Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andika Adityawarman

Kelas : XII IPS 1

TUGAS SEJARAH INDONESIA

INDONESIA MASA REFORMASI

Reformasi lahir setelah Negara kita ini mengalami krisis yang melanda berbagai aspek,
mulai dari kehidupan, ekonomi, politik, hukum, kepercayaan, dan yang parahnya lagi adalah
krisis kebutuhan pokok. Karena pada masa orde baru itu Indonesia mengalami krisis yang cukup
parah, akhirnya muncullah gerakan-gerakan mahasiswa dan masyarakat lainnya yang meminta
Presiden Soeharto untuk turun dari jabatannya.

Era Reformasi atau Pasca Soeharto dimulai pada pertengahan 1998, tepatnya saat
Presiden Soeharto mengundurkandiri pada 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presiden BJ
Habibie.

Tugas Pengetahuan:

1. Dalam bidang politik dan pemerintahan, apa yang membedakan antara masa pemerintahan
B.J. Habibie dengan masa pemerintahan sebelumnya (Orde Baru)? Masa pemerintahan B. J.
Habibie berlangsung dari tanggal 21 Mei 1998 sampai 20 Oktober 1999 yang merupakan
lahirnya awal masa Reformasi di Indonesia. Beliau mewarisi kondisi keadaan negara yang
sedang kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto pada masa Orde Baru, sehingga
menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia.
Segera setelah memperoleh kekuasaan, Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Berikut yang membedakan masa pemerintahan B. J. Habibie (Masa Reformasi) dengan masa
pemerintahan sebelumnya (Masa Reformasi).
1. Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan

Sehari setelah dilantik, B. J. Habibie telah berhasil membentuk kabinet yang


diberi nama Kabinet Reformasi Pembangunan yang terdiri atas 36 Menteri, yaitu 4
Menteri Negara dengan tugas sebagai Menteri Koordinator, 20 Menteri Negara yang
memimpin Departemen, dan 12 Menteri Negara yang memimpin tugas tertentu.

2. Sidang Istimewa MPR 1998

Akibat tuntutan keras dari mahasiswa dan gerakan reformasi, MPR mengadakan
sidang istimewa dengan hasilnya, yaitu mendorong kebebasan mengeluarkan pendapat,
kebebasan pers, kebebasan berserikat, serta pembebasan tahanan politik dan narapidana
politik. B. J. Habibie membebaskan narapidana politik seperti Sri Bintang Pamungkas
(mantan anggota DPR yang dipenjara karena mengkritik Presiden Soeharto) dan
Muchtar Pakpahan (pemimpin buruh yang dituduh memicu kerusuhan di Medan tahun
1994). Beliau juga mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen.
Amnesti pembebasan Sri Bintang Pamungkas dan Muchtar Pakpahan dikukuhkan dalam
keppres No. 80 Tahun 1998.

3. Reformasi Bidang Politik

Reformasi di bidang politik yang dilakukan adalah dengan memberikan


kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk membentuk partai-partai politik, serta rencana
pelaksanaan pemilu yang diharapkan menghasilkan lembaga tinggi negara yang benar-
benar representatif. Selain itu, menetapkan pembatasan masa jabatan Presiden menjadi
dua kali masa jabatan saja dan pencabutan ketetapan untuk meminta Surat Izin Terbit
(SIT) bagi media massa cetak.

4. Pelaksanaan Pemilu 1999

Pemilu 1999 adalah penyelenggaraan pemilu multipartai (yang diikuti oleh 48


partai politik).

Sumber: Buku Cetak Sejarah Indonesia Kelas XII Halaman 152-157

2. Jelaskan alasan kebijakan pemerintahan Abdurrahman Wahid membubarkan Departemen


Sosial dan Departemen Penerangan! Perjalanan pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
(Gus Dur) dalam melanjutkan cita-cita reformasi diawali dengan membentuk Kabinet
Persatuan Nasional. Di awal pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Sosial
dan Departemen Penerangan dengan alasan perampingan struktur pemerintahan. Selain itu,
pemerintah berpandangan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh kedua departemen tersebut
dapat ditangani oleh masyarakat sendiri. Dari sudut pandang politik, pembubaran
Departemen Penerangan merupakan salah satu upaya untuk melanjutkan reformasi di bidang
sosial dan politik mengingat departemen ini merupakan salah satu alat pemerintahan Orde
Baru dalam mengendalikan media massa, terutama media massa yang mengkritisi kebijakan
pemerintah. Selain itu, oknum dari kedua lembaga tersebut ditengarai kerap melakukan
tindakan korupsi.

Sumber: Buku Cetak Sejarah Indonesia Kelas XII Halaman 163

3. Jelaskan, mengapa pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada masa


pemerintahan Megawati Sukarno Putri sempat menuai kritik? Pada masa pemerintahan
Megawati Sukarno Putri pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menuai
kritikan oleh masyarakat karena pada massa pemerintahan Gus Dur telah dibentuk Komisi
Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN). Dari sisi kemiripan tugas, keberadaan dua
komisi tersebut terkesan tumpang tindih. Selain itu, kurangnya kepercayaan rakyat kepada
suatu lembaga pemerintah yang disebabkan oleh masa orde baru yang dimana pada saat itu
pemerintahan yang tertutup malah melakukan korupsi secara besar-besaran hingga diketahui
oleh masyarakat yang berakhir pada lengsernya pemerintahan Orde Baru. Dalam perjalanan
pemerintahan Presiden Megawati, berbagai kasus KKN yang ada belum dapat diselesaikan.

Sumber: Buku Cetak Sejarah Indonesia Kelas XII Halaman 168

4. Jelaskan, keberhasilan apa saja yang dicapai pada masa pemerintahan Megawati Sukarno
Putri di bidang ekonomi! Pada masa pemerintahan Megawati Sukarno Putri telah membuat
pencapaian di bidang ekonomi dan dianggap berhasil membangun kembali perekonomian
bangsa yang sempat terpuruk sejak beralihnya pemerintahan dari Orde Baru ke
pemerintahan pada era Reformasi. Salah satu indikator keberhasilan pemerintahan Presiden
Megawati adalah rendahnya tingkat inflasi dan stabilnya cadangan devisa negara. Nilai tukar
rupiah relatif membaik dan berdampak pada stabilnya harga-harga barang. Kondisi ini juga
meningkatkan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia yang dianggap
menunjukkan perkembangan positif. Kenaikan inflasi pada bulan Januari 2002 akibat
kenaikan harga dan suku bunga serta berbagai bencana lainnya juga berhasil ditekan pada
bulan Maret dan April 2002.

Sumber: Buku Cetak Sejarah Indonesia Kelas XII Halaman 170

5. Jelaskan tentang konflik-konflik yang berhasil diselesaikan pada masa pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono, termasuk upaya penyelesaiannya! Konflik-konflik yang terjadi pada
masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono adalah sebagai berikut.
1. Gerakan Aceh Merdeka (GAM)

Masalah GAM merupakan masalah 'warisan' dari pemerintahan Presiden B.J.


Habibie yang tak menemui titik akhir. Upaya pemerintahan Presiden SBY untuk
mengatasi masalah GAM adalah

1. Presiden SBY mengefektifkan forum-forum dialog mulai dari tingkat lokal Aceh
hingga tingkat internasional.
2. Presiden SBY pendekatan langsung dengan masyarakat Aceh melalui kunjungan
yang dilakukan ke Aceh pada tanggal 26 November 2004.

Upaya mengadakan forum dialog di tingkat internasional menghasilkan Geneva


Agreement (Kesepakatan Penghentian Permusuhan/Cessation of Hostilities Agreement
(CoHA)). Tujuannya adalah untuk menghentikan segala bentuk pertempuran sekaligus
menjadi kerangka dasar dalam upaya negosiasi damai di antara semua pihak yang
berseteru di Aceh. Tetapi kesepakatan belum dapat dilaksanakan karena minimnya
dukungan dari DPR, militer, bahkan dari pihak GAM.

Dalam kunjungannya ke Aceh, Presiden SBY menekankan pentingnya


penerapan otonomi khusus di Aceh sebagai sebuah otonomi yang luas. Presiden juga
berupaya untuk membicarakan amnesti dengan DPR bagi anggota GAM seraya
menekankan bahwa solusi militer tidak akan menyelesaikan masalah Aceh secara
permanen.
2. Konflik di Poso

Konflik yang dimulai pada tahun 1998 terus berlanjut hingga masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu kebijakan presiden untuk
menyelesaikan konflik di Poso adalah dengan mengeluarkan Instruksi Presiden No. 14
Tahun 2005 tentang langkah-langkah komprehensif penanganan masalah Poso. Melalu
Inpres tersebut, Presiden menginstruksikan untuk:

1. Melaksanakan percepatan penanganan masalah Poso melalui langkah-langkah


komprehensif, terpadu dan terkoordinasi.
2. Menindak secara tegas setiap kasus kriminal, korupsi, dan teror serta mengungkap
jaringannya.
3. Upaya penanganan masalah Poso dilakukan dengan tetap memperhatikan Deklarasi
Malino 20 Desember 2001.
3. Konflik di Papua

Konflik Papua merupakan salah satu dari konflik dalam negeri yang dihadapi
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada masa pemerintahan. Kurangnya
keadilan bagi masyarakat Papua menimbulkan adanya perlawanan dan keinginan
sebagian masyarakat untuk memisahkan diri dari NKRI. Upaya Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dalam menangani konflik di Papua karena masalah ekonomi
adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan kebijakan otonomi khusus
bagi Papua yang diharapkan dapat memberikan porsi keberpihakan, perlindungan, dan
pemberdayaan kepada orang asli Papua. Kebijakan ini didukung oleh pemerintah
melalui aliran dana yang cukup besar. Selain itu, pemberdayaan sumber daya manusia
masyarakat yang tinggal di wilayah Papua melalui pemberian pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan mereka di bidang pertanian dan pemahaman birokrasi.

Sumber: Buku Cetak Sejarah Indonesia Kelas XII Halaman 180

Anda mungkin juga menyukai