Anda di halaman 1dari 51

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS .................................. 1

A. Pengertian PTK .................................................................................................. 1

B. Tujuan Manfaat PTK ......................................................................................... 2

C. Karakteristik PTK .............................................................................................. 4

D. Prinsip PTK ........................................................................................................ 5

E. Jenis PTK ........................................................................................................... 7

F. Model-Model PTK ............................................................................................. 8

BAB 2 ROSEDUR PELAKSANAAN PTK .................................................................... 10

A. Penetapan Fokus Permasalahan ......................................................................... 10

B. Perencanaan Tindakan ....................................................................................... 12

C. Pelaksaan Tindakan ........................................................................................... 13

D. Pengamatan / Observasi Dan Pengumpulan Data .............................................. 14

BAB 3 MERANCANG PTK ............................................................................................ 15

A. Langkah-Langkah Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas .............................. 15

B. Rencana dan Proposal PTK ............................................................................... 20

BAB 4 PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA .......................................... 30

A. Pengumpulan Data ............................................................................................. 30

B. Analisis Data dan Penyajian Data ...................................................................... 33

C. Penafsiran Data .................................................................................................. 34

D. Refleksi .............................................................................................................. 35

E. Tindak Lanjut ..................................................................................................... 35

1
BAB 5 PENULISAN KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 37

A. Kesimpulan ........................................................................................................ 37

B. Langkah-Langkah Membuat Kesimpulan .......................................................... 38

C. Tindak Lanjut Hasil Penelitian .......................................................................... 39

BAB 6 SISTEMATIKA LAPORAN PTK DAN TEKNIK PENULISAN ................... 41

A. Sistematika Laporan PTK .................................................................................. 41

B. Teknik Penulisan ................................................................................................ 42

C. Cara Pengetikan ................................................................................................. 44

BAB 7 LANGKAH LANGKAH VALIDITAS .............................................................. 46

A. Langkah-Langkah Validitas ............................................................................... 46

B. Validasi Diri Sendiri .......................................................................................... 46

C. Validasi Oleh Teman ......................................................................................... 48

D. Validasi Oleh Siswa ........................................................................................... 48

2
BAB 1

KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Pengertian PTK

Penelitian didefinisikan sebagai upaya menemukan pengetahuan baru. Hal ini

memang sudah sewajarnya karena pengetahuan merupakan sesuatu yang dicari dan ingin

dimiliki oleh manusia untuk dapat memahami hal-hal di sekitarnya. Dalam

perkembangannya penelitian didefinisikan sebagai sebuah upaya menemukan jawaban

secara ilmiah dari sebuah masalah yang dihadapi manusia. Ilmiah diartikan sebagai

berlandaskan atas bangunan ilmu tertentu. Dengan demikian pengetahuan yang bersifat

ilmiah diperoleh melalui sebuah proses pendekatan ilmiah yang disebut penelitian ilmiah

dan dibangun di atas teori tertentu. Teori yang berkembang melalui penelitian yang

sistematis dan terkendali akan dapat diuji validitas dan reliabilitasnya, artinya jika penelitian

tersebut dilakukan oleh orang lain dengan metode dan kondisi yang sama akan diperoleh

hasil yang sama pula.

Menurut Ebbut dan Hopkin (1993), penelitian tindakan adalah kajian sistemik dari

upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan

tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari

tindakan-tindakan tersebut.

PTK merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan

situasi praktis. Tentu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru ditujukan untuk

meningkatkan situasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga

pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini tentu akan menuntut komitmen

3
untuk berpartisipasi dan kerjasama dari semua pihak yang terkait dalam proses

pembelajaran.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sering disebut classroom action research, saat ini

berkembang dengan pesat di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan

Kanada. Apabila dicermati kecenderungan baru ini mengemuka karena jenis penelitian ini

mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak

langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola

proses 5 pembelajaran mengajar di kelas. Disamping itu jenis penelitian ini dapat juga

diterapkan untuk mengimplementasikan berbagai program di sekolah dengan mengkaji

berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa.

Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas, guru/pendidik langsung memperoleh

“teori” yang dibangunnya sendiri, bukan diberikan oleh pihak lain, maka guru dapat menjadi

“The Theorizing Practitioner”.

B. Tujuan Dan Manfaat PTK

1. Tujuan PTK

Tujuan utama dari PTK adalah terjadinya suatu peningkatan kualitas pembelajaran

dalam proses pembelajaran. Guru di kelas dapat menganalisis, merefleksi, sekaligus

menawarkan solusi yang tepat tentang permasalahan yang muncul di kelas. Menurut

Kunandar (200; 2008) tujuan PTK, antara lain:

1) Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami

langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan

profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru. Mutu

pembelajaran dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa, baik yang bersifat

akademis yang tertuang dalam nilai ulangan harian (formatif), ulangan tengah semester

4
(sub-sumatif) dan ulangan akhir semester (sumatif) maupun yang bersifat nonakademis,

seperti motifasi, perhatian, aktivitas, minatt, dan lain sebagainya.

2) Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat

masyarakat berkembang secara cepat.

3) Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses

pembelajaran.

4) Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode

baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5) Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem

pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi belajar siswa.

6) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.

7) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta

sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara

berkelanjutan.

8) Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses

pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga

ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang

terintegrasi di dalamnya.

2. Manfaat PTK

Tumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan

secara berkesinambungan memberi manfaat pada munculnya inovasi pendidikan, karena

para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa professional secara

mandiri. Sikap mandiri tersebut akan memicu lahirnya “percaya diri” untuk mencoba halhal

yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu

5
mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara

berkesinambungan.

C. Karakteristik PTK

PTK memiliki karakterlistik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian

lainya. Adapun beberapa karakteristik tersebut adalah:

1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran perlu

diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk

membenahi masalah dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi.

Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan kompetensi tinggi merupakan

seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya.

Sehingga Ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan

maksimal.

2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial. Dan ini

sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang menggunakan

responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data

dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)

3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara siswa

dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan

hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya proses

pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)

4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. PTK

dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan peningkatan

atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya.

Sehingga diperoleh model pembelajaran yang paling baik. (Daryanto,2011:6)

6
5. PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme guru, karena

PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan

guru untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di mana semua itu dapat

menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran. (Daryanto,2011:6)

6. PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan kelas. Dengan

demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu model saja. (Tahir,2012:81)

D. Prinsip PTK

Secara umum ada 4 prinsip kunci penelitian tindakan kelas,yaitu:

1. Kritik Reflektif, yaitu suatu perhitungan situasi,seperti catatan atau dokumen

pejabat,digunakan untukmembuat tuntutan tersembunyi menjadi lebih baik.

2. Kritik Dialektika, digunakan untuk memahami antara fenomena dan konteksnya.

3. Sumber Daya Kolaboratif, prinsip ini mempersyaratkan bahwa setiap gagasan

seseorang sama penting dengan sumber daya potensial.

4. Ambil Resiko, proses perubahan mengancam semua cara yang telah ditetapkan

sebelumnya,maka diperlukan kejelian untuk mengambil resiko (Emzir, 2011:237)

Sedangkan Menurut Hopkins ada enam prinsip dalam penelitian tindakan kelas

(PTK), yaitu:

1. PTK tidak mengganggu kegiatan guru mengajar di kelas. Pekerjaan utama

seorang guru adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan

kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada

tiga kunci utama yang harus diperhatikan, pertama guru harus menggunakan

berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menemukan

jalan keluar jika pada awal penelitian didapatkan hasil yang kurang maksimal.

Kedua interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaan

7
kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus

berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi.

2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan

dari guru sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain,

sejauh mungkin harus 14 menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat

ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang

bertugas secara penuh.

3. Metode yang digunakan harus bersifat andal (reliabel), sehingga guru dapat

mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada

dasarnya, penelitian ini memperbolehkan “kelonggaran-kelonggaran” namun

penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan.

4. Peneliti adalah guru dan untuk kepentingan guru yang bersangkutan. Jadi masalah

penelitian diusahakan berupa masalah yang merisaukan dan bertitik tolak dari

tanggung jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki

komitmen terhadap pengembangan profesinya.

5. Konsisten dengan prosedur dan etika. Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan

kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur

etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui

oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan

sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.

6. Menggunakan wawasan yang lebih luas daripada perspektif kelas. Meskipun kelas

merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan

penelitian sejauh mungkin harus menggunakan wawasan yang lebih luas dari

tindakan perspektif, tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas atau pelajaran

tertentu, melainkan perspektif misi sekolah secara keseluruhan (Zainal, 2006:17).

8
E. Jenis PTK

1. PTK Diagnostik

PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah

suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di

dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani

perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu

sekolah atau kelas.

2. PTK Partisipan

PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat

langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan.

Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya

peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir

dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah

seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut

keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.

3. PTK Empiris

PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi

dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada

prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan

pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari.

4. PTK Eksperimental

9
PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan

berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-

mengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih

dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional.

Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang

paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

F. Model-Model PTK

1. Model Kurt Levin

Model Kurt Lewin adalah model yang selama ini menjadi acuan pokok Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). Lewin adalah orang pertama yang memperkenalkan action research.

Kurt Lewn menyatakan bahwa dalam satu siklus pada Penelitian tindakan kelas, terdiri dari

empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan (planning); (2) tindakan (acting); (3) pengamatan

(observing); dan (4) refleksi (reflecting).

2. Model Kemmis dan Mc Taggart

Model Penelitian Tindakan Kelas yang dikemukakan oleh Kemis & Mc. Taggart

merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada

perbedaan yang prinsip antara kedua model tersebut. Model Kemis & Mc. Taggart banyak

digunakan karena sederhana dan mudah dipahami. Rancangan model Kemis & Mc. Taggart

menggunakan sistem spiral yang mencakup sejumlah siklus. Masing-masing siklus terdiri

dari tahapan : (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan dan pengamatan (act and observe),

dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan tersebut berlangsung secara berulang  sampai tujuan

penelitian terpenuhi atau tolok ukur keberhasilan penelitian tercapai.

3. Model John Elliot

10
Model Penelitian Tindakan Kelas dari John Elliot ini lebih rinci apabila

dibandingkan dengan model Kurt Lewin dan model Kemmis-Mc Taggart. Setiap siklus

pada model Penelitian Tindakan kelas yang dikemukakan John Elliot terdiri dari beberapa

aksi, yaitu antara tiga sampai lima aksi (tindakan). Setiap tindakan pada tiap siklusnya

kemungkinan terdiri dari beberapa langkah yang terealisasi dalam bentuk kegiatan

pembelajaran.

4. Model Dave Ebbutt

Model Dave Ebbut merupakan pengembangan dari model Jhon Elliott, Kemmis dan

McTaggart dan Kurt Lewin. Menurut Dave Ebbut model PTK yang dikembangkan ahli

tersebut sudah bagus, hanya saja didalam model-model tersebut masih terdapat beberapa hal

atau bagian yang belum tepat, sehingga masih perlu untuk diperbaiki.

5. Model Debora South

Menyebutkan langkah-langkah penelitiannya sebagaipenelitian tindakan dialektik

dialetic action research yang terdiri dari empat langkah yaitu identifikasi suatu daerah fokus

masalah,pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, perencanaantindakan (Syaodih,

2013). Dalam penelitian tindakan Deboramenekankan pada identifikasi masalah sebelum

melakukanperencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

11
BAB 2

PROSEDUR PELAKSANAAN PTK

A. Penetapan Fokus Permasalahan

Sebelum suatu masalah ditetapkan/dirumuskan, perluditumbuhkan sikap dan

keberanian untuk mempertanyakan,misalnya tentang kualitas proses dan hasil pembelajaran

yangdicapai selama ini (Depdiknas, 2008; Mu’alimin & Cahyadi,2014). Sikap tersebut

diperlukan untuk menumbuhkan keinginan peneliti memperbaiki kualitas pembelajaran.

Tahapan ini disebut dengan tahapan merasakan adanya masalah. Jika dirasakan adahal-hal

yang perlu diperbaiki dapat diajukan pertanyaan sepertidi bawah ini.

1. Apakah kompetensi awal siswa yang mengikuti pelajaran cukup memadai?

2. Apakah proses pembelajaran yang dilakukan cukup efektif?

3. Apakah sarana pembelajaran cukup memadai?

4. Apakah hasil pembelajaran cukup berkualitas?

5. Apakah suasana dalam proses belajar mengajar kondusif?

Secara umum karakteristik suatu masalah yang layakdiangkat untuk PK adalah

sebagai berikut.

1. Masalah itu menunjukkan suatu kesenjangan antara teori dan fakta empirik yang

dirasakan dalam proses pembelajaran.

2. Masalah tersebut memungkinkan untuk dicari dan di identifikasi faktor-faktor

penyebabnya. Faktor-faktor tersebut menjadi dasar atau landasan untuk

menentukanalternatif solusi.

3. Masalah tersebut sangat merisaukan dan mendesak untuksegera diatasi.

4. Adanya kemungkinan untuk dicarikan alternatif solusi bagi masalah tersebut melalui

tindakan nyata yang dapat dilakukan guru/peneliti.

12
Dianjurkan agar masalah yang dipilih untuk diangkat sebagai masalah PTK adalah

yang memiliki nilai yang bukan sesaat,tetapi memiliki nilai strategis bagi keberhasilan

pembelajaran lebih lanjut dan memungkinkan diperolehnya model tindakan efektif yang

dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah serumpun. Pertanyaan yang dapat diajukan

untuk menguji kelayakan masalah yang dipilih antara lain seperti di bawah ini.

1. Apakah masalah yang dirasakan secara jelas teridentifikasi dan terformulasikan dengan

benar?

2. Apakah ada masalah lain yang terkait dengan masalah yangakan dipecahkan?

3. Adakah hasil penelitian pendukung dari masalah yang akandipecahkan?

4. Apakah ada bukti empirik yang memperlihatkan nilai guna untuk perbaikan praktik

pembelajaran jika masalah tersebutdipecahkan?

Setelah memperoleh sederet permasalahan melaluiidentifikasi, dilanjutkan dengan

analisis untuk menentukan kepentingan. Analisis terhadap masalah juga dimaksud

untukmengetahui proses tindak lanjut perbaikan atau pemecahan yangdibutuhkan. Adapun

yang dimaksud dengan analisis masalah di siniialah kajian terhadap permasalahan dilihat

dari segi kelayakannya. 

Analisis masalah dipergunakan untuk merancang tindakan baik dalam bentuk

spesifikasi tindakan, keterlibatan peneliti,waktu dalam satu siklus, indikator keberhasilan,

peningkatansebagai dampak tindakan, dan hal-hal yang terkait lainnya dengan pemecahan

yang diajukan.Pada tahap selanjutnya, masalah-masalah yang telah diidentifikasi dan

ditetapkan dirumuskan secara jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas

memungkinkanpeluang untuk pemilihan tindakan yang tepat. Contoh rumusanmasalah yang

mengandung tindakan alternatif yang ditempuhantara lain sebagai berikut.

1. Apakah strategi pembelajaran menulis yang berorientasi padaproses dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis?

13
2. Apakah pembelajaran berorientasi proses dapat meningkatkanpartisipasi siswa dalam

kegiatan pembelajaran?

3. Apakah penyampaian materi dengan menggunakan LKS dapatmeningkatkan partisipasi

siswa dalam kegiatan pembelajaran?

4. Apakah penggunaan strategi pembelajaran inkuiri dapatmeningkatkan pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran IPS?

B. Perencanaan Tindakan

Setelah masalah dirumuskan secara operasional, perludirumuskan alternatif tindakan

yang akan diambil. Alternatiftindakan yang dapat diambil dapat dirumuskan ke dalam

bentukhipotesis tindakan dalam arti dugaan mengenai perubahan yang akan terjadi jika suatu

tindakan dilakukan. Perencanaantindakan memanfaatkan secara optimal teori-teori yang

relevandan pengalaman yang diperoleh di masa lalu dalam kegiatanpembelajaran/penelitian

sebidang. Bentuk umum rumusanhipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis dalam

penelitianformal.Secara rinci, tahapan perencanaan tindakan terdiri ataskegiatan-kegiatan

sebagai berikut.

1. Menetapkan cara yang akan dilakukan untuk menemukan jawaban,

berupa rumusan masalah. Umumnya dimulai dengan menetapkan berbagai alternatif

tindakan pemecahanmasalah, kemudian dipilih tindakan yang paling menjanjikanhasil

terbaik dan yang dapat dilakukan guru.

2. Menentukan cara yang tepat untuk memperbaiki prosespembelajaran dengan

menjabarkan indikator-indikatorkeberhasilan.

3. Membuat secara rinci rancangan tindakan yang akandilaksanakan mencakup; (a) Bagian

isi mata pelajaran danbahan belajarnya; (b) Merancang strategi dan langkahpembelajaran

14
sesuai dengan tindakan yang dipilih; serta (c)Menetapkan indikator ketercapaian

dan menyusun instrumen pengumpul data yang sesuai.

C. Pelaksaan Tindakan

Pada tahapan ini, rancangan strategi dan skenariopembelajaran yang terdiri dari

kegiatan awal, inti, dan penutupditerapkan. Skenario tindakan harus dilaksanakan

secarabenar tampak berlaku wajar. Pada PTK yang dilakukan guru,pelaksanaan tindakan

umumnya dilakukan dalam waktu antara 2 sampai 3 bulan. Waktu tersebut dibutuhkan untuk

dapat menyesuaikan sajian beberapa pokok bahasan dan mata pelajarantertentu. Berikut

disajikan contoh aspek-aspek rencana (skenario)tindakan yang akan dilakukan pada satu

PTK.

1. Dirancang penerapan metode tugas dan diskusi dalampembelajaran X untuk pokok

bahasan: A, B, C, dan D.

2. Format tugas: pembagian kelompok kecil sesuai jumlah pokokbahasan, pilih ketua,

sekretaris, dll oleh dan dari anggota kelompok, bagi topik bahasan untuk kelompok

dengan cararandom, dengan cara yang menyenangkan.

3. Kegiatan kelompok; mengumpulkan bacaan, melalui diskusianggota kelompok

bekerja/belajar memahami materi,menuliskan hasil diskusi dalam flipchart atau

powerpoint untuk persiapan presentasi.

4. Presentasi dan diskusi pleno; masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya dalam

pleno kelas, guru sebagai moderator, lakukan diskusi, ambil kesimpulan sebagai

hasilpembelajaran.

5. Jenis data yang dikumpulkan; berupa makalah kelompok,bahan tayang hasil kerja

kelompok, siswa yang aktif dalam diskusi, serta hasil belajar yang dilaksanakan sebelum

( pre-test) dan setelah (post-test) tindakan dilaksanakan.

15
D. Pengamatan / Observasi Dan Pengumpulan Data

Tahapan ini sebenarnya berjalan secara bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan.

Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, keduanya berlangsung dalam

waktuyang sama. Pada tahapan ini, peneliti (atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti)

melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama

pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan

format observasi/penilaian yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat

pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap prosesdan

hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupadata kuantitatif (hasil tes,

hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga data kualitatif yang

menggambarkan keaktifansiswa, antusias siswa, mutu diskusi yang dilakukan, dan lain-lain.

Instrumen yang umum dipakai adalah (a) soal tes, kuis;(b) rubrik; (c) lembar

observasi; dan (d) catatan lapangan yang dipakai untuk memperoleh data secara obyektif

yang tidak dapatterekam melalui lembar observasi, seperti aktivitas siswa selama pemberian

tindakan berlangsung, reaksi mereka, atau petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan

dalam analisis dan untuk keperluan refleksi.

E. Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah

dilakukan, berdasar datayang telah terkumpul, dan kemudian melakukan evaluasi guna

menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Refleksi dalam PTK mencakup analisis,

sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat

masalahdan proses refleksi, maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus

berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan

ulang sehinggapermasalahan yang dihadapi dapat teratasi.

16
BAB 3

MERANCANG PTK

A. Langkah-Langkah Perencanaan Penelitian Tindakan Kelas

1. Langkah-Langkah untuk Menemukan dan Merumuskan Masalah

Masalah merupakan titik berangkat dalam melaksanakan PTK. Oleh karena itu,

dalam merencanakan PTK, langkah awal yang harus ditempuh adalah mengidentifikasi

masalah dalam pembelajaran sehari-hari. Beberapa contoh masalah yang mungkin anda

hadapi sehari-hari antara lain (Wardhani, dkk. 2007):

1. Dalam Interaksi Pembelajaran

a. Siswa kurang aktif dalam diskusi kelas

b. Bila diberikan pertanyaan, siswa mau mengangkat tangan untuk menjawab

c. Jika ada siswa yang terpaksa menjawab, jawabannya sering menyimpang

d. Sebagian besar jawaban siswa tidak benar

e. Respon siswa terhadap pendapat siswa lainnya sangat kurang

f. Pemahaman siswa terhadap pelajaran rendah

2. Berkaitan dengan Prestasi Belajar

a. Nilai yang dicapai siswa dalam mata pelajaran anda kurang memuaskan (di

bawah rata-rata)

b. Siswa pintar sering mendapat nilai rendah bila diberikan ujian objektif.

c. Sebagian besar siswa selalu salah dalam mengucapkan kata-kata Bahasa Inggris.

d. Siswa kurang mampu menerapkan rumus matematika.

e. Jika diberikan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir, pertanyaan sering tidak

terjawab.

17
3. Disiplin Belajar

a. Beberapa siswa tidak mengerjakan tugas atau PR

b. Siswa tidak memperhatika pelajaran

c. Selama pelajaran berlangsung, banyak siswa yang mengantuk

d. Siswa banyak yang saling mencontoh ketika diberikan tugas dikelas.

Begitu banyaknya masalah pembelajaran yang mungkin muncul dalam kelas anda.

Anda tentu harus memilih masalah yang paling tepat untuk diatasi melalui PTK.

Bagaimana cara memilih masalah dari sebanyak masalah yang anda hadapi

tersebut? Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam memilih masalah (Wardhani, dkk.,

2007):

1. Identifikasi Masalah

Kriteria berikut untuk menguji apakah masalah yang anda temukan layak untuk

diatasi melalui PTK (Abimanyu, Tim Pelatih Proyek PGSM, 1999)

a. Jangan memilih masalah yang tidak anda kuasai

b. Ambillah topik yang skalanya kecil dan relatif terbatas

c. Pilih masalah yang dirasakan paling penting bagi anda dan siswa anda

d. Usahakan dapat dikerjakan secara kolaboratif

e. Kaitkan masalah PTK dengan prioritas rencana pengembangan sekolah Berdasarkan

kriteria tersebut, anda pasti sudah menemukan masalah yang memenuhi

persyaratan untuk ditangani melalu PTK.

2. Menganalisis Masalah

Analisis ini penting untuk memperoleh jawaban apa yang memyebabkan terjadinya

masalah tersebut, serta apakah masalah tersebut benar-benar memerlukan PTK untuk

mengatasinya. Selain itu, apakah masalah ini sangat mendasar dan menimbulkan masalah

lainnya apabila tidak segera diatasi. Untuk melakukan analisis, berbagai cara dapat anda

18
lakukan. Pertama, merenungkan kembali masalah tersebut, dengan cara mengajukan

sejumlah pertanyaan yang harus anda jawab sendiri. Dalam melakukan introspeksi

ajukanlah pertanyaan seperti berikut untuk diri sendiri.

a) Apakah dalam menjelaskan materi, saya menggunakan bahasa yang cukup jelas?

b) Apakah saya menggunakan istilah-istilah yang sulit dimengerti siswa

c) Apakah dalam menjelaskan, saya menggunakan contoh yang cukup?

d) Apakah saat menjelaskan, saya menggunakan alat bantu?

e) Apakah saya memberitahukan waktu ulangan kepada siswa?

f) Apakah siswa mendapat kesempatan untuk bertanya?

g) Apakah ada siswa yang meminta penjelasan ulang?

h) Apakah saya memberikan latihan penerapan konsep setelah penjelasan selesai?

i) Apakah saya selalu memeriksa pekerjaan/latihan siswa dan memberi balikan/masukan

untuk perbai

Kedua, anda juga dapat bertanya kepada siswa anda, apa yang terjadi sehingga nilai

ulangan/ujian mereka rendah, atau menyapa mereka tidak tertarik kepada pelajaran tersebut?

Anda dapat bertanya langsung kepada siswa, baik dengan wawancara maupun dengan

menggunakan kuesioner. Wawancara mungkin akan lebih efesien dan efektif jika

dibandingkan dengan kuesioner, karena kuesioner memerlukan persiapan yang lama, serta

perlu dilakukan pengolahan data yang juga memerlukan waktu yang cukup panjang.

Sedangkan dengan wawancara anda langsung bertanya kepada siswa anda. Beberapa contoh

pertanyaan yang dapat anda ajukan adalah sebagai berikut.

a) Mengapa nilai ulanganmu kurang bagus?

b) Apakah kamu mengerti apa yang dijelaskan oleh guru?

c) Apa yang sukar ditangkap dari penjelesan guru?

d) Apakah cara guru menjelaskan kurang menarik?

19
e) Apakah kamu memiliki buku sumber?

f) Apakah kamu mencatat penjelasan guru?

g) Mengapa kamu tidak bertanya, ketika diberi kesempatan bertanya?

h) Apakah soalnya sulit?

i) Apakah materi yang diujikan pernah dijelaskan guru?

j) Apakah kamu merasa tidak nyaman ketika guru menjelaskan?

Anda dapat menambahkan pertanyaan lain sesuai dengan faktor penyebab yang ingin

anda gali, serta tindak lanjut dari jawaban siswa.

Cara ketiga, anda dapat menelaah berbagai dokumen yang berkaitan dengan hasil

belajar siswa. Misalnya, anda dapat menelaah tugas/pekerjaan rumah yang dikerjakan oleh

siswa, menelaah hasil ulangan merekaatau melihat tugas/soal yang anda berikan. Beberapa

pertanyaan yang anda dapat ajukan dalam menelaah dokumen ini antara lain sebagai berikut.

1. Apakah PR yang saya berikan kepada siswa dipersiapkan dengan baik sesuai dengan

kebutuhan siswa?

2. Apakah PR yang saya berikan merupakan tindak lanjut dari konsep yang sedang dikaji,

atau bermanfaat untuk memantapkan pemahaman siswa?

3. Apakah saya selalu memeriksa ualangan atau PR yang saya berikan?

4. Apakah saya memberikan balikan atau saran-saran kepada siswa tentang PR

tersebut?

5. Apakah ulangan atau PR selalu saya kembalikan?

6. Apakah tugas atau soal yang saya berikan sesuai dengan kemampuan siswa?

3. Merumuskan Masalah

Masalah yang akan dirumuskan tersebut merupakan masalah yang akan dicari

jawabannya melalui penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu rumusan masalah haruslah

memandu guru untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan perkataan lain, rumusan

20
masalah sudah menyiratkan apa yang akan dilakukan oleh guru mengatasi masalah tersebut.

Sehubungan dengan itu, rumusan masalah selalu dibuat dalam bentuk kalimat tanya serta

mengandung aspek yang akan diperbaiki dan upaya memperbaikinya.

Contoh rumusan masalah:

Bagaimana cara membuat penjelasan menjadi lebih mudah dipahami, mengaktifkan

siswa, dan menggunakan alat peraga, sehingga mampu meningkatkan prestasi siswa dalam

pelajaran IPA?

Dari contoh rumusan masalah di atas dapat dilihat bahwa dalam rumusan masalah

terkandung tujuan perbaikan (meningkatkan prestasi siswa dalam pelajaran IPA) dan cara

perbaikan yang akan ditempuh (membuat penjelasan lebih mudah dipahami, mengaktifkan

siswa dan menggunakan alat peraga).

2. Mengembangkan Alternatif Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, anda dapat memformulasikan suatu

hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan adalah suatu perkiraan tentang tindakan yang diduga

dapat mengatasi permasalahan tersebut. Tindakan dilakukan dengan cara mengintervensi

kegiatan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Artinya mengubah kegiatan atau

tindakan yang biasa dilakukan dengan tindakan yang diduga dapat memperbaiki keadaan.

Untuk contoh rumusan masalah pada uraian di atas, dengan mengkaji berbagai teori,

berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta mengingat pengalaman yang berkaitan

dengan keterampilan menjelaskan, mengaktifkan siswa dan menggunakan alat peraga kita

dapat mengembangkan alternatif tindakan. Misalnya dari teori keterampilan menjelaskan

kita tahu bahwa penjelasan akan menjadi lebih efektif jika guru: (1) menggunakan bahasa

yang lugas, ucapan yang jelas, kata/istilah yang dapat dipahami siswa; (2) menggunakan

contoh dan ilustrasi, serta (3) memberikan tekanan pada kata/istilah kunci. Dari pendekatan

21
belajar aktif, kita tahu keterlibatan optimal siswa akan terjadi jika siswa diberi kesempatan

untuk bertanya, berdiskusi, mengemukakan pendapat, meragakan sesuatu penguasaan, dan

sebagainya. Akhirnya, dari teori menggunakan media/alat peraga kita tahu bahwa: (1) alat

peraga yang digunakan harus sesuai dengan tujuan/kompetensi yang ingin dicapai, materi

yang dikaji, serta karakteristik siswa. Dengan mengacu kepada teori-teori tersebut dan

pengalaman kita selama mengajar kita dapat menyusun alternatif tindakan sebagai berikut:

a. Hipotesis/Alternatif Tindakan 1

Apabila dalam menjelaskan materi pelajaran IPA guru menerangkannya disertai dengan

memberi contoh-contoh kongkrit, menggunakan alat peraga yang sesuai, tidak

menggunakan kata-kata asing yang sulit dipahami siswa, serta memberi kesempatan

bertanya dan berdiskusi kepada siswa, maka pemahaman siswa akan meningkat.

b. Hipotesis Tindakan 2:

Apabila guru menggunakan kata-kata asing dan menerjemahkaannya dalam Bahasa

Indonesia disertai contoh-contoh konkrit, yang bila perlu menggunakan alat peraga,

kemudian siswa diberi tugas mencari contoh lain dari lingkungannya sendiri dan

mediskusikan masalah dalam kelompok, maka pemahaman siswa akan meningkat.

B. Rencana dan Proposal PTK

1. Rencana Perbaikan

Format Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pada dasarnya sama dengan format

rencana pembelajaran sehari-hari, dengan tambahan komponen-komponen yang terkait

dengan perbaikan.

22
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : IPA

Pokok Bahasan : Tata Surya/Sistem Tata Surya

Subpokok Bahasan : Matahari dikelilingi oleh 8 planet dan benda langit

lainnya Kelas/Semester : VI/II

Waktu : 40 menit

I. Tujuan:

A. Tujuan Umum:

Siswa mampu memahami tentang sistem tata surya

B. Tujuan Khusus

1. Menjelaskan pengertian tata surya

2. Menyebutkan nama-nama planet dalam tata surya

3. Menjelaskan terjadinya siang dan malam

4. Mengidentifikasi planet yang ada kehidupannya

C. Tujuan Perbaikan

1. Meningkatkan pemahaman siswa melalui peragaan dengan menggunakan globe

atau lampu senter

2. Menyebarkan pertanyaan minimal kepada 10 orang siswa

II. Materi, Media dan Sumber

Sistem tata surya: matahari dan 8 planet:

1. Gambar susunan tata surya

2. Globe dan lampu snter

23
3. Buku IPA Kelas VI

4. Gambar-gambar planet yang dibawa oleh siswa

III.Kegiatan Pembelajaran

A. Kegiatan awal: (5 Menit)

1. Memberikan salam dan menanyakan kepada siswa.

2. Mengajukan pertanyaan berikut:

a. Bagaimana cuaca tadi malam?

b. Kalau cuaca terang, apa yang siswa lihat di langit?

c. Berapa banyak binyang yang ada di langit?

d. Kalau siang hari, apa yang terlihat di langit?

3. Menyampaikan tujuan, manfaat pelajaran, dan kegiatan yaitu bermain dengan

globe dan lampu senter, serta berdiskusi dalam kelompok

B. Kegiatan Inti; (25 menit)

1. Guru menempelkan gambar tata surya di papan, meminta siswa membaca nama-

nama planet, kemudian menunjukkan apa yang disebut sebagai tata surya.

2. Nama-nama planet ditutup, kemudian siswa secara acak diminta menuliskan

nama planet yang ditunjuk oleh temannya.

3. Guru memperagakan terjadinya siang dan malam dengan menggunakan globe dan

lampu senter. Beberapa siswa diberikan kesempatan melakukan peragaan

tersebut.

4. Guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan perubahan belahan bumi

yang mendapat sinar matahari selama terjadi rotasi bumi.

5. Berdasarkan hasil pengamatan dan tanya jawab, guru meminta siswa berdiskusi

dengan teman di sebelahnya, mengapa terjadi siang-malam.

24
6. Hasil diskusi dimantapkan

7. Dengan didahului pertanyaan: apa yang diperlukan agar makhluk dapat hidup,

guru menjelaskan tentang kehidupan yang ada di bumi karena bumi punya

atmosfir.

C. Kegiatan Penutup (10 menit)

1. Membimbing siswa merangkum pelajaran

2. Memberikan tes tertulis.

IV. Evaluasi

1. Evaluasi dilakukan selama proses pembelajaran melalui tanya jawab lisan, dan

pada akhir pelajaran dengan tes tertulis.

2. Alat evaluasi: pertanyaan lisan dan tertulis sebagai berikut

a. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tata surya?

b. Sebutkan planet-planet yang mengelilingi matahari dari yang paling dekat

sampai yang paling jauh dengan matahari?

c. Jelaskan mengapa ada siang dan malam?

d. Di planet mana terdapat kehidupan? Mengapa? Kunci Jawaban:

a. Sistem tata surya adalah susunan matahari dan planet-planetnya

b. Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, saturnus, Uranus, dan Neptunus

c. Karena adanya rotasi bumi, ada belahan bumi yang langsung menghadap

matahari (siang), sedangkan belahan bumi sebaliknya tidak kena sinar

matahari (malam)

d. Di bumi, karena ada atmosfer, udara, dan air.

Pada RPP ada tambahan tujuan perbaikan dan rinciannya lebih lengkap. Dengan

mencatumkan secara rinci dan lengkap setiap langkah dan hal-hal yang berkaitan dengan

25
substansi, seperti acuan, pertanyaan, atau alat peraga, maka ketika akan melaksanakan

tindakan perbaikan, semuanya sudah siap.

Agar mampu mengembangkan RPP dengan akurat perlu ditempuh sejumlah langkah

berikut (Wardhani, dkk., 2007):

1) Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari langkah–langkah dalam pembelajaran

yang berkaitan dengan perbaikan yang diinginkan.

2) Mempersiapkan fasilitas, sarana, dan prasarana yang diperlukan dalam melaksanakan

tindakan perbaikan, termasuk mempersiapkan alat peraga jika memang dibutuhkan.

3) Menyusun RPP yang lengkap.

4) Melakukan simulasi perbaikan, yang hasilnya dapt digunakan untuk memperbaiki

scenario pembelajaran atau rencana perbaikan secara keseluruhan.

2. Menentukan dan Mempersiapkan Prosedur dan Instrumen Pengumpul Data

Setelah menyusun RPP dan mensimulasikannya seyogyanya guru menentukan

bagaimana cara mengumpulkan data dan instrument apa yang akan digunakan. Tentu saja

cara dan instrument pengumpul data harus disesuaikan dengan tujuan perbaikan yang

dirancang, karena ketercapaian tujuan inilah yang menjadi fokus pengumpulan data.

RPP: IPS Kelas V SD

Prosedur dan Instrument Pengumpul Data

Prosedur:

1. Observasi oleh teman sejawat: untuk merekam cara guru menjelaskan dan keaktifan

siswa.

2. Wawancara dengan siswa setelah pelajaran selesai.

3. Analisis dokumen (hasil latihan siswa).

26
Instrument: Lembar observasi dan pedoman wawancara

Lembar Observasi

No Aspek yang diminati Kemunculan Komentar

1 a. Guru menggunakan contoh

b. Guru menggunakan alat peraga

2 Bahasa yang digunakan guru jelas dan

sederhana

3 Guru memeriksa pemahaman siswa

dengan mengajukan pertanyaan/memberi

tugas

4 Guru memberikan kesempatan

bertanya

5 a. Siswa menjawab

b. Jawaban siswa logis

6 a. Siswa bertanya

b. Pertanyaan siswa:

- ditanggapi oleh guru

- ditanggapi oleh siswa lain

- tidak ditanggapi

7 Siswa berdiskusi

Kesan umum

Pedoman wawancara pada umumnya berisi butir-butir yang hampir sama dengan

27
yang ada pada lembar observasi karena tujuannya memang memeriksa apakah hasil

pengamatan tersebut sesuai dengan pendapat siswa. Guru dapat mengembangkan sendiri

pedoman wawancara tersebut.

3. Proposal PTK

1. Hakikat Proposal PTK

Terkait dengan proposal PTK, hakikatnya juga tidak jauh berbeda dari proposal

dalam bidang penelitian lainnya. Proposal yang dibuat dengan tujuan untuk mengikuti

perlombaan tertentu, harus mengikuti format yang diberikan oleh panitia lomba.

2. Format Proposal PTK

Substansi proposal penelitian pada dasarnya terdiri dari komponen berikut.

a. Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah.

b. Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian

c. Kerangka Teoretis

d. Metodologi Penelitian

Proposal PTK tentu mempunyai ciri khas yang membedakannya dari proposal

penelitian biasa. Meskipun demikian, substansi proposal PTK tidak jauh berbeda dari

substansi penelitian non PTK, hanya pengemasannya yang berbeda.

3. Sistematika Usulan PTK

a. Judul Penelitian

b. Bidang Kajian

c. Pendahuluan

d. Perumusan dan Pemecahan Masalah

e. Tujuan Penelitian

f. Manfaat Hasil Penelitian

28
g. Kajian Pustaka

h. Rencana dan Posedur Penelitian

i. Jadwal Penelitian

j. Biaya Penelitian

k. Personalia Penelitian

l. Daftar Pustaka

m. Lampiran-lampiran:

1. Instrument penelitian

2. Curicullum Vitae

3. Surat keterangan ketua…

a. Judul Penelitian

Contoh Judul penelitian untuk tindakan perbaikan pembelajaran IPS di kelas V SD, dapat

dibuat dalam berbagai alternatif sebagai berikut.

1. Penggunaan Alat Peraga dan Contoh, serta Mengaktifkan Siswa dalam Meningkatkan

Pemahaman Siswa Kelas V SD Sedayu dalam IPS.

2. Meningkatkan Pemahaman Siswa Kelas V SD Sedayu dalam IPS melalui Pemberian

contoh, dan Mengaktifkan Siswa.

b. Bidang Kajian

Bidang kajian berkaitan dengan masalah pembelajaran yang menjadi fokus PTK yang

anda usulkan, misalkan: desain dan strategi pembelajaran, alat bantu, penilaian, atau

motivasi yang rendah.

c. Pendahuluan

Pendahuluan mencakup deskripsi tentang masalah pembelajaran, proses identifikasi dan

analisis masalah, penyebab/akar terjadinya masalah, serta alasan mengapa masalah

penting untuk diatasi.

29
d. Perumusan dan Pemecahan Masalah

Rumusan masalah sebaiknya dibuat dalam bentuk kalimat tanya dan memang merupakan

masalah penelitian. Pemecahan masalah disajikan dalam bentuk alternatif tindakan,

lengkap dengan argumentasi mengapa tindakan itu yang dipilih untuk mengatasi masalah.

e. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian harus sesuai dengan rumusan masalah dan tindakan perbaikan. Harus

diingat bahwa tujuan penelitian berbeda dengan tujuan perbaikan. Tujuan penelitian pada

umumnya berkisar pada mendeskripsikan atau mengumpulkan informasi atau menguji

hipotesis. Terkait dengan tujuan penelitian pada umumnya, maka PTK pada umumnya

bertujuan untuk mendeskripsikan proses dan hasil perbaikan. Dengan perkataan lain

tujuan ini berkaitan dengan mencari jawaban apakah tindakan perbaikan yang kita

lakukan berhasil mencapai perbaikan yang diharapkan, atau ada yang perlu diubah pada

daur berikutnya. Sebagai contoh, tujuan penelitian yang terkait dengan perbaikan

pembelajaran IPS di kelas V SD, dapat disusun sebagai berikut (Wardhani, dkk., 2007):

(1) Mendeskripsikan cara menggunakan contoh kongkret dalam menjelaskan.

(2) Mendeskripsikan cara mengaktifkan siswa melalui tanya jawab dan diskusi

(3) Menganalisis dampak penggunaan contoh kongkret dan mengaktifkan siswa terhadap

pemahaman siswa

f. Manfaat Hasil Penelitian

Jelaskan manfaat penelitian ini bagi guru, siswa, dan institusi (sekolah)

g. Kajian Pustaka

Dalam bagian ini dicantumkan konsep, teori atau penelitian yang relevan dengan

permasalahan dan tindakan yang dirancang, sehingga jelas kerangka pikir yang

digunakan dalam penelitian ini. Kajian pustaka dapat dari berbagai sumber.

30
h. Rencana dan Prosedur Penelitian Bagian ini memuat:

a. Subjek penelitian, tempat, waktu, dan lama tindakan.

b. Prosedur/langkah-langkah PTK yang akan dilaksanakan, yang terdiri dari (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, evaluasi-refleksi, yang

semuanya bersifat siklis (berulang sesuai dengan jumlah daur/siklus yang

direncanakan). Dalam prosedur juga tergambar peran tim peneliti dalam setiap tahap

penelitian.

i. Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian memuat semua kegiatan penelitian, mulai dari perencanaan, persiapan,

pelaksanaan, sampai dengan penulisan laporan lengkap dengan waktu pelaksanaan.

Jadwal dibuat dalam bentuk tabel khusus yang disebut Gantt Chart

j. Biaya Penelitian

Bagian ini mencantumkan secara rinci biaya yang diperlukan dalam penelitian ini.

Rincian biaya haruslah logis dan sesuai dengan ketentuan dari sponsor.

k. Personalia Penelitian:

Memuat identitas tim peneliti serta perannya dalam penelitian

l. Daftar Pustaka

Memuat semua sumber yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini.

m. Lampiran-lampiran:

Pada umumnya yang dilampirkan adalah: Instrument penelitian, Riwayat hidup Tim

peneliti, dan Surat keterangan lain yang diperlukan.

31
BAB 4

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian, pengumpulan data merupakan kegiatan yang penting, sebab

tanpa data maka penelitian tidak akan berhasil. Teknik pengumpulan data dilakukan oleh

guru sebagai peneliti selama proses tindakan. Data dikumpulkan dengan berbagai teknik

yaitu observasi, wawancara, angket, catatan harian, rekaman, dan sebagainya.

1. Observasi

Dalam perencanaan penelitian guru harus merencanakan kegiatan observasi.

Observasi adalah kegiatan pengamatan pada saat melaksanakan kegaiatan PTK. Observasi

bisa dilakukan oleh guru sendiri maupun oleh guru yang lain. Pengamatan ditekankan pada

proses belajar dan tindakan. Adapun yang dipersiapkan yaitu melakukan perekaman

terhadap proses pembelajaran. menurut Hopkin (1993) dalam buku mua’limin (2014 : 31)

ada beberapa prinsip yang digunakan dalam observasi yaitu :

a. Perencanaan bersama

Observasi yang baik diawali oleh perencanaan bersama antara pengamat dengan yang

diamati, dalam hal ini antara teman sejawat yang akan membantu mengamati dengan

guru yang akan mengajar. Perencanaan bersama ini bertujuan untuk membangun rasa

saling percaya dan menyepakati beberapa hal.

b. Fokus

Fokus pengamatan hendaknya tidak terlalu luas atau umum. Namun pengamatan yang

berfokus pada hal yang sempit dan spesifik akan menghasilkan data yang sangat

bermanfaat bagi profesionalitas guru.

32
c. Membangun kreteria

Observasi akan membantu guru, jika guru membuat kreteria keberhasilan atau sasaran

yang ingin dicapai sudah disepakati sebelumnya. Misalnya guru menargetkan akan

mengamati 20 siswa dalam satu kelas pada diskusi kelas.

d. Ketrampilan observasi

Seorang pengamat hendaknya memiliki ketrampilan yaitu : (1) dapat menahan diri untuk

tidak terlalu cepat memutuskan dalam menginterpretasikan satu peristiwa, (2) dapat

menciptakan suasana yang memberi dukungan dan menghindari suasana yang

menakutkan guru atau siswa, (3) menguasai berbagai teknik untuk menemukan peristiwa

atau interaksi yang tepat untuk direkam, serta alat perekam yang efektif.

e. Balikan (feedback)

Hasil observasi dapat dimanfaatkan jika ada balikan yang tepat, yang disajikan dengan

memperhatikan hal-hal berikut :

1. Diberikan segera setelah pengamatan, dalam bentuk diskusi

2. Balikan diberikan berdasarkan data faktual yang direkam secara cermat dan

sistematis.

3. Data diinterpretasikan sesuai dengan kreteria yang sudah disepakati sebelumnya.

4. Guru yang diamati diberi kesempatan pertama untuk menafsirkan data.

5. Diskusi diarahkan kepada perkembangan strategi untuk membangun apa yang

dipelajari.

2. Catatan Harian, Rekaman, Angket dan Wawancara

Selain observasi data bisa dikumpulkan dengan berbagai cara misalnya dengan

membuat catatan harian guru, catatan harian siswa, rekaman dengan tape recorder, angket,

33
wawancara dan berbagai dokumen yang terkait denga siswa.

1. Catatan harian

Catatan harian guru yang biasa disebut dengan fieldnote dibuat oleh guru setelah

pembelajaran selesai. Kegunaan catatan harian ini untuk mencatat kegiatan atau peristiwa-

peristiwa penting dalam pembelajaran. Catatan harian (filednote) dapat dibedakan menjadi

dua yaitu catatan harian guru dan catatan harian siswa. Catatan harian guru bisa berupa

buku catatan, atau kumpulan kertas yang banyak dimiliki oleh para guru. Catatan harian

siswa yaitu berbentuk ide, reaksi, dan pendapat para siswa tentang umpan balik mereka

setelah menerima perlakuan dari tim peneliti.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan informasi yang penting bagi peneliti. Dokument memiliki

arti “something written or printed, to be used as a record or evidence” yang memiliki

makna sesuatu yang tertulis atau dicetak untuk digunakan sebagai suatu catatan atau bukti.

Dokumen yang dimaksudkan adalah semua catatan harian siswa, guru, kepala sekolah yang

berhubungan dengan penelitian.

3. Angket dan Wawancara

Angket atau kuesioner dapat digunakan untuk menjaring pendapat siswa tentang

pembelajaran, asalkan dibuat secara sederhana dan memuat pertanyaan yang dapat direspon

oleh siswa secara terbuka (bebas).

Menurut Sanjaya dalam buku Juanda (2016 : 152 ), menyatakan bahwa sebagai suatu

kerja penelitian selamanya akan berhubungan dengan instrument penelitian atau alat-alat

pengumpulan data. Melalui alat instrument penelitian yang perlu kita sempurnakan dalam

pengelolaan proses pembelajaran serta dapat memperoleh keberhasilan yang kita peroleh.

Dalam PTK banyak istrumen yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data namun

penggunaannya sangat tergantung pada jenis permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena

34
itu, belum tentu suatu instrument yang cocok untuk mengumpulkan data tertentu, cocok juga

untuk mengumpulkan data yang lain. Misalnya, apabila kita ingin mendapatkan data tentang

kemampuan seseorang atau sekelompok orang dalam hal-hal tertentu tidak mungkin kita

menggunakan angket sebagai instrument penelitian, mungkin yang cocok untuk memperoleh

informasi mengenai kemampuan seseorang adalah dengan menggunakan tes, sebaliknya,

apabila kita ingin mengetahui pendappat sekelompok orang tertentu, tidak mungkin kita

menggunakan tes sebagai instrument penelitian, namun lebih cocok dengan angket atau

wawancara. Itulah sebabnya untuk menentukan instrument penelitian sebaiknya kita

memahami terlebih dahulu jenis data yang akan dikumpulkan apakah data tersebut bersifat

kuantitatif atau kualitatif?. Kejelasan data yang diharapkan akan menuntun peneliti untuk

menretapkan instrument yang dianggap cocok. Tahapan ini sebenarnya berjalan secara

bersamaan pada saat pelaksanaan tindakan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan

sedang beerjalan, keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Pada tahapan ini, peneliti

(atau guru apabila ia bertindak sebagai peneiti) melakukan pengamatan dan mencatat semua

hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan

data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun.

Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan skenario dari waktu ke

waktu dan dampaknya terhadap poses dan hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat

berupa data kuantitatif (hasil tes, hasil kuis, presensi, nilai tugas, dan lain-lain), tetapi juga

data kualitatif yang mnggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, mutu diskusi yang

dilakukan dan lain-lain.

B. Analisis Data dan Penyajian Data

Penelitian tanpa melakukan analisis data tidak mungkin bisa menjawan yang

mendorong kita melakukan penelitian. Menurut Mills (2000) bahwa analisis data merupakan

35
upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneliti untuk merangkum secara

akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Oleh

karena itu untuk melakukan analisis terhadap data maka diperlukan teknik.

Proses analisis data pada penelitian tindakan dapat dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut : yaitu menghimpun data, menampilkan data, melakukan koding,

mereduksi data, melakukan verifikasi dan interpretasi untuk menuju pada kesimpulan.

Keenam langkah tersebut sebagaimana dijelaskan pada diagram di bawah ini, yang diadopsi

dari Sukardi (20013:73).

Untuk memudahkan hasil penampilan data (display data) maka peneliti harus

melakukan penghimpunan terhadap data. Setelah data dihipun maka peneliti melakukan

penampilan data. Pada tahap penyeleksian dan pengelompokkan, data diseleksi,

difokuskan, jika perlu ada data yang direduksi karena itu tahap ini sering disebut sebagai

reduksi data. Kemudian data diorganisasi sesuai dengan hipotesis atau pertanyaan penelitian

yang ingin dicari jawabanya. Tahap memaparkan atau mendeskripsikan yaitu data yang

diorganisasi dideskripsikan sehingga bermakna, baik dalam bentuk narasi, grafik maupun

tabel. Akhirnya berdasarkan paparan atau deskripdi yang telah dibuat dibuat kesimpulan

dalam bentuk pernyataan atau formula singkat.

C. Penafsiran Data

Setelah menyajikan hasil analisis serta hasil analisisis data dari pengamat dan catatan

guru, maka langkah berikutnya yaitu interpretasi data. interpretasi data dari data diatas

sebagai berikut :

Berdasarkan data nilai tugas dan evaluasi ketika pembelajaran perbaikan dengan

menggunakan media kartu huruf pada siklus I pertemuan II menunjukkan, bahwa siswa yang

nilainya di bawah rata – rata masih lebih dari 50 %. Tindakan yang akan dilakukan dari hasil

36
diskusi pada pertemuan ke II bersama teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan siswa

sebagai berikut :

1. Pembelajaran lebih ditekankan pada media penulisan yang benar dengan buku berpetak

Pembelajaran di upayakan lebih inovatif dan kreatif

2. Mengawasi kegiatan mengerjakan lembar kerja soal sehingga tidak terjadi siswa yang

keluyuran maupun berbicara dengan teman.

3. Memberikan penilaian pada siswa yang sangat aktif dan komunikatif.

4. Mengadakan Siklus II dengan menerapkan media pembelajaran kartu huruf.

D. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk melihat secara keseluruhan dari hasil yang

dicapai. Refleksi tidak hanya melihat pada sisi keberhasilan saja, namun juga melihat

ketidakberhasilan. Melalui refleksi, guru akan dapat menetapkan apa yang telah dicapai dan

apa yang belum dicapai, serta apa yang perlu diperbaiki lagi dalam pembelajaran berikutnya.

Data hasil refleksi berguna untuk membuat rencana tindak lanjut. Jika tindakan

perbaikan belum berhasil menjawab masalah yang menjadi problem guru, maka hasil

analisis data dan refleksi digunakan untuk merencanakan kembali tindakan perbaikan,

bahkan bila perlu dibuat rencana baru. Jika ini terjadi maka akan ada siklus II yang langkah-

langkahnya tetap sama yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus ini

akan berulang kembali jika pada siklus II tindakan perbaikan masih belum berhasil

menjawab masalah yang terjadi atau dengan kata lain belum memenuhi target yang telah

ditentukan. Siklus akan berakhir jika perbaikan yang dilakukan berhasil.

E. Tindak Lanjut

Setelah melakukan tahap analisis data dan refleksi, hasil atau kesimpulan yang

37
didapat dari analisis data dan setelah melakukan refleksi digunakan untuk membuat rencana

tindak lanjut. Jika ternyata tindakan perbaikan yang dilakukan belum berhasil menjawab

masalah yang ada maka hasil analisis data dan refleksi digunakan pada siklus ke 2.

Sebagaimana dalam PTK, jika pada siklus ke1 belum mendapatkan hasil, maka

dilakukannya siklus yang ke 2 atau siklus ke 3. Langkah-langkah yang dilakukan pada setiap

siklus seperti pada tahapan siklus 1. Yaitu terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan

tindakan, pengamatan dan interpretasi serta analisis data dan refleksi. Jika perbaikan sudah

berhasil, maka siklus selesai. Namun perlu diperhatikan bahwa dalam melakukan siklus ke 2

harus melihat pada keberhasilan dan kekurangan pada siklus ke 1.

38
BAB 5

PENULISAN KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan kata yang sering kita dengan dan kita gunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Kesimpulan merupakan kata yang sering digunakan dalam penelitian

dan terletak diakhir penelitian. Makna yang memiliki kesamaan dengan kesimpulan adalah

simpulan dan menyimpulkan. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan pengertian dibawah ini

antara simpulan dan kesimpulan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ada tiga

kata yang berkaitan :

1. Simpulan, diartikan sebagai ;

a. Sesuatu yang disimpulkan atau dikaitkan,

b. Hasil penyimpulan, dan kesimpulan

2. Kesimpulan, diartikan sebagai ;

a. Ikhtisar (dari uraian, pidato, atau lainya)

b. Kesudahan pendapat (pendapat terakhir yang berdasarkan uraian-uraian sebelumnya;

c. Keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif maupun deduktif

Berdasarkan pengertian di atas bahwa istiilah simpulan dan kesimpulan memiliki

makna atau pengertian yang sama. Kita dapat menggunakan salah satu dari kata tersebut.

Adapun ciri sebuah kesimpulan sebagaimana diungkapkan oleh Igak (2008) adalah sebagai

berikut :

1. Singkat, jelas dan padat. Sesuai dengan pengertian bahwa kesimpulan itu merupakan

intisari atau ikhtisar. Maka sebuah kesimpulan haruslah lebih singkat dari uraian.

Contoh 1

Deskripsi dan temuan

39
Berdasarkan hasil observasi, diskusi dengan teman sejawat, dan hasil latihan siswa,

ditemukan bahwa dengan menggunakan metode bermain peran (pasarpasaran), siswa aktif

berjual beli, menawar, membeli dan membayar. Tidak ada siswa yang diam. Semua siswa

asyik menghitung uang dalam kegiatan jual beli. Jika ada yang salah memberikan uang

kembali, siswa akan protes, dan mereka menghitung kembali uang tersebut. Kegiatan ini

berpengaruh besar pada pemahaman anak. Hasil latihan tentang nilai uang menunjukkan,

bahwa skor rata-rata kelas 85. Dengan nilai terendah 65 dan tertinggi 100.

Kesimpulan :

Metode bermain peran telah mampu meningkatkan keaktifan dan pemahaman anak

dalam menghitung uang, dengan rata-rata hasil laithan 85%.

2. Kesimpulan harus sesuai dengan uraian. Tidak jarang terjadi, kesimpulan tidak

mengikhtisarkan atau membuat saripati dari uraian, tetapi melenceng dari uraian, bahkan

seperti membuat uraian baru.

3. Kesimpulan harus dibuat sesuai dengan tujuan penelitian atau perbaikan. Jumlah

kesimpulan tidak boleh melebihi poin pada rumusan masalah ataupun tujuan

penelitian/perbaikan

B. Langkah-Langkah Membuat Kesimpulan

Untuk membuat kesimpulan setidaknya ada beberapa langkah yang bisa digunakan

sebagai berikut :

1. Melihat kembali tujuan penelitian atau perbaikan atau pertanyaan penelitian satu persatu,

sehingga mampu memahami benar apa yang dicari dalam penelitian.

2. Periksa kembali kesesuaian antara pertanyaan penelitian, uraian dan kesimpulan,

sehingga yakin bahwa kesimpulan sudah dirumuskan dengan benar.

40
3. Setelah semua pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian disimpulkan temuanya, susu

kesimpulan tersebut sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian.

4. Melihat kembali temuan atau deskripsi temuan (yang dibuat berdasarkan hasil analisis

data). Pasangkan setiap pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian dengan deskripsi

temuan.

C. Tindak Lanjut Hasil Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) saran memiliki makna yaitu

pendapat (usul, anjuran, cita-cita) yang dikemukakan untuk dipertimbangkan. Berdasarkan

pada pengertian ini maka, saran merupakan sebuag anjuran dan bukan merupakan tugas atau

perintah yang harus dilaksanakan, tetapi merupakan anjuran yang perlu dipertimbangkan.

Tentu pembuat atau pemberi saran menginginkan agar saran bisa ditindak lanjuti. Oleh

karena itu saran harus dibuat dengann dengan landasan yang kokok, penuh pertimbangan,

dan mungkin dilaksanakan. Saran harus dibuat secara jelas dan operasional agar benar-benar

dapat dilaksanakan.

Adapun langkah-langkah pembuatan saran sebagaimana disarankan Igak (2008)

setidaknya mengikuti rambu-rambu sebagai berikut :

1. Saran harus sesuai dengan kesimpulan dan hakikat penelitian yang akan kita lakukan.

Saran harus lahir dari kesimpulan tentang hasil penelitian.

Contoh Kesimpulan :

Kerja kelompok belum mampu mengaktifkan semua siswa, hanya sekitar 60% siswa

yang aktif. Penyebabnya antara lain tindakan guru yang belum mendorong siswa untuk

aktif. Saran : Dalam mengelola kegiatan kelompok, guru hendaknya memamntau setiap

kelompok dan mendorong siswa yang kurang aktif agar ikut berpartisipasi. Di samping

itu, ketua kelompok harus dilatih melibatkan semua anggota kelompok.

41
2. Saran harus mempunyai sasaran yang jelas.

Artinya pembaca harus tahu kepada siapa saran ini ditujukan. Dalam penelitian non PTK,

saran dapat ditujukan kepada berbagai pihak, seperti; guru, sekolah, LPTK, orang tua

siswa dll. Namun dalam PTK saran biasanya ditujukan kepada guru, seperti pada contoh

di atas.

3. Saran untuk menindak lanjuti hasil PTK sebaiknya bersifat kongkret dan operasional,

sehingga mudah dilaksanakan atau diterapkan. Saran yang ngawang dan terlalu umum,

lebih-lebih yang hanya mengutip teori-teori tanpa menjabarkanya, tidak akan menarik

bagi guru untuk melaksanakanya.

4. Saran juga harus mempertimbangkan metodologi atau prosedur penelitian yang

dilaksanakan, serta bidang studi yang diajarkan. Saran seperti ini biasanya ditujukan

kepada guru sebagai peneliti agar melakukan replikasi (pengulangan penelitian yang

sama) dengan bidang studi atau kelas yang berbeda.

5. Saran yang dibuat haruslah pemikiran cukup penting untuk memperbaiki pembelajaran.

saran yang dibuat secara asal-asalan, selain tidak bermakna, juga tidak penting karena

tidak diyakini akan membawa dampak pada perbaikan pembelajaran.

6. Saran harus merujuk pada manfaat penelitian. Manfaat penelitian merupakan acuan yang

digunakan dalam membuat saran.

42
BAB 6

SISTEMATIKA LAPORAN PTK DAN TEKNIK PENULISAN

A. Sistematika Laporan PTK

1. Bagian Awal

Bagian Awal Terdiri dari :

a. Halaman Judul

b. Halaman Pengesahan

c. Abstrak

d. Kata Pengantar

e. Daftar Isi

2. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Masalah

b. Identifikasi Masalah

c. Batasan Masalah

d. Rumusan Masalah

e. Tujuan Penelitian

f. Manfaat Penelitian

BAB II : KAJIAN TEORI

a. Landasan Teoritis

b. Temuan Peneliti Terdahulu

c. Hipotesis Tindakan

43
BAB III : METODE PENELITIAN

a. Setting Penelitian

b. Subyek dan Obyek Penelitian

c. Prosedur Penelitian

d. Instrumen Penelitian

e. Teknik analisis data

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Analisis Temuan Penelitian

b. Diskusi Hasil Penelitian

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

a. Kesimpulan

b. Saran

3. Bagian Penunjang

a. Daftar Pustaka

b. Lampiran – Lampiran

B. Teknik Penulisan

1. Standar Bahasa

Ada tiga pedoman yang bisa digunakan dalam dalam penulisan sebagai berikut

(Bisri, 1998:111-113).

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang disusun oleh Tim Penyusun Kamus Besar

Bahasa Indonesia.

2. Pedoman Umum Pembentukan Istilah berdasarkan Keputusan Meneteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0389/U/1988 Tahun 1988.

44
3. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan berdasarkan Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0543a/U/1987/Tahun 1987.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahasa untuk karya

akhir akademis, sebagaimana diungkapkan oleh Ratna (2010: 431-433) sebagai berikut :

1. Karya akhir akademis disusun dengan ciri-ciri bahasa karya ilmiah, yaitu menggunakan

bahasa yang bersifat ringkas, lugas, logis, obyektif, efektif dan efisien. Ringkas dan jelas

maksudnya adalah mudah dipahami dan terpadu. Lugas maksdunya langsung mengenai

inti pembicaraan sesuai dengan batasan-batasan dan pembagian isi tulisan, tidak bertele-

tele. Logis artinya tulisan disusun mencerminkan cara berpikir ilmiah yang memadukan

cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif. Sedangkan obyektif artinya

dikemukakan apa adanya terhindar dari subyektifitas penulis. Efektif dan efisien artinya

disusun secara cermat dan tepat, menggunakan kata-kata pilihan.

2. Menghindari penggunaan kata penghubung di awal kalimat. Contohnya : sedangkan,

sebab, maka; dan sebagainya.

3. Menghindari penggunaan kata kita; kami; saya digantikan dengan bentuk pasif di

(ditulis, diteliti, disimpulkan, atau menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti peneliti,

penulis).

4. Bentuk-bentuk perumpamaan (stilistika, metafora, dan berbagai gaya bahasa lain) tetap

dipergunakan selama cara-cara tersebut tidak mengubah obyektifitas penelitian. Contoh

kalimat seperti “Tabel ini menunjukkan”; “Ditunjukkan dalam penelitian ini”;

“Penelitian ini menunjukkan, menjelaskan, mendeskripsikan, dan pada giliranya

menyimpulkan”.

45
C. Cara Pengetikan

1. Ukuran Kertas

Diketik pada kertas berwarna putih ukuran kuarto A4 (21,5 cm x 29,7 cm) dengan

berat 80 gram

2. Sampul

Sampul luar menggunakan kertas katon tebal dan dilapisi plastik bening dengan

warna sampul yang sesuai dengan warna yang telah ditentukan oleh Perguraun

Tinggi masing-masing.

3. Pengetikan

Jarak baris satu dengan jarak baris berikutnya dalam pengetikan naskah karya akhir

akademis adalah 2 spasi

4. Margin

Tepi atas : 4 cm

Tepi bawah : 3 cm

Tepi kiri : 4 cm

Tepi kanan : 3 cm

5. Pengetikan Bab, Subbab, dan Anak Subbab

a. Pengetikan Bab

Nama bab diketik dengan huruf kapital semua dan diatur secara sistematis tanpa

diakhiri dengan tanda titik. Nomor urut bab ditulis dengan angka romawi dan

ditempatkan secara sistematis di atas bab, di tengah halaman.

b. Pengetikan Subbab

Pengetikan subbab dan nomor subbab dimulai dari tepi kiri. Huruf pertama setiap

kata pada subbab ditulis dengan huruf kapital kecuali kata tugas, seperti dalam,

terhadap, pada, di, ke dalam, yang, untuk dan sebagainya.

46
c. Pengetikan Anak Subbab

Pengetikan anak subbab dimulai dari atas tepi kiri. Huruf awal suatu kata ditulis

dengan huruf kapital kecuali huruf awal kata tugas, seperti dalam, terhadap,

pada, di, ke, dalam, yang, untuk, dan sebagainya.

A. Latar Belakang
1
.
2
.
a.
b.
1)
2)
a)
b)
(1
)
(2
)

B. Rumusan Masalah

47
BAB 7

LANGKAH LANGKAH VALIDITAS

A. Langkah-Langkah Validitas

1. Penelitian tindakan memang tidak mengharap adanya jawaban akhir untuk

pertanyaan dan masalah, tetapi menginginkan adanya peningkatan (dan perubahan)

pada praktik pengajaran melalui pengembangan praktisi/guru.

2. Validitas adalah derajat yang menunjukkan sejauh mana hasil tersebut berguna

(relevan) sebagai petunjuk guru tertentu, serta kekuatannya untuk memberi informasi

dan argument tentang meningkatkan praktik pendidikan di masyarakat profesional

yang lebih luas (Kusumah & Dwitagama, 2009).

3. Terdapat tiga langkah untuk menentukan validitas hasil yang diperoleh di dalam

penelitian tindakan, yaitu validitas diri sendiri (self-validation), (2) validasi oleh

teman (peer validation), dan validasi oleh siswa (learner validation).

B. Validasi Diri Sendiri

1. Praktik sebagai Realisasi Nilai-nilai (values)

Keinginan untuk merubah sesuatu yang bersifat negative menjadi positif, dan

motivasi untuk meningkatkan pendidikan menjadi insentif dan pendorong adanya

penelitian

2. Refleksi kritis yang disengaja

a. Refleksi kritis merupakan cara dimana pemahaman mengenai praktik pendidikan

ditransformasikan, dan dimana guru membuat refleksi, serta proses

dipublikasikan sehingga orang lain dapat memahaminya.

48
b. Bagi guru, untuk mampu meningkatkan perkembangan diri sendiri tergantung

dari refleksi kritis, keinginan untuk menjajaki pemahaman secara intuitif

mengenai parktik yang dilaksanakan dan mengkomunikaikannya dengan orang

lain.

3. Kebutuhan akan penelitian yang ilmiah

a. Pertanyaan-pertanyaan/masalah penelitian tindakan memberikan prosedur yang

logis dalam menunjukkan tahap-tahap penting penelitian. Meskipun hal tersebut

merupakan instrumen yang berguna dalam menyusun rencana tindakan, namun

tidak dapat dikatakan sebagai satu-satunya jalan.

b. Peneliti-peneliti dapat saja mengembangkan skema-skema yang menurutnya lebih

memadai untuk kebutuhan mereka sendiri, seperti skema yang ada di buku-buku.

c. Yang penting adalah peneliti menunjukkan bahwa ia telah mengikuti system

penelitian yang ilmiah dalam usahanya untuk mencapai hipotesis

4. Interpretasi pribadi sebagai dasar dialog

a. Kekuatan penelitian tindakan adalah bahwa setiap guru menginerpretasikan

kegiatan mereka sendiri, dan membuat keputusan-keputusan cara meningkatkan

kegiatan tersebut. Tindakan-tindakan mereka disengaja, berdasarkan kriteria yang

telah disusun.

b. Validasi diri sendiri berarti mereka menganggap bahwa keputusankeputusan yang

telah diambil dapat dipertanggungjawabkan secara universal. Hal ini berarti

bahwa mereka mengakui kekuatan interpretasi mereka mengenai kegitan-kegiatan

pengajaran yang telah dilakukan, yang dapat memberikan kontribusi berarti

terhadap kehidupan orang lain.

49
C. Validasi Oleh Teman

1. Hasil-hasil penelitian mempunyai nilai sosial hanya apabila telah dikomunikasikan

kepada orang lain.

2. Dalam penelitian tindakan dianjurkan untuk mempublikasikan apa yang telah

diperoleh peneliti, dan membahasnya dengan orang lain.

3. Meskipun apa yang telah dilakukan guru/peneliti telah dapat meningkatkan proses

belajar siswanya tetapi hal tersebut perlu divalidasi secara eksternal oleh orang lain

yang dapat menyetujui dan mengatakan bahwa apa yang diperoleh memang berguna

bagi orang lain.

4. Kelompok yang memvalidasi bisa teman, orang tua siswa, peneliti lain, atau siapa

saja yang dapat memberikan penilaian kritis dan beralasan.

5. Tugas kelompok validasi ini adalah mendengarkan argumentasi peneliti tentang

kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dan hasil yang telah diperolahnya.

6. Tugas kelompok validasi juga membantu peneliti untuk mengemukakan gagasannya.

Untuk itu suasana harus mendukung namun sekaligus juga menantang, mendorong

peneliti untuk memberikan respons terhadap pertanyaan-pertanyaan, mempertahankan

gagasannya, dan memberikan kemampuan untuk dapat bertindak kearah yang baru

(Kusumah dan Dwitagama, 2009).

D. Validasi Oleh Siswa

1. Catatan mengenai reaksi yang diberikan oleh siswa terhadap tindakan-tindakan yang

telah dilaksanakan, merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti. Mungkin hal ini

merupakan dukungan yang paling kuat terhadap hasil/pengetahuan yang diperoleh

peneliti.

50
2. Catatan siswa dapat diperoleh dalam bentuk catatan harian, pernyataan pendek yang

tertulis, atau rekaman baik audio aupun video, yang setiap kali perlu didiskusikan. 

Di dalam analisis terakhir, sesuatu yang dianggap sebagai pengetahuan atau hasil

yang valid hanya diperoleh melalui interaksi, dimana akan terlihat apakah hasil

tesebut memang benar merupakan kebenaran dan kejujuran.

3. Validasi merefleksikan kekuatan penelitian tindakan, relevansinya, emansipasi,

demokrasi, dan kolaborasi. Sebelum peneliti dapat membantu proses-proses

pendidikan orang lain, ia harus terlebih dahulu mengembangkan proses pendidikan

dirinya sendiri dan secara jujur dapat memahami proses-proses serta pengalaman-

pengalaman, dan membaginya dengan orang lain (Kusumah dan Dwitagama, 2009).

51

Anda mungkin juga menyukai