Anda di halaman 1dari 11

PENGUATAN HAK PENGELOLAAN DALAM

UNDANG–UNDANG CIPTA KERJA

Disusun Oleh:

NAMA : ALFISYAHRIN FIRDAUS


NIM : S2.2002.496

PROGRAM MAGISTER ILMU HUKUM


SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM SULTAN ADAM
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
PENGUATAN HAK PENGELOLAAN DALAM UNDANG-UNDANG
CIPTA KERJA ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dari Bapak Bambang S. Oyong, SH.MH pada mata kuliah Sosiologi
Hukum. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Undang Cipta Kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bambang S. Oyong,


SH.MH, selaku dosen mata kuliah Sosiologi Hukum yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mem
bagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu saya harapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Pelaihari, Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Maksud dan Tujuan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................3

PEMBAHASAN...................................................................................................3

BAB III PENUTUP..........................................................................................................7

A. Kesimpulan...........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak atas tanah merupakan hak yang memberikan wewenang untuk


memakai tanah yang diberikan kepada orang atau badan hukum. Pada prinsipnya
tujuan pemakaian tanah adalah untuk memenuhi dua jenis kebutuhan yaitu

untuk diusahakan dan untuk membangun sesuatu.1 UU No. 5 Tahun 1960


tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (UUPA) mengenal beberapa hak
atas tanah yang antara lain meliputi: Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai. Dalam perkembangan hukum tanah nasional dikenal
pula Hak Pengelolaan.

Jika melihat pengaturan yang ada di dalam UUPA, tidak ada


ketentuan yang secara eksplisit menyebutkan “Hak Pengelolaan” sebagai
salah satu hak atas tanah. UUPA hanya menyebut istilah “pengelolaan”
dalam Penjelasan Umum II angka 2 UUPA.

Dalam kaitan ini, Boedi Harsono mengemukakan bahwa selain kepada


pemerintah daerah dan masyarakat hukum adat, pelimpahan pelaksanaan
sebagian kewenangan negara atas tanah, dapat juga dilakukan kepada badan-
badan otorita, perusahaan negara dan perusahaan daerah dengan pemberian
penguasaan tanah tertentu dengan apa yang dikenal dengan sebutan Hak

Pengelolaan.2 Dengan demikian Hak Pengelolaan merupakan Hak Menguasai


Negara yang wewenang pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegang haknya, yaitu: kementerian, pemerintah daerah, perusahaan milik
negara, dan perusahaan milik daerah.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut alasan penulis memilih judul di atas


agar praktis dan operasional, maka penelitian ini dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:

1. Bangaimana pengaturan Hak Pengelolaan sebelum adanya Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2020?
2. Bangaimana pengaturan Hak Pengelolaan setelah adanya Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020?

C. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengaturan Hak Pengelolaan sebelum Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020.
2. Mendeskripsikan pengaturan Hak Pengelolaan setelah Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Hak Pengelolaan (HPL) sebelum Undang-Undang Nomor 11


Tahun 2020
Secara tersurat, UUPA tidak menyebutkan HPL tetapi hanya
menyebutkan pengelolaan dalam Penjelasan Umum Angka II Niomor 2 UUPA,
yaitu:
Negara dapat memberikan tanah yang demikian itu kepada seseorang
atau badan hukum dengan sesuatu hak menurut peruntukan dan keperluannya,
misalnya Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atau
memberikannya dalam pengelolaan kepada suatu badan penguasa untuk
digunakan bagi pelaksanaan tugasnya masing-masing.1
Maria S.W. Sumardjono menyatakan bahwa dalam UUPA. HPL tidak
disebutkan secara eksplisit, baik dalam diktum, batang tubuh maupun
penjelasannya. Namun demikian, dalam praktik keberadaan HPL berikut
landasan hukum telah berkembang sedemikian rupa dengan berbagai akses dan
permasalahannya.
Dalam praktiknya pelaksanaan HPL mengalami perkembangan yang
signifikan baik dari sisi pengaturannya maupun implementasi dilapangan.
Berbagai peraturan yang mengatur tentang HPL semuanya berada dalam
tataran peraturan pelaksanaan, yaitu:2
1. Pasal 1 ayat (3) Permeneg/Kelpa BPN NO. 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara
Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan,
yang mendefinisikan: “Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara
yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada
pemegangnya.”
2. Pasal 1 ayat (4) PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang
mendefinisikan: “Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang
kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.”
1
Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
2
Sulasi Rongiyati “Pemanfaatan Hak Pengelolaan Atas Tanah Oleh PIhak Ketiga”.
3. Pasal 1 ayat (2) PP No. 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah, menyebutkan Hak Pengelolaan
adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya
sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.
4. Pasal 7 ayat (1) UU No. 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun yang
menentukan rumah susun hanya dapat dibangun di atas tanah Hak Milik,
Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas tanah atau Hak Pengelolaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5. Pasal 2 ayat (2) huruf f UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan, bahwa Hak Pengelolaan termasuk salah satu
objek pajak.
Dari pengertian HPL diatas menunjukan bahwa HPL merupakan hak
menguasai Negara atas tanah sebagaimana disebutkan Pasal 2 UUPA, bukan
hak atas tanah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4, Pasal 16 ayat (1), dan
Pasal 53 UUPA. HPL bukan murni hak menguasai negara atas tanah, melaikan
pelimpahan dari pihak menguasai negara atas tanah. Pihak-pihak yang dapat
diberikan HPL menurut PP 40/1996 adalah sebagai berikut:
1. Instansi pemerintah termasuk Pemerintah Daerah;
2. BUMN;
3. BUMD;
4. PT. Persero;
5. Badan Otorita;
6. Badan-Badan hukum pemerintah lainnya yang ditunjuk pemerintah.
Badan hukum yang dimaksud dapat diberikan HPL sepanjang sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya berkaitan dengan pengelolaan tanah. Terkait
dengan wewenang yang diberikan kepadan pemegang HPL, yaitu meliputi
wewenang sebagaimana disebutkan dalam pasal 2 ayat (2) UUPA sebagai
berikut :3
1. Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan;

3
Lihat Pasal 1 ayat (1) Pertaturan Menteri Dalam Negri Nomor 1 Tahun 1977 tentang Tata Cara Permohonan
dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Tanah Bagian-Bagian Tanah Hak Pengelolaan Serta Pendaftaran.
(Sudah dicabut dengan Permeneg/Kepala BPN No. 9 tahun 1999)

4
2. Menggunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya;
(kewenangan diatas merupakan kewenangan yang bersifat internal)
3. Menyerahkan bagian-bagian tanah tersebut untuk pihak ketugas menurut
persyaratan pemegang HPL yang meliputi hal peruntukan, penggunaan,
jangka waktu, dan kompensasi dengan ketentuan pemberian hak atas tanah
kepada pihak ketiga dilakukan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
(kewenangan diatas merupakan kewenangan bersifat eksternal).
Hak Pengelelolaan tidak disebutkan dalam UUPA, tetapi dalam
Penjelasan Umum Angka II Nomor 2 UUPA disebutkan pengelolaan. Pada
awalnya, Hak Pengelolaan berasal dari konversi hak penguasaaan atas
tanah negara. Dalam perkembangannya, HPL lahir dari pemberian hak atas
tanah negara yang dimohonkan oleh pemegang HPL. Pihak-pihak yang
dapat mempunyai tanah HPL adalah sebagaimana tersebut dalam PP
40/1996. Hak Pengelolaan dapat dikategorikan sebagai hak atas tanah yang
mempunyai sifat right to use, tidak right to disposal, artinya hak yang
dimiliki oleh pemegang Hak Pengelolaan adalah hanya mempergunakan
tanah untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya dan berlaku selama
tanahnya dipergunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya, tidak ada
hak untuk mengalihkan Hak Pengelolaan dalam bentuk apapun kepada
pihak lain, dan tidak ada hak untuk dijadikan jaminan utang dengan
dibebani Hak Tanggungan.

B. Pengaturan Hak Pengelolaan (HPL) Dalam Undang-Undang Cipta Kerja


Dalam Undang-Undang Cipta Kerja diatur tentang penguatan Hak
Pengelolaan terutama Hak Pengelolaan yang kewenangan pelaksanaannya
dilimpahkan kepada pihak ketiga.

5
Pasal 137 ayat (1) UU Cipta Kerja disebutkan pihak-pihak yang dapat
diberikan Hak Pengelolaan. Yang unik adalah adanya penambahan dalam
subjek pemegang Hak Pengelolaan yaitu Badan Bank Tanah.
Selanjutnya Pasal 138, penyerahan pemanfaatan bagian tanah HPL
kepada pihak ketiga dilakukan dengan perjanjian pemanfaatan tanah. Di atas
tanah HPL dapat diberikan HGU, HGB dan/atau HP sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Jangka waktu HGB diatas HPL dapat
diberikan perpanjangan dan pembaharuan hak apabila sudah digunakan
dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pemberian haknya. Apabila hak
atas tanah yang berada di atas HPL telah berakhir, maka tanahnya kembali
menjadi tanah hak pengelolaan. Dalam keadaan tertentu Pemerintah Pusat
dapat membatalkan dan/atau mencabut hak pengelolaan sebagian atau
seluruhnya. Dan tata caranya diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pada pasal 140 diatur hak milik yang berada diatas HPL. Apabila
bagian bidang tanah hak pengelolaan diberikan dengan hak milik, bagian
bidang tanah hak pengelolaan tersebut hapus dengan sendirinya. Hak milik
yang dimaksud hanya diberikan untuk keperluasn rumah umum dan keperluan
transmigrasi.

BAB IV
PENUTUP

6
A. Kesimpulan
Hak Pengelolaan tidak disebutkan dalam UU No. 5 Tahun 1960
(UUPA), tetapi dalam Penjelasan Umum Angka II Nomor 2 UUPA
disebutkan pengelolaan. Pada awalnya, Hak Pengelolaan berasal dari
konversi hak penguasaan atas tanah negara. Dalam perkembangannya, Hak
Pengelolaan lahir dari pemberian hak atas tanah negara yang dimohon oleh
pemegang Hak Pengelolaan. Pihak-pihak yang dapat mempunyai tanah Hak
Pengelolaan adalah badan hukum Pemerintah yang bergerak dalam bidang
pelayanan publik maupun bisnis, yang tugas pokok dan fungsinya berkaitan
dengan tanah. Perseorangan maupun badan usaha swasta tidak dapat
mempunyai tanah Hak Pengelolaan meskipun tugas pokok dan fungsinya
berkaitan dengan pengelolaan tanah. Berdasarkan sifat dan kewenangannya,
Hak Pengelolaan dapat dikategorikan sebagai hak atas tanah yang
mempunyai sifat right to use, tidak right of disposal, artinya hak yang
dimiliki oleh pemegang Hak Pengelolaan adalah hanya mempergunakan
tanah untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya dan berlaku selama tanahnya
dipergunakan untuk kepentingan pelaksanaan tugasnya, tidak ada hak untuk
mengalihkan Hak Pengelolaan dalam bentuk apapun kepada pihak lain, dan
tidak ada hak untuk dijadikan jaminan utang dengan dibebani Hak
Tanggungan. Kewenangan yang terdapat dalam Hak Pengelolaan ada yang
bersifat internal dan eksternal. Kewenangan yang bersifat internal, yaitu
merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah dan menggunakan tanah
untuk keperluan pelaksanaan tugas atau usahanya. Kewenangan yang bersifat
eksternal yaitu menyerahkan bagian-bagian tanah Hak Pengelolaan kepada
pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
Pengaturan HPL setelah diterbitaknya UU 11 tahun 2020 tentang Cipta
Kerja. Memperkuat pengaturan HPL yang selama ini peraturan mengenai
HPL hanya berada di peraturann dibawah undang-undang. Dan diharapkan
dengan diterbitkannya peraturan ini dapat mengatasi persoalan pemanfaatan
tanah yang lebih massif lagi ditambah dapat mempercepat investasi.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar POkok-


Pokok Agraria.
2. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2021 Tentang Bank dan Bank Tanah.

Anda mungkin juga menyukai