Kelompok 5
MARLIWIS (10221018 )
ANDRIKO (10221002 )
AKMAL (10221019)
Dosen Pembimbing
Dr. Supriadi, S.Ag.M.Pd
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan kasih sayangnya kepada kita semua sehingga kita bisa
menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam kita sanjungkan kepada Baginda Nabi
Agung kita Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan kita akan mendapatkan syafaatnya
kelak. Amiin.
A. Latar Belakang
Citra pengawas selama ini belum tumbuh ke arah positif yang dapat membuat guru
yang diawasi menjadi tersenyum, mereka lebih diposisikan sebagai pegawai yang tidak iklas
pensiun sehingga mencari cara bagaimana dapat memperpanjang masa kerja dengan beralih
profesi namun tidak siap dan berbekal kemampuan kerja. Tidak jarang untuk menegakkan
kewibawaannya seorang pengawas berperilaku cepat marah agar ditakuti. Tentu saja
pencitraan yang demikian harus segera dikikis melalui penguatan akademik dan keterampilan
sehingga layak membimbing dan memberikan bantuan ke arah kemajuan guru.
Kehadiran pengawas dengan keilmuan yang mantap dan kepemimpinan yang handal
pada era desentralisasi pendidikan ini sangat diharapkan sebab kemandegan yang terjadi pada
tingkat sekolah salah satu penyebabnya karena langkanya panutan yang berkualifikasi dan
bisa berpartner dengan guru.
Rendahnya kepercayaan (trust low) dari pemerintah juga telah mengondisikan mental
guru untuk tidak melakukan inovasi di level sekolah. Guru dipandang tidak mampu
melakukan pekerjaannya sendiri, sehingga guru dianggap sebagai birokrasi di tingkat bawah
yang bertugas utama sebagai pelaksana kebijakan pusat di sekolah, oleh karena sangat wajar
bila di sekolah tidak pernah dilengkapi dengan penelitian dan pengembangan (litbang).
Untuk menjangkau fungsi kepengawasan yang lebih personal di sekolah, sangat
diperlukan kemampuan pengawas antara lain, memiliki pengetahuan yang profesinal, artinya
pengawas memang berbekal ilmu kepengawasan, kemampuan mendelegasikan beban tugas
secara produktif, kemampuan memahami problema profesional guru, serta kemampuan
pengawas dalam menyelenggarakan situasi relasi kerja yang baik antara karyawan, guru dan
orang tua. Salah satu kompetensi pengawas yaitu bisa mengetahui prototipe guru sehingga
bisa melakukan supervisi dengan berbagai pendekatan, baik pendekatan langsung, tak
langsung, maupun kolaboratif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan dari
makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang :
PEMBAHASAN
Pendekatan dan perilaku serta teknik yang digunakan dalam memberi supervisi
kepada para guru bergantung atau berdasar pada prototipe guru seperti yang dijelaskan
diatas. Bila guru profesional, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan non
direktif. Perilaku supervisor adalah mendengarkan, memberanikan, menjelaskan,
menyajikan dan memecahkan masalah. Sedangkan teknik yang diterapkan adalah dialog
dan mendengarkan aktif.
Bila guru tersebut tukang kritik atau terlalu sibuk, maka pendekatan yang
diterapkan adalah pendekatan kolaboratif. Perilaku supervisor adalah menyajikan,
menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah dan negoisasi. Sedangkan teknik
yang digunakan adalah percakapan pribadi, dialog dan menjelaskan.
Bila gurunya tidak bermutu, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
langsung. Perilaku supervisor adalah menjelaskan, menyajikan, mengarahkan, memberi
contoh, menetapkan tolok ukur dan menguatkan.
Paradigma di atas dapat memudahkan dalam memasuki pembahasan pendekatan
dan teknik yang dipakai untuk supervisi. Berikut ini akan disajikan pendekatan supervisi
secara rinci.
• Menjelaskan
• Menyajikan
• Mengarahkan
• Memberi contoh
• Menguatkan.
• Mendengarkan
• Memberi penguatan
• Menjelaskan
• Menyajikan
• Memecahkan masalah.
Karena pada dasarnya guru merasa lebih dihormati, maka guru akan cenderung
mau secara terbuka mengemukakan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya,
khususnya dalam hal pembelajaran. Pola ini bertolak dari premis bahwa belajar pada
dasarnya adalah pengalaman pribadi sehingga pada akhirnya individu harus mampu
memecahkan masalahnya sendiri. Tugas supervisor disini adalah mendengarkan semua
keluhan yang disampaikan oleh para guru dan juga gagasan dan ide-ide yang dipunyai
guru untuk mengatasi masalah tersebut. Dan juga supervisor meminta kejelasan terhadap
hal-hal yang kurang dipahaminya, serta mewujudkan inisiatif yang dimiliki oleh guru
untuk mengatasi masalahnya dan meningkatkan kinerjanya terutama dalam kegiatan
pembelajaran.
c. Pendekatan kolaboratif
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa perilaku adalah tingka laku,
tanggapan seseorang terhadap lingkungan. Skiner seorang ahli psikologi, mengatakan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar,
Guru adalah sala satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut
berperan aktif dalam usaha pembentukan sumberdaya manusia yang potensial dibidang
pembangunan. Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar . Mengajar adalah memberi pelajaran, melatih.
Dari beberapa pendapat tentang definisi perilaku, guru, dan mengajar dapat
disimpulkan bahwa perilaku guru mengajar adalah tingka laku, tanggapan seorang guru
atau perbuatan seseorang dalam penyampaian mengenai objek pada situasi tertentu yang
terjadi akibat dari interksi dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Sikap dan perilaku-
pengajar dalam hal ini seorang guru adalah pandangan, perasaan, pemikiran, dan wujud
tindakan atau perbuatan guru mengenai siswa dan mata pelajaran dalam rangka proses
belajar mengajar.
Macam Perilaku Guru Mengajar.
Ada beberapa karakteristik perilaku guru yang disenangi oleh para siswa
diantaranya adalah:
Adalah situasi yang ada diluar diri pribadi guru yang erat kaitannya dengan
proses pembelajaran, seperti permasalahan dengan stakeholder, kususnya para guru,
kepala sekolah, murid, tata usaha sekolah dan lingkungan atau masyarakat setempat .
Dari kedua faktor tersebut dapat disimpulakan bahwa tubuh yang sehat,
keadaan psikis guru yang baik, adanya permasalahan terhadap stakeholder, kususnya
para guru, murid, dan lingkunga atau masyarakat setempat sangat mempengaruhi
kegiatan belajar mengajar di kelas. Ini membuktikan ada hubungan anatar perilaku
guru mengajar dan motivasi belajar siswa
Pusat pendidikan adalah sekolah karena disekolah tempat terjadinya proses belajar
dan pembelajaran. Selain sarana dan prasarana, sekolah terdiri dari beberapa unsur yang
saling mempengaruhi proses kelancaran proses belajar dan pembelajaran. Komponen
tersebut adalah: (1) kepala sekolah, (2) guru, (3) pengawas sekolah, (4) perpustakaan, (5)
tenaga tata usaha, dan (6) laboran/teknisi. Juga ikut berperan aktif penggiat pendidikan
dan tokoh masyarakat. Keterlibatan tersebut baik berupa tenaga, pikiran dan dana
sekalipun. Salah satu komponen pendidikan tersebut adalah pengawas sekolah. Pengawas
sekolah atau penilik menurut Syaiful ( 2010:138 ) adalah jabatan resmi bidang pendidikan
yang ada di Indonesia untuk melakukan pemantauan atas pelaksanaan manajemen sekolah
dan pelaksanaan belajar mengajar di kelas. Dengan kata lain, pengawas adalah menjaga
agar kegiatan pendidikan, kegiatan belajar mengajar di sekolah tetap berjalan sesuai
dengan tujuan sekolah.
Didalam pelaksanaan belajar dan pembelajaran di kelas, guru memiliki peran
utama karena guru yang berinteraksi langsung dengan siswa, sehingga berhasil tidaknya
tujuan belajar dan pembelajaran tergantung kepada kualitas dan profesionalisme guru
sebagai tenaga pendidik dalam mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan
aktifitas instruktional.
Pengawas merupakan tenaga kependidikan yang peranannya sangat penting dalam
membina kemampuan profesional tenaga pendidik. Menurut Sudjana (2006:2) pengawas
sekolah berfungsi sebagai supervisor baik supervisor akademik maupun supervisor
manajerial. Sebagai supervisor akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk
membantu meningkatkan profesionalisme guru agar guru dapat meningkatkan mutu
proses pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas sekolah berke-
wajiban membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif dalam belajar dan
pembelajaran. Hal ini berarti keberadaan pengawas sekolah secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi kinerja guru dan kepala sekolah.
Pengawas sekolah, yang statusnya sebagai tenaga kependidikan dan secara
struktur berada diluar struktur sekolah, tetapi merupakan satu-satunya unsur dari luar
sekolah yang tugasnya dapat secara langsung membimbing guru ikut dengan segala
kegiatan sekolah. Pengawas sekolah mempunyai hubungan langsung dengan guru dan
kepala sekolah dalam rangka memperbaiki kinerja guru di dalam kelas dan manajemen
sekolah yang dijalankan oleh kepala sekolah. Pengawas sekolah berwenang dan setiap
saat dapat melihat bagaimana pendekatan, perangkat dan media pembelajaran yang
digunakan oleh guru dalam suatu pengajaran. Dengan wewenang yang ada padanya
pengawas sekolah dapat memantau, memonitor, membina, mengevaluasi pelaksanaan
tugas-tugas guru dan kepala sekolah. Disamping itu pengawas sekolah juga berwenang
mengeluarkan rekomendasi berdasarkan hasil evaluasi kinerja guru dan kepala sekolah
untuk ditujukan kepada Kepala Dinas dan Pemerintah Daerah sebagai pembina pegawai
di Kabupaten Kota. Pengawas sekolah tidak berwenang mengeksekusi rekomendasi hasil
penilaian kinerja guru dan kepala sekolah, dengan demikian pengawas sekolah berfungsi
sebagi mitra guru dan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
1. Landasan Hukum Jabatan Pengawas Sekolah
Secara kualifikasi dan kedudukan pengawas sekolah diangkat berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas
Sekolah/Madrasah. Secara Tugas pokok dan fungsi pengawas sekolah berdasarkan
Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 29 ayat 1 menyatakan pengawasan pada pendidikan formal dilaksanakan
oleh pengawas satuan pendidikan.
2. Tugas Pokok Pengawas Sekolah
Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan penilaian dan
pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik
maupun supervisi manajerial. Tugas pokok pengawas sekolah sebagaimana pada tabel
menurut Sudjana (2006:20) sbb:
Pendekatan direktif ini cocok untuk diterapkan dalam guru yang mempunyai
prototipe tidak bermutu. Maksudnya guru tersebut mempunyai daya abstrak rendah
dan komitmen rendah. Apabila guru sudah dalam keadaan yang demikian ini, dan hal
ini hampir mayoritas terjadi pada guru-guru madrasah yang berada di daerah terpencil,
maka supervisi yang diterapkan adalah supervisi pendidikan Islam dengan pendekatan
direktif.
Hal yang membedakan dari supervisi pendidikan Islam dengan pendekatan
direktif adalah supervisi ini tidak mengambil titik tolak dari psikologi behavioristik
akan tetapi dari al-Qur’an dan al-hadits. Supervisi ini mencontoh perilaku Rasulullah
saw dalam mengajari sahabatnya secara langsung. Misalnya perilaku Rasulullah dalam
mengajari sahabatnya masalah shalat, makan, tata krama, akhlak dan kegiatan sehari-
hari. Rasulullah menumbuhkan lingkungan yang harmonis agar para sahabat tekun
beribadah selain dirinya sendiri sebagai contoh.
Demikian juga dalam supervisi pendidikan Islam, penerapan pendekatan direktif
ini juga diberlakukan dengan membutuhkan keterlibatan tinggi dari seorang supervisor
atau seorang kepala lembaga pendidikan Islam untuk membina guru agar dapat
meningkatkan kualitas kinerjanya.
Mengacu pada definisi supervisi non direktif diatas, apabila kita kaitkan
dengan konsep Islam, maka sesungguhnya Islam telah mewajibkan setiap individu
untuk mengevaluasi proses pembentukan pribadi dan perbaikannya, dengan seluruh
tindakannya. Islampun telah menetapkan bahwa dialah yang pertama harus
bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Rasulullah saw bersabda “Evaluasilah
diri kalian sebelum kalian dimintai pertanggungjawaban (oleh Allah)…”.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan solusi pemecahan masalah di atas, maka dapat disimpulkan
hal-hal sebagai berikut:
2. Pengawas dalam hal supervisi terhadap guru harus memahami prototipe guru sehingga
bisa melaksanakan supervisi dengan pendekatan direktif, non direktif dan kolaboratif.
Daftar Pustaka
Deperteman Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ( Jakarta: 2007)
Mufidah, Lukluk Nur. Supervisi Pendidikan. (Jember: Center for Society Studies.
2008).
Suyoto Bakri, Kamus Lengkap bahasa Indonesia (Batam: Karisma Publishing Group,
2006)
Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2007)
Sardiman A.R, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar( Jakarta: Grafindo, 2001)
Sahertian, Piet A. Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Rineka Cipta. 2000).
Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Dan Tehnik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 44.
https://media.neliti.com/media/publications/68024-ID-implementasi-pendekatan-
direktif-non-dir.pdf
http://eprints.ums.ac.id/31128/26/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://abuhanifahblogaddress.blogspot.com/2015/04/pengawas-sekolah-sebagai-mitra-
guru.html