Anda di halaman 1dari 23

22

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Bahan Ajar Teori
Pembelajaran Anak Usia Dini (AUD) untuk Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Islam Usia Dini. Bahan Ajar ini disusun berdasarkan Silabus
dan Rencana Pengembangan Semester (RPS) yang lebih menempatkan
mahasiswa sebagai pusat kegiatan belajar (Student Center). Bahan Ajar
ini juga dilengkapi dengan latihan soal untuk menguji pemahaman siswa
terkait dengan materi yang terdapat pada Bahan Ajar. Dalam Bahan Ajar
ini akan dibahas tentang “Teori Pembelajaran Anak Usia Dini melalui
model pembelajaran konsiderasi”.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Bahan Ajar ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu proses penyelesain Bahan Ajar ini, terutama Ketua Jurusan
dan Sekretaris Jurusan PIAUD, yang telah membimbing penyusun dalam
pembuatan Bahan Ajar ini. Semoga Bahan Ajar ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, khususnya para Mahasiswa.
Jambi, Oktober 2019

                                                                                            Penyusun
22

DAFTAR ISI

Coper ............................................................ i
Kata Pengantar ............................................................ ii
Daftar Isi ............................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Tujuan ............................................................ 3
C. Manfaat ............................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dalam Belajar ............................................................ 6
B. Konsep Pembelajaran AUD..........................................................
C. Prinsip-prinsip Penyusunan Bahan Ajar.......................................
D. Makna Belajar Bagi AUD ............................................................
E. Ciri-ciri Belajar Bagi AUD ............................................................
F. Karakteristik Belajar AUD ............................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA
22

MATERI I
KONSEP DAN MAKNA BELAJAR BAGI ANAK USIA DINI

A. Deskripsi Singkat
Konsep dan makna belajar bagi anak usia dini ini menjelaskan
tentang konsep dan prinsip-prinsip belajar anak usia dini, dari berbagai
teori atau ahli.
B. Indikator
Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan
mampu menjelaskan tentang konsep dan prinsip-prinsip belajar anak
usia dini dari berbagai teori atau ahli.
C. Pokok Bahasan
1. Konsep Dasar Belajar
2. Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini
3. Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
4. Makna Belajar
5. Ciri-ciri Belajar
6. Karakteristik Belajar Anak Usia Dini
22

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu
hasil/tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas
dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat
dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati
oleh orang lain. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks tersebut
menimbulkan berbagai teori belajar.
Melibatkan anak-anak secara penuh ke dalam belajar dan
memastikan mereka berkembang kebutuhan, pengetahuan dan
pemahaman yang dibutuhkannya bisa sangat menantang namun hasilnya
bagi anak maupun guru adalah tinggi. Bagaimana otak bekerja
merupakan faktor yang signifikan sebagai dasar untuk memilih bagaimana
jenis tipe strategi mengajar belajar bagi keberhasilan anak- anak.
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk
belajar. Kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
proses belajar anak. Rasa ingin tahu pada anak usia dini berada pada
posisi puncak khususunya usia 3-4 tahun, hal ini perlu mendapat
perhatian bahwa belajar anak usia dini bukan berorientasi untuk mengejar
prestasi seperti kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan
penguasaan pengetahuan lainnya yang bersifat akademis, tapi orientasi
belajarnya adalah mengembangkan sikap dan minat belajar serta
berbagai potensi dan kemampuan dasar.
Seperti yang orang tua akui, semua anak adalah individu dan apa
yang menyebabkan rasa penasaran dan minat bagi satu anak tidak akan
selalu menular pada anak lain dengan cara yang sama. Maka dari itu
22

strategi dan pengalaman belajar sangat berguna bagi anak untuk


membantu mengembangkan keterampilan dan pengetahuan utama yang
menjadikan anak seorang pribadi yang mandiri sepanjang hidup.

B. Tujuan
Penyusunan Panduan ini bertujuan :
1. Menjelaskan Konsep Dasar Belajar
2. Menjelaskan Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini
3. Menjelaskan Prinsip-Prinsip Penyusunan Bahan Ajar
4. Menjelaskan Makna Belajar
5. Menjelaskan Ciri-ciri Belajar
6. Menjelaskan Karakteristik Belajar Anak Usia Dini

C. Manfaat

Bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan


pendidikan di perguruan tinggi.  Melalui bahan ajar dosen akan lebih
mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan mahasiswa akan lebih
terbantu dan mudah dalam belajar.  Bahan ajar dapat dibuat dalam
berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik materi ajar
yang akan disajikan.  Bahan ajar ini disusun dengan harapan
bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan
pengembangan bahan ajar, seperti Jurusasn, dosen, dan mahasiswa.  
22

BAB II
PEMBAHASAN

1. Konsep Dasar Belajar


Belajar merupakan pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia
pada umumnya ketika manusia ingin bisa melakukan sesuatu. Pada
dasarnya, belajar merupakan suatu proses yang berakhir pada
perubahan.
Belajar, menurut Salvin, adalah perubahan yang relatif permanen
dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau
latihan yang diperkuat, belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respons. Seseorang telah dianggap belajar sesutu jika ia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Dalam teori ini, dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respons.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar,
sedangkan respons merupakan reaksi atau tanggapam pelajar terhadap
stimulus yang diberikan guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respons tidak penting diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respons. Oleh karena itu,
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur.
Hudojo mengemukakan, “Belajar merupakan kegiatan bagi setiap
orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap
seseorang terbentuk, dimodifikasi, dan berkembang disebabkan belajar”.
Karena itu seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri
orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
perubahan tingkah laku. Menurut Sadiman dkk, “Belajar adalah suatu
proses kompleks yang terjadi pada semua orang yang berlangsung
seumur hidup, sejak ia masih bayi hingga ke liang lahat”.
22

Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah


adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), ataupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Sudjana berpendapat bahwa belajar bukanlah kegiatan menghafal
dan bukan pula mengingat, belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapannya, dan kemampuannya, daya reaksinya,
daya penerimaannya, serta aspek lainnya yang ada pada individu
tersebut.
Maka yang dimaksud dengan belajar adalah proses mental yang
terjadi dalam diri seseorang untuk memperoleh penguasaan dan
penyerapan informasi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik
melalui proses intraksi antara individu dan lingkungan dengan
mendeskripsikan perubahan potensi perilaku yang berasal dari
pengalaman sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku yang
bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, perilaku,
maupun psikomotorik, yang sifatnya permanen.
Menurut Ngalim Purwanto, ada beberapa elemen penting yang
mencirikan kegiatan belajar sebagai berikut.
1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan itu
dapat mengarah pada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada
kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang lebih buruk.
2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman. Dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar,
seperti perubahan-perubahan yang terjadi kepada seorang bayi.
3. Untuk dapat disebut belajar, perubahan itu harus relatif mantap, harus
merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa
22

lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi
perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang
mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-
tahun.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Noehi Nasution mengungkapkan bahwa ciri-ciri kegiatan belajar dapat
diidentifikasi sebagai berikut.
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar, baik secara aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru yang
didapatkan, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Berkaitan dengan konsep belajar, pentingnya berusaha demi
tercapainya perubahan juga diajarkan dalam Islam, seperti yang terdapat
dalam Al-Qur’an surah Al-Ra’d ayat 11, yang artinya “Bagi manusia, ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya
Allah tidak mengubah suatu keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum maka tak ada yang dapat
menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Bagi tiap-tiap manusia, ada beberapa malaikat yang tetap menjaga secara
bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-
amalannya”. Malaikat yang dimaksud dalam ayat ini adalah Malaikat
Hafazah.
Prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam
proses belajar mengajar. Seorang guru akan dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik apabila ia dapat menerapkan cara mengajar sesuai
22

dengan prinsip-prinsip belajar. Menurut Soekamto dan Winataputra, ada


beberapa prinsip dalam belajar sebagai berikut.
1. Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
belajar adalah perubahan yang mendasar dan permanen Apapun yang
dipelajari peserta didik, dialah yang harus belajar, bukan orang lain.
Untuk itu peserta didiklah yang harus bertindak aktif.
2. Setiap peserta didik belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3. Peserta didik akan dapat belajar dengan baik bila mendapat
penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama
proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
peserta didik akan membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar peserta didik akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Dari berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip
belajar adalah perubahan yang mendasar dan permanen ke arah yang
baik dengan mengaktifkan seluruh potensi kemanusiaan. Belajar
merupakan proses, tidak dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
Belajar juga berbasis pengalaman hasil pengalaman peserta didik dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Terdapat beberapa macam
cara penyesuaian diri yang dilakukan oleh manusia dengan sengaja
maupun tidak sengaja yang berhubungan dengan belajar sebagai berikut.
1. Belajar dan Kematangan
Kematangan adalah suatu proses pertumbuhan organ-organ.
Kematangan datang dan tiba pada waktunya, sedangkan belajar lebih
membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktivitas, latihan-latihan,
dan konsentrasi dari orang-orang yang bersangkutan. Proses belajar
terjadi karena perangsangan dari luar, sedangkan kematangan terjadi
dari dalam.
2. Belajar dan Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri juga merupakan suatu proses yang dapat
22

mengubah tingkah laku manusia. Penyesuaian diri termasuk proses


belajar, karena dari padanya tejadi perubahan-perubahan yang
kadang-kadang sangat mendalam dalam kehidupan manusia.
1. Belajar dan pengalaman
Belajar dan pengalaman merupakan suatu proses yang dapat
mengubah sikap, tingkah laku, dan pengetahuan. Mengalami
sesuatu belum tentu merupakan kegiatan belajar dalam arti
pedagogis, tetapi sebaliknya tiap-tiap belajar berarti juga
mengalami.
2. Belajar dan bermain
Dalam bermain juga terjadi proses belajar. Persamaannya ialah
bahwa dalam belajar dan bermain keduanya terjadi perubahan
yang dapat merubah tingkah laku, sikap, dan pengalaman. Akan
tetapi keduanya memiliki perbedaan. Menurut arti katanya,
bermain merupakan kegiatan khusus anak-anak, meskipun tidak
menutup kemungkinan pada orang dewasa terdapat juga kegiatan
bermain sendiri.
3. Belajar dan pengertian
Belajar memiliki arti yang lebih luas dari pada hanya mencapai
pengertian. Ada proses belajar yang berlangsung dengan
otomatis tanpa pengertian, seperti belajar menangkap kucing
dan lain sebagainya, sebaliknya ada pula pengertian yang tidak
menimbulkan proses belajar. Dengan mendapatkan suatu
pengertian tertentu, belum tentu seseorang berubah tingkah
lakunya.
4. Belajar dan menghapal
Menghapal tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan
sesuatu belum menjamin bahwa dengan demikian orang sudah
belajar dalam arti sebenarnya.
5. Belajar dan latihan
Persamaannya adalah bahwa belajar dan latihan keduanya
22

dapat menyebabkan perubahan-proses dalam tingkah laku,


sikap, dan pengetahuan. Akan tetapi, antara keduanya terdapat
pula perbedaan, dan dalam praktiknyapun terdapat pula proses
belajar yang terjadi tanpa latihan.
Belajar merupakan proses yang dilakukan secara sadar yang
mampu digunakan untuk merubah perilaku. Pakasi, dalam bukunya,
Anak dan Perkembangannya. Sebagaimana dikutip Sobur,
menguraikan sifat-sifat proses belajar sebagai berikut.
1. Belajar merupakan suatu interaksi antara anak dan lingkungan
2. Belajar berarti berbuat
3. Belajar berarti mengalami
4. Belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan
5. Belajar memerlukan motivasi
6. Belajar memerlukan kesiapan pada pihak anak
7. Belajar bersifat integratif (Chotimah dan Farhurrohman, 2018:13-
26).
2. Konsep Pembelajaran Anak Usia Dini
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar
dan mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana
yang terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran,
materi pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode
dan media pemelajaran, evaluasi pembelajaran dan umpan balik
pembelajaran.
Prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah bermain,
bercerita dan bernyanyi yang disusun sedemikian rupa sehingga
pembelajaran menjadi menyenangkan, dan menggembirakan.
Pembelajaran anak usia dini menggunakan esensi bermain. Esensi
bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa dan
merdeka. Pembelajaran disesuaikan dengan kondisi anak yang dapat
membuat anak tertarik dan untuk ikut serta dan tidak terpaksa.
Dengan memfasilitasi belajar yang mahal dan berharap anak belajar
22

banyak, tetapi kenyataannya anak tidak belajar hanya akan berimplikasi


tidak baik. Terkait melalui pola pembelajaran melalui bermain, bercerita
dan bernyanyi selayaknya dapat membentuk sikap dan sifat yang baik
kepada anak. Melalui bercerita anak dapat berimajinasi terhadap sesuatu
kearah perubahan. Bernyanyi pun merupakan kesenangan yang
memberikan nuansa berbeda dalam pembelajaran. Belajar sambil
bermain, bercerita dan bernyanyi merupakan esensi pembelajaran yang
dapat dijiwai oleh anak usia dini.
Hal ini berkenaan dengan fungsi dari keberadaan pendidikan anak
usia dini adalah:
Pertama, fungsi adaptasi sosial yang berperan dalam membantu anak
menyesuaikan diri dengan keadaan dan situasi disekitarnya. Kedua,
fungsi pengembangan yang berperan dalam menumbuhkembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak dengan memberikan suatu situasi atau
lingkungan yang edukatif sehingga potensi-potensi tersebut dapat tumbuh
secara optimal. Ketiga, fungsi bermain, karena bermain adalah hak anak
sepanjang rentang hidupnya, melalui bermain anak banyak memperoleh
pengetahuan dan melalui kegiatan menyenangkan ini neuron-neuron
otak anak berkembang dengan sangat pesat (Setiabudi dan Maruta,
2013:6-9).
Pendidikan bagi anak-anak yang masih berusia dini (PAUD)
merupakan upaya untuk melakukan pembinaan yang ditunjukkan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Proses pendidikan dan
pembelajaran anak usia dini hendaknya dilakukan dengan tujuan
memberikan konsep yang bermakna bagi anak melalui pengalaman nyata.
Mengingat pendidikan anak usia dini merupakan wahana pendidikan yang
sangan fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan
berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada
anak. Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan
karakter anak akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi
dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku
22

yang positif bagi anak. Beberapa prinsip metode pembelajaran untuk anak
usia dini antara lain:
1. Berpusat pada anak. Artinya pendidikan menyesuaikan diri terhadap
keutuhan anak bukan terhadap keinginan dan kemampuan guru.
2. Partisipasi aktif. Maksudnya penerapan metode pembelajaran
ditujukan untuk membangkitkan anak untuk terus berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran.
3. Bersifat holistik dan integratif. Artinya kegiatan belajar yang diberikan
kepada anak tidak terpisah, melainkan harus terpadu dan menyeluruh
terkait satu bidang dengan bidang lainnya.
4. Fleksibel. Artinya metode pembelajaran bersifat dinamis dan tidak
terstruktur sesuai dengan cara belajar anak yang memang tidak
terstruktur.
5. Perbedaan individual maksudnya tidak ada anak yang memiliki
kesamaan sekalipun kembar. Dengan demikian guru dituntut untuk
merancang kegiatan belajar guna agar anak dapat memilih kegiatan
belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya (Idris, dkk., 2014:78-
80).
Setiap proses pembelajaran secara ideal harus dilakukan pada
aktivitas dan kreativitas yang berpusat pada guru serta pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Begitu pula pada proses pembelajaran bagi
anak usia dini, secara konkret harus memberikan kesempatan kebebasan
pada setiap anak untuk berpikir dan bersikap secara kritis dalam
mengemukakan ide dan pendapatnya.
Sementara guru bersifat sebagai fasilitator sekaligus instruktur dalam
memberikan petunjuk serta pengarahan langsung terhadap setiap anak
dalam melakukan setiap aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu proses
pembelajaran pada anak usia dini harus didasarkan pada beberapa
prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini yakni:
a. Proses kegiatan belajar pada anak usia dini harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip belajar melalui bermain.
22

b. Proses pembelajaran anak usia dini dilaksanakan dalam lingkungan


yang kondusif dan inovatif baik di dalam ruangan maupun di luar
ruangan.
c. Proses pembelajaran anak usia dini harus diarahkan tematik dan
terpadu
d. Proses pembelajaran anak usia dini harus diarahkan pada
pengembangan potensi kecerdasan secara menyeluruh dan terpadu
(Aziz, 2017:125-126).

B. Makna Belajar
a) Kesiapan untuk Belajar
Pendirian yang terkenal dikemukakan oleh J. Bruner ialah bahwa
setiap mata pelajaran dapat diajarkan dengan efektif dalam bentuk yang
jujur secara intelektual pada setiap anak dalam setiap tingkat
perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan pada penellitian Jean
Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan itu
akan kita bicarakan tentang:
a. Perkembangan intelektual anak
Menurut Jean Piaget, perkembangan intelektual anak dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1) Fase Pra-operasional. Sampai usia 5-6 tahun, jadi tidak berkenaan
dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan
perbedaan yang tegas antara perasaan dengan realitas dunia luar.
Misalnya ia mengatakan bahwa matahari bergerak karena didorong
Tuhan. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-
konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
2) Fase Operasi Konkrit. Pada taraf kedua ini operasi itu artinya di
dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya
dengan suatu percobaan dan perbuatan yang nyata, ia telah dapat
melakukannya dengan pikirannya. Namun pada taraf operasi konkrit,
ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya
22

secara nyata.
3) Fase Operasi Formal. Pada tahap ini ia telah dapat memikirkan
variabel-variabel yang mungkin atau hubungan-hubungan yang
kemudian dapat diselidiki kebenarannya melalui eksperimen atau
observasi.
b. Proses belajar
Menurut Bruner proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase,
antara lain:
1) Informasi. Dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada
yang menambah, memperluas dan memperdalam informasi.
2) Transformasi. Informasi ini harus dianalisis atau di ubah dalam
bentuk abstrak atau konseptual agar dapat digunakan lebih luas, hal
ini memerlukan bantuan guru.
3) Evaluasi. Kemudian kita nilai manakah pengetahuan yang kita
peroleh untuk dapat dimanfaatkan.
c. Kurikulum “spiral”
Dapat kita ajarkan kepada anak sesuai dengan taraf perkembangan
usianya. Kurikulum yang membicarakan pokok-pokok yang sama pada
tingkat yang lebih tinggi dengan cara yang lebih matang dan abstrak
disebut kurikulum spiral, sesuai dengan taraf perkembangan anak.
Dengan demikian dapat dibina secara kontinu perkembangan intelektual
dan mental anak (Nasution, 2017:6-10).
Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak
bisa dipisahkan dari pendidikan. Dimana ada pendidikan disitulah terdapat
pembelajaran. Pendidikan dan pembelajan adalah salah satu kesatuan
yang tidak bisa terpisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa tujuan pendidikan akan tercapai apabila kegiatan
pembelajaran dapat berlangsung secara baik dan maksimal.
Dalam konteks ini, untuk dapat menunjang kegiatan pembelajaran
yang baik seseorang perlu mengetahui dan memahami teori-teori
pembelajaran. Sebab dengan mengetahui pembelajaran seseorang akan
22

lebih mengerti bagaimana melaksanakan kegiatan pembelajaran.


Teori belajar berbasis edutaiment merupakan serangkaian teori yang
mengungkapkan bagaimana melakukan kegiatan pembelajaran yang
menyenangkan dan tidak membosankan bagi peserta didik. Artinya, teori-
teori ini lebih menekankan pada pembelajaran yang melibatkan peran aktif
peserta didik dan guru hanya sebatas fasilitator bagi pelaksanaannya
kegiatan pembelajaran tersebut (Fadlillah, dkk., 2014:1-2).
Kata edutaiment terdiri atas dua kata, yaitu education dan
entertaiment. Education artinya pendidikan, dan entertaiment artinya
hiburan. Jadi secara bahasa edutaiment diartikan sebagai pendidikan
yang menyenangkan.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa edutaiment
merupakan suatu kegiatan pembelajaran dimana dalam pelaksanaannya
lebih mengedepankan kesenangan dan kebahagiaan dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, belajar dilakukan
dengan cara yang menyenangkan, bukan sebaliknya membosankan dan

dalam kondisi tertekan (Fadlillah, dkk., 2014:3-4). Adapun untuk teori


pembelajaran berbasis edutaiment akan dijelaskan di bawah ini.
a. Teori Belajar Kooperatif
Teori belajar dengan bekerja sama (kooperatif) merupakan teori
pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil siswa, sehingga
mereka dapat menjalin kerja sama untuk memaksimalkan
kelompoknya dan masing-masing melakukan pembelajaran.
b. Teori Otak Triun
Otak triun merupakan istilah yang menggambarkan tentang otak
manusia yang terdiri dari tiga bagian.
1) Otak reptile (batang otak), adalah salah satu bagian otak yang
berfungsi sebagai bertahan atau untuk kelangsungan hidup.
Selain itu, juga sebagai naluri manusia ketika menghadapi suatu
persoalan tertentu.
2) Otak limbik (mamalia), adalah bagian otak triun yang memiliki
22

fungsi untuk mengendalikan emosi, kemarahan, kegelisahan,


kesenangan dan cinta. Apabila anak dalm keadaan kondisi
nyaman, aman dan menyenangkan, maka sistem limbiknya akan
bekerja dengan baik. Dalam kondisi seperti ini anak akan belajar
dengan baik.
3) Otak neokorteks (berfikir), dikenal sebagai bagian kerja sekolah
atau topi berfikir (pusat berfikir). Bagian otak ini berfungsi untuk
intelektual, belajar dan melakukan ingatan. Hal ini disebabkan
otak ini merupakan pusat berfikir seseorang. Jika sitem limbik
menerima perasaan nyaman/menyenangkan, maka lapisan ini
dapat berfungsi secara baik.
c. Teori Kecerdasan Majemuk
Menurut teori ini kecerdasan seseorang dapat dilihat dari banyak
dimensi, tidak hanya kecerdasan verbal (berbahasa) atau kecerdasan
logika. Dengan kata lain, seseorang dapat memiliki kecerdasan sesuai
dengan kebiasaan yang disukainya (Fadlillah, 2014:9-16).
Melibatkan anak-anak secara penuh dalam belajar dan memastikan
mereka berkembang. Kebutuhan, pengetahuan, dan pemahaman yang
dibutuhkannya adalah tinggi. Semua anak adalah individu dan apa yang
menyebabkan rasa penasaran dan minat bagi satu anak tidak akan
menular pada anak yang lain dengan cara yang sama (Sarwiji, 2018:157).
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan ciri penting yang
membedakan jenis manusia dari jenis makhluk lain. Menurut Kimble
(1961: 6) belajar adalah perubahan yang relatif permanen di dalam
behavioral Potentionality (potensi behavioral) sebagai akibat dari
reinforced practice (praktik yang diperkuat). Sedangkan menurut Bell-
Gredler, belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk
mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitude) yang diperoleh secara bertahap dan
berkelanjutan.
22

Beberapa hal yang perlu dicermati dari definisi tersebut antara lain:
Pertama, produk belajar berupa perubahan tingkah laku, proses
mental dari hasil belajar harus selalu diterjemahkan kedalam perilaku atau
tindakan yang dapat diamati. Kedua, perubahan perilaku itu relatif
permanen, artinya menetap dalam jangka yang lama, tetapi dapat hilang
atau berubah. Ketiga, perubahan tingkah laku itu tidak terjadi secara
langsung setelah proses belajar selesai. Keempat, perubahan (potensi
behavioral) berdasarkan dari pengalaman atau latihan, bukan yang
disebabkan karena faktor kematangan dan insting. Kelima, pengalaman
atau latihan harus diperkuat, artinya hasil belajar itu bisa hilang/tidak
dikuasai lagi jika tidak pernah dialami atau dilatih secara berulang-ulang.
Menurut Piaget, faktor yang mempengaruhi belajar adalah adaptasi
yang holistik. Artinya, kognitif seseorang bekerja dengan cara melakukan
penyesuaian antara informasi di luar diri yang ingin dipelajari dengan
skema/struktur mental tentang informasi tersebut, yang sebelumnya
pernah dipelajari/sudah ada dalam kognitifnya. Piaget percaya bahwa
harus ada kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dalam diri
seseorang sebelum perubahan terjadi. Oleh karena itu, teori belajar
adalah mengenali asas-asas yang dapat menjelaskan hakikat belajar
pada manusia dengan segala keragamannya. Melalui belajar diperoleh
berbagai keterampilan, pengetahuan dan sikap serta nilai, karena itu
belajar akan menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan,
yang oleh Gagne disebut sebagai kapabilitas. Kapabilitas diperoleh
seseorang dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan, (2) proses
kognitif yang dilakukan oleh si pelajar.
Komponen belajar menurut Gagne ada 5 (lima) golongan ragam
belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,
sikap, dan strategi kognitif. Kelima macam belajar tersebut masing-masing
diperoleh dengan cara yang berlainan dan diperlukan stimulus dari
lingkungan untuk menunjang proses kognitif peserta didik waktu belajar
(Karwono dan Mularsih, 2017:12-16).
22

Ada beberapa teori yang berpendapat bahwa proses belajar pada


prinsipnya bertumpu pada struktur kognitif, yakni penataan fakta, konsep
serta prinsip-prinsip sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki
makna bagi peserta didik. Dari konsep ini, pada perkembangan berikut
akan melahirkan teori belajar yang bertumpu pada konsep pembentukan
super ego, yakni suatu proses belajar melalui suatu peniruan, proses
interaksi antara priadi seseorang dengan pihak lain. Sesuai dengan
konsep super ego, maka pengalam yang diperoleh menyangkut segi
moral. Hal ini sesuai dengan penegasan Brend bahwa struktur
kepribadian individu manusia itu terdiri dari id, ego dan super ego. Id lebih
menekankan pada pemenuhan nafsu, Super ego leih bersifat sosial dan
moral, sedangkan ego akan menjembatani keduanya, terutama kalau
berkembang menghadapi lingkungannya. Atau dalam aktivitas belajar.
Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah:
a. Proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar, dan
b. Dilakukan secara aktif, dengan segenap panca indra ikut berperan.
Untuk melengkapi pengertian mengenai makna belajar, perlu kiranya
dikemukakan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan belajar, antar lain:
a. Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan
kelakuannya
b. Belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri
para siswa
c. Belajar akan lebih mantap dan efektif bila di dorong dengan motivasi
d. Dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan dan
pembiasaan
e. Kemampuan belajar seseorang siswa harus diperhitungkan dalam
rangka menentukan isi pelajaran.
f. Belajar dapat melakukan tiga cara, yaitu:
1) Diajar secara langsung
2) Kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung (seperti anak
belajar bicara, sopan santun dll)
3) Pengenalan dan atau peniruan
g. Belajar melalui praktik atau pengalaman secara langsung
h. Perkembangan pengalaman peserta didik akan mempengaruhi
kemampuan belajar yang bersangkutan
i. Bahan pelajaran yang bermakna dan berarti, mudan dan menarik
untuk dipelajari
22

j. Informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta


keberhasilan siswa
k. Belajar sedapat mungkin di ubah kedalam bentuk aneka ragam
tugas, sehingga anak-anak melakukan dialog dalam dirinya atau
mengalami sendiri (Sardiman, 2016:21-25).

2. Ciri-ciri Belajar
Menurut Suardi (2018) Bahwa belajar itu diartikan dalam arti yang
luas, meliputi keseluruhan proses perubahan pada individu. Perubahan itu
meliputi keseluruhan topik kepribadian, intelek, maupun sikap baik yang
tampak maupun yang tidak. Oleh karena itu tidaklah tepat kalau belajar itu
diartikan sebagai “ungkapan atau membaca pelajaran” maupun
menyimpulkan pengetahuan atau informasi. Untuk mendapatkan
pengalaman yang lebih lengkap tentang pengertian belajar tersebut, maka
berikut ini dikemukakan beberapa ciri-ciri penting dari konsep tersebut:
a. Belajar adalah perbuatan yang sudah mungkin sewaktu terjadinya
prioritas. Yang bersangkutan tidak begitu menyadarinya namun
demikian paling tidak ia menyadari setelah peristiwa itu berlangsung.
Dia menjadi sadar apa yang dialaminya dan apa dampaknya. Kalau
orang tua sudah dua kali kehilangan tongkat, maka itu berarti dia
tidak belajar dari pengalaman yang terdahulu.
b. Belajar terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. Belajar
hanya terjadi apabila dialami sendiri oleh yang bersangkutan, dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Cara memahami dan
menerapkan bersifat individualistik, yang pada gilirannya juga akan
menimbulkan hasil yang bersifat pribadi.
c. Perubahan yang terjadi bersifat menyeluruh dan terintegrasi. Yang
berubah bukan bagian-bagian dari diri seseorang, namun yang
berubah adalah kepribadiannya.
d. Belajar adalah proses interaksi. Belajar bukanlah proses penyerapan
yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari yang bersangkutan.
Apa yang diajarkan guru belum tentu menyebabkan terjadinya
perubahan, apabila yang belajar tidak melibatkan diri dalam situasi
22

tersebut. Perubahan akan terjadi kalau yang bersangkutan


memberikan reaksi terhadap situasi yang dihadapi.
e. Perubahan terjadi berlangsung dari yang sederhana ke arah yang
lebih kompleks. Seorang anak baru akan dapat melakukan operasi
bilangan kalau yang bersangkutan sedang menguasai simbol-simbol
yang berkaitan dengan operasi tersebut (Suardi, 2018:8-10).

3. Karakteristik Belajar Anak Usia Dini


Berbagai aktivitas yang dilakukan anak usia dini dapat dipahami
sebagai proses belajar untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman,
bahkan kebahagiaan. Untuk itu proses belajar anak usia dini tidak terlepas
dari aktivitas menyentuh, mencoba, melempar, berpetualang, bernyanyi,
dan sebagai besar didominasi oleh kesibukan bermain secara
membahagiakan. Kegiatan belajar bahagia anak usia dini harus
disesuaikan dengan beberapa hal diantaranya: karakteristik cara belajar
serta prinsip belajar anak usia dini mencakup:
1. Anak belajar secara bertahap
2. Cara berpikir anak bersifat khas
3. Anak anak belajar dengan berbagai cara
4. Anak belajar satu sama lain dengan lingkungan sosial
5. Anak belajar melalui bermain:
a. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain
b. Berorientasi pada kebutuhan anak
c. Stimulasi terpadu
d. Berorientasi pada perkembangan anak
e. Lingkungan kondusif
f. Menggunakan pendekatan tematik
g. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)
h. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar (Aziz,
2017:158-164).
22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang
untuk memperoleh penguasaan dan penyerapan informasi dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik melalui proses interaksi antara individu
dan lingkungan dengan mendeskripsikan perubahan potensi perilaku
yang berasal dari pengalaman sehingga menyebabkan munculnya
perubahan perilaku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, perilaku, maupun psikomotorik, yang sifatnya permanen.
Prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah
bermain, bercerita dan bernyanyi yang disusun sedemikian rupa
sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan dan menggembirakan.
Pembelajaran anak usia dini menggunakan esensi bermain. Esensi
22
bermain meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa dan
merdeka. Pembelajaran disesuaikan dengan kondisi anak yang dapat
membuat anak tertarik dan untuk ikut serta dan tidak terpaksa.
22

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Safrudin. 2017. Strategi Pembelajaran Aktif Anak Usia dini.


Yogyakarta: Kalimedia.
Bambang, Sarwiji. 2018. Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks
Jakarta.
Chusnul, Chotimah dan Muhammad, Farhurrohman. 2018. Paradigma
Baru Sistem Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Fadlillah, dkk. 2014. Edutaiment Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Kencana.
Karwono dan Heni Mularsih. 2017. Belajar dan Pembelajaran Serta
Pemanfaatan Sumber Belajar. Depok: PT Raja Grafindo Persada.
Meity, H Idris. dkk. 2014. Menjadi Pendidik yang Menyenangkan dan
Profesional. Jakarta: PT Luxima Metro Media.
Nasution. 2017. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sardiman. 2016. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Suardi, Moh. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Perama Ilmu.
Tessie, Setiabudi dan Joshua Maruta. 2013. Cerdas Mengajar. Jakarta:
PT. Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai