bangsa Afrika kulit hitam dan mendukung bangsa
Arab. Konflik ini menewaskan 200.000-400.000 penduduk, perbuatan yang dilakukan oleh
Omar al-Bashir merupakan kejahatan kemanusiaan yang masuk ke dalam ruang lingkup
serta yuridiksi dari International Criminal Court (ICC) sehingga PBB turun tangan dalam
melakukan oprasio perdamaian Darfur dari Uni Afrika pada Desember 2007.55
Setelah adanya konflik etnis yang berkepanjangan dan menimbulkan kerugian dalam
berbagai aspek, akhirnya pada tahun 2018 terjadi demonstrasi terhadap pemerintahan Omar
al-Bashir, namun rezim ini tidak melakukan hal apapun kecuali mengingkari janji. Dalam
jangka waktu yang tidak terlalu lama, Presiden Omar al-Bashir dan para pembantu
terdekatnya ditangkap dan diamankan.56 Pemimpin Sudan Omar al-Bashir akhirnya tidak
mampu mempertahankan kekuasaannya setelah 30 tahun berkuasa sejak 1989 hingga
2019. 57 Ia dikudeta oleh Militer yang dipimpin oleh Ahmed Awad Ibn Auf (Mentri
Pertahanan Militer). Sebagai pengganti kepemimpinan di Sudan, Menteri Pertahanan

52 Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-


bergejolak-cqJz, diakses pada diakses pada tanggal 14 April 2019
53 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019
54 Ikaningtyas, “Kewenangan International Criminal Court terhadap Kepala Negara (Studi Kasus Presiden Sudan-Omar Al-

Bashir)”, dalam jurnal Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017


55 Ibid.,
56 Tribun Jogja, “Militer Sudan Tangkap Omar al-Bashir dan Para Pembantu Dekatnya”,
http://jogja.tribunnews.com/2019/04/11/militer-sudan-tangkap-omar-al-bashir-dan-para-pembantu-dekatnya, diakses pada
tanggal 21 April 2019
57 Mata-mata Politik, “Kudeta Militer Sudan: Presiden Omar al-Bashir Digulingkan dan Ditangkap”,

https://www.matamatapolitik.com/news-kudeta-militer-sudan-presiden-al-bashir-digulingkan-dan-ditangkap/, diakses pada


21 April 2019

8
Sudan Ahmed Awad Ibn Auf mengumumkan pembentukan Dewan Militer, yang akan
menjalankan pemerintahan hingga dua tahun ke depan di bawah komandonya.58 Namun ia
mengundurkan diri dari jabatannya sehari setelah kudeta Omar al-Bashir, ia mengikuti
suara massa yang khawatir karena pemimpin kudeta dikatakan dekat dengan Presiden. Ia
menunjuk Letjen Abdel Fattah Abdelrahman Burhan sebagai penggantinya.59
Sedangkan di bagian Sudan Selatan, yang merupakan negara baru merdeka, negara ini
belum mampu berdiri sendiri untuk memberbaiki kondisi penduduknya dan masih
membutuhkan bantuan dari berbagai pihak. Diantaranya adalah PBB yang membantu
dalam bidang Pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja dan China yang membantu dalam
pemulihan ekonomi di Sudan.60 Bantuan yang diberikan oleh pihak luar kepada pemerintah
Sudan Selatan sepertinya tidak diimbangi dengan pemerintahan yang baik.
Meskipun Sudan Selatan sudah terpisah dari Sudan utara, carut marut dan konflik di
Sudan Selatan masih terus terjadi. Konflik ini merupakan konflik yang terjadi karena
perselisihan antara Presiden Sudan Selatan, Salva Kiir dengan mantan wakil Presidennya
Riek Machar.61 Perselisihan antara Salva Kiir sebagai Presiden dan mantan wakil Presiden
Riek Machar telah meluas menjadi perselisihan antar suku. 62 Salva Kiir lahir dan
dibesarkan dari Suku Dinka, suku mayoritas di Sudan Selatan. Sedangkan Machar lahir dan
dibesarkan dari suku Nuer. Banyak dari tentara Sudan Selatan dibawah naungan SPLM/A
yang berasal dari suku Dinka. Riek Machar juga mengklaim bahwa pasukan SPLM/A
didominasi oleh sukunya, Nuer.63
Pertarungan pecah tahun 2013 lantaran keduanya memiliki kekuatan pasukan
bersenjata. Konflik itu secara resmi menjadi Perang Saudara Sudan Selatan antara Gerakan
Pembebasan Sudan Selatan di pihak Kiir melawan Gerakan Pembebasan Sudan Selatan
Perjuangan di pihak Machar. 64 Guna meredam dan upaya mengakhiri perang saudara,
Presiden Kiir yang telah menjabat sejak wilayah otonom Sudan Selatan sebelum
referendum ini mengangkat kembali Machar sebagai wakil presiden mendampinginya pada
Februari 2016. Machar dilantik pada tanggal 26 April 2016.65

58 Mata-mata Politik, “Kudeta Militer Sudan: Presiden Omar al-Bashir Digulingkan dan Ditangkap”,
https://www.matamatapolitik.com/news-kudeta-militer-sudan-presiden-al-bashir-digulingkan-dan-ditangkap/, diakses pada
21 April 2019
59 Liputan 6, Diprotes, Pemimpin Kudeta Sudan Mundur Sehari Usai Lengserkan Presiden”,
https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/3940601/diprotes-pemimpin-kudeta-sudan-mundur-sehari-usai-
lengserkan-presiden, diakses pada 21 April 2019
60 David Chandra P, “Sudan Selatan Pasca Merdeka (2011-2014)”, hlm. 12 dan 16
61 Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-

bergejolak-cqJz, diakses pada diakses pada tanggal 14 April 2019


62 Ibid.,
63 David Chandra P, “Sudan Selatan Pasca Merdeka (2011-2014)”, hlm. 13
64 Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-

bergejolak-cqJz, diakses pada diakses pada tanggal 14 April 2019


65 Ibid.,

9
Upaya meredam konflik tak sepenuhnya berhasil, ketika pada Juli 2016 bentrokan pecah
antara Tentara Pembebasan Rakyat Sudan yang setia kepada Presiden Kiir dan tentara
pendukung wapres Machar. Lebih dari 150 orang tewas di ibukota Juba. Tak berselang
lama, pada 23 Juli 2016 Presiden Kiir kembali melepas jabatan Machar sebagai wakilnya
untuk yang kedua kali. Taban Deng Gai dipilih sebagai wakilnya yang sebelumnya ia
menjabat sebagai kepala penasihat dari Machar.66
Februari 2017, PBB mengumumkan bencana kelaparan di beberapa negara bagian
Sudan Selatan. 100 ribu orang berada di ambang kelaparan dan 4,9 juta atau 40 persen
penduduk Sudan Selatan membutuhkan bantuan segera.67 Kekerasan masih terus terjadi
seiring dengan Perseteruan pendukung Kiir dan Machar yang menyeret konflik antar etnis
di Sudan Selatan. Pertempuran menjadi bersifat komunal dan pemberontak menargetkan
anggota kelompok etnis Dinka Kiir sementara tentara pemerintah menyerang etnis Nuers.
Sampai sekarang, perang masih berlangsung.68
C. Perekonomian Sudan
Sudan memiliki potensi alam yang cukup besar. Perekonomian Sudan berpusat di Khartoum
yang berada di pertemuan dua sungai. 69 Ketika Sudan berada di bawah kekuasaan Mesir,
monopoli perdagangan negara dan perdagangan budak menjadi bagian dari bisnis negara yang
diorganisir oleh rezim Mesir. Pada masa pemerintahan Muhammad Ibrahim Said (1854-1863),
beberapa monopoli perdagangan negara dihapuskan, diantaranya adalah perdagangan budak.70
Banyak orang eropa berdatang ke Sudan untuk mengambil alih perdagangan getah Arabic, kulit
unta, dan perdagangan gading. Pada tahun 1863 Khedive Isma’il membentuk Sudan Trading
and Company (perusahaan komisi dan perdagangan Sudan) yang belakangan di ubah menjadi
the Egyptian Trading and Commision Company tujuannya untuk membangun dan mengelola
jaringan kereta api, rute pelayaran, dan jaringan telegraph. Perekonomian saat ini cukup
makmur sebab didasarkan pada besarnya penghasilan negara dan pemusatan administrasi.71
Pada awal kemerdekaan Sudan, perekonomian Sudan memburuk yang diakibatkan oleh
banyaknya konflik yang terjadi di Sudan, kemudian perekonomian Sudan kembali tumbuh
berkat proyek pertanian, jalan baru, dan saluran pipa minyak pada tahun 1970.72 Tetapi hutang
luar negeri juga meningkat. Pada tahun 1984 situasi ekonomi Sudan kembali mengalami
penurunan.73

66 Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-baru-yang-terus-


bergejolak-cqJz, diakses pada diakses pada tanggal 14 April 2019
67 Ibid.,
68 Ibid.,
69 Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
70 Ira. M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, cetakan I, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999), hlm. 471
71 Ibid.,
72 Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada tanggal 14 April

2019
73 Ibid.,

10
Bertahun-tahun kesalahan manajemen ekonomi, perang saudara, pengasingan diplomatik
dan bencana kelaparan menghambat kemajuan ekonomi, dan terutama menghancurkan wilayah
selatan yang masih dilanda perang.74 Sektor minyak telah mendorong pertumbuhan PDB Sudan
sejak kegiatan ekspor minyak tahun 1999. Perekonomian saat ini sudah beralih dari sosialis ke
ekonomi pasar. Selama hampir satu dekade, ekonomi Sudan meningkat tajam karena produksi
minyak, harga minyak yang tinggi, dan arus masuk yang signifikan dari investasi asing
langsung75.
Saat ini, Sudan Modern termasuk kategori negara berkembang, meskipun pada tahun
sebelum 1993 pernah dikategorikan sebagai negara miskin yang selalu berurusan dengan
konflik sosial, perang saudara, dan pemisahan diri dari Sudan Selatan. Sejak guncangan
ekonomi pemisahan diri Sudan Selatan, Sudan memasuki reformasi ekonomi yang telah
berjuang untuk menstabilkan ekonominya. Pemerintah berupaya untuk menghasilkan sumber-
sumber baru pendapatan, seperti dari pertambangan emas, serta melaksanakan program
penghematan untuk mengurangi pengeluaran. Konflik yang berlangsung di Southern Kordofan,
Darfur, dan negara bagian Blue Nile, serta kurangnya infrastruktur dasar dan ketergantungan
banyak penduduk pada pertanian subsisten memastikan bahwa sebagian besar penduduk akan
tetap pada atau di bawah garis kemiskinan selama bertahun-tahun yang akan datang.76
Sedangkan Sudan Selatan menjadi salah satu negara miskin yang harus berurusan dengan
konflik sosial antar etnis. konflik antar suku mengakibatkan produksi minyak di Sudan Selatan
melemah. Ekonomi Sudan Selatan yang sebagian besar digerakkan oleh minyak harus terhenti
akibat perang antar suku. Ketergantungan Sudan Selatan pada hasil produksi minyak sangat
tinggi. Akibatnya apabila produksi minyak mengalami kendala, pemerintah Sudan Selatan akan
mengalami banyak kerugian akibat terhentinya produksi minyak.77
Banyak pasar yang tidak beroperasi dikarenakan situasi yang belum aman. Penduduk Sudan
Selatan tidak mampu untuk berbelanja karena kemiskinan dan akibatnya banyak dari penduduk
yang menjarah gudang penyimpanan bantuan. Kelaparan dan keterlambatan distribusi bantuan
makanan memaksa penduduk melakukan penjarahan dan pencurian bahan makanan pada
gudang-gudang penyimpanan. Pemerintah Sudan Selatan hanya mengandalkan bantuan
pinjaman uang dari berbagai pihak untuk kelangsungan hidup penduduknya, walaupun sudah
dijelaskan sebelumnya bahwa anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk penduduknya tidak
sampai 10% dari seluruh anggaran belanja negara.33 Penduduk yang dilanda kemiskinan akibat
terganggunya mata pencaharian tidak mampu untuk membeli bahan makanan. Proses bercocok
tanam, pergi mencari ikan hingga berternak masih belum bisa dilakukan karena kondisi Sudan

74 David Chandra P, “Sudan Selatan Pasca Merdeka (2011-2014)”, hlm. 14


75 Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-world-
factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
76 Ibid.,
77 David Chandra P, “Sudan Selatan Pasca Merdeka (2011-2014)”, hlm. 14

11
Selatan yang belum aman. Harga pangan di wilayah ini tinggi dan cenderung menjadi lebih
jauh dari jangkauan mengakibatkan banyak dari mereka yang mata pencaharian telah terganggu
oleh ketidakstabilan politik.78
D. Budaya Sudan
Secara georafis, Sudan terletak di posisi strategis. Karena letaknya di bagian Utara Afrika
yang termasuk bagian dari wilayah Timur Tengah, maka Sudan menjadi negara anggota Liga
Arab dan Uni Afrika. Sudan tidak dapat dilepaskan dari peta islam, karena banyak penggagas
syariat Islam yang ada di Sudan, diantaranya Muhammad Ahmed / Mahdi (penggagas gerakan
almahdis), dan Hassan Turabi (penggagas syariat Islam Sudan).
Wilayah di Sudan banyak didiami oleh bangsa Arab yang bermigrasi dan menetap di Sudan
utara dekat Mesir. Kedatangan bangsa Arab lambat laun makin bertambah. Terjadi
percampuran ras antara Afrika dan Arab yang kemudian menghasilkan etnis percampuran
diantara keduanya.
Mayoritas penduduk Sudan beragama islam. Namun di bagian selatan masih banyak
penduduk yang beragama kristen dan penyembah kepercayaan lokal. Sejak tahun 1989,
pemerintah Sudan telah memberlakukan syariah Islam dalam beberapa aspek, salah satunya
adalah sistem ekonomi dalam negeri. Sementara untuk urusan politik, pemerintah Sudah tetap
menganut sistem demokrasi dengan bentuk negara republik.79
Tingkat pemahaman rakyat Sudan terhadap agama sangat positif dan komperehensif,
sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh radikalisme dan propaganda atas nama agama
yang berbeda dengan budaya dan karakteristik masyarakatnya, termasuk pemahaman
keagamaan yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat
dalam kehidupan sehari-hari mereka yang tetap mempertahankan budaya keakraban serta
nasionalisme tinggi.80
Kebudayaan Sudan merupakan campuran dari unsur budaya Islam dan Afrika. 81 Hukum
Islam menjadi landasan negara Sudan yang mayoritas penduduknya bermazhab Maliki. Sampai
pada soal pakaian perempuan pun ditentukan oleh penguasa. Kebanyakan orang beranggapan,
Sudan adalah hanya salah satu negara Arab. Sebenarnya Sudan adalah negara yang unik karena
merupakan kombinasi budaya antara Arab dan Afrika. Meskipun berbatasan dengan wilayah
Arab dan mayoritas warganya Muslim, masyarakat Sudan mengenakan pakaian khas mereka
yang sama sekali berbeda dengan orang-orang Arab lainnya. Sebagian dari pakaian atau
pernak-pernik yang digunakan oleh para wanita di Sudan itu cenderung mirip dengan budaya

78 David Chandra P, “Sudan Selatan Pasca Merdeka (2011-2014)”, hlm. 14


79 Jalan Damai, “Cerita Dari Sudan: Islam yang Berkeadaban”, https://jalandamai.org/cerita-dari-sudan-islam-yang-
berkeadaban.html, diakses pada tangga 19 April 2019
80 Ibid.,
81 Serambinews.com, “Jangan tak Berkerudung Kalua Datang Ke Sudan”,
www.google.com/amp/aceh.tribunnews.com/amp/2015/03/07/jangan-tak-berkerudung-kalau-datang-ke-sudan, diaksses pada
tanggal 17 April 2019

12
India, yakni Thobe, selain Thobe, layaknya wanita Arab, abaya hitam atau gamis juga menjadi
pakaian khas wanita Sudan, pakaian ini sangat umum dipakai dan bisa dikatakan hampir semua
wanita Sudan pakai abaya.82
Sudan memiliki bahasa setempat yang beragam. Namun bahasa arab dan inggrislah yang
dijadikan sebagai bahasa nasional negara ini. Terdapat 600 kelompok etnis yang berbeda di
Sudan. Etnis yang berbeda memiliki latar belakang berbeda dan kebudayaan yang berbeda,
terutama penduduk di bagian utara dan selatan.83 Dengan banyaknya etnis yang ada di Sudan,
tak serta membuat negara ini aman dan damai secara keseluruhan. Sudan adalah negara yang
dirundung konflik selama bertahun-tahun. Dengan banyaknya konflik di Sudan juga tak serta
merta mengeneralisasikan bahwa seluruh wilayah Sudan tak aman. Pemberitaan media asing
yang selama ini cenderung menampilkan Sudan sebagai negara yang dilanda konflik internal
kerap memunculkan persepsi dan gambaran negatif tentang negara yang beribukotakan
Khartoum. Padahal negeri ini relatif aman, konflik internal yang melibatkan pertikaian antar
suku hanya terjadi di provinsi Darfur yang terletak di bagian barat Sudan.84
Tidak semua penduduk Sudan mau disama ratakan oleh pemerintah. Sebab tidak semua
penduduk Sudan beragama islam, tidak semua penduduk Sudan berlatar belakang arab dan
semua Etnis memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda.
Banyak pemberontakan yang terjadi di Sudan. Mulai dari permasalahan agama, suku
bangsa dan etnis. Konflik sipil di sudah telah berlangsung sejakbtahun 1955. Konflik makin
membesar antara pemerintah pusat di Sudan Utara yang mayoritas Muslim dengan kelompok-
kelompok etnis di Sudan selatan yang dimotori Tentara Pembebasan Rakyat Sudan (SPLA)
yang mayoritas beragama kristen dan berkulit hitam gelap asli afrika.
Walau telah terpecah menjadi dua negara, konflik antara Sudan dan Sudan Selatan tak jua
berakhir. Di Republik Sudan terjadi perang sipil di darfur antar bangsa afrika dengan bangsa
arab. Konflik darfur menyita perhatian dunia, dan digolongkan sebagai konflik genosida. Yang
bertanggung jawab atas konflik ini adalah omar al bashir. Pemimpin negara Sudan. Ia bersama
para pembantu dekatnya telah berhasil di tahan pada tahun 2019 oleh pasukan militer. Dan saat
ini pemerintahan Sudan dikendalikan Dewan Militer.
Sedangkan di Sudan selatan, konflik antar etnis juga terjadi. Berlatar belakang dari
permasalahan antar presiden Sudan selatan dengan wakilnya yang yang berebut kekuasaan dan
masing-masing merasa lebih berhak atas jabatan penguasa Sudan kemudian merambah menjadi
konflik antar etnis. Sampai sekarang, perang masih berlangsung.

82 Serambinews.com, “Jangan tak Berkerudung Kalua Datang Ke Sudan”,


www.google.com/amp/aceh.tribunnews.com/amp/2015/03/07/jangan-tak-berkerudung-kalau-datang-ke-sudanIbid., diakses
pada tanggal 17 April 2019
83 Ibid.,
84 Jalan Damai, “Cerita Dari Sudan: Islam yang Berkeadaban”, https://jalandamai.org/cerita-dari-sudan-islam-yang-

berkeadaban.html, diakses pada tangga 19 April 2019

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sudan merupakan negara multi etnis yang terletak di timur laut Afrika. Menjadikan Bahasa
Arab dan Inggris sebagai Bahasa nasional dan menjadikan Islam sebagai identitas negara
(Sudan). Sudan beribukotakan Khartoum sedangkan Sudan Selatan beribukota Juba. Mayoritas
penduduk Sudan beragama Islam sedangkan Sudan Selatan beragama Kristen.
Sudan sebelum referendum adalah negara republik yang dipimpin oleh presiden, namun
pemimpin di Sudan selalu diganti melalui kudeta miliiter. Sudan merupakan negara yang selalu
dirundung konflik mulai dari masa Anglo-Mesir-Sudan hingga saat ini. Jika mulanya konflik
dilatar belakangi oleh faktor agama, politik, ekonomi dan kesenjangan sosial, maka mestinya
pasca terpecahnya negara ini menjadi dua bagian konflik semestinya selesai. Namun, konflik
justru terus terjadi, kali ini dilatar belakangi oleh faktor ekonomi dalam pembagian hasil
minyak dan dan perebutan wilayah.
Di negara Sudan itu sendiri, konflik antar etnis masih terjadi. Kali ini dilatarbelakangi oleh
perbedaan etnis di Darfur antara Arab dengan Afrika. Konflik ini menyita perhatian
duniahingga PBB ikut serta alam mendamaikan konflik tersebut. Konflik ini berujung pada
kudeta penguasa Sudan yang akrab disapa Omar al-Bashir. Omar al-Bashir selalu
memenangkan pemilu yang sesungguhnya tak wajar dan selalu di protes oleh kelompok oposisi.
Setelah berkuasa 30 tahun lamanya sejak 1989 hingga 2019, kini statusnya telah menjadi
tahanan dan pemerintahan Sudan diambil alih oleh dewan Militer untuk 2 tahun kedepan hingga
pemilu.
Sedangkan untuk negara Sudan Selatan yang telah merdeka pada tahun 2011, mestinya
negara ini bahagia serta aman dan tentram. Nyatanya belum lama presidennya berkuasa, konflik
antar etnis terjadi lagi di Sudan Selatan. Konflik ini bermula dari perselisihan antar presiden
dan wakilnya yang merasa paling berhak menjadi penguasa. Mereka memiliki latar belakang
etnis yang berbeda. Konflik ini kemudian meluas menjadi konflik antar etnis yang puncaknya
pecah pada tahun 2013 dan masih berlangsung sampai saat ini.
Kondisi ekonomi sudan mulanya sangat baik sebab wilayah ini memiliki potensi yang
sangat menguntungkan, namun konflik yang terus terjadi menghambat perekonomian yang ada
dan menyebabkan penduduknya mengungsi, kelaparan, sakit bahkan mati. Untuk negara Sudan,
perekonomiannya telah membaik, yang tadinya sempat dikategorikan sebagai negara miskin
kini telah menjadi negara berkembang. Sedangkan negra Sudan Selatan hingga kini ia masih
menyandang sebagai negar miskin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Central Intelligence Agency, “The World Factbook”, https://www.cia.gov/library/publications/the-


world-factbook/geos/su.html, diakses pada tanggal 14 April 2019
CNN Indonesia, “Omar al-Bashir, Dari Kudeta ke Kudeta”,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20190411194404-127-385528/omar-al-bashir-dari-
kudeta-ke-kudeta, diakses pada tanggal 15 April 2019
Countries and Their Cultures, “Sudan”, https://www.everyculture.com/Sa-Th/Sudan.html, diakses pada
tanggal 14 April 2019
Ikaningtyas. “Kewenangan International Criminal Court terhadap Kepala Negara (Studi Kasus Presiden
Sudan-Omar Al-Bashir)”, dalam jurnal Semnas Sipendikum FH UNIKAMA 2017
Jalan Damai, “Cerita Dari Sudan: Islam yang Berkeadaban”, https://jalandamai.org/cerita-dari-sudan-
islam-yang-berkeadaban.html, diakses pada tangga 19 April 2019
Lapidus, Ira M. “Sejarah Sosial Umat Islam”, cetakan I. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada (1999)
Liputan 6, Diprotes, Pemimpin Kudeta Sudan Mundur Sehari Usai Lengserkan Presiden”,
https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/3940601/diprotes-pemimpin-kudeta-sudan-
mundur-sehari-usai-lengserkan-presiden, diakses pada 21 April 2019
Mata-mata Politik, “Kudeta Militer Sudan: Presiden Omar al-Bashir Digulingkan dan Ditangkap”,
https://www.matamatapolitik.com/news-kudeta-militer-sudan-presiden-al-bashir-digulingkan-dan-
ditangkap/, diakses pada 21 April 2019
Misi.co Christian Online, “Sudan”, http://misi.co/Sudan, di akses pada tanggal 14 April 2019
Noor, Yusliani. “Sejarah Timur Tengah (Asia Barat Daya)” cetakan II. Yogyakarta: Ombak (2018)
P, David Chandra. “Sudan Selatan Pasca Merdeka (2011-2014)”
Republika.co.id, “Jejak Kesultanan Islam di Afrika Timur”,
http://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/pe8yf7313, diakses pada tangga 15 April
2019
Rezim Islam Sudan, “Kekerasan Rezim Muslim di Sudan”,
http://sumantoqurtuby.blogspot.com/2008/06/rezim-islam-sudan.html, diakses pada tanggal 15
April 2019
Serambinews.com, “Jangan tak Berkerudung Kalua Datang Ke Sudan”,
www.google.com/amp/aceh.tribunnews.com/amp/2015/03/07/jangan-tak-berkerudung-kalau-
datang-ke-sudan, diaksses pada tanggal 17 April 2019
Tirto.id, “Sudan Selatan, Negara Baru yang Terus Bergejolak”, https://tirto.id/sudan-selatan-negara-
baru-yang-terus-bergejolak-cqJzl diakses pada tanggal 14 April 2019
Tribun Jogja, “Militer Sudan Tangkap Omar al-Bashir dan Para Pembantu Dekatnya”,
http://jogja.tribunnews.com/2019/04/11/militer-sudan-tangkap-omar-al-bashir-dan-para-pembantu-
dekatnya, diakses pada tanggal 21 April 2019

15

Anda mungkin juga menyukai