Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SUPERVISI NON DIREKTIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Analisis Model dan Pendekatan Supervisi
Dosen Pengampu : Dr.H.M. Saleh, M.Pd

Oleh :
BAIHAKI
NIM 2020111310006

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT penulis ucapkan karena berkat rahmat dan
karuniaNya jualah makalah dengan judul “Supervisi Non Direktif” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penuyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi salah satu mata kuliah Analisis Model dan Pendekatan Supervisi
yang diampu oleh Dr.H.M. Saleh, M.Pd. Penulis smenyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini sangat banyak ditemui kesalahn dan kelemahan sehingga penulis sangat
mengharapkan masukan serta kritik untuk perbaikan makalah ini selanjutnya. penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Paringin, Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi........................................................................................................... i
Kata pengantar.................................................................................................. ii

BAB IPENDAHULUAN.................................................................................. 1
BAB II PERMASALAHAN............................................................................. 3
BAB III PEMBAHASAN................................................................................. 5
1. Pengertian Pendekatan Supervisi Non Direktif.................................... 5
2. Supervisi Pengajaran Deangan Pendekatan Non-Direktif…………. 6
3. Tahapan Pelaksanaan Supervisi Non Direktif……………………... 8
4. Implementasi Supervisi non Direktif Oleh Pengawas……………... 9
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 14
A. Kesimpulan........................................................................................... 14
B. Saran..................................................................................................... 14
Daftar Pustaka................................................................................................... 16

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran serta pengawas sebagai salah satu stake holder sekolah, mutlak
diperlukan, hal ini disebabkan karena pengawas merupakan tempat atau wadah bagi
guru untuk menyampaikan keluh kesah terkait permasalahan yang dihadapi
khususnya yang berkaitan dengan proses transformasi pengetahuan. Dari kondisi
tersebut diatas tentunya untuk mendapatkan solusi perlu diupayakan berbagai hal,
dimana kegiatan supervisi dipandang refresentatif dijadikan landasan guna mencari
pemecahan terkait upaya menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran yang tentunya bermuara pada upaya meningkatkan kemampuan guru
dalam menyajikan pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan.
Salah satu upaya pengawas dalam memberikan solusi terkait dengan
permasalahn yang dihadapi guru adalah melalui pendekatan supervisi pengajaran.
Hal ini dimaksudkan mengingat esensi dari supervisi yang sangat berkaitan dengan
berbagai prosedur dan langkah-langkah, teknik-teknik, instrumen-instrumen,
kondisi-kondisi interaksi sosial antara kepala sekolah dan guru, permasalahan yang
dihadapi oleh guru,tingkat kematangan guru, serta tujuannya, maupun dampak dan
kemanfaatan dari masingmasing pendekatan supervisi pengajaran tersebut akan
memiliki keunggulan dan kekurangannya.
Mengacu pada psikologi humanistik yang didasarkan pada pemikiran bahwa
belajar adalah hasil keingintahuan individu untuk menemukan rasionalitas dan
keteraturan di alam ini, sehingga belajar dipandang sebagai proses pembawaan
yang berkembang (terbuka). Guru menunjang keingintahuan individu dan hasil
belajar melalui self-discovery. Sehingga berdasarkan psikologi humanistik, bahwa
pendekatan yang cocok untuk supervisi adalah pendekatan nondirektif. Supervisi
non-direktif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi
dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan masalah sendiri
untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran supervisor adalah
mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitkan kesadaran
sendiri, dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman, 1990: 210).

1
Pendekatan non-direktif ini timbul dari keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat
diperlakukan sebagai alat semata-mata meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus
menerus, sehingga program supervisi harus dirancang untuk mengikuti
perkembangan guru.

2
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam makalah ini, topik yang akan diangkat adalah :
1. Apa Pengertian Pendekatan Supervisi Non Direktif?
2. Bagaiman Supervisi Pengajaran Deangan Pendekatan Non-Direktif?
3. Bagaimana Tahapan Pelaksanaan Supervisi Non Direktif?
4. Bagaiman Implementasi Supervisi non Direktif Oleh Pengawas?

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Supervisi Non Direktif


Sudjana membagi pendekatan supervisi menjadi dua, yaitu: pendekatan
langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact).
Pendekatan pertama dapat disebut dengan endekatan tatap muka dan kedua
pendekatan menggunakan perantara, seperti melalui surat menyurat, media masa,
media elekronik, radio, kaset, internet dan yang sejenis. Sementara dikenal juga
pendekatan kolaboratif, yaitu pendekatan yang menggabungkan kedua pendekatan
itu.
Yang dimaksud dengan supervisi pendekatan tidak langsung (non-direktif)
adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung.
Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia
terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia
memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengemukakan
permasalahan yang mereka alami. Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pada
pemahaman psikologis humanistik. Psikologi humanistik sangat menghargai orang
yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina begitu dihormati, maka ia
lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi guru-guru. Guru
mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami
apa yang dialami. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah
sebagai berikut: (a) Mendengarkan, (b) Memberi penguatan, (c) Menjelaskan, (d)
Menyajikan, dan (e) Memecahkan masalah
The nondirective method of supervision is used when the supervisor is
helping the teacher to figure out their own plans.This method consists of listening,
reflecting, clarifying, encouraging, and problem solving. It can be used when
teachers have a greater amount of expertise and knowledge about the problem than
the supervisor. The supervisor must be non judgmental when using this approach
and allow the teacher to direct the meeting. The purpose is to provide an active
sounding board for thoughtful participation.

4
Maksudnya, supervisi metode nondirective digunakan ketika supervisor
membantu guru untuk mengetahui rencana mereka sendiri. Metode ini terdiri dari
mendengarkan, mencerminkan, mengklarifikasi, mendorong, dan pemecahan
masalah. Hal ini dapat digunakan ketika guru memiliki jumlah yang lebih besar dari
keahlian dan pengetahuan tentang masalah dari supervisor. Supervisor tidak boleh
menghakimi ketika menggunakan pendekatan ini dan memungkinkan guru untuk
mengarahkan pertemuan. Tujuannya adalah untuk memberikan papan terdengar
aktif untuk partisipasi bijaksana).
Perilaku nondirektif dilandasi asumsi dan pemikiran psikologi belajar
humanistic. Supervisor nondirektif tidak menggunakan standar tetapi lebih
mendasarkan pada kebutuhan guru. Supervisor dan guru saling memahami dan
memberikan kesempatan yang lebih luas bagi guru mengembangkan profesinya.
Perilaku pegnawas yang berorientasi nondirektif dilakukan melalui langkah-
langkah berikut: (a) mendengarkan masalah guru dengan serius, (b) memotivasi
guru untuk menyederhanakan dan bertanya, (c) mengajukan pertanyaan emudian
menjelaskan masalah-masalah guru, (d) mengupayakan alternative pemecahan
masalah saat guru bertanya atau minta solusi, (e) bertanya kepada guru untuk
menentukan rencana tindakan pengembangan duru atau profesi.
Supervisi non-direktif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah
pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan
masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran
supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitan
kesadaran sendiri, dan mengklarifikasikan pengalaman guru. Pendekatan non-
direktif ini timbul dari keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat diperlakukan
sebagai alat semata-mata dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar.
Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus
menerus dan alami, sehingga program supervisi harus dirancang untuk mengikuti
perkembangannya. Belajar dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman
nyata yang dialami secara riil. Dengan demikian guru dapat mencari sendiri
pengalaman itu secara aktif. Dorongan dari luar diri yang bersifat fisiologis yang
kemudian secara berangsur-angsur berubah menjadi dorongan yang bersifat dari

5
dalam atau internal, yaitu karena guru-guru merasa bahwa belajar merupakan
kewajiban yang harus dilakukan dalam tugasnya. Pada konsep ini guru diyakini
mampu melakukan analisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam
tugas mengajarnya secara alami. Guru merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus
berkembang dan mengalami perubahan, dan ia bersedia mengambil tanggung jawab
terjadinya dalam perubahan tersebut.
Supervisor hanya befungsi sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur
formal sekecil mungkin. Dengan demikian dapat diduga bahwa pendekatan
supervisi pengajaran non-direktif dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
mengembangkan pembelajaran inovatif.
B. Supervisi Pengajaran Dengan Pendekatan Non-Direktif
Supervisi non-direktif berasumsi bahwa belajar pada dasarnya adalah
pengalaman pribadi dimana individu pada akhirnya harus menemukan pemecahan
masalah sendiri untuk memperbaiki pengalaman murid di dalam kelas. Peran
supervisor adalah mendengarkan, tidak memberikan pertimbangan, membangkitkan
kesadaran sendiri, dan mengklarifikasikan pengalaman guru (Glickman, 1990).
Supervisi nondirektif ini oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999) disebut juga
dengan nama pendekatan humanistik. Pendekatan non-direktif ini timbul dari
keyakinan bahwa guru tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata
dalam meningkatkan kualitas belajar-mengajar. Dalam proses pembinaan, guru
mengalami perkembangan secara terus menerus, sehingga program supervisi harus
dirancang untuk mengikuti perkembangannya.
Tugas supervisor adalah membimbing guru guru sehingga makin lama guru
makin dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan usaha
sendiri. Belajar dilakukan melalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang
dialami secara riil. Dengan demikian guru harus mencari sendiri pengalaman itu
secara aktif. Dorongan dapat berasal dari yang bersifat fisiologis yang kemudian
secara berangsurangsur berubah menjadi dorongan yang bersifat dari dalam atau
internal, yaitu karena guru-guru merasa bahwa belajar merupakan kewajiban yang
harus dilakukan dalam tugasnya. Supervisor percaya bahwa guru mampu
melakukan analisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam tugas

6
mengajarnya. Guru merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan
mengalami perubahan, dan ia bersedia mengambil tanggung jawab terjadinya dalam
perubahan tersebut. Supervisor hanya berfungsi sebagai fasilitator dengan
menggunakan struktur formal sekecil mungkin.
Supervisor menggunakan pendekatan ini dalam melaksanakan supervisi tidak
dituntut untuk menggunakan format yang standar, tetapi agar disesuaikan dengan
kebutuhan guru. Bisa jadi kegiatan supervisi tersebut hanya terbatas melakukan
observasi saja tanpa dilanjutkan dengan melakukan analisis dan interpretasi, atau
bisa jadi hanya melakukan komunikasi yang berupa mendengar penjelasan guru
tanpa memberi sumber bahan belajar yang diminta guru. Walaupun secara umum
dapat disebutkan bahwa pelaksanaan supervisi pengajaran dengan pendekatan non
direktif tersebut ada tiga langkah, tetapi secara lebih teknis dapat dirinci sebagai
tersebut di bawah ini:
1) Pembicaraan awal, pada saat ini supervisor memancing apakah dalam
mengajarnya guru tersebut mengalami masalah. Pembicaraan tersebut
dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan tersebut guru tidak
memerlukan bantuan, maka proses supervisi berhenti.
2) Observasi. Jika guru perlu, maka supervisor mengadakan observasi kelas.
Dalam melaksanakan observasi tersebut supervisor duduk di belakang
tanpa menggunakan catatancatatan, supervisor hanya mengamati
kegiatan kelas.
3) Analisis dan interpretasi. Setelah observasi dilakukan, supervisor kembali
ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam
melaksanakan proses belajarnya. Jika menurut supervisor, guru telah
menemukan jawabannya maka supervisor tidak perlu memberikan
bantuannya. Apabila diminta oleh guru, supervisor hanya menjelaskan
dan melukiskan keadaan kelas tanpa dilengkapi dengan penilaian.
Supervisor kemudian menanyakan kepada guru apakah memerlukan
saran, dan memberikan kesempatan untuk mencoba cara lain yang
diperkirakan oleh guru lebih baik

7
4) Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu
guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir, mengenai apa yang
sudah dicapai oleh guru, dan menjawab pertanyaan kalau ada guru yang
masih memerlukan bantuan lagi.
5) Laporan, laporan disampaikan secara deskriptif dengan interpretasi
berdasarkan penilaian supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala
sekolah, atau atasan kepala sekolah untuk perbaikan di masa selanjutnya.
C. Tahapan Pelaksanaan Supervisi Non Direktif
Supervisi yang dilakukan oleh Supervisor ini menggunakan pendekatan non
direktif untuk melakukan supervisi guru agar dapat mengetahui kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh guru tersebut, supervisor ingin membantu guru tersebut agar
dalam proses pembelajarannya menjadi lancar. Adapun tahap-Tahap dalam proses
pelaksanaan supervisi non direktif , yaitu;
a. Mendengarkan: Pengawas atau kelapa sekolah mendengarkan keluhan-
keluhan guru, pengawas atau kepala sekolah mendengarkan masalah guru
dengan serius dan memberikan motivasi kepada guru untuk menyimpulkan
atau meringkas permasalahan yang dihadapi guru.
b. Memberi Penguatan: Setelah mengetahui berbagai keluhan yang dialami
oleh guru, maka perilaku supervisor selanjutnya adalah memberi
penguatan. Penguatan ini dapat berupa pujian, atau motivasi. Motivasi
yang positif akan mendorong manusia untuk berbuat positif atau kebaikan
juga.
c. Menjelaskan: Penjelasan supervisor kepada guru hendaknya disesuaikan
dengan kapasitas dan kemampuan guru. Meskipun supervisi non direktif
ini diberlakukan kepada guru yang professional, supervisor harus tetap
memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pemahaman guru.
d. Menyajikan: Tahapan selanjutnya dalam melakukan supervisi Non direktif
adalah proses menyajikan, menyajikan di sini bisa dimaknai dengan
supervisor menyajikan solusi baik berupa petunjuk praktis atau teori.
Dengan petunjuk praktis ini memudahkan guru untuk memahami ilmu
yang diberikan oleh supervisor. Hasil observasi pada permasalahan yang

8
dihadapi guru-guru maka supervisor kemudian memberi petunjuk atau
masukan kepada guru untuk dijadikan sebagai pedoman untuk mencari
solusi terhadap permasalahan guru tersebut.
e. Memecahkan masalah: Kegiatan berikutnya adalah supervisor membantu
memecahkan masalah yang dihadapi guru. Pemecahan masalah ini dalam
rangka mengubah kondisi-kondisi yang tidak tepat menjadi tepat. Karena
karakteristik supervisi non direktif ini bersifat dialog, maka dalam proses
pemecahan masalah ini supervisor hendaknya berdialog atau
bermusyawarah dengan guru untuk mencari solusi secara bersama-sama.
ahap terakhir, setelah pengawas melakukan observasi permasalahan yang
diutarakan oleh guru, selanjutnya dari hasil observasi tersebut pengawas
membantu memberikan alternatife pemecahan masalah,
D. Implementasi Supervisi non Direktif Oleh Pengawas
Pengawas pada sekolah menentukan kebutuhan supervisi guru berdasarkan
perbedaan individual, keahlian, dan komitmennya. Karenanya pengawas pada
sekolah dapat menggunakan pendekatan yang bervariasi dalam supervisi terhadap
guru yang berbeda. Pengawas yang amat efektif mampu memadukan model atau
strategi yang tepat untuk kebutuhan khusus dan tingkat pengembangan dari guru itu
sendiri. Dengan strategi ini, pengawas harus memilih pendekatan atas dasar kasus
per kasus, menggunakan dasar pengetahuan mengelompokkan guru, observasi dan
interaksi dengan guru atau kelompok terkini, dan menganalisis situasi sekarang.
Strategi supervisi ini dimaksudkan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan
kompetensi guru.
Yang dimaksud dengan pendekatan tidak langsung Psikologi humanistik
sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribadi guru yang dibina
begitu dihormati, maka ia lebih banyak mendengarkan permasalahan yang dihadapi
oleh guru. Guru mengemukakan permasalahannya, supervisor mencoba
mendengarkan, dan memahami segala hal yang dialami oleh guru. Perilaku
supervisor dalam pendekatan non-direktif adalah sebagai berikut: 1)
mendengarkan, 2) memberi penguatan, 3) menjelaskan, 4) menyajikan, 5)
memecahkan masalah ( Sahertian, 2008)

9
Salah satu pendekatan yang digunakan oleh Pengawas sekolah dalam
memberikan pembinaan kepada guru adalah dengan pendekatan tidak langsung
mempunyai daya abstrak dan komitmen yang tinggi. Guru mampu menemukan
sendiri permasalahannya saat dikelas. Pendekatan non direktif digunakan karena
pengawas menganggap bahwa guru mengetahui tentang kebutuhan perubahan
pembelajaran yang terbaik, dan guru dianggap mempunyai kemampuan berfikir
dan bertindak tentang apa yang ia hadapi. Dalam melakukan pembinaan Pengawas
sangat menghormati Guru. Guru dianggap sebagai teman sejawat bukan
bawahannya, sehingga tidak ada perasaan sungkan diantara guru dan pengawas.
Suasana tersebut akan membuat nyaman dan leluasa bagi guru dalam
mengungkapkan segala masalah yang dihadapinya dalam menjalankan tugas
profesinya sebagai guru.
Pengawas dalam memberikan layanan kepada guru harus didasarkan pada
landasan yang relevan, yaitu bahwa guru memiliki potensi untuk mengembangkan
dirinya. Pelayanan hendaknya bersifat obyektif dan didasarkan pada hubungan
teman sejawat serta hubungan manusiawi yang sehat dan wajar. Pelaksanaan
pembinaan oleh pengawas sekolah kepada para guru dilaksanakan secara individual
maupun secara kolektif.
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan
terhadap guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru, sehingga
dari hasil supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya. Secara individual
ini dilakukan oleh pengawas dengan cara berkunjung ke sekolah yang dijadwalkan
mendapat layanan supervisi, kegiatan ini dilakukan secara individual atau
perseorangan yaitu dengan melakukan visitasi atau kunjungan ke sekolah-sekolah
yang dianggap perlu mendapatkan pembinaan atau bimbingan.
Sahertian memberikan pengertian tentang teknik supervisi secara
kelompok,teknik supervisi kelompok adalah teknik yang digunakan itu
dilaksanakan secara bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam
satu kelompok. Pembinaan secara kolektif praktiknya adalah melalui forum KKG
yang disesuaikan dengan pembagian kelas bagi guru SD, MGMP yang disesuaikan
dengan mata pelajaran, Pengawas membagikan kartu masalah kepada para guru

10
supaya guru dapat mengungkapkan permasalah yang dihadapi, kemudian dari
permasalahan yang diungkapkan oleh guru tersebut pengawas memberikan
motivasi dan bimbingan serta membantu para guru untuk dapat memecahkan
permasalah yang dihadapi.
Supervisi dengan pendekatan non direktif merupakan supervisi di mana
pengawas tidak terlalu banyak dalam pelaksanaan supervisi ini, beliau hanya
mendengarkan, memberi penguatan dan motivasi serta membantu menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapi oleh guru.
Pendekatan non direktif adalah cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara langsung menunjukkan
pemasalahan, tatapi ia terlebih dahulu mendengarkan secara aktif apa yang
dikemukakan oleh beberapa guru. Supervisor memberi kesempatan sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami .
Hasil akhir dari Pelaksanaan supervisi dengan pendekatan non direktif
supervisi ini adalah rencana dan inisiatif dari guru, apabila supervisor akan
menggunakan orientasi tidak langsung dalam melaksanakan supervisi. Dalam
melaksanakan supervisi dengan pendekatan non direktif bentuk aplikasinya adalah
sebagai berikut:
a. Pertemuan awal
Pertemuan awal ini supervisor bertemu dengan guru, Mereka salingn
membicarakan masalah yang dihadapi oleh guru. Guru memaparkan kendala
atau permasalahan yang dihadapinya mengenai kemampuannya dalam
mengelola pembelajaran di kelasnya. Permasalahan yang dihadapi guru
diantaranya; memahami karakteristik peserta didik, karena banyaknya siswa
yang ada di kelas, Sehingga guru dituntut untuk menggunakan metode
pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa yang diajar. Kelemahan tersebut
dapat berpengaruh terhadap penyampaian materi. Selajutnya dalam kegiatan
pertemuan awal ini Sebagaimana menurut Glickman dalam bukunya Ibrahim
bafadal yang berjudul peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar dalam
kerangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, menjelaskan bahwa
supervisor dalam pertemuan awal ini mendengarkan keluhan-keluhan guru

11
kemudian supervisor bertanya kepada guru perlu tidaknya diadakan observasi
kelas pada saat guru mengajar. Apabila tidak diperlukan oleh guru berarti tidak
ada masalah serius yang dihadapi oleh guru. Sebaliknya, apabila guru meminta
supervisor mlakukan observasi kelas, maka dilanjutkan observasi kelas.
b. Observasi
Setelah melakukan percakapan awal, langkah selanjutnya yaitu observasi kelas.
Dalam percakapan awal, supervisor berjanji akan melakukan observasi kelas,
pelaksanaan observasi kelas, menurut Glickman dalam bukunya Ibrahim Bafadal
yang berjudul peningkatan profesionalisme guru sekolah dasar dalam kerangka
manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, menjelaskan bahwa pada tahap
observasi kelas ini supervisor memasuki kelas untuk mengamati pengajaran
guru. Pada saat ini, supervisor mengamati bagaimana seorang guru mengajar,
bagaimana murid belajar, bagaimana mendengarkan penjelasan, berdiskusi dan
sebagainya. Setelah itu, semua hasil pengamatan dianalisis dan diinterpretasikan.
Apabila perlu, supervisor menyusun pertanyaan untuk mengklarifikasi hasil
pengamatannya untuk membantu mengarahkan guru memahami kekurangan dan
masalahnya sendiri. memantau kegiatan guru terkait dengan proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa tahap, yaitu; pada tahap awal
pembukaan pembelajaran, kemudian pada inti pembelajaran dan penutup. Akan
tetapi , pada observasi kelas supervisor fokus pada kemampuan guru di dalam
kelas, seperti mengelola kelas yang meliputi; kemampuan memahami
karakteristik dan kemampuan menyampaikan materi yang diajarkan serta
melaksanakan evaluasi.
c. Pertemuan balikan
Setelah data dianalisis dan ditafsirkan, selanjutnya adalah hasil dari data dibahas
secara bersama dalam suatu percakapan. Pada saat inilah diidentifikasi kembali
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, serta membantu
guru untuk memahami kekurangan-kekurangannya sendiri. Kemudian
supervisor bertanya kepada guru mengenai apa saja yang menurut guru dapat
dilakukan untuk memecahkan masalah dan melengkapi kekurangannya. Dalam
tahap pertemuan balikan ini, Supervisor menyiapkan beberapa catatan penting

12
dan lembar penilaian pelaksanaan supervisi dengan pendekatan non direktif,
dengan langkah menyesuaikan hasil observasi kelas, kemudian dari data
tersebut kegiatan analisa, selanjutnya diskusi dilakukan sebagai hasil tindak
lanjut yang dilakukan oleh supervisor terhadap guru. Pada pertemuan balikan
ini, seorang guru dapat mengetahui karakteristik peserta didiknya, dan Setelah
guru mengetahui tingkat kemampuannya melalui supervisi dengan pendekatan
non direktif dan supervisor telah memberikan bimbingan serta arahan-arahan
mengenai kekurangan dan kelebihan guru dalam meningkatkan proses belajar
mengajar dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru melaksanakan
tugas profesinya. Oleh karena itu, supervisor menanyakan perasaan guru untuk
mengetahui kepuasan guru dengan adanya supervisi dengan pendekatan non
direktif.
Demikianlah pelaksanaan supervisi non direktif, sehingga dapat disimpulkan
bahwa dalam orientasi tidak langsung ini peran supervisor tidak banyak, dalam
orientasi ini guru bertindak sebagai penentu utama tindakan-tindakan yang akan
dilakukan pada masa yang akan datang. Guru sendiri yang harus merencanaan
segala sesuatunya yang berhubungan dengan apa yang akan dilakukan. Pelaksanaan
supervisi non direktif idealnya dilaksanakan pada awal semester atau pada tahun
ajaran baru dengan memberikan informasi awal terlebih dahulu

a.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara pendekatan
terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung yang berfungsi sebagai
fasilitator dengan menggunakan struktur formal sekecil mungkin sehingga dengan
pendekatan supervisi pengajaran non-direktif dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam mengembangkan pembelajaran inovatif.
Implementasi supervisi non direktif pada tataran supervisor salah satu nya
dalam meningkatkan kompetensi pedagogik guru dapat terlaksanakan dengan baik,
jika sudah memenuhi standar teoretis langkah langkah dalam melaksanakan
supervisi yang meliputi;
a) Perencanaan: Di dalam Rencana kepengawasan Akademik tersebut
supervisor menjalankan supervisi non direktif untuk melakukan supervisi
kegiatan penggunaan metode dan teknik mengajar guru, pelaksanaan
bimbingan guru, penggunaan media dan alat dalam proses pembelajaran.
b) Pelaksanaan, pelaksanaan supervisi non direktif dapat dilaksanaakan secara
individual yaitu supervisor mendatangi ke sekolah dan secara kolektif, yaitu
supervisor melaksanakan supervisi non direktif melalui KKG maupun
MGMP, supervisi non direktif dilaksanakan melalui 5 tahapan yaitu: 1)
mendengarkan, 2) memberi penguatan, 3) menjelaskan, 4) menyajikan, 5)
memecahkan masala
B. Saran
Supervisi ialah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk
membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif. Supervisi merupakan pengawasan terhadap pelaksanaan
kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan fisik terhadap fisik
material. Supervisi merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik yang
berupa proses belajar mengajar, pengawasan terhadap guru dalam mengajar,
pengawasan terhadap situasi yang menyebabkannya. Aktivitas itu dilakukan dengan
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan pembelajaran untuk diperbaiki, apa yang

14
menjadi penyebabnya dan mengapa guru tidak berhasil melaksanakan tugasnya
baik, salah satu pendekatan supervisi yang dapat dilaksanakan yaitu supervisi
dengan pendekatan non direktif.
Tindak lanjut perbaikan dalam bentuk pembinaan secara individual dalam
bentuk pendekatan non direktif akan lebih sempurna jika di kolaborasikan dengan
pendekatan direktif sehingga akan menjadi pendekatan kalaboratif yaitu cara
pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi
suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru
bersama-sama dan bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam
melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan
ini didasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa
belajar adalah perpaduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada
gilirannya akan berpengaruh dalam pembentukan aktivitas individu.

15
DAFTAR RUJUKAN
Adams, H.F. dan F.G. Dickey, 1959, Basic Principles of Supervision, New York.
Alshehri, Rajeh. THE SUPERVISORS’ PRACTICE OF
COLLABORATIVEAPPROACH IN SCHOOLS. British Journal of
EducationVol.7, Issue 12, pp.84-109, December 2019Published by ECRTD-UK
Ahmad, and Marah Doly Nasution. Approaches to School Supervision in Indonesian
Context. Advances in Social Science, Education and Humanities Research
(ASSEHR), volume 109 4th Asia Pacific Education Conference (AECON 2017)
Bafadal, Ibrahim, 1992, Supervisi Pengajaran Teori dan Aplikasinya dalam Membina
Profesional Guru, Jakarta, Bumi Aksara
Briggs, T.H. dan J. Justman, 1954, Improriggs, T.H. dan J. Justman, 1954, Improving
Instruction Through Sueprvision, New York, The Macmillan Company Candra,
2008, “Analisis Hubu
Daresh, J.C., 1989, Supervision as a Proactive Process. New York & London,
Longman
Darsono. Implementasi Pendekatan Direktif, Non Direktif Dan Kolaboratif
DalamSupervisi Di Man Trenggalek. Kavilah Journal Of Social Community Vol.
1 No. 2 Desember 2016 ~ 333 – 356.
Glickman, Carl D. 1981. Supervision of Instruction, a Development Approach, Allyn
and bacon, Needham Haights.
Sahertian Piet, A, 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta,
Tesfaw, Tadele Akalu & Roelande H. Hofman. “Relationship Between Instructional
Supervision and Professional Development”. University of Groningen The
International Education Journal: Comparative Perspectives. Vol. 13. No. 1.
Suhardan, Dadang. 2006. Supevisi BantuanProfesional. Bandung. MutiaraIlmu.

16

Anda mungkin juga menyukai