Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“TEORI BELAJAR KOGNITIVISTIK”


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Boy Indrayana, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Muhammad Gilang Endar S A1H121193


Eka Aprianto A1H121194
Wisnu Hidayah A1H121195

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Belajar Kognitivistik sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas kelompok Belajar
Pembelajaran, sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Bapak Boy Indrayana,
S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar Pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Belajar
Kognitivistik bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena pengetahuan
yang kami miliki masih minim, dan masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian materi dalam makalah ini. Selanjutnya kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita serta dapat dipahami oleh pembaca.

Jambi, 27 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1 Pengertian Teori Kognitivistik................................................................................ 3

2.2 Ciri-Ciri Teori Kognitivistik ................................................................................... 4

2.3 Prinsip Teori Kognitivistik ..................................................................................... 5

2.4 Tokoh-Tokoh Pada Teori Kognitivistik .................................................................. 5

2.5 Penerapan dan Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam Pembelajaran ...................... 11

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitivistik ................................................... 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 15

3.2 Saran ..................................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk ciptaan tuhan yang
paling sempurna diantara makhluk hidup lainnya. Manusia dibekali dengan akal sehat
dan otak, sehingga manusia dapat menggunakan akal tersebut untuk berfikir sebelum
melakukan sesuatu, sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan yang dia miliki.

Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan eduktif. Belajar dan pembelajaran dikatakan
suatu bentuk edukasi yang menjadikan adanya suatu interaksi antara guru dan siswa.
Dengan belajar, individu dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki nya.
Sementara itu, pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengarahkan
individu dalam proses belajar sehingga dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang
diharapkan. Keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dilihat melalui
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Dengan
demikian, efektifitas sebuah proses belajar dan pembelajaran di tentukan oleh interaksi
diantara komponen-komponen tersebut.

Teori merupakan kumpulan prinsip-prinsip yang disusun secara sistematis.


Prinsip tersebut berusaha untuk menjelaskan hubungan-hubungan antara fenomena-
fenomena yang ada. Teori belajar merupakan suatu teori yang di dalamnya terdapat tata
cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar anatar guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan. Teori belajar dikembangkan oleh para
ahli berdasarkan pemikiran mereka. Terdapat empat perspektif utama dalam teori
belajar salah satunya ialah kognitivistik. Masing-masing teori belajar tentu memiliki
konsep, prinsip, ciri, serta kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan teori kognitivistik?
b. Bagaimana ciri-ciri dari teori kognitivistik?
c. Bagaimana prinsip dari teori kognitivistik?
d. Siapa saja tokoh-tokoh yang mengembangkan teori kognitivistik?
e. Bagaimana penerapan dari teori kognitivistik?
f. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori kognitivistik?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari teori kognitivistik
b. Mengetahui ciri-ciri teori kognitifistik
c. Mengetahui prinsip dari teori kognitifistik
d. Mengetahui tokoh-tokoh yang mengembangkan teori kognitivistik
e. Mengetahui penerapan dari teori kognitivistik
f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Kognitivistik


Teori belajar kognitif menjelaskan belajar dengan berfokus pada perubahan-
perubahan proses mental internal yang digunakan dalam upaya memahami dunia
eksternal. Prose tersebut digunakan mulai dari mempelajari tugas-tugas sederhana
hingga yang kompleks. Dalam perspektif kognitif, belajar adalah perubahan dalam
struktur mental seseorang yang memberikan kapasitas untuk menunjukkan perubahan
prilaku. Struktur mental ini meliputi pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan
dan mekanisme lain dalam kepala pembelajar. Fokus teori kognitif adalah potensi untuk
berprilaku dan bukan pada prilakunya sendiri. (Khodijah, 2014) Saam (2010:59)
menyatakan bahwa teori kognitif menekankan bahwa peristiwa belajar merupakan
proses internal atau mental manusia.

Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku manusia yang tampak tidak bisa
diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental yang lain seperti motivasi,
sikap, minat, dan kemauan. Gredler dalam Uno (2006:10) menyatakan bahwa teori
belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Dalyono (2007:34) bahwa dalam
teori belajar kognitif dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol
oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitif.
Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tidakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku ini terjadi.

3
2.2 Ciri-Ciri Teori Kognitivistik
2.2.1 Ciri-Ciri Aliran Kognitivisme

1. Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia (nativistik)


2. Mementingkan keseluruhan (holistic)
3. Mementingkan peran kognitif
4. Mementingkan kondisi waktu sekarang
5. Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan


mempergunakan bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan
atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.

2.2.2 Ciri-ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan pengalaman belajar dengan mengkaitkan pengetahuan yang


dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan
pengetahuan.
2. Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan
tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai
cara.
3. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistic dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami suatu konsep siswa
melalui kenyataan kehidupan sehari-hari.
4. Mengintegrasi pembelajaran sehingga memungkinkan terjadi transmisi sosial
yaitu terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang lain atau
dengan lingkungannya, misalnya interaksi dan kerja sama antara siswa, guru dan
siswa-siwa.
5. Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga
pembelajaran menjadi lebih efektif.
6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga siswa menjadi menarik
dan siswa mau belajar.

4
2.3 Prinsip Teori Kognitivistik
Berikut adalah prinsip-prinsip belajar teori kognitif yaitu sebagai berikut :

a. Lebih mementingkan proses belajar daripada hasil


b. Disebut model perseptual
c. Tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya
d. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
terlihat sebagai tingkah laku yang nampak
e. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen yang kecil-kecil dan mempelajarinya secara terpisah –
pisah, akan kehilangan makna.
f. Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kewajiban lainnya.
g. Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks
h. Dalam praktek pembelajaran teori ini tampak pada tahap-tahap perkembangan
(J. Piaget), Advance Organizer (Ausubel), Pemahaman konsep (Bruner),
Hierarki belajar (Gagne), Weabteaching (Norman).
i. Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan siswa aktif amat dipentingkan
j. Materi pembelajaran disusun dengan pola dari sederhana ke kompleks
k. Perbedaan individu siswa perlu diperhatikan, karena sangat mempengaruhi
keberhasilan siswa belajar.

2.4 Tokoh-Tokoh Pada Teori Kognitivistik


a. Jean Piaget (1896-1980)

Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah
mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas
beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i)
anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya;
(ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi
itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir,
sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.

5
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut
Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :


Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak-
anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-
baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas,
anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-
temanya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya


proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan system syaraf.
Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976)[5]. Sehingga ketika dewasa seseorang
akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget membagi proses
belajar kedalam tiga tahapan yaitu :

a. Asimilasi
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.
Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika
gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh
anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).

6
b. Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa
ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal
perkalian.
c. Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka
diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif
seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan
kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang
diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.

Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian,


pengembangan dan pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
telah dimiliki seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan
konsep schema/skema (jamak = schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur
kognitif yang baru tersebut akan menjadi dasar untuk kegiatan belajar
berikutnya.[6] Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam empat tahap, yaitu :

1. Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)


2. Tahap preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)
3. Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)
4. Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)

Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur
dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan


tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang

7
anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.

b. Jarome Bruner (1995-2016)

Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia


berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat
dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
Sehingga, perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan
kognitif (Hilgard dan Bower, 1981)[7]

Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum
spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif
mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik
menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses
intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan
kata lain, belajar dengan menemukan.

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah menghadapkan anak


pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha
membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan
dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan
kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam
benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman didalam dirinya yang
tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai
perubahan persepsi dan pemahaman dari apa yang aia temukan.

8
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (
termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (
mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori”
(belajar dengan cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta
untuk mencari contoh-contoh khusus dan konkrit .

Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:[8]

1) Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan


observasi, pengalaman terhadap suatu realita.
2) Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualaisasi
verbal.
3) Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi
oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.

Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):

a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk
menemukan jawabannya.
b. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan
mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.

c. Ausebel (1918-2008)

Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang


dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full
learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

1) Memperhatikan stimulus yang diberikan.


2) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang
sudah dipahami.

Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya.

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa

9
(Advanced Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan
tiga manfaat yaitu :

1. Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari.


2. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari
dan yang akan dipelajari.
3. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya
dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang
logis dan mudah dipahami.

d. Robert M. Gagne

Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak
manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak
manusia :

a) Reseptor
b) Sensory register
c) Short-term memory
d) Long-term memory
e) Response generator

Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:

10
a. Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya
menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol informasi yang diterimanya
dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan
seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk
sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam
system.
c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan
perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan
maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi
dalam memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya
diteruskan ke memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan
yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka
panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
e. Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

2.5 Penerapan dan Aplikasi Teori Kognitivistik Dalam Pembelajaran


Dalam perkembangan setidaknya ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari
teori kognitivisme ini yaitu: Teori perkembangan piaget, Teori kognitif Brunner dan
teori bermakna Ausubel.

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus


memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-
benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan
menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan
pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk
mencapai keberhasilan siswa.

11
Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk aplikasi
teori pemrosesan informasi, yaitu:

a. guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa yang
dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan
tindakan dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau
menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama,
memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat
siswa terhadap topik yang dibicarakan,
b. membantu siswa membedakan iinformasi yang penting dengan informasi yang
tidak penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan
pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau
meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan,
c. membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang
diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk
mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan
diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi baru dengan
informasi yang dimiliki,
d. sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi dengan
memulai pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes pendek
yang sering, membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya jawab,
e. sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan
pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman, dan
f. utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan mengajarkan
perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah
dimiliki.

Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya


kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan:

a) untuk menghafal informasi yang tidak membutuhkan pemahaman, gunakan


meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau jembatan keledai). Misalnya untuk
menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan,
keamanan, nasional dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD HANKAMNAS,

12
b) rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari, dan
c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya
mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau
mengajarkan materi serupa dengan metode yang berbeda.

Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning,
yaitu belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam,
atau berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall
learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi
atau rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.

Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara:

1. organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang


akan dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat,
2. metode loci, artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang
membuat gambaran pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu,
3. irama, metode mengingat dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan
urutan rukun Islam atau rukun iman dengan nyanyian[9].

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Kognitivistik


1. Kelebihan Kognitivistik

a. Lebih mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki setiap


orang, pendidik hanya perlu memberi dasar materi dan kelanjutan belajar
tergantung dari individu tersebut.
b. Pendidik mampu memaksimalkan ingatan peserta didik, hal ini diperlukan
karena salah satu peran kognitif adalah menekankan pada daya ingat individu
yang belajar.
c. Arti kognitivistik dari para ahli sama dengan kreasi atau pembuatan suatu hal
baru atau suatu yang baru dari sesuatu yang sudah ada, siswa dituntut untuk
berkreasi.
d. Mudah diterapkan dan sudah banyak di terapkan dalam dunia pendidikan di
indonesia, termasuk dalam segala tingkat sekolah.

13
2. Kekurangan Kognitivistik

a. Kemampuan peserta didik soal ingatan berbeda-beda, dalam teori kognitivistik


semua individu di anggap memiliki daya ingat yang sama.
b. Tidak memperhatikan cara siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan cara
dalam mencari pengetahuan tersebut.
c. Siswa dipastikan tidak akan mengerti materi yang diberikan sepenuhnya jika
dalam pembelajaran hanya menggunakan teori ini.
d. Untuk sekolah kejuruan, siswa akan kesulitan dalam praktek kegiatan dan materi
jika hanya menerapkan teori ini.
e. Perlu diperhatikan kemampuan peserta didik dalam mengembangkan materi
yang sudah diterimanya, tidak akan berkembang jika hanya dibiarkan.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori kognitivistik menganggap bahwa belajar adalah belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Sehingga fokus dari teori kognitivistik ialah potensi untuk berprilaku
dan bukan pada prilakunya sendiri. Teori kognitivistik berusaha menjelaskan bagaimana
orang-orang berpikir dalam belajar. oleh karena itu, teori ini lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar itu sendiri karena belajar melibatkan proses berpikir yang
lebih kompleks. Ciri khas pada teori belajar kognitivistik terletak dalam belajar
memperoleh dan mempergunakan bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu
di representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan
atau lambang, yang semuannya merupakan suatu yang bersifat mental.

3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu dikaji secara
mendalam oleh calon guru dan para guru demi menyukseskan proses belajar dikelas.
Tanpa pengetahuan kognitivisme siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkannya dikelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru dikelas.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdurakhman, Omon dan Radif Khotamir Rusli. 2017. Teori belajar dan
Pembelajaran. Universitas Djuanda: Bogor

Given. K. Barbara. 2014. Brain-Based Teaching. Merancang kegiatan belajar mengajar


yang melibatkan Otak, Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestik, dan Reflektif.
Kaifa. Bandung.

Ibda,Fatima. 2015. Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget. Intelektualita, (3)1.

Isti’adah, Feidah Noorlaila. 2020. Teori-teori Belajar dalam Pendidikan.


Tasikmalaya: Edu Publisher.

Muzzaki, Naufal Ahmad. 2015. Teori Kognitif dan Behavioral. Makalah.

Solso, Robert L.,dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi kedelapan. Alih Bahasa:
Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pres.

Sutarto. 2017. Teori Kognitif dan Implikasinya Dalam Pembelajaran. Volume: 1


Nomor: 2 Tahun 2017 Halaman: 6-20. Padang: UIN Imam Bonjol.

16

Anda mungkin juga menyukai