Anda di halaman 1dari 18

Perang Dunia II dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

Perang Dunia II
1. Lahirnya Negara-negara Fasis
Kondisi di negara Eropa menjelang PD II mirip dgn kondisi saat menjelang PD I. Di sana terjadi
ketegangan dan keinginan utk membalas dendam, terutama utk negara yang kalah perang. Negaranegara tersebut merasa dirugikan atas perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh pihak Sekutu. Secara
umum, merka yang ikut perang mengalami kehancuran ekonomi, sehingga mereka mencoba bangkit
dgn cara yang diktator dan mengembangkan paham ultranasionalisme. Paham ultranasionalisme itu
yang akhirnya melahirkan negara-negara fasis. Negara fasis yang muncul yaitu Jerman, Italia, dan
Jepang.
a. Fasisme di Jerman
Pada masa PD I Negara Jerman menderita kekalahan dan penderitaan yang hebat. Tetapi, negara
jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hittler melalui Partai Nazi mulai bangkit. Negara Jerman
menganut paham Chauvinisme yaitu suatu paham yang menganggap bahwa dirinya lebih unggul dari
ras lainnya. Selain itu jerman juga menganut totaliterisme yaitu suatu paham yang melaksanakan
prinsip bahwa semua diutus oleh negara dan rakyat tidak mempunyai kebebasan.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Hittler utk merealisasikan kejayaan Jerman antara lain:

Menolak isi Perjanjian Versailes.


Membentuk polisi rahasia yang disebut Gestapo.
Membangun angkatan perang yang kuat.
Mengobarkan semangat anti-Yahudi dgn membunuh dan mengusir orang-orang Yahudi.
Membangun hubungan kerja sama politik dan militer dgn Jepang dan Italia (Poros Roberto).

Kemudian dlm perkembangannnya Jerman mulai melakukan politik Lebensraum (ruang utk hidup).
dlm plitik ini gagasan perluasan wilayah yaitu lewat perang. Misalnya dgn menduduki Austria dan
Cekoslovakia.
b . Fasisme di Jepang
Di Negara Jepang, fasisme tidak terlepas dari Restorasi Meiji yang mana Jepang berkembang menjadi
negara industri yang kuat. dgn kondisi tersebut membuat Jepang menjadi negara imperialis. Jepang
menjadi negara fasis dan menganut Hakko I Chiu. Fasisme di Jepang dipelopori oleh Perdana Menteri
Tanaka, masa pemerintahan Kaisar Hirohito dan dikembangkan oleh Perdana Menteri Hideki Tojo.
Langkah-langkah yang diambil Kaisar Hirohito sebagai negara fasis antara lain:

Melakukan perluasan wilayah ke negara-negara terdekat seperti Korea, Manchuria, dan Cina.
Mengenalkan ajaran shinto Hakko I Chiu yaitu dunia sebagai satu keluarga yang dipimpin
oleh Jepang.
Mengagungkan semangat bushido.
Menyingkirkan tokoh-tokoh politik yang anti militer.
Memodernisasi angkatan perang.

c . Fasisme di Italia
Negar Italia merupakan salah satu negara pemenang dlm PD I. Namun Italia merasa kecewa karena
tuntutannya di dlm Perjanjian Versailes tidak terpenuhi. Negara Italia mulai bangkit di bawah
pimpinan Benito Mussolini dan menjadi negara fasis.
Langkah-langkah yang dilakukan oleh Benito Mussolini dlm rangka pengembaganfasisme di Italia.

Mengobarkan semangat Italia Irredenta utk mempersatukan seluruh bangsa Italia.


Memperkuat angkatan perang.
Menduduki Ethiopia dan Albania.
Menguasai seluruh Laut Tengah sebagai Mare Nostrum atau Laut Kita.

Seiring dgn berkembangnya negara-negara fasis menjadikan kondisi politik di wilayah Eropa menjadi
memanas dan mendorong terjadinya Perang Dunia II.
Latar Belakang Perang Dunia II
Hal-hal yang menjadi penyebab Perang Dunia II dpt dikelompokkan menjadi 2 yaitu yang bersifat
umum dan khusus.
A. Sebab Umum
Di bawah ini merupakan sebab-sebab umum terjadinya Perang Dunia II.

Adanya pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme. Liberalisme memberikan


kebebasan bagi warga negaranya sedangkan paham totaliterisme mengekang kebebasan
warga negara.
Persekutuan mencari kawan.
Semangat utk membalas dendam (revanche idea) karena kekalahan dlm Perang Dunia I.
Perlombaan senjata antarnegara.
Pertentangan antarnegara imperialis utk memperebutkan daerah jajahan.
Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa dlm mewujudkan perdamaian dunia.
B. Sebab Khusus

Sebab khusus PD II terjadi di 2 zona yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia Pasifik. Di bawah ini
merupakan sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.
1. Di kawasan Asia Pasifik, penyerbuan Jepang terhadap pangkalan Angkatan Laut
Amerika Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941.
2. Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman atas Polandia
pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu utk merebut kembali kota
Danzig (penduduknya bangsa Jerman). dlm waktu singkat sebagian besar Polandia
dikuasai Jerman.

Uni Soviet yang merasa keamanannya terancam, segera menyerbu Polandia dari arah Timur. Pada
tanggal 3 September 1939 Inggris dan Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. dlm
perkembangannya melibatkan banyak negara.
Jalannya Perang Dunia II
Perang Dunia II dpt dikatakan sebagai ajang balas dendam bagi negara yang kalah dlm PD I. Negaranegara yang terlibat dlm Perang Dunia II tidak jauh berbeda dgn Perang Dunia I. Negara-negara yang
terlibat PD II terbagi menjadi 2 Blok yaitu blok Sentral dan blok Sekutu

Blok Sentral : Jerman, Italia, Jepang, Austria, Rumania, dan Finlandia.


Blok Sekutu : Inggris, Prancis, Rusia, RRC, Amerika Serikat, Austria, dan Polandia.

Secara umum PD II dibagi dlm 3 tahapan berikut.


Tahapan pertama, blok Sentral melakukan ofensif dgn taktik serangan kilat.
Tahapan kedua, merupakan titik balik. Blok Sentral bersifat defensif (bertahan) sedangkan
blok Sekutu lebih banyak melakukan serangan.
Tahapan ketiga, blok Sekutu mulai mencapai kemenangan.
Awal-awalnya Amerika Serikat mempunyai sikap yang netral. Namun setelah terjadi peristiwa Pearl
Harbour tanggal 7 Desember 1941, maka AS menyatakan perang terhadap Jepang. Kemudian Sekutu
membentuk komando gabungan yang dipimpin Jenderal Dwight Eisenhower. Maka pada tanggal 6
Juni 1944 terjadilah pertempuran antara Sekutu dan Jerman di Normandia. Negara Jerman bisa
dipukul mundur. Sementara itu, wilayah Asia Pasifk membentuk pertempuran sendiri. Negara Jepang
berhasil menguasai Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Birma. Bahkan pada tanggal 27
Februari 1942 pertahanan Sukutu di Jawa dpt direbut Jepang. Peta kekuatan mengalami perubahan
setelah terjadi pertempuran di Laut Karang. Pasukan Sekutu yang dipimpin Jenderal Douglas Mac
Arthur dgn Laksamana Chester W. Nimit menyerbu Jepang sampai Pulau Okinawa.
Akhir Perang Dunia II
Pada bulan Mei 1942, suatu serangan terhadap Australia terhenti dlm pertempuran di Laut Koral.
Serangan serupa terhadap Hawai terhenti di Midway pada bulan Juni 1942. Pada bulan Agustus 1942
pasukan Amerika Serikat mendarat di Guadalkanal (Kepulauan Solomon) dan bulan Februari 1943
pihak Jepang telah dipukul mundur. Pada bulan Februari 1944 pasukan Amerika Serikat berhasil
mengusir Jepang dari Kwayalein, di Kepulauan Marshall, dan Saipan di Kepulauan Mariana. Pada
tanggal 6 Agustus 1945 Sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan kota Nagasaki pada
tanggal 9 Agustus 1945. Akhirnya Jepang menyerah dan menandatangai perjanjian di atas kapal USS
Missouri tanggal 2 September 1945 di Teluk Tokyo.
Blok Sentral menyerah kepada Sekutu pada bulan Mei 1945. Di bawah ini faktor penyebab kekalahan
Blok Sentral terhadap Sekutu di PD II.

Blok Sentral tidak ditunjang oleh sumber-sumber kekayaan alam yang mencukupi kebutuhan
perang.
Sekutu memiliki daerah jajahan yang dpt menunjang kebutuhan perang.
Blok Sekutu memiliki keunggulan teknologi persenjataan daripada Blok Sentral.
Jumlah anggota kelompok Sekutu lebih banyak. Masuknya Rusia ke dlm blok Sekutu
memperkuat blok tersebut.

Dampak atau Akibat Perang Dunia II

Perang Dunia II memberikan dampak yang luas dlm berbagai aspek kehidupan. Berikut ini dampak
PD II dlm berbagai bidang.
Dampak PD II dlm Bidang Politik

Memunculkan 2 kekuatan besar dunia yaitu Amerika Serikat yang berideologi demokrasi
liberalnya (liberalisme), dan Uni Soviet yang berideologi komunis.
Terjadi perebutan hegemoni di antara kedua ideologi yang berbeda berakibat munculnya
perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang dingin tersebut sekarang telah
berakhir tahun 1991 saat Uni Soviet terpecah menjadi Commonwealth of Independent State
(CIS). Pada masa perang dingin ini kedua kekuatan mencoba mempengaruhi negara-negara
sepaham utk membentuk aliansi (persekutuan), seperti North Atlantic Treaty Organization
(NATO), yaitu fakta pertahanan Amerika Serikat bersama negara-negara Eropa Barat. Adapun
aliansi bentukan Uni Soviet adalah Pakta Warsawa, yaitu pertahanan Uni Soviet bersama
negara- negara Eropa Timur.
Balance of Power Policy mengakibatkan munculnya politik aliansi yang berdasarkan atas
kemauan bersama (Collective Security) misalnya adanya METO (middle eastern treaty
organiszation) dan SEATO (south east asian treaty organization)
Berakhirnya Perang Dunia II membawa dampak jatuhnya imperialis yang membawa dampak
menguatnya semangat nasionalisme di wilayah Asia dan Afrika utk melepaskan diri dari
penjajahan negara Asing. Misalnya muncul negara-negara baru seperti Indonesia, Filipina,
India, Pakistan dan Srilanka. Di Afrika misalnya muncul Mesir dan Aljazair.

Dampak PD II dlm Bidang Ekonomi


Setelah berakhirnya Perang Dunia II, kondisi di Eropa sangat kacau, sehingga terjadi kesengsaraan
dan penderitaan. Amerika Serikat muncul sebagai kreditor bagi seluruh dunia, terutama Eropa.
Amerika Serikat sadar bahwa Wilayah Eropa yang rusak akan mudah dikuasai oleh pihak komunis,
sehingga harus dibantu. dgn demikian muncul lembaga donatur antara lain:

Thruman Doctrin (1947), lembaga ini membantu pertumbuhan ekonomi Yunani dan Turki
Marshall Plan (1947), lembaga ini memberi bantuan ekonomi dan militer utk membangun
kembali ekonomi atas rencana yang terlebih dahulu dibuat oleh negara-negara Eropa dan
disetujui oleh Amerika Serikat.
Point Four Thruman, lembaga ini memberikan bantuan kepada negara-negara yang masih
terbelakang di Asia dlm bentuk bantuan ekonomi dan militer (Mutual Security Act=MSA)

Dampak PD II dlm Bidang Sosial


Reaksi yang muncul dlm bentuk kerja sama bangsa-bangsa di dunia, salah satunya dgn berlatar
belakang dari akibat perang mendorong mereka mendirikan United Nation Relief Rehabilitation
Administration (UNRRA) dgn membantu masyarakat yang menderita dlm bentuk

Memberi makan terhadap orang-orang terlantar


Mengurus pengungsi-pengungsi dan menyatukan anggota keluarga yang terpisah akibat
perang
Membangun rumah sakit dan balai pengobatan
Mengerjakan kembali tanah-tanah yang rusak

Dari kesengsaraan yang kepanjangan membuat manusia ingin mewujudkan perdamaian abadi yaitu
dgn membentuk lembaga internasional yang berwibawa dlm melakukan perdamaian, yaitu
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1945. Para pelopor pendiri PBB antara lain Franklin
Delano Roosevelt (AS), Winston Churchill (Inggris) dan Josef Stalin (Uni Soviet).
Pengaruh Perang Dunia II bagi Indonesia
Terjadinya PD II secara tidak langsung mempengaruhi kehidupan politik dan pergerakan
kemerdekaan Indonesia. Di tahun 1942 Jepang berhasil mengalahkan Belanda, dan berarti Indonesia
mulai dijajah oleh Jepang. Masa pendudukan Jepang di Indonesia berjalan sekitar 3,5 tahun. Perang
Dunia II berpengaruh bagi Indonesia dlm mencapai kemerdekaan. Kemudian setelah Jepang kalah
menyerah terhadap Sekutu tanggal 14 Agustus 1945, maka Indonesia dlm keadaan vacuum of
power (kekosongan kekuasaan). dgn menyerahnya Jepang maka tidak mempunyai hak memerintah
Indonesia. Pada saat itu Sekutu belum datang. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan bangsa Indonesia
utk memproklamasikan kemerdekaan.
Latar Belakang dan Proses Pendudukan Jepang (1942 - 1945)
Era pendudukan Jepang adalah waktu yang penting dlm sejarah dari bangsa Indonesia. Pendudukan
dari Jepang di Indonesia adalah ditujukan utk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur
Raya. dlm rangka mewujudkan cita-cita tersebut, maka Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut di
Pearl Harbour, Hawai. Penyerangan tersebut terjadi pada tanggal 7 Desember 1941. Gerakan invasi
militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan Januari-Februari 1942, Jepang
menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur), Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda. Pada bulan
Februari 1942 Jepang berhasil menguasai Palembang. Sebagai cara utk menghadapi Jepang, mak
Sekutu membentuk Komando gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch
Australian Command). Pemimpin ABDACOM bernama Jenderal Sir Archibald Wavell dan berpusat
di Bandung. Pada tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di
Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota Batavia jatuh ke
tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda secara resmi menyerah kepada Jepang.
Upacara penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang, Jawa Barat.
dlm upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh dan Jenderal
Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh Jenderal Hitoshi Imamura. dgn adanya peristiwa penyerahan
tersebut maka secara otomatis Indonesia mulai dijajah oleh Jepang.
Kebijakan Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal, yaitu:

menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan


memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dlm Perang Asia Timur Raya.

Politik imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam dan manusia.
Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. dgn berbagai cara, Jepang menguras kekayaan
alam dan tenaga rakyat melalui janji-janji maupun kekerasan.
C. Pemerintahan pada Zaman Pendudukan Jepang
Era pendudukan Jepang berbeda dgn era pendudukan Belanda. Saat penjajahan Belanda pemerintahan
dipegang oleh pemerintahan sipil. Sedangkan pada masa Jepang dipimpin oleh militer. dlm
menjalankan pemerintahannya, Indonesia dibagi dlm tiga wilayah kekuasaan militer.

Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas dgn
pusatnya di Batavia (Jakarta).

Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh lima dgn
pusatnya di Bukittinggi.
Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku diperintah
oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar (Ujungpandang).

Perlawanan terhadap Jepang


Pada masa pendudukan Jepang, kehidupan rakyat sangat menderita. Hal ini disebabkan rakyat dipaksa
menjadi romusha dan dibebani kewajiban menyerahkan hasil panennya. Penderitaan yang dialami
rakyat menyebabkan munculnya rasa benci terhadap Jepang. Kebencian itu diperparah dgn kewajiban
utk melakukan Seikerei ke arah Tokyo yang tidak dpt diterima. Akibatnya terjadi perlawanan rakyat
Indonesia terhadap kekejaman tentara Jepang.
Perlawanan rakyat yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa kemerdekaan
bangsa Indonesia bukanlah hadiah dari pemerintah Jepang. Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan,
dan kemudian dipertahankan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Strategi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
Dalam menghadapi penjajahan Jepang, para pejuang memiliki strategi yang tidak sama. Terdapat 2
macam golongan yaitu golongan kooperatif dan nonkooperatif. Golongan kooperatif bersedia kerja
sama dgn Jepang. Mereka duduk dlm organisasi bentukan Jepang. Sedang golongan nonkooperatif
adalah golongan yang tidak mau bekerja sama dgn Jepang, mereka membentuk organisasi bawah
tanah.
Perjuangan yang bersifat kooperatif dilakukan oleh para pemimpin bangsa. Mereka bersedia bekerja
sama dgn Jepang. Perjuangan yang kooperatif dilakukan dgn bergabung dlm organisasi-organisasi
bentukan Jepang misalnya dlm Putera, Jawa Hokokai, Gerakan Tiga A, dan Cuo Sangi In. Di samping
itu juga duduk dlm badan-badan pemerintahan Jepang.

PENGARUH PERANG DUNIA 1 TERHADAP INDONESIA

1. Sebab-sebab Umum Perang Dunia 1


Perang Dunia I terjadi antara 1914-1918. Pada hakikatnya merupakan perang antarnegara yang berada
di kawasan Eropa. Kemudian Perang Dunia I meluas kewilayah sekitarnya. Negara-negara yang
berperang yaitu negara yang berada pada Blok Sekutu dan Blok Sentral. Pada dasarnya mereka
berperang hanya untuk mempertahankan kemashuran. Dan keangkuhan serta kekuasaan. Sebab-sebab
umum perang dunia 1 yaitu
A. pertentangan antara negara-negara di Eropa.
B. Pertengan antara Jerman dan Perancis
Setelah kalah perang pada tahun 1870, Perancis menjalankan polotik Revanche, Jerman menyadari
tentang kemungkinan tindakan yang mungkin dilakukan oleh Perancis. Oleh karena itu Jerman
berusahauntuk mengisolir Perancis. Usaha Bismarck hampir berhasil akan tetapi Wilhelm II dapat
menggagalkannya, kecuali Tripple Alliantie.
A. Pertentangan antara Jerman dan Inggris
Inggris sebagai negara yang memiliki armada laut yang sangat kuat dan di segani di dunia merasa
terancam dengan upaya yang sedang dilakukan oleh Jerman pada saat itu. Pemicu pertentangan antara
Jerman dan Inggris adalah di sebabkan kerena Jerman mengalami kemajuan yang pesat dalam bidang
perindustrian. Sehingga inggris merasa tersaingi. Selain itu, di daratan Afrika antara Jerman dengan
Inggris terjadi perebutan Maroko. Jerman membantu secara moril bangsa Boer, Asia Kecil. Dan Irak
melawan Inggris. Armada laut Jeman di bangun secara besar-besaran, sehingga Inggris merasa
terancam. Keadaan tersebut semakin meperucingkan hubungan Jerman dengan Inggris.
B. Pertentangan antara Jerman dan Rusia
Pertentangan antara Jerman dan Rusia terjadi karena Jerman melindungi Turki yang berusaha
merintangi Rusia dalam menerobos ke laut tengah.
C. Pertentangan antara Rusia dengan Austria
Pertentangan kedua negara ini disebabkan mereka sama-sama ingin menguasai daerah Balkan.
Gerakan Pan-Slavisme Rusia di Balkan dipimpim oleh Serbia Raya. Pada 1908, Bosnia dan
Hezegovina diduduki oleh Austria. Sehingga menimbulkan kemarahan Serbia.
D. Politik mencari Kawan(System of Alliences)
Ketegangan antar negara yang berada di kawasan Balkan semakin meruncing. Perancis dan Jerman
sama-sama mencari kawan, sehingga Eropa terbagi menjadi dua blok. Blok Jerman dengan Tripple
Allientie yang terdiri dari Jerman dan Austria. Mereka mendirikan Tripple Allientie pada 1882. Bolk
Perancis dengan Tripple Entente yang terdiri dari Perancis, Rusia, dan Inggris berdiri pada 1907.
Bulgaria masuk blok Jerman karena merasa kecewa atas Rusia dalamPerang Balkan II pada 1913.
Rusia tidak mau membantu Bulgaria adalah sekutu Rusia pada saat itu.

E. Perlombaan Pesenjataan

Perlombaan senjata menjelang meletusnya Perang Dunia I telah membawa suasana menjadi panas dan
tegang. Kedua blok tersebut saling mencurigai, sehingga setiap negara segera mempersenjatai diri.
Keadaan telah melahirkan Perlombaan Senjat, akibat suasana semakin panas.
2. Sebab Khusus Terjadinya Perang Dunia I
Pada 1914, tentara Austria mengadakan latihan perang di Bosnia, Serbia menuntut Bosnia
Herzegovina agar menghentikan latihan perang, karena tentara Australia di Bosnia dianggap sebagai
tantangan. Putra mahkota Austria Frans Ferdinand mengunjungi latihan itu. Namun, pada 28 Juni
1914 ia dibunuh di Sarajevo oleh anggota Serbia Raya adalah Gavrilo Principe. Kemudian Austrlia
mengeluarkan Ultimatum kepada Serbia dan disusul dengan pernyataan perang pada 28 Juli 1914.
Serangan Austria terhadap serbia ini, dianggap sebagai awal Perang Dunia I. Pada 1 Agustus 1914,
Jerman mengumumkan perang terhadap Rusia dan Perancis. Pernyataan perang ini disusul dengan
penyerbuan Belgia dengan tujuan menduduki Paris secepatnya lalu memusatkan kekuatan untuk
menghancurkan Rusia. Namun, pada 4 Agustus 1914, inggris tampil membantu Belgia dan Perancis
3. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Perang Dunia I
Dalam Perang Dunia I, Kekuatan antara dua kubu saling berhadapan, kubu-kubu tersebut dinamakan
Blok, yang terdiri dari Blok Sentral yang diketuai oleh Jerman dan Blok Sekutu yang diktuai oleh
Perancis. Amerika Serikat pada 1917 menggabungkan diri, dan kedua blok sekutu diambil alih oleh
Amerika Serikat. Perhatikan Pihak-pihak yang terlibat dalam Perang Dunia 1
Anggota blok sentral yang dipimpinoleh Jerman terdiri dari Jerman, Austria, Turki, dan Bulgaria.
Adapun anggota blok sekutu yang dipimpin oleh Amerika Serikat berjumlah 23 negara, yang terdiri
dari Perancis, Inggris, Rusia, Italia, Amerika Serikat, Serbia, Belgia, Rumania, Yunani, Portugal,
Jepang dan negara-negara Eropa Barat lainnya.
Blok sentral berhadapan dengan blok sekutu untuk memenangkan peperangan yang berlangsung
kurang lebih empat than tersebut. Sekitar 8 juta orang tewas dalam Perang Dunia I dan berakhir
dengan kemenangan Blok sekutu.
Ada beberapa hal yang menyebabkan kalahnya blok sentral antara lain :
1. Tidak seimbangnya kekuatan yang saling berhadapan.
2. Terjadinya perpecahan didalam blok sentral, dan
3. Timbulnya pemberontakan-pemberontakan di negara-negara blok sentral.
4. Keadaan Indonesia Sebelum Perang Dunia
Dalam penjelasan mengenai keadaan Indonesia sebelum terjadinya Perang Dunia atau yang awal
terjadi adalah Perang Dunia satu, dapat diuraiakan dalam beberapa tahapan sebagai berikut:
Politik Kolonial Menjelang Akhir Abad Ke-19
Menjelang akhir abad ke-19 masyarakat Indonesia merupakan masyarakat kolonial yang serba
terbelakang. Penjajahan serta penindasan mengakibatkan kemunduran segala bidang, baik dibidang
politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pendidkan.
Dalam bidang politik misalnya dalam pemerintahan, semua jabatan-jabatan rendah penting berada di
tangan bangsa asing, sedangkan bangsa Indonesia hanya menduduki jabatan-jabatan rendah, selain itu

pihak penjajah selalu menanmkan benih-benih perpecahan dengan menjalankan politik devide et
impera.
Dalam bidang ekonomi, keadaan bangsa Indonesia sangat menderita karena penghasilan, yang sangat
rendah diterima oleh rakyat Indonesia dengan bekerja sebagai buruh upah pada perkebunanperkebunan milik swasta. Rakyat dipaksa untuk meningkatkan produksi, sedangkan dalam lingkungan
ekonomi tradisional, masyarakat Indonesia hanya mengenal perusahaan rumah atau kerajinan tangan
sehingga tidak ada ketrampilan yang berkembang
Dalam bidang pendidikan, pihak penjajah tidak memperhatikan kepentingan pendidikan bagi bangsa
Indonesia, sehingga pada umumnya rakyat indonesia tidak pandai membaca dan menulis. Sedangkan
kesempatan pendidikan hanya diberikan kepada anak-anak kaum bangsawan, pegawai negeri, anakanak orang yang berkedudukan atau berstatus tinggi.
Dalam bidang budaya, kaum penjajah berhasil memasukkan nilai-nilai budaya asing, sehingga
mengakibatkan merosotnya beberapa budaya Indonesia dan hampir kehilangan kepribadianya.
Kesemuanya merupakan akibat langsung dari politik Kolonial Belanda. Bumi Indonesia merupakan
objek eksploitasi untuk diambil keuntungan sebesar-besarnya bagi penjajah, sistem tanam paksa
berkembang sebagai suatu usaha berskala tinggi dengan mengidentifikasikan pemerintah sebagai
pengusaha dengan Nederlandsche Handels Schappij sebagai agen tunggal dan pulau jawa merupakan
sebuah perusahaan negara besar.
Menjelang pergantian abad ke -19 semakin gencar dilontarkan kritik-kritik terhadap pemerintahan
Belanda terutama yang menyangkut nasib rakyat Indonesia. Hal ini disebabkan karena kalangan
masyarakat luas kemudian timbul kesadaran akan sikap humanitarisme dalam hubungan kolonial
yaitu memperhatikan nasib rakyat pribumi.
Program dari berbagai golongan politik semuanya dan secara serentak menitik beratkan tanggung
jawab moril dalam melaksanakan politik kolonial. Kesadaran akan tujuan kolonial ini diperkuat oleh
masalah-masalah yang timbul pada dasa warsa terakhir abad ke-19, yaitu masalah keuangan bersama
antara Indonesia dan Negeri Belanda masalah kemiskinan rakyat yang berlawanan dengan kemajuan
industri perkebunan.
Politik baru yang kemudian diperjuangkan terutama bertujuan untuk mengadakan desentralisasi
rakyat yang kemudian politik ini dikenal dengan nama politik Etis. [1][1]
Bangkitnya Pergerakan Nasional Indonesia
Politik etis yang dijalankan oleh belanda telah memungkinkan masuknya ide-ide barat ke Indonesia
yang membawa pembaharuan-pembaharuan di dalam agama islam. Disamping itu faktor luar negeri
antara lain memasukkan gagasan nasionalisme moderenisasi di beberapa negara Asia seperti Turki,
Cina dan Indonesia sertab restorasi meiji di Jepang dan kemenangan negara itu atau rusia pada tahuntahun pertama abad ke-20, suatu kemenangan yang dianggap sebagai kemenangan orang asia (Kulit
Berwarna) terhadap orang Eropa (Kulit Putih).
Karena pengaruh gagasan moderen, anggota elite nasional menyadari bahwa perjuangan untuk
memajukan bangsa Indonesia harus dilakukan dengan menggunakan organisasi modern. Baik
pendidikan, perjuangan politik, maupun perjuangan sosial Budaya. Pada tahun 1906-1607 dr. Wahidin
Sudirohoesoedo, mengadakan suatu kampanye ke beberapa daerah di Pulau Jawa. Ia menggugah

pikiran kaum priyayi untuk mencari jalan bagi usaha meningkatkan derajat orang indonesia yang
nampaknya hanya dapat dilakukan dengan memperluas pengajaran.
Bertemunya dr. Wahidin Sudirohoesoedo dengan pemuda STOVIA, di Jakarta akhir tahun 1907. Dan
ternyata keduanya mempunyai gagasan yang sama. Pertemuan itu makin mendorong hasrat untuk
melaksanakan cita-cita tersebut yang sesungguhnya sudah mulai bersemi dalam pikiran pelajar
STOVIA.
Pada tanggal 20 Mei 1908 di gedung perguruan STOVIA, dibentuklah organisasi moderen pertama
dikalangan bangsa Indonesia yang diberi nama BOEDI OETOMO dengan ketuanya Soetomo.[2][2]
Pada bulan Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Yogyakarta.
Pada saat itu, Wahidin tinggal menjadi sesepuh saja dan bermunculan suara-suara baru untuk
mengatur organisasi tersebut. Tjipto Mangunkusumo (1885-1943), yang radikal dan juga seorang
dokter, memimpin sekelompok minoritas. Gubernur Jenderal Van Heutsz menyambut baik Budi
Utomo, persisi seperti ia sebelumnya menyambut baik penerbitan Bintang Hindia, sebagai tanda
keberhasilan politik Etis. Memang itulah yang dikehendakinya: suatu organisasi pribumi yang
progresif moderat yang dikendalikan oleh para pejabat yang maju. Pada umumnya, Budi Utomo sudah
mengalami kemandekan hampir sejak awal permulaanya, baik karena kekurangan danamaupun karena
kekurangan yang dinamis. Organisasi ini mendesak pemerintah untuk menyediakan lebih banyak
pendidikan Barat, tetapi desakan itu tidak begitu berperan dalam upaya-upaya perbaikan.
Organisasi-organisasi yang lebih aktif dan penting segera berdiri. Beberapa di antaranya bersifat
keagaman, kebudayaan, dan pendidikan beberapa lagi bersifat politik, dan beberapa yang lain bersifat
keduanya. Organisasi-organisasi itu bergerak di kalangan masyarakat bawah dan untuk yang pertama
kalinya terjalin hubungan antara rakyat desa dan elite-elite baru. Dalam masyarakat Jawa, kelompok
minoritas yang berusaha benar-benar menaati kewajiban-kewajiban islam dalam kehidupan seharihari disebut secara silih berganti, wong muslimin (kaum muslim), putihan (golongan putih), atau
santri (murid sekolah agama). Pada tahun 1909, seorang lulusan OSVIA bernama Tirtohadisurjo
(1880-1918), yang telah meninggalkan dinas pemerintahan dan menjadi wartawan, mendirikan
Sarekat Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, dia mendirikan organisasi semacam itu lagi di
Buitenzorg (Bogor). Kedua organisasi tersebut dimaksudkan untuk membantu pedagang-pedagang
Indonesia.
Pada tahun 1912, organisasi tersebut mengubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Tirtoadisurjo
dan Samanhudi terlibat cekcok. Samanhudi, yang sebagian besar waktunya tersita untuk urusan
dagang, lalu meminta Tjokroaminoto untuk memimpin organisasi itu. Sejak tahun 1912, SI
berkembang dengan pesat, dan untuk yang pertama kalinya tampak adanya basis rakyat walaupun
sukar dikendalikan dan hanya berlangsung sebentar. Pada tahun 191, SI menyatakan mempunyai
anggota 2 juta orang, tetapi jumlah yang sesungguhnya mungkin tidak pernah lebih dari setengah juta
orang.
SI menyatakan setia kepada rezim Belanda. Tetapi ketika organisasi tersebut berkembang di desadesa, maka meletuslah tindak kekerasan. Rakyat pedesaan tampaknya lebih menganggap SI sebagai
alat bela diri dalam melawan struktur kekuasaan lokal yang kelihatanya monolitis, yang tidak sanggup
mereka hadapi, daripada sebagai gerakan politik moderen. Gubernur Jenderal Idenburg secara hatihati mendukung SI. Pada tahun 1913, dia memberi pengakuan resmi kepada SI. Meskipun demikian,
dia tidak mengakuinya sebagai suatu organisasi nasional yang dikendalikan oleh markas besarnya,
melainkan hanya sebagai kumpulan cabang-cabang yang otonom. Suatu bentuk protes pedesaan yang
lebih istimewa juga mencapai puncaknya pada tahun 1914. Di daerah Blora bagian selatan (Jawa

Tengah-Utara), seorang petani Jawa yang buta huruf bernama Surantiko Samin (1859-1914) telah
menghimpun pengikut dari kalangan para petani yang menolak segala bentuk kekuasaan dari luar, dan
yang khususnya tidak menyukai peraturan-peraturan kehutanan yang baru diterapkan dikawasan hutan
jati ini.
Pada masa sesudah sekitar tahun 1909, di seluruh Indonesia banyak bermunculan organisasiorganisasi baru dikalangan elite terpelajar, yang sebagian besar didasarkan atas identitas-identitas
kesukuan. Para mahasiswa STOVIA di Batavia, tempat Budi Utomo lahir pada tahun 1908, juga
menghasilkan beberapa organisasi baru ini, meliputi TRI Koro Dharmo (1915) yang di tahun 1918
menjadi Jong Java, pemuda Jawa, Jong Sumantranen Bond, PERSERIKATAN PEMUDA
Sumatera, (1917), Studerenden Vereeniging Minahasa, perserikatan mahasiswa Minahasa, (1918),
dan Jong Ambon, pemuda Ambon, (1918). Serikat-serikat buruh pun bahkan di Indonesia selama
masa ramai-ramainya pembentukan organisasi ini, serikat pertama didirikan tahun 1905 untuk
karyawan-karyawan perusahaan kereta api negara yang berkebangsaan Eropa. Tapi karyawankaryawan Indonesia segera bergabung dan, pada tahun 1910, menjadi anggota mayoritas walupun
tanpa hak suara. Pada tahun 1908 didirikan Vereniging voor Spoor en Tramweg Personeel, serikat
buruh kereta api dan trem, (VSTP); keanggotaanya terbuka untuk karyawan-karyawan
berkebangsaan Indonesia dengan status yang sama dengan karyawan-karyawan Eropa sejak awal.[3]
[3]
5. Pengaruh Perang Dunia Satu Terhadap Indonesia dan Dampaknya Setelah Terjadi Perang
Dunia Satu
Periode sejak 1900 sampai akhir Perang Dunia 1 menyaksikan perkembangan yang pesat dalam
bidang ekonomi, sosial dan politik. Meskipun negeri Belanda apabila dibanding dengan negara-negara
lain dalam urusan daerah jajahan yang agak terlambat, kegiatanya dalam masa itu cukup
menghasilkan kemajuan.[4][4] Namun dinamika perjalanan keadaan Indonesia tersebut tidak hanya
sampai di situ, melainkan Perang Dunia Satu dan setelahnya memberikan pengaruh yang besar
terhadap keadaan di Indonesia terutama dalam pergerakan Nasional.
Keadaan Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi memang cukup dirasakan Semua ini berlangsung dalam suatu
lingkungan ekonomi yang sedang berubah dengan cepat, aksi-aksi penaklukan di daerah-daerah luar
Jawa telah memperluas wilayah kekuasaan Belanda, dan daerah-daerah tersebut menjadi fokus yang
lebih penting daripada Jawa dalam pembangunan ekonomi baru. Adanya kandungan-kandungan
minyak bumi di daerah Langkat, Sumatera Utara, telah diketahui sejak tahun 1860-an. Daerah ini
merupakan kawasan yang tidak tenang selama berkecamuknya Perang Aceh. Pada tahun 1883, A.J.
Zijlker mendapat persetujuan pemerintahan untuk suatu konsesi dari Pangeran Langkat, dan
dimulailah pengeboran-pengeboran percobaan. Setelah menghadapi banyak masalah di bidang
personel, keuangan medan, iklim, dan kebakaran sumur pada tahun 1888, akhirnya minyak mulai
mengalir dalam jumlah yang menjanjikan.
Pada mulanya, minyak bumi dimanfaatkan terutama untuk minyak lampu. Memang merupakan salah
satu kejadian luar biasa yang sifatnya kebetulan di dalam sejarah moderen bahwa tepat ketika lampu
pijar, yang diproduksi secara komersial mulai tahun 1880-an, mengancam akan menghancurkan
industri minyak bumi, mobil-mobil dengan mesin yang menggunkan minyak bumi memberi peluang
baru kepada industri minyak bumi, mulai sekitar tahun 1900 dan seterusnya. Perusahaan-perusahaanperusahaan lain segera tertarik pada kandungan minyak bumi Indonesia. Produk baru lainya adalah
karet, yang juga berhubungan erat dengan industri mobil yang baru itu. Pohon karet yang asli, ficus

elastica, diusahakan menjadi tanaman perkebunan di Jawa Barat dan pesisir timur Sumatera mulai
tahun 1864.
Bukan hanya para pengusaha Belanda yang aktif di Indonesia. Pembentukan Royal Dutch Shell pada
tahun 1907 mencerminkan internasionalisasi investasi secara umum. Pengembangan pertanian hampir
sepenuhnya dikuasai Belanda. Akan tetapi, kira-kira 70% dari modal Belanda pada tahun 1929
diinvestasikan di Jawa, kira-kira separo diantaranya pada tebu. Pembangunan di luar Jawa lebih
menginternasional. Semua kegiatan tersebut menunjukkan bahwa daerah-daerah luar Jawa telah
mengungguli Jawa, baik sebagai pusat investasi maupun sumber expor. Komoditi-komoditi ekspor
Jawa yang terpenting adalah kopi, teh, gula, karet, ubi kayu, dan tembakau. Untuk sebagian besar
komoditi ini, hasil produksi daerah-daerah luar Jawa lebih banyak daripada Jawa. Sering sekali terjadi
pasang surut, akan tetapi secara keseluruhan nilai ekspor di Jawa menurun hampir 70% dari tahun
1880.
Namun kemajuan tersebut tidaklah berlangsung lama dikarenakan timbul permaslahan baru yaitu
dengan Bergesernya kegiatan ekonomi ke daerah-daerah luar Jawa itu menimbulkan kesulitan yang
besar dalam kebijakan pemerintah, kesulitan yang terus berlangsung sejak saat itu. Kini lapanganlapangan investasi dan penghasil-penghasil komoditi ekspor yang terpenting adalah daerah-daerah
luar Jawa. Akan tetapi, masalah-masalah kesejahteraan yang utama, tuntutan-tuntutan pokok terhadap
hutang kehormatan adalah di Jawa. Dalam teori, program-program kesejahteraan di Jawa dapat
dibiayai dengan mengharuskan daerah-daerah luar jawa memberikan subsidi bagi program-program
tersebut, sehingga menghindari naiknya pajak yang sudah sangat berat di Jawa. Dengan demikian,
perbedaan antar Jawa dan luar Jawa yang berakar pada masa lalu menjadi semakin mencolok
sekarang. Daerah-daerah luar Jawa mempunyai ikatan dengan islam yang lebih mendalam, kegiatan
kewiraswastaan yang lebih besar, komoditi-komoditi ekspor yang lebih berharga, dan investasi asing
yang lebih besar.
Pertumbuhan ekonomi dan masalah kesejahteaan penduduk pribumi hanya berkaitan dalam proyekproyek infrastruktur saja. Misalnya, perluasan jaringan rel kereta api dan trem. Pada tahun 1867,
jaringan rel kereta api diseluruh wilayah Hindia Timur Belanda hanya mencapai panjang kira-kira 25
kilometer, dan pada tahun 1873 hanya sekitar 260 kilometer. Akan tetapi setelah itu terjadi
perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1930, jaringan rel kereta api dan trem sudah mencapai
panjang 7.425 kilometer. Belanda meningkatkan produksi bahan pangan dengan jalan mengadakan
percobaan dengan bibit-bibit baru, mendorong pemakaian pupuk, dan sebagainya. Usaha-usaha ini
sangat berhasil, tetapi tidak sebanding dengan banyaknya penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk memengaruhi semua perkembangan yang terjadi selama zaman
penjajahan baru ini dan juga menghantui sejarah Indonesia semenjak itu. Singkatnya, penduduk Jawa
(khususnya Jawa Tengah dan Jawa Timur) meningkat sampai sangat berlebihan, sementara di daerahdaerah luar Jawa masih banyak daerah yang jarang penduduknya atau tidak berpenduduk samasekali.
Dengan demikian, hampir 70% penduduk Indonesia pada tahun 1930 tinggal di Jawa dan Madura,
yang luasnya sekitar 7%dari luas seluruh daratan Indonesia. Jawa, yang pernah menjadi lumbung padi
lumbung padi Nusantara, sekarang telah menjadi wilayah yang kekurangan bahan pangan.
Pertumbuhan penduduk Jawa mempunyai kaitan yang mendasar dengan tingkat kesejahteraanya yang
rendah, tetapi pihak Belanda tidak mempunyai kebijakan yang dapat memecahkan masalah tersebut.
Memang sulit untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan. Kecuali beberapa eksperimen yang
terbatas dan gagal dalam pembaharuan agraria, satu-satunya jawaban yang diberikan Belanda adalah
emigrasi dari Jawa ke luar Jawa, suatu kebijakan yang masih terus dilanjutkan setelah kemerdekaan

Indonesia dengan nama transmigrasi. Pihak Belanda telah meningkatkan anggaran belanja mereka
untuk proyek-proyek kesehatan umum sebesar hampir sepuluh kali lipat antara tahun1900 dan 1930.
Akan tetapi, menghadapi kemiskinan yang mendalam dan penduduk Jawa yang terlalu banyak,
hasilnya terbatas. Diadakanya berbagai program imunisasi, kampanye-kampanye anti malaria, dan
perbaikan-perbaikan kesehatan barangkali menyebabkan turunya angka kematian, walaupun angkaangka statistinya masih diragukan. [6][6]
Represi dan Krisis Ekonomi (1927-1942).
Sehabis perang, ekonomi sangat maju[7][7], dalam 10 tahun setelah 1914, ekspor Hindia Belanda ke
Amerika Serikat meningkat tujuh kali lipat, yakni meningkat dari dua persen dari ekspor total sebelum
perang menjadi 14 persen.[8][8] Namun dalam konteks ekonomi yang ada di dalam bangsa Indonesia
hidup tiba-tiba berubah karena depresi ekonomi melanda dunia pada tahun 1930-an. Sebagaimana ada
gejala krisis yang akan terjadi di negara-negara industri. Harga beberapa produk Indonesia telah
mengalami penurunan dan pasar ekspor seperti pasar ekspor gula menciut karena produksi gula
meluas dimana-mana, terutama di Inggris dan Jepang. Indonesia amat bergantung pada ekspornya,
terutama produk minyak bumi dan pertanian. Tidak hanya pada produksi itu saja, produksi karet, kopi,
dan tembakau juga menghadapi bencana. Krisis ekonomi di kedua daratan ini yang berakibat
diberlakukannya kebijakan proteksi secara menyeluruh, ditambah dengan harga-harga yang menurun,
tiba-tiba menjerumuskan Indonesia ke dalam suatu krisis ekonomi. Dampak krisis ini terhadap
bangsa Indonesia jelas sangat serius. Memang benar, seperti yang dikatakan oleh beberapa pengamat
bahwa para pekerja Indonesia cenderung kembali ke pertanian untuk menyambung hidup, namun juga
benar bahwa banyak diantaranya tidak memiliki kesempatan itu sama sekali. Sebagian lahan tidak lagi
digunakan untuk produksi gula dan digunakannya kembali produksi padi, tetapi peningkatan produksi
padi tidak sepenuhnya dapat menyediakan keperluan makanan dan pekerjaan bagi populasi yang terus
menerus bertambah.[9][9]
Keadaan Politik
Setelah lebih daripada dua ratus tahun pengaruh Belanda sangat menonjol di Indonesia, terlihat bahwa
sesudah Perang Dunia Pertama, kebijakan kolonial yang baru mulai menghasilkan buah.[10][10]
Perang Dunia I (1914-8) menandai dimulainya zaman kegiatan politik yang bergejolak di Indonesia.
[11][11] Kehebohan politik di Eropa yang mencapai puncaknya antara 1917 dan 1920 menyebabkan
pandangan yang sebelumnya dianggap sangat radikal sebelum perang menjadi dominan. Di Belanda
konsep baru kebijakan kolonial maju pesat, dan di Indonesia baik gerakan Internasional maupun
nasional menjadi semakin kuat.[12][12] Dan dari hal ini perlu diketahui mengenai pergerakan politik
pada masa setelah Perang Dunia 1 di Indonesia.
Proses Radikal
Apabila sekitar tahun 1915 dan 1916 organisasi utama seperti SI dan BO pada umumnya bersikap
lunak dan loyal terhadap gubernemen Hindia Belanda maka dalam tahun-tahun berikutnya tumbuhlah
sikap politik yang semakin radikal, semata-mata sebagai kelakuan reaktif terhadap politik kolonial
yang semakin bertentangan dengan politik etis.[13][13]
Mulai pecahnya Perang Dunia 1pada tahun 1914, kelihatan ada usaha untuk mengembalikan kekuatan
yang ada pada Budi Utomo. Berdasarkan akan adanya kemungkinan intervensi kekuasaan asing lain,
Budi Utomo Melancarkan isu penting pertahanan sendiri, dan yang menjadi penyokong alasan wajib
militer pribumi. Diskusi yang terjadi berturut-turut dalam pertemuan-pertemuan setempat sebaliknya

menggeser perhatian rakyat dari soal wajib militer kearah soal perwakilan rakyat. Dikirimkanya
sebuah misi ke negeri Belanda oleh Kote Indie Weerbaar untuk pertahanan Hindia dalam tahun
1916-1917 merupakan pertanda masa yang amat berhasil bagi Budi Utomo.[14][14]
Polarisasi dan Radikalisasi (1918-1926)
Pada akhir dasawarsa kedua perkembangan politik mengalami intensifikasi dan ekstensitas, tidak
hanya karena ada peningkatan politik kolonial, tetapi juga karena ada peningkatan tuntunan politik
serta meluasnya mobilisasi politik dikalangan rakyat. Tambahan pula tersedia kepemimpinan yang di
jalankan oleh tokoh tokoh yang menunjukkan integritas luar biasa.
Meskipun fokus aktivitas politik tetap ada pada organisasi pergerakan nasional, namun lewat saluran
saluran lain dilancarkan pelbagai aksi, seperti aksi pemogokan sarekat pekerja dan sarekat buruh,
protes, deklarasi, dan lain sebagainya.
Di samping itu muncul aktivitas di bidang ekonomi, sosial dan budaya, seperti pendirian koperasi,
sekolah sekolah, kursus kursus pusat latihan kesenian. Mulai disadari bahwa semua bidang
kegiatan itu menjadi saluran yang berfungsi sangat instrumental untuk meningkatkan kesadaran
nasional pada umumnya dan kesadaran pilitik khusunya. Hal ini lebih dirasakan manfaatnya terutama
dalam menghadapi pembatasan kebebasan berbicara dan berkumpul serta pengekangan kegiatan
antara pemimpin dan aktivitas pergerakan. Setiap bentuk solidaritas akan merupakan simbol politik
seperti lazimnya pada manifesti kolektif.
Sejak dilancarkannya gerakan Indie Weerbaar yang segera disusul oleh kesibukan sekitar persiapan
pembentukan DR ( Dewan Rakyat ), arena politik meluas sekali serta aktivitas politik menjadi sangat
intensif. Permasalahan sekitar kedua hal itu menjadi fokus konflik politis tidak lain karena timbul
pendirian pendirian yang antagonistis, yaitu pro dan kontra menurut aliran ataupun orientasi
ideologinya. Spektrum politik benar benar mencerminkan pluralisme dari masyarakat indonesia.
Golongan sosialis dan komunis ada pada ujung tempat kaum radikal dan ekstrim kiri , sedang
golongan BO ada di ujung tempat kaum moderat. Keduduka SI ada diantara golongan itu. Paling
sedikit sampai tahun 1923 waktu itu ada larangan terhadap keanggotaan rangkap. Perkembangan dari
tahun ke tahun sejak 1918 menunjukkan kecenderungan ke arah orientasi radikal. Ada beberapa faktor
yaang menyebabkannya:
a. Dibidang politik di Eropa dampak pergolakan politik pasca perang dunia I di Eropa
pada umumnya dan di Negeri Belanda khususnya. Revolusi Oktober 1917 di Rusia
yang disusul oleh gerakan revolusioner kaum sosial demokrat Belanda yang
dipimpin oleh Troelstra memberi inspirasi kepada unsur unsur progresif di
Indonesia yang bergabung dalam ISDV untuk menuntut pemerintahan sendiri dan
perwakilan dengan hak hak yang luas. Pidato Van Limburg Strium pada 18
November 1918 memberi angin kepada semangat revolusioner itu;
b. Dibidang sosial ekonomi, perang dunia I mengakibatkan kemacetan pengangkutan
hasil perkebunan sehingga pengusaha perkebunan mengurangi produksinya dengan
akibat banyak rakyat kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Penderitaan rakyat
bertambah besar lebih lebih gubernemen membebankan pajak yang lebih berat
kepada rakyat. Kalau sejak 1920 ekonomi membaik karena produksi perkebunan
mendapat pasaran yang baik sekali, kebijaksanaan gubernemen lebih condong
membiarkan pengusaha yang memungut sebagian besar keuntungannya, sedang
rakyat tetap ditekan dengan beban pajak serta hidup dalam kondisi yang merana;

c. Proses politisasi lewat organisasi, kongres, media massa memperoleh rangsangan dari
proses memburuknya kondisi sosial ekonomi rakyat. Lewat garis organisasi serikat
buruh dan serikat pekerja sekerja ada kesempatan untuk memobilisasikan rakyat
tingkat bawah, karena statusnya sebagai komponen sangat fungsional dalam sistem
produksi ekonomi kolonial. Sesuai dengan struktur ekonomi dualistisnya, ekonomi
perkebunan sebagai tulang punggung politik eksploitasi daerah jajahan tetap
menuntut tenaga kerja yang murah, sehingga dalam situasi ekonomi bagaimanapun
kepentingan kaum pengusaha perlu dijamin, sedang kaum buruh sebanyak
banyaknya ditekan.
d. Bertolak dari prinsip bahwa kepentingan kaum modal perlu di lindungi maka politik
kolonial yang dijalankan oleh GJ Fock mau tak mau bersifat raksioner dalam
menghadapi aliran aliran politik serta segala manifestasinya seperti yang
direalisasikan oleh organisasi organisasi pergerakan nasional. Adalah suatu proses
wajar apabila dalam hubungan penuh konflik kepentingan itu timbul peningkatan
sikap reaksioner pada satu pihak dan radikalisme di pihak lain.
e. Memburuknya kondisi hidup pada umumnya dan kondisi kaum buruh khususnya
menciptakan iklim yang penuh kegelisahan serta keresahan dikalangan rakyat
sehingga ada kecenderungan kuat mengikuti himbauan para pemimpin untuk aksi
aksi, antara lain pemogokan. Sudah barang tentu pemimpin pemimpin radikal
ISDV, VSTP, PKI, sangat aktif dalam propaganda untuk melakukan perjuangan
melawan kapitalisme dan imperialisme. Secara terus menerus mereka berusaha
membawa organisasi ke arah radikalisme dan polarisme.[15][15]

Gaya Baru dalam Pergerakan Nasional Setelah Tahun 1926


Suatu dampak yang menonjol dari politik konserfatif Gubernur Jendral Fock ialah pergerakan
Nasional menempuh jalan makin radikal dalam memperjuangkan tujuannya yang semakin berubah
menjadi politik murni lokasi sosial golongan yang mendukung suatu organisasi pergerakan akan
sangat menentukan derajat radikalismenya.[16][16]
1. Bentuk Ideologi Politik Masa Pergerakan Nasional Setelah Tahun 1926
Dalam menjalankan sosialisasi politik para pemimpin partai nasionalis sebagai elite modern
menghadapi masalah bagaimana mencapai terpisah oleh jarak sosial dari rakyat. Berbagai dengan SI
(PSI) yang berdasarkan ideologi religius, PNI dan kemudian Partindo atau PNI Baru sebagai
organisasi nasionalis sekuler membutuhkan ideologi politik yang non religius. Dalam hal ini
lingkungan PNI soekarnolah yang telah banyak memberikan sumbangan konsepsi-konsepsi politik,
antara lain konsep marhanisme, sosio-nasionalisme, dan sosio demokratisnya.[17][17]
2. Perkembangan Organisasi-Organisasi Politik dan Gerakan Sesudah Tahun 1926

Sekitar Pendirian PNI (Partai Nasional Indonesia)


Politik kolonial Belanda telah memberikan jalan ke arah organisasi yang bercorak nasional murni dan
bersifat radikal. Inisiatif in adalah Ir. Soekarno tahun 1925 mendirikan Aglemeene Studie Club di

Bandung. Tahun 1926 setelah terbitnya karya H.O.S Tjokroaminoto tentang islam dan sosialisme, Ir.
Soekarno memasukkan unsur kekuatan idiologi ketiga yaitu nasionalisme dalam karangan,
Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Ketiga kekuatan itu menjadi landasan pergerakan nasional
secara garis besar dan oleh Ir. Soekarno juga dianggap sebagai alat pemersatu pergerakan rakyat
Indonesia. Kemudian disebut sebagai nasakom. Tanggal 4 Juli 1927 atas inisiatif Aglemeene Studie
Club mendirikan rapat perserikatan Naional Indonesia sebagai rapat pembetukan partai yang dihadiri
oleh Ir. Soekarno, Dr. Tjipto Mangkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq Tjokroadisurjo, Mr. Budiarto dan Mr.
Sunario. Pada rapat itu dr. Tjipto tidak setuju dibentuk partai baru namun disarankan menyalurkan
nama baru sebab PKI harus ditindas.[18][18]
Partindo (Partai Indonesia)
Pada tanggal 29 April 1931 di Jakarta didirikan partai politik baru dengan nama Partai Indonesia
(Partindo). Pada dasarnya, Partindoa adalah PNI dengan nama lain. Para pemimpinnya yakin bahwa
cara itu akan mencegah tindakan dari pemerintah menentang Partindo. Dalam maklumatnya
tertanggal 30 April 1931 dalam majalah Persatuan Indonesia dinyatakan bahwa Partindo berdiri di
atas dasar nasionalisme,dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan siapa pun (self help),dan
tujuannya adalah kemerdekaan Indonesia. Dalam mencapai tujuan itu Partindo yang dipimpin oleh
Sartono akan mendasarkan pada kekuatan sendiri. Anggota Partindo sebagian besar berasal dari
anggota PNI. Pada permulaan bulan Februari 1932 Partindo mempunyai anggota sekitar 3000 orang.
PNI-Baru (Pendidikan Nasional Indonesia)
Golongan Merdeka tidak senang melihat pembubaran PNI itu yang kemudian disusul dengan
didirikannya Partindo. Mereka tidak tinggal diam,tetapi berusaha untuk mendirikan suatu organisasi
sendiri. Mereka selalu berhubungan dengan Mohammad Hatta yang masih berada di Negeri Belanda.
Akhirnya pada bulan Desember 1931 di Yogyakarta didirikan organisasi baru bagi mereka dengan
nama Pendidikan Nasional Indonesia (disingkat PNI-Baru).
Jika PNI-Baru dibandingkan dengan Partindo, pada hakikatnya tidak ada perbedaan yang besar.
Kedua organisasi tersebut berdiri di atas dasar yang tidak jauh berbeda,yaitu nasionalisme. Tujuannya
adalah kemerdekaan Indonesia yang hendak dicapai dengan kekuatan sendiri tanpa meminta bantuan
siapa pun (self-help) dan tidak mau bekerja sama dengan pemerintah kolonial (nonkooperasi).
Partai Indonesia Raya (Parindra)
Partai Indonesia Raya merupakan fusi (gabungan) dari Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia
(PBI). Penggabungan dua organisasi ini dilaksanakan pada kongresnya di Surakarta tanggal 25
Desember 1935. Tujuan Partai Indonesia Raya adalah untuk mencapai Indonesia mulia dan sempurna,
dengan dasar nasionalisme Indonesia. Taktik perjuangannya adalah kooperasi. Oleh karena itu,
Parindra mempunyai wakilnya di Volksraad untuk membela kepentingan rakyat. Selain perjuangan
melalui volksraad Parindra juga melakukan beberapa usaha, antara lain sebagai berikut : 1) Di bidang
pertanian dengan mendirikan Perhimpunan Rukun Tani untuk membantu kehidupan petani dan
mendirikan Bank Nasional Indonesia. 2) Di bidang pelayaran dengan membentuk Rukun Pelayaran
Indonesia. Kepengurusan Parindra. Pada awal terbentuknya organisasi ini adalah Dr. Sutomo sebagai
ketua dan Wuryaningrat sebagai wakil ketua. Sedangkan Kepala Departemen Politik dalam Pengurus
besar Parindra adalah Muhammad Husni Thamrin
Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)

Pertengahan Mei 1937 di Jakarta dibentuk partai gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo). Dengan
ketuanya Adnan Kapau Gani. Asas Gerindo yaitu kebangsaan,kerakyatan. Didasarkan atas satu darah
satu keturunan. Asas kerakyatan dari gerindo adalah demokrasi dalam berbagai lapangan masyarakat.
Jalan untuk mencapai tujuan, yaitu dengan
i Membimbing rakyat sampai mencapai tingkat keinsafan, ekonomi dan sosia ii.Menyusun kekuatan
rakyat diluar dan didalam rakyat-rakyat ketika didalam dewa-dewan.
Gerindo mengutamakan bidang politknnya. Organisasi ini mendapat dukungan dan partisipasi dari
mantan anggota partindo. Sehingga kolonial mencoba menghangatkannya dengan cara membubarkan
rapat pendirian cabang gerindo. Sedangkan politiknya ditunjukkan terhadap petisi Sutarjo menuju
konferensi imperiaslisme ketika hak Belanda dan Indonesia mempunyai kedudukan yang sama di
Indonesia.
Berakhirnya Masa Nonkooperasi
Periode antara awal 1932 sampai pertengahan 1933 tidak hanya di tandai oleh perpecahan gerakan
nasionalis serta kegagalan usaha pengintegrasian organisasi organisasi nasionalis, tetapi juga oleh
aksi politik yang semakin meningkatkan terutama sebagai dampak politik agitasi yang di jalankan
Soekarno. Disini dijumpai kekuatan kekuatan sosial yang anatgonistik sehingga gerakan nasionalis
sebagai totalitas menjadi kontra produktif,bahkan dalam rangka kondisi ekonomis serta situasi politik
menuju ke perbenturan kekuatan nasionalis dengan nasionalis dengan kekuasaan kolonial.
Dalam suasana yang semakin panas dapat diduga bahwa penguasa sudah siap untuk bertindak
tindakan pertama ialah pemberangusan surat kabar Fikiran Rakyat pada tanggal 19 Juli 1933 yang
memuat sebuah cartoon. Pada tanggal 1 Agustus semua rapat Partindo dan PNI baru dilarang dan hari
itu juga Soekarno ditahan. Sehari kemudian dikeluarkan larangan bagi semua pegawai negeri masuk
menjadi anggota partai tersebut. Tindakan tindakan itu kesemuanya dilegitimasikan oleh
pemerintahan HB semata mata untuk menjamin rust en orde dan dilandaskan pada artikel 153 bis
dan ter.[19][19]
Reorganisasi dan Reorientasi
Menjelang krisis dunia serta pecahnya Perang Dunia 2 politik kolonial membeku, tidak ada
kemampuan menyesuaikan diri dari perubahan zaman. Dari gerakan nasionalis ada pelbagai usaha
untuk menyesuaikan diri, antara lain dengan menjalankan politik kooperasi gerakan yang bersifat
progresif-moderat.
Ancaman dan tekanan yang terus menerus diberikan pemerintah kolonial terhadap organisasiorganisasi kebangsaan dan tokoh-tokoh pergerakan pada masa itu, merupakan sebagian sebab
mengapa pergerakan kebangsaan Indonesia pada tahun1930-an tidak dapat bersifat demikian radikal,
malah sebaliknya bersikap lunak terhadap pemerintah kolonial. Pada tahun 1930-an pemerintah
kolonial Belanda telah mengefisienkan alat-alat represif dan preventifnya terhadap pergerakan
kebangsaan.
Pemerintah kolonial tidak berniat untuk mematikan pergerakan kebangsaan Indonesia. Pemerintah
kolonial mengetahui bahwa aspirasi rakyat yang tidak tersalurkan dapat menimbulkan gerakangerakan eksplosif yang tidak diinginkan (gerakan sosial). Pemerintah kolonial pada dasarnya hanya
hendak melemahkan aktivitas pergerakan kebangsaan, khususnya pergerakan kebangsaan yang dinilai

radikal-revolusioner. Yang diharapkan oleh pemerintah kolonial adalah semacam nasionalisme yang
lunak dan kompromis.
Atas dasar itulah akhirnya banyak organisasi kebangsaan mengubah haluan dari non-kooperasi
menjadi kooperasi. Berkembangnya faham fasisme di Eropa serta politik ekspansionisme yang tengah
dilancarkan oleh pemerintah militer Jepang sedikit banyak juga telah memberikan pengaruh terhadap
pengubahan haluan organisasi kebangsaan Indonesia. Baik di negeri Belanda maupun di Indonesia
kaum nasionalis menyadari bahwa untuk menangkal fasisme tersebut tidak ada cara lain kecuali
memihak demokrasi.,maka dari itu perjuangan melawan kolonialisme dan imperalisme tidak
dilakukan lagi secara mutlak bersikap anti. Ada kebersamaan yang mendekaktkan kaum nasionalis
dengan pihak colonial, yaitu mempertahankan demokrasi terhadap bahaya fasisme. Kesadaran itu
muncul terlebih dahulu di kalangan PI yang mulai mengambil haluan kooperasi.[20][20]
Perjuangan Mengarah ke Persatuan dan Kesatuan Selama Masa Perang
Selama masa pergerakan nasional, peranan pemuda dan organisasi kepemudaan memiliki andil yang
besar terhadap perjuangan yang mengantar bangsa Indonesia menuju persatuan dan kesatuan. Dalam
organisasi kepemudaan muncul ide-ide baru, sistem pendidikan, dan disintegrasi tatanan lama.
Akhirnya mereka para pemuda mulai berpikir dan memepertannyakan posisi mereka dalam arus
perubahan zaman. Mereka mulai mencari identitas diri dan mencari jati diri demi menatap masa depan
yang selama ini di kungkung oleh dekapan generasi tua dan tekanan penjajah Belanda.
Berdasarkan argumen-argumen para pemuda, hal ini mendorong lahirnya organisasi kepemudaan.
Organisasi-organisasi tersebut tumbuh dan berkembang sedemikian rupa hingga mengarah pada
persatuan dan kesatuan pada satu kesepakatan nasioanl nasional dalam bentuk sumpah bersama untuk
satu nusa, tanah air dan bahasa yang sama yaitu bahasa Indonesia.
Keadaan Sosial
Kegagalan Politik etis tampak jelas pada tahun-tahun akhir Perang Dunia 1 sewaktu di mana-mana
timbul kelaparan dan kemiskinan. Perbedaan antara masyarakat Eropa dan masyarakat pribumi sangat
mencolok. Perusahaan mengalami kemajuan pesat dan keuntungan berlipat ganda. Hal itu disebabkan
oleh permintaan yang besar akan produksi Hindia Belanda di pasar Dunia. Untuk dapat menghadapi
persaingan, pengusaha menuntut agar pemerintah tidak menghalang-halangi perusahaan mereka.
Usaha untuk membantu rakyat hanya dijalankan oleh pengusaha di daerah-daerah di mana mereka
mempunyai kebun; jadi semata-mata untuk memelihara kepentinganya. Tidak mengerankan apabila
waktu itu kegelisahan sosial sangat meluas.M

Anda mungkin juga menyukai