Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERILAKU PENGAWAS dan SUPERVISOR PENDIDIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah


Pengawasan dan Supervisi Pendidikan

Kelompok 5
MARLIWIS (10221018 )
ANDRIKO (10221002 )
AKMAL (10221019)

Dosen Pembimbing
Dr. Supriadi, S.Ag.M.Pd

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada Baginda Nabi
Agung kita Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan kita akan mendapatkan syafaatnya
kelak. Amiin.

            Dengan menyelesaikan makalah ini kami harapakan bisa menyempurnakan tugas


yang diberikan. Walaupun tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami
mohon saran dan kritik yang membangun untuk tercapainya hasil yang lebih baik lagi.

Bukittinggi, 3 April 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Citra pengawas selama ini belum tumbuh ke arah positif yang dapat membuat guru
yang diawasi menjadi tersenyum, mereka lebih diposisikan sebagai pegawai yang tidak iklas
pensiun sehingga mencari cara bagaimana dapat memperpanjang masa kerja dengan beralih
profesi namun tidak siap dan berbekal kemampuan kerja. Tidak jarang untuk menegakkan
kewibawaannya seorang pengawas berperilaku cepat marah agar ditakuti. Tentu saja
pencitraan yang demikian harus segera dikikis melalui penguatan akademik dan keterampilan
sehingga layak membimbing dan memberikan bantuan ke arah kemajuan guru.
Kehadiran pengawas dengan keilmuan yang mantap dan kepemimpinan yang handal
pada era desentralisasi pendidikan ini sangat diharapkan sebab kemandegan yang terjadi pada
tingkat sekolah salah satu penyebabnya karena langkanya panutan yang berkualifikasi dan
bisa berpartner dengan guru.
Rendahnya kepercayaan (trust low) dari pemerintah juga telah mengondisikan mental
guru untuk tidak melakukan inovasi di level sekolah. Guru dipandang tidak mampu
melakukan pekerjaannya sendiri, sehingga guru dianggap sebagai birokrasi di tingkat bawah
yang bertugas utama sebagai pelaksana kebijakan pusat di sekolah, oleh karena sangat wajar
bila di sekolah tidak pernah dilengkapi dengan penelitian dan pengembangan (litbang).
Untuk menjangkau fungsi kepengawasan yang lebih personal di sekolah, sangat
diperlukan kemampuan pengawas antara lain, memiliki pengetahuan yang profesinal, artinya
pengawas memang berbekal ilmu kepengawasan, kemampuan mendelegasikan beban tugas
secara produktif, kemampuan memahami problema profesional guru, serta kemampuan
pengawas dalam menyelenggarakan situasi relasi kerja yang baik antara karyawan, guru dan
orang tua. Salah satu kompetensi pengawas yaitu bisa mengetahui prototipe guru sehingga
bisa melakukan supervisi dengan berbagai pendekatan, baik pendekatan langsung, tak
langsung, maupun kolaboratif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas pemakalah mencoba memaparkan beberapa masalah


a. Menjelaskan Prilaku pengawas dan supervisor pendidikan
b. Menganalisis Prilaku Mengajar Guru
c. Mengemukakan Supervisor Sebagai Mitra Kerja Guru
d. Mengenalkan Prilaku Pengawas dan Supervisor menurut islam

C. Tujuan Penulisan

Dari rumusan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan dari
makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang :

1. Penjelasan Prilaku pengawas dan supervisor pendidikan


2. Prilaku Mengajar Guru
3. Supervisor Sebagai Mitra Kerja Guru
4. Prilaku Pengawas dan Supervisor menurut islam
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pendekatan Supervisi Pendidikan ( prilaku supervisor)

Pendekatan yang digunakan dalam menerapkan supervisi modern didasarkan pada


prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan yang dipakai sangat bergantung kepada prototipe
guru. Glickman berpendapat bahwa “guru mempunyai 4 prototipe”. Setiap guru
mempunyai dua kemampuan dasar, yaitu kemampuan berpikir abstrak dan komitmen
serta kepedulian.

Jika diperinci adalah sebagai berikut:


1. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta kepedulian juga tinggi,
maka termasuk guru profesional
2. Jika kemampuan berpikir abstrak tinggi dan komitmen serta kepedulian rendah maka
disebut guru tukang kritik.
3. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah sedangkan komitmen serta kepedulian tinggi
maka disebut guru terlalu sibuk.
4. Jika kemampuan berpikir abstrak rendah dan komitmen serta kepedulian juga rendah
maka disebut guru yang tidak bermutu.

Pendekatan dan perilaku serta teknik yang digunakan dalam memberi supervisi
kepada para guru bergantung atau berdasar pada prototipe guru seperti yang dijelaskan
diatas. Bila guru profesional, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan non
direktif. Perilaku supervisor adalah mendengarkan, memberanikan, menjelaskan,
menyajikan dan memecahkan masalah. Sedangkan teknik yang diterapkan adalah dialog
dan mendengarkan aktif.

Bila guru tersebut tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang
diterapkan adalah pendekatan kolaboratif. Perilaku supervisor adalah menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan negoisasi. Sedangkan teknik
yang digunakan adalah percakapan pribadi, dialog dan menjelaskan.

Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
langsung. Perilaku supervisor adalah menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi
contoh, menetapkan tolok ukur dan menguatkan.
Paradigma di atas dapat memudahkan dalam memasuki pembahasan pendekatan
dan teknik yang dipakai untuk supervisi. Berikut ini akan disajikan pendekatan supervisi
secara rinci.

a. Pendekatan langsung (direktif)

Pendekatan langsung adalah “ cara pendekatan terhadap masalah secara langsung.


Supervisor memberikan arahan langsung”. Dalam hal ini tentu peran supervisor lebih
dominan. Supervisor juga dapat menggunakan penguatan dan pemberian hukuman. Pada
dasarnya pendekatan ini didasarkan pemahaman terhadap psikologi behaviorisme, yaitu
adanya respon terhadap stimulus atau rangsangan. Namun para pakar berpendapat, sesuai
yang dikutip Mufidah, bahwa “pola ini dianggap kurang efektif dan mungkin kurang
manusiawi, karena kepada guru yang disupervisi tidak diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan dan kreatifitas mereka.” Supervisi dengan pendekatan ini,
menuntut supervisor yang banyak bicara dan berkomentar. Supervisor sedikit sekali
memberikan pujian dan semangat yang mendorong guru. Supervisi dengan pendekatan ini
didasarkan asumsi bahwa mengajar terdiri dari beberapa ketrampilan teknis dengan
standar dan kompetensi yang telah ditetapkan. Menurut Glickman, adalah sebagai berikut:

• Menjelaskan

• Menyajikan

• Mengarahkan

• Memberi contoh

• Menetapkan tolok ukur

• Menguatkan.

Pada pendekatan ini, supervisor mengarahkan kegiatan untuk perbaikan


pengajaran dan menetapkan standar perbaikan pengajaran dan penggunaan standar
tersebut harus diikuti oleh guru. Tanggung jawab proses sepenuhnya berada ditangan
supervisi, sedangkan tanggung jawab guru rendah.

b. Pendekatan tak langsung (non direktif)


Pendekatan tak langsung adalah “cara pendekatan terhadap permasalahan yang
sifatnya tidak langsung.” Dengan memakai pendekatan ini, supervisor tidak secara
langsung menunjukkan permasalahan, akan tetapi ia mendengarkan terlebih dahulu
keluhan para guru. Ia memberikan kesempatan sebanyak mungkin untuk mengutarakan
permasalahan yang dihadapinya. Pendekatan tak langsung ini, berdasarkan pemahaman
psikologi humanistik, yaitu sangat menghargai orang yang akan dibantu. Disini peran
supervisor adalah mendengarkan keluhan dan permasalahan guru serta mencoba
memahaminya. Lebih rincinya peran supervisor adalah sebagai berikut:

• Mendengarkan

• Memberi penguatan

• Menjelaskan

• Menyajikan

• Memecahkan masalah.

Karena pada dasarnya guru merasa lebih dihormati, maka guru akan cenderung
mau secara terbuka mengemukakan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya,
khususnya dalam hal pembelajaran. Pola ini bertolak dari premis bahwa belajar pada
dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga pada akhirnya individu harus mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Tugas supervisor disini adalah mendengarkan semua
keluhan yang disampaikan oleh para guru dan juga gagasan dan ide-ide yang dipunyai
guru untuk mengatasi masalah tersebut. Dan juga supervisor meminta kejelasan terhadap
hal-hal yang kurang dipahaminya, serta mewujudkan inisiatif yang dimiliki oleh guru
untuk mengatasi masalahnya dan meningkatkan kinerjanya terutama dalam kegiatan
pembelajaran.

c. Pendekatan kolaboratif

Pendekatan kolaboratif adalah “ cara pendekatan yang memadukan cara


pendekatan direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru” . Pada pendekatan
jenis ini, supervisor dengan guru bersama-sama menetapkan struktur, proses dan kriteria
dalam melakukan percakapan terhadap masalah yang dihadapi oleh guru. Pada intinya
dalam pendekatan ini, guru dan supervisor berbagi tanggung jawab.
Pendekatan ini, sebagaimana diungkapkan Sahertian, “didasarkan pada psikologi
kognitif. Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara
kegiatan individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam
pembentukan aktivitas individu.” Dengan demikian pola hubungan dalam pendekatan ini
adalah dua arah. Maka perilaku supervisor adalah menyajikan, menjelaskan,
mendengarkan, memecahkan masalah dan negoisasi.

Praktiknya adalah supervisor mendengarkan dahulu guru mengemukakan


masalah-masalahnya dalam hal pengajaran yang dihadapinya, kemudian barulah
supervisor mengemukakan pendapatnya mengenai masalah itu. Langkah selanjutnya
antara supervisor dengan guru menetapkan kesepakatan untuk unjuk kerja pada kegiatan
mengajar berikutnya.

2. Perilaku Guru dalam Mengajar

Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perilaku adalah tingka laku,
tanggapan seseorang terhadap lingkungan. Skiner seorang ahli psikologi, mengatakan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar,

Guru adalah sala satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut
berperan aktif dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial dibidang
pembangunan. Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar . Mengajar adalah memberi pelajaran, melatih.

Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan kepada siswa didik atau murid di


sekolah. Menurut Arifin dalam Muhibbin Syah mengajar adalah: suatu rangkaian
kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi,
menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.

Dari beberapa pendapat tentang definisi perilaku, guru, dan mengajar dapat
disimpulkan bahwa perilaku guru mengajar adalah tingka laku, tanggapan seorang guru
atau perbuatan seseorang dalam penyampaian mengenai objek pada situasi tertentu yang
terjadi akibat dari interksi dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Sikap dan perilaku-
pengajar dalam hal ini seorang guru adalah pandangan, perasaan, pemikiran, dan wujud
tindakan atau perbuatan guru mengenai siswa dan mata pelajaran dalam rangka proses
belajar mengajar.
Macam Perilaku Guru Mengajar.

Ada beberapa karakteristik perilaku guru yang disenangi oleh para siswa
diantaranya adalah:

1) Guru yang demokratis, suka bekerja sama, dan baik hati.


2) Guru yang sabar, adil( tidak pilih kasih), konsisten.
3) Bersikap terbuka, suka menolong, dan ramah.
4) Humoris, memiliki berbagai macam minat, menguasai bahan pelajaran.
5) Sikap menolong dan menggunakan contoh atau istilah yang baik.
6) Tidak ada yang lebih disenangi, tidak pilih kasih, dan tidak ada anak emas
atau anak tiri
7) Anak didik benarMempunyai pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak
anak didik dan masyarakat lingkungannya.
8) Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa hormat pada
anak.
9) Berusaha agar pekerjaan menarik, dapat membangkitkan keinginankeinginan
bekarja sama dengan anak didik.

Adapun karakteristik perilaku-perilaku guru yang tidak disenangi oleh anak


didik diantaranya sebagai berikut: Guru yang tidak suka membantu dalam pekerjaan
sekolah, tidak menerangkan pekerjaan dan tugas-tugas dengan jelas, guru yang suka
marah, suka menepuk, tak pernah senyum, suka menghina, lekas ngamuk, guru yang
tidak adil, mempunyai anak-anak kesayangan, membenci anak-anak tertentu, dan guru
yang tinggi hati.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Guru dalam Mengajar

Faktor-faktor yang berkenaan dengan kualitas belajar siswa yang bersumber


dari dalam diri antara lain: keadaan fisisk dan psikis. Sedangkan yang berasal dari luar
dirinya bersumber dari guru dan lingkungannya. Demikian juga faktor yang
mempengaruhi perilaku guru dapat dianalogikan dengan faktor yang ada pada siswa.

Faktor Internal Guru :


Adalah situasi yang ada didalam diri guru, bermula dari keadaan dan kondisi
tubuh, seperti mengidap penyakit atau kurang sehat badan. Keadaan psikis guru yang
kurang baik seperti penggugup, kurang sabar, sifat negatif dan lain-lain.

Faktor Eksternal Guru:

Adalah situasi yang ada diluar diri pribadi guru yang erat kaitannya dengan
proses pembelajaran, seperti permasalahan dengan stakeholder, kususnya para guru,
kepala sekolah, murid, tata usaha sekolah dan lingkungan atau masyarakat setempat .

Dari kedua faktor tersebut dapat disimpulakan bahwa tubuh yang sehat,
keadaan psikis guru yang baik, adanya permasalahan terhadap stakeholder, kususnya
para guru, murid, dan lingkunga atau masyarakat setempat sangat mempengaruhi
kegiatan belajar mengajar di kelas. Ini membuktikan ada hubungan anatar perilaku
guru mengajar dan motivasi belajar siswa

3. Pengawas sekolah Sebagai Mitra Guru

Pusat pendidikan adalah sekolah karena disekolah tempat terjadinya proses belajar
dan pembelajaran. Selain sarana dan prasarana, sekolah terdiri dari beberapa unsur yang
saling mempengaruhi proses kelancaran proses belajar dan pembelajaran. Komponen
tersebut adalah: (1) kepala sekolah, (2) guru, (3) pengawas sekolah, (4) perpustakaan, (5)
tenaga tata usaha, dan (6) laboran/teknisi. Juga  ikut berperan aktif penggiat pendidikan
dan tokoh masyarakat. Keterlibatan tersebut baik berupa tenaga, pikiran dan dana
sekalipun. Salah satu komponen pendidikan tersebut adalah pengawas sekolah. Pengawas
sekolah atau penilik menurut Syaiful ( 2010:138 ) adalah jabatan resmi bidang pendidikan
yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan manajemen sekolah
dan pelaksanaan belajar mengajar di kelas. Dengan kata lain, pengawas adalah menjaga
agar kegiatan pendidikan, kegiatan belajar mengajar di sekolah tetap  berjalan sesuai
dengan tujuan sekolah.
Didalam pelaksanaan belajar dan pembelajaran di kelas, guru memiliki peran
utama karena guru yang berinteraksi langsung dengan siswa, sehingga berhasil tidaknya
tujuan belajar dan pembelajaran tergantung kepada kualitas dan profesionalisme guru
sebagai tenaga pendidik dalam mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan
aktifitas instruktional.
Pengawas merupakan tenaga kependidikan yang peranannya sangat penting dalam
membina kemampuan profesional tenaga pendidik. Menurut Sudjana (2006:2) pengawas
sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor
manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk
membantu meningkatkan  profesionalisme guru agar guru dapat meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas sekolah berke-
wajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif dalam belajar dan
pembelajaran. Hal ini berarti keberadaan pengawas sekolah secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kinerja guru dan kepala sekolah.
Pengawas sekolah, yang statusnya sebagai tenaga kependidikan dan secara
struktur berada diluar struktur sekolah, tetapi merupakan satu-satunya unsur dari luar
sekolah  yang tugasnya dapat secara langsung membimbing guru ikut dengan segala
kegiatan sekolah. Pengawas sekolah mempunyai hubungan langsung dengan guru dan
kepala sekolah dalam rangka memperbaiki kinerja guru di dalam kelas dan manajemen
sekolah yang dijalankan oleh kepala sekolah. Pengawas sekolah berwenang dan setiap
saat dapat melihat bagaimana pendekatan, perangkat dan media pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam suatu pengajaran. Dengan wewenang yang ada padanya
pengawas sekolah dapat memantau, memonitor, membina, mengevaluasi pelaksanaan
tugas-tugas guru dan kepala sekolah. Disamping itu pengawas sekolah juga berwenang
mengeluarkan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi kinerja guru dan kepala sekolah
untuk ditujukan kepada Kepala Dinas dan Pemerintah Daerah sebagai pembina pegawai
di Kabupaten Kota. Pengawas sekolah tidak berwenang mengeksekusi rekomendasi hasil
penilaian kinerja guru dan kepala sekolah, dengan demikian pengawas sekolah berfungsi
sebagi mitra guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
1. Landasan Hukum Jabatan Pengawas Sekolah
Secara kualifikasi dan kedudukan pengawas sekolah diangkat berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah. Secara Tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 29 ayat 1 menyatakan pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan
oleh  pengawas satuan pendidikan.
2. Tugas Pokok Pengawas Sekolah
Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan
pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik
maupun supervisi manajerial. Tugas pokok pengawas sekolah sebagaimana pada tabel
menurut  Sudjana (2006:20) sbb:

Matrik Tugas Pokok Pengawas Sekolah

Rincian Pengawasan Akademik Pengawasan Manajerial


Tugas (Teknis (Administrasi dan
Pendidikan/Pembelajaran) Manajemen Sekolah)
A. Inspecting/     1. Pelaksanaan kurikulum     1. Pelaksanaan kurikulum
Pengawasan mata     pelajaran sekolah
    2.    Proses     2. Penyelenggaraan
pembelajaran/praktikum/    studi administrasi sekolah
lapangan     3.    Kinerja kepala sekolah dan
    3.    Kegiatan ekstra kurikuler staf sekolah
    4.    Penggunaan media, alat     4.    Kemajuan pelaksanaan
bantu  dan   sumber belajar pendidikan di sekolah
    5.    Kemajuan belajar siswa  Kerjasama sekolah dengan 
 Lingkungan belajar masyarakat
B. Advising/     1. Menasehati guru dalam         1. Kepala sekolah di dalam   
Menasehati pembelajaran/bimbingan yang mengelola pendidikan
efektif     2. Kepala sekolah dalam 
    2. Guru dalam meningkatkan   melaksanakan inovasi  
kompetensi professional pendidikan
    3. Guru dalam melaksanakan     3. Kepala sekolah dalam
penilaian   proses dan hasil peningkatan kemamapuan
belajar professional kepala sekolah
    4. Guru dalam melaksanakan     4.    Menasehati staf sekolah
penelitian    tindakan kelas  dalam melaksanakan tugas
 Guru dalam meningkatkan  administrasi sekolah
kompetensi pribadi, sosial dan   Kepala sekolah dan staf dalam
pedagogik kesejahteraan sekolah
C. Monitoring/    1.Ketahanan pembelajaran     1.Penyelenggaraan kurikulum
Memantau     2.Pelaksanaan ujian mata     2.Administrasi sekolah
pelajaran     3.Manajemen sekolah
    3.Standar mutu hasil belajar     4.Kemajuan sekolah
siswa     5.Pengembangan SDM sekolah
    4.Pengembangan profesi guru     6.Penyelenggaraan ujian
 Pengadaan dan pemanfaatan sekolah
sumber-sumber Penyelenggaraan penerimaan
belajar                   siswa baru
  
D.     1.Pelaksanaan inovasi     1.Mengkoordinir peningkatan 
Coordinating/ pembelajaran mutu SDMsekolah
Mengkoordinir.   2. Pengadaan sumber-sumber     2. Penyelenggaraan inovasi di
belajar sekolah
3. Kegiatan peningkatan     3. Mengkoordinir akreditasi
kemampuan profesi sekolah
guru                                        Mengkoordinir kegiatan    
  sumber      daya pendidikan
E. Reporting     1.Kinerja guru dalam     1.Kinerja kepala sekolah
melaksanakan       2.Kinerja staf sekolah
pembelajaran             3.Standar mutu pendidikan
    2.Kemajuan belajar siswa    Inovasi pendidikan
3. Pelaksanaan tugas
kepengawasan   akademik
     
3. Pengertian Pengawasan
Pengawasan dapat diartikan  sebagai proses kegiatan monitoring untuk meyakinkan
bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti  yang direncanakan dan sekaligus
juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya
penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins dalam Sudjana
(2006:5).  Selanjutnya Burhanuddin (2004:284) mengartikan pengawasan atau
supervisi pendidikan tidak lain dari usaha memberikan layanan kepada stakeholder
pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara
kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Pengawasan identik dengan supervisi, menurut Good Carter dalam Suhertian
(2000:18) mengartikan bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah
dalam memimpin dan membimbing guru-guru dan petugas-petugas lainnya, dalam
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulir, menyeleksi pertumbuhan jabatan-
jabatan perkembangan guru-guru dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan
pengajaran dan metode mengajar dan evaluasi pengajaran. Selanjutnya Syaiful
( 2010:90 ) dalam bukunya supervisi pembelajaran mengartikan supervisi mempunyai
arti khusus yaitu “membantu dan turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan
meningkatkan mutu baik personel maupun lembaga. Dalam dunia pendidikan
memandang guru sebagai bagian penting dari manajemen yang diharapkan
melaksanakan tugas sesuai fungsi-fungsi manajemen dengan baik dan terukur”.
Dari beberapa pengertian yang penulis sebutkan diatas dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa pengawasan atau supervisi erat kaitanya dengan kegiatan
membimbing, membina, memonitoring dan member pelayanan dalam membantu guru
terhadap kegiatan proses pembelajaran agar tetap berjalan seperti yang diharapkan.

4. Perilaku pengawas dan supervisor menurut Islam


a. Pendekatan Direktif (langsung).

Pendekatan direktif ini cocok untuk diterapkan dalam guru yang mempunyai
prototipe tidak bermutu. Maksudnya guru tersebut mempunyai daya abstrak rendah
dan komitmen rendah. Apabila guru sudah dalam keadaan yang demikian ini, dan hal
ini hampir mayoritas terjadi pada guru-guru madrasah yang berada di daerah terpencil,
maka supervisi yang diterapkan adalah supervisi pendidikan Islam dengan pendekatan
direktif.
Hal yang membedakan dari supervisi pendidikan Islam dengan pendekatan
direktif adalah supervisi ini tidak mengambil titik tolak dari psikologi behavioristik
akan tetapi dari al-Qur’an dan al-hadits. Supervisi ini mencontoh perilaku Rasulullah
saw dalam mengajari sahabatnya secara langsung. Misalnya perilaku Rasulullah dalam
mengajari sahabatnya masalah shalat, makan, tata krama, akhlak dan kegiatan sehari-
hari. Rasulullah menumbuhkan lingkungan yang harmonis agar para sahabat tekun
beribadah selain dirinya sendiri sebagai contoh.
Demikian juga dalam supervisi pendidikan Islam, penerapan pendekatan direktif
ini juga diberlakukan dengan membutuhkan keterlibatan tinggi dari seorang supervisor
atau seorang kepala lembaga pendidikan Islam untuk membina guru agar dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya.

b. Pendekatan Non-direktif (tidak Langsung).

Pendekatan supervisi non direktif adalah cara pendekatan terhadap masalah


yang sifatnya tidak langsung.. Pendekatan tidak langsung (non direktif) adalah cara
pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Sehingga perilaku
supervisor tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu
mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru.

Mengacu pada definisi supervisi non direktif diatas, apabila kita kaitkan
dengan konsep Islam, maka sesungguhnya Islam telah mewajibkan setiap individu
untuk mengevaluasi proses pembentukan pribadi dan perbaikannya, dengan seluruh
tindakannya. Islampun telah menetapkan bahwa dialah yang pertama harus
bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda “Evaluasilah
diri kalian sebelum kalian dimintai pertanggungjawaban (oleh Allah)…”.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan solusi pemecahan masalah di atas, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:

1. Pengawas selalu meningkatkan kompetensinya baik melalui otodidak atau melanjutkan


studi S-2 atau S-3 supaya lebih profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pengawas
pendidikan yaitu from control to help teacher or school’s headmaster.

2. Pengawas dalam hal supervisi terhadap guru harus memahami prototipe guru sehingga
bisa melaksanakan supervisi dengan pendekatan direktif, non direktif dan kolaboratif.

3. Pengawas harus mempunyai kepribadian yang kokoh dalam melaksanakan tugasnya


supaya guru dan kepala sekolah menaruh hormat kepadanya

Daftar Pustaka
Deperteman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: 2007)

Mufidah, Lukluk Nur. Supervisi Pendidikan. (Jember: Center for Society Studies.
2008).

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: PT


Remaja Rosdakarya, 2011)

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi( Jakarta: Rineka Cipta,


2010)

Suyoto Bakri, Kamus Lengkap bahasa Indonesia (Batam: Karisma Publishing Group,
2006)

Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2007)

Sardiman A.R, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar( Jakarta: Grafindo, 2001)

Sahertian, Piet A. Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000).

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar ( Bandung: PT Sinar Baru


Algensindo, 2000)

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013).

Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 44.

https://media.neliti.com/media/publications/68024-ID-implementasi-pendekatan-
direktif-non-dir.pdf

http://eprints.ums.ac.id/31128/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

http://abuhanifahblogaddress.blogspot.com/2015/04/pengawas-sekolah-sebagai-mitra-
guru.html

http://www.kamusbesar.com/612/meng ajar#verba diakses 6 januari 2014

Anda mungkin juga menyukai