Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN SUPERVISI NON DIREKTIF

MAKALAH

Mata Kuliah : Kepengawasan dan Supervisi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. H. Mustaqim, M. Pd.

Disusun Oleh :

1. Dias Arifatul ‘Aini (1903036087)


2. Muhammad Iqbal Aziz (1903036088)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pendekatan Supervisi
Non Direktif” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kepengawasan dan Supervisi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang pendekatan supervisi non direktif bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. H. Mustaqim, M. Pd selaku dosen
mata kuliah Kepengawasan dan Supervisi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Semarang, 17 September 2021

Penulis

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................... i

BAB I ............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 1

C. Tujuan ................................................................................................................................................ 1

BAB II ............................................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................................................ 3

1. Pengertian Pendekatan Supervisi Non Direktif ............................................................................. 3

2. Sasaran Supervisi Non Direktif ....................................................................................................... 4

3. Prinsip-Prinsip Supervisor dalam Pendekatan Non Direktif ....................................................... 5

4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Supervisi Non Direktif ................................................ 7

BAB III........................................................................................................................................................... 9

PENUTUP ...................................................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 1

ii
BA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang berkembang seiring berkembangnya hidup
serta kehidupan manusia. Menurut Muhammad Fadli Al-Jamaly sebagai mana dikutip
dalam buku Zuhdiyah pendidikan adalah proses mengarahkan manusia kepada
kehidupan yang baik dan mengangkat derajat kemanusiannya.1

Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak sedikit orang yang


membicarakannya dan tidak sedikit pula jalan yang ditempuhnya, karena pendidikan
memiliki peran strategis dalam mencetak generasi bangsa. Dari pendidikanlah
manusia mendapatkan berbagai macam ilmu yang menjadi bekal dalam hidupnya.
Dengan sekolah seseorang bisa mengenal angka, sejarah, perkembangan dunia dan
yang utama dari itu semua.

Dalam dunia pendidikan kita mengenal kebaradaan kepala sekolah, guru,


dosen, siswa dan mahasiswa. Kesemua komponen ini memiliki peran masing-masing
dan memiliki pengaruh berbeda-beda dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan.
Guru dan dosen berperan sebagai pentransfer ilmu dan pendidik bagi siswa dan
mahasiswa. Sedang siswa dan mahasiswa sebagai objek didik. Untuk itulah guru
diyakini sebagai kunci utama kesuksesan proses pendidikan dan pada akhirnya juga
menjadi kunci utama kemajuan dan kemunduran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pendekatan supervisi non direktif ?
2. Apa sasaran supervisi non direktif ?
3. Apa saja prinsip-prinsip supervisor dalam pendekatan non direktif
4. Apa saja kelebihan dan kekurangan pendekatan supervisi non direktif ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan supervisi non direktif.
2. Untuk mengetahui sasaran supervisi non direktif.

1
Zuhdiyah, Psikologi Agama, (Palembang: Pustaka Felicha, 2012), hlm. 42–43

1
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip supervisor dalam pendekatan non direktif
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan supervisi non
direktif.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pendekatan Supervisi Non Direktif


Supervisi dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan
secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Pendekatan non-direktif ini berdasarkan pemahaman psikologis humanistik
Teknik supervisi dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) tidak hanya
dilakukan secara pembicaraan individual tetapi dapat juga dilaksanakan melalui
observasi kunjungan kelas. Kepala sekolah selaku supervisor mengamati proses
belajar mengajar di dalam kelas. Setelah selesai kepala sekolah akan mengingat
kembali kejadian-kejadian yang keliru pada proses observasi kunjungan kelas. Kepala
sekolah akan melakukan pembicaraan secara individu setelah observasi berlangsung.
Jika dirasa guru yang bersangkutan tidak ada masalah maka kepala sekolah
menganggap guru telah mampu memperbaiki kekeliruan. Tetapi jika dibutuhkan
pemikiran secara khusus, kepala sekolah akan membantu dengan menjelaskan
kekeliruan yang dihadapi guru dan bersama-sama menemukan solusi untuk perbaikan
selanjutnya.
Menurut pengamatan peneliti, kepala sekolah telah mampu menerapkan
supervisi dengan pendekatan non-direktif. Pendekatan non-direktif disini merupakan
bahwa belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi, sehingga pada akhirnya guru
harus mampu memecahkan masalahnya sendiri. Peranan kepala sekolah sebagai
supervisor disini adalah mendengarkan, mendorong, atau membangkitkan kesadaran
sendiri dan pengalamanpengalaman guru diklasifikasikan.

Disini peran supervisor adalah mendengarkan keluhan dan permasalahan guru


serta mencoba memahaminya. Lebih rincinya peran supervisor adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan
2. Memberi penguatan
3. Menjelaskan

3
4. Menyajikan
5. Memecahkan masalah.2
Karena pada dasarnya guru merasa lebih dihormati, maka guru akan
cenderung mau secara terbuka mengemukakan permasalahan-permasalahan yang
dihadapinya, khususnya dalam hal pembelajaran. Pola ini bertolak dari premis bahwa
belajar pada dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga pada akhirnya individu
harus mampu memecahkan masalahnya sendiri.3
2. Sasaran Supervisi Non Direktif

Sasaran supervisi non direktif adalah bergantung pada prototipe guru. Adapun
teori yang membahas pembagian prototipe guru adalah teori yang dikemukakan oleh
Glickman. Glickman memilah-milah guru menjadi empat prototipe dengan
mengemukakan bahwa setiap guru memiliki dua kemampuan dasar yaitu, berfikir
abstrak dan komitmen. Dari pembagian guru inilah kemudian kita akan mengetahui
pendekatan apa yang tepat diberikan kepada guru tersebut. Berikut bagan pembagian
prototipe guru menurut Glickman.
Dari bagan Glickman di atas diperoleh informasi bahwa:
1) Pada kuadaran I:
Daya Abstaksi (A+) dan Komitmen (K+) artinya guru tersebut terkategori
professional dan berhak mendapatkan supervisi non direktif.
2) Pada kudran II:
Abstaksi (A+) dan Komitmen (K-) artinya guru tersebut suka mengkritik sehingga
layak mendapatkan supervisi kolaburatif.
3) Pada kuadran III:
Abstaksi (A-) dan Komitmen (K+) artinya guru tersebut guru yang sibuk dan layak
mendapatkan supervisi kolaburatif.
4) Pada kuadran IV:
Abstaksi (A-) dan Komitmen (K-) artinya guru tersebut tidak bermutu dan tepatnya
diberi supervisi direktif.

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa sasaran pendekatan supervisi non


direktif ini adalah guru pada kuadran I yaitu guru profesioanal. Berdasarkan prototipe
ini maka munculnya kasus guru senior yang cenderung menganggap supervisi
merupakan kegiatan yang tidak perlu karena menganggap dirinya telah memiliki
2
Mufidah, Supervisi Pendidikan.., 38.
3
Maunah, Supervisi Pendidikan…,hlm. 85.

4
kemampuan dan pengalaman yang lebih dapat dihindarkan. Karena semua guru
mendapatkan jatah supervisi masing-masing dengan pendekatan dan teknik supervisi
yang berbeda.
3. Prinsip-Prinsip Supervisor dalam Pendekatan Non Direktif
Tentunya tidak sedikit masalah yang dihadapi seorang supervisor dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam usahanya memecahkan masalah, hendaknya ia
berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan prinsip asasi, yang merupakan
landasan utama pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai seorang supervisor.
Disamping prinsip asasi tersebut, kita dapat mengembangkan prinsip –prinsip positif
serta meminimalisasikan prinsip – prinsip negatifnya. Idealnya pendekatan non
direktif memegang kembali prinsip – prinsip supervisi sebagaimana saat supervisor
memberikan supervisinya.4

1. Prinsip Positif

a. Demokratis dan kooperatif

Dalam melaksanakan tugasnya, supervisor adalah seorang pemimpin yang


demokratis. Ia harus menghargai kepribadian guru. Dalam pembicaraan –
pembicaraan bersama, ia memberi kesempatan kepada guru untuk melahirkan
pikiran, perasaan, dan pendapat mereka. Keputusan diambil melalui jalan
musyawarah. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan bersama. Dalam
suasana yang demikian akan memupuk kerja sama yang baik antara pemimpin
dan yang dipimpin. Guru saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan
disekolah. Semuanya itu akan mendatangkan manfaat yang besar bagi anak
didik mereka.

b. Bersifat kreatif dan kontruktif

Melalui kepemimpinan yang baik, supervisor dapat dijadikan contoh oleh


guru. Ia dapat memahami kelebihan dan kekurangan seorang guru. Ia berusaha
memberi dorongan kepada semua guru untuk mengembangkan kelebihan –
kelebihannya. Agar hal tersebut mampu menciptakan sesuatu yang baru demi

4
Burhanuddin dkk, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, Konsep, Pendekatan, dan Penerapan
Pembinaan Profesionalitas, (Malang: Rosindo, 2007), 63

5
kepentingan anak didik. Kekurangan guru juga dipercakapkan bersama guru
yang bersangkutan atau kelompok dan bersama – sama mencari solusi dari
kekurangan tersebut.

c. Ilmiah dan efektif

Dalam pembicaraan masalah yang dihadapi oleh guru, hendaklah supervisor


bersikap ilmiah. Yang artinya ia harus mendengarkan masalah dan akhirnya
menarik kesimpulan untuk mengambil keputusan. Baik supervisor maupun
guru yang bersangkutan harus dapat mengakui nilai ilmiah dari pekerjaannya.
Supervisi mengkoordinasi antara teori dan praktek. Disamping menolong
guru-guru memahami teori, supervisor membantu mereka mereka untuk
menerapkan teori tersebut dalam pelaksanaan tugasnya di sekolah. Ia secara
setia berusaha memperbaiki metode dan cara penggunaannya sehingga teori
tersebut menjadi efektif.

d. Memberi perasaaan aman kepada guru

Para guru harus mengetahui dan memahami bahwa supervisi bukanlah


bermaksud mencari kesalahan, tetapi memberi solusi dalam meningkatkan
mutu pekerjaan agar para guru tumbuh dalam jabatan mereka. Para guru harus
dapat merasakan bahwa kepala sekolah yang merangkap supervisor, bagaikan
bapak dan saudara bagi mereka yang senantiasa bersedia membantu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian akan terpupuk
perasaan aman pada guru tersebut. Mereka tidak merasa tertekan dan mereka
bebas mengeluarkan pendapat. Dalam suasana semacam itu mereka
melakukan pekerjaan dengan suka cita.

e. Berdasarkan kenyataan

Supervisi hendaknya dilaksanakan kepala sekolah terhdap guru di sekolah


hendaknya didasarkan pada keadaan yang sebenarnya, yang disaksikan dan
diketahui. Data – data yang diperoleh bukan data – data yang dibuat – buat
melainkan keadaan riil para guru dan siswa yang ada disekolah tersebut.

f. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengadakan


self evaluation.

6
Agar pelayanan supervisi mendatangkan manfaat yang berharga, baik bagi
kepala sekolah maupun guru, hendaknya mengembangkan dirinya terlebih
dahulu. Agar dapat memgembangkan dirinya terlebih dahulu. Sehingga ia
mampu melakukan self evaluation dimana dari self evalution ini ia dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Sehingga ia dapat memperbaiki
kekurangan tersebut.

2. Prinsip Negatif

Prinsip – prinsip negatif yang merupakan larangan bagi kepala sekolah dalam
melaksankan supervisi adalah sebagai berikut :
a. Bersifat otoriter
b. Mencari kesalahan – kesalahan guru
c. Bersikap sebagai inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan
dan instruksi yang telah diberikan sudah dilaksankan atau belum.
d. Menganggap dirinya lebih tinggi daripada guru.
e. Terlalu banyak memerhatikan hal – hal kecil dalam cara guru mengajar.5
4. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Supervisi Non Direktif

Ada banyak keterbatasan– keterbatasan yang dimiliki guru menyebabkan


kualitas layanan menjadi rendah. Latar belakang pendidikan, tidak bisa dipungkiri ada
banyak kasus di sekolah guru yang mengampu suatu mata pelajaran yang bukan
vaknya, keterbatasan fisik, kondisi psikologis guru, pemahaman/pengalaman tentang
lembaga, pengalaman kerja, kurang mampunya melakukan adaptasi dengan adanya
perubahan (metode, kebijakan, metodologi) menyebabkan kualitas layanan menjadi
rendah.6

Penelitian Blumberg sebagaimana dikutip dalam bukunya Binti Mau’nah


menjelaskan bahwa persepsi guru tentang interaksi mereka dengan supervisi. Dalam
percakapan supervisi (coference) rupanya guru suka mengevaluasi interaksi itu
dengan cara yang menyenangkan. Jika mereka merasakan supervisor suka mendengar
dengan perhatian yang positif atau minat yang positif. Sebaliknya, juga dirasakan

5
R. Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia, 2006)
hlm.67
6
Suharismi Arukunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media, 2008)
hlm. 370

7
bahwa supervisor hanya berbicara sendiri untuk mengkritik guru maka mereka
melihat bahwa situasi pertemuan itu kurang produktif. Karena itu, supervisor yang
menunjukkan perilaku non direktif seperti mendengarkan atau merefleksikan
ungkapan – ungkapan guru, dianggap lebih disukai daripada jika supervisor
menunjukkan perilaku direktif, seperti menguasai pembicaraan dan mengkririk.
Dalam penelitian yang dilakukan Blumberg pada tahun 1976 dikutip dari bukunya
Ngalim Purwanto, menemukan bukti bahwa guru lebih suka jika supervisor
menggunakan pendekatan non direktif dalam pertemuan supervisi. Para guru
merasakan bahwa bentuk pertemuan semacam ini lebih efektif. Ditemukan juga,
bahwa supervisor yang menggunakan pendekatan direktif kurang disenangi oleh para
guru daripada supervisor yang menggunkan pendekatan non direktif.7

7
Binti Maunah, Supervisi Pendidikan Islam Teori dan Praktek. hlm. 138

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Supervisi dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan
secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru.
Sasaran supervisi non direktif adalah bergantung pada prototipe guru. Adapun
teori yang membahas pembagian prototipe guru adalah teori yang dikemukakan oleh
Glickman. Glickman memilah-milah guru menjadi empat prototipe dengan
mengemukakan bahwa setiap guru memiliki dua kemampuan dasar yaitu, berfikir
abstrak dan komitmen.
1. Prinsip Positif
a. Demokratis dan kooperatif
b. Bersifat kreatif dan kontruktif
c. Ilmiah dan efektif
d. Memberi perasaaan aman kepada guru
e. Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk
mengadakan self evaluation.
2. Prinsip Negatif

Prinsip – prinsip negatif yang merupakan larangan bagi kepala sekolah dalam
melaksankan supervisi adalah sebagai berikut :
a. Bersifat otoriter
b. Mencari kesalahan – kesalahan guru
c. Bersikap sebagai inspektur yang ditugaskan memeriksa apakah peraturan
dan instruksi yang telah diberikan sudah dilaksankan atau belum.
d. Menganggap dirinya lebih tinggi daripada guru.
e. Terlalu banyak memerhatikan hal – hal kecil dalam cara guru mengajar.

9
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin dkk, Supervisi Pendidikan dan Pengajaran, Konsep, Pendekatan, dan Penerapan
Pembinaan Profesionalitas, (Malang: Rosindo, 2007)

Arukunto, Arukunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya Media,
2008)

Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam: Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Teras. 2008).

Mufidah, Lukluk Nur. Supervisi Pendidikan. (Jember: Center for Society Studies. 2008).

R. Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia,


2006)

Zuhdiyah, Psikologi Agama, (Palembang: Pustaka Felicha, 2012)

Anda mungkin juga menyukai