Dosen Pengampu:
Boy Indrayana, S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Belajar Kognitivistik sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas kelompok Belajar
Pembelajaran, sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh Bapak Boy Indrayana,
S.Pd.,M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar Pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Belajar
Kognitivistik bagi para pembaca dan juga bagi penulis
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena pengetahuan
yang kami miliki masih minim, dan masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan dan penyampaian materi dalam makalah ini. Selanjutnya kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita serta dapat dipahami oleh pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan eduktif. Belajar dan pembelajaran dikatakan
suatu bentuk edukasi yang menjadikan adanya suatu interaksi antara guru dan siswa.
Dengan belajar, individu dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki nya.
Sementara itu, pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk mengarahkan
individu dalam proses belajar sehingga dapat memperoleh tujuan belajar sesuai yang
diharapkan. Keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran dapat dilihat melalui
tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan tercapainya tujuan
pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Dengan
demikian, efektifitas sebuah proses belajar dan pembelajaran di tentukan oleh interaksi
diantara komponen-komponen tersebut.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan teori kognitivistik?
b. Bagaimana ciri-ciri dari teori kognitivistik?
c. Bagaimana prinsip dari teori kognitivistik?
d. Siapa saja tokoh-tokoh yang mengembangkan teori kognitivistik?
e. Bagaimana penerapan dari teori kognitivistik?
f. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori kognitivistik?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengertian dari teori kognitivistik
b. Mengetahui ciri-ciri teori kognitifistik
c. Mengetahui prinsip dari teori kognitifistik
d. Mengetahui tokoh-tokoh yang mengembangkan teori kognitivistik
e. Mengetahui penerapan dari teori kognitivistik
f. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori kognitivistik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori kognitif menyatakan bahwa tingkah laku manusia yang tampak tidak bisa
diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental yang lain seperti motivasi,
sikap, minat, dan kemauan. Gredler dalam Uno (2006:10) menyatakan bahwa teori
belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih erat dari itu, belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Dalyono (2007:34) bahwa dalam
teori belajar kognitif dinyatakan bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol
oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitif.
Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi,
yaitu tidakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku ini terjadi.
3
2.2 Ciri-Ciri Teori Kognitivistik
2.2.1 Ciri-Ciri Aliran Kognitivisme
4
2.3 Prinsip Teori Kognitivistik
Berikut adalah prinsip-prinsip belajar teori kognitif yaitu sebagai berikut :
Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah
mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas
beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i)
anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya;
(ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi
itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir,
sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya individu.
5
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut
Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
a. Asimilasi
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada.
Contoh : seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika
gurunya memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses
pengintegrasian antara prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh
anak) dengan prinsip perkalian (informasi baru yang akan dipahami anak).
6
b. Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru.
Penerapan proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa
ditelah mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal
perkalian.
c. Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Hal ini sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah
ilmunya. Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka
diperlukan roses penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif
seseorang akan tersendat-sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan
kemampuan equilibrasi yang baik akan mampu menata berbagai informasi yang
diterima dengan urutan yang baik, jernih, dan logis.
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur
dan juga semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
7
anak berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami
tahap-tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum
spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif
mereka, artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik
menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses
intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan
kata lain, belajar dengan menemukan.
8
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (
termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (
mewakili ) aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori”
(belajar dengan cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta
untuk mencari contoh-contoh khusus dan konkrit .
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk
menemukan jawabannya.
b. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan
mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.
c. Ausebel (1918-2008)
Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya
didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa
9
(Advanced Organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan
belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi
seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan
tiga manfaat yaitu :
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya
dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang
logis dan mudah dipahami.
d. Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak
manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak
manusia :
a) Reseptor
b) Sensory register
c) Short-term memory
d) Long-term memory
e) Response generator
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan
informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar
dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
10
a. Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya
menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol informasi yang diterimanya
dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan
seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk
sebagian masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam
system.
c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan
perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan
maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi
dalam memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya
diteruskan ke memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan
yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka
panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
e. Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
11
Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk aplikasi
teori pemrosesan informasi, yaitu:
a. guru hendaknya yakin bahwa setiap siswa memiliki perhatian terhadap apa yang
dipelajari. Karena itu untuk menarik perhatian siswa, guru dapat melakukan
tindakan dengan memberikan tanda tertentu misalnya tepuk tangan atau
menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau berbicara dengan irama,
memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang membangkitkan minat
siswa terhadap topik yang dibicarakan,
b. membantu siswa membedakan iinformasi yang penting dengan informasi yang
tidak penting untul memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan
pembelajaran, waktu menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau
meminta siswa mengulangi apa yang dijelaskan,
c. membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa yang
diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk
mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan
diagram atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi baru dengan
informasi yang dimiliki,
d. sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi dengan
memulai pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes pendek
yang sering, membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya jawab,
e. sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan
pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman, dan
f. utamakan pembelajaran bermakna bukan ingatan misalnya dengan mengajarkan
perbendaharaan kata-kata baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah
dimiliki.
12
b) rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari, dan
c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya
mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau
mengajarkan materi serupa dengan metode yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning,
yaitu belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam,
atau berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall
learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi
atau rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.
Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara:
13
2. Kekurangan Kognitivistik
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori kognitivistik menganggap bahwa belajar adalah belajar merupakan suatu
proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Sehingga fokus dari teori kognitivistik ialah potensi untuk berprilaku
dan bukan pada prilakunya sendiri. Teori kognitivistik berusaha menjelaskan bagaimana
orang-orang berpikir dalam belajar. oleh karena itu, teori ini lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajar itu sendiri karena belajar melibatkan proses berpikir yang
lebih kompleks. Ciri khas pada teori belajar kognitivistik terletak dalam belajar
memperoleh dan mempergunakan bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu
di representasikan atau dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan
atau lambang, yang semuannya merupakan suatu yang bersifat mental.
3.2 Saran
Hendaknya pengetahuan tentang kognitivisme siswa perlu dikaji secara
mendalam oleh calon guru dan para guru demi menyukseskan proses belajar dikelas.
Tanpa pengetahuan kognitivisme siswa, guru akan mengalami kesulitan dalam
membelajarkannya dikelas, yang pada akhirnya mempengaruhi rendahnya kualitas
proses pendidikan yang dilakukan oleh guru dikelas.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdurakhman, Omon dan Radif Khotamir Rusli. 2017. Teori belajar dan
Pembelajaran. Universitas Djuanda: Bogor
Solso, Robert L.,dkk. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi kedelapan. Alih Bahasa:
Mikael Rahardanto dan Kristianto Batuadji. Jakarta: Penerbit Erlangga.
16