Anda di halaman 1dari 15

MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN (MODEL KONVENSIONAL,

ILMIAH, KLINIS DAN MODEL ARTISTIK)


MAKALAH
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu:Dr. Hj. Sari Hernawati, M.Pd.

Kelompok: 2
Sufa Nadya Luthfia 20106011204 (B2.5)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIMSEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT dan sholawat serta
salam semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta pertolongan dan perlindungan-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah
matakuliahSupervisi Pendidikandengan judul “Model Supervisi Pendidikan (model
konvensional, ilmiah, klinis dan model artistik”
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk
itu tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para
pembaca yang ingin memberikan saran, masukan, serta kritik yang membangun demi
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses perkuliahan,
pembelajaran dan memperluas wawasan kepada para pembaca tentang “Model
Supervisi Pendidikan (model konvensional, ilmiah, klinis dan model artistik” .

Semarang, 8 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Supervisi Pendidikan Konvensional..........................................3
B. Model Supervisi Pendidikan Ilmiah......................................................4
C. Model Supervisi Pendidikan Klinis......................................................5
D. Model Supervisi Pendidikan Artisitik...................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................11
B. Kritik/Saran...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Supervisi adalah bagian yang sangat diperlukan dalam mendukung para guru
dan pengajar dalam mengembangkan dan meningkatkan kemampuan atau skill dalam
proses pengajaran dan pembelajaran di kelas ataupun di luar kelas. Pada abad
sekarang supervisi dibuat dan disusun untuk membantu guru, dalam menemukan
kekurangan selama proses pembelajaran, dengan ditemukannya kekurangan yang ada,
diharapkan guru/pengajar dapat merubah dan merevisi pembelajaran yang sesuai
dengan kondisi dan situasi yang ada di lapangan, serta dapat meningkatkan potensi
peserta didik sehingga akan lebih berkembang dan tepat sasaran serta lebih efisien.
Secara historis dalam penerapan model-model supervisi pendidikan, mula-
mula diaplikasikan konsep supervisiyang konvensional (tradisional), yaitu dengan
cara inspeksi, mengawasi dalam artian mencari kesalahan dengan tujuan untuk
diperbaiki dan menemukan solusi yang tepat. Perilaku supervisi yangtradisional itu
disebut snooper vision, yaitu tugas mematamatai untuk menemukan kesalahan.
Konsep seperti ini mengakibatkan guru-guru menjadi takut dan tertekan yang
menjadikan mereka bekerjadengan tidak maksimal karena takut dipersalahkan.
Dalam makalah ini diharapkan dapat membantu guru dalam menghadapi era
globalisasi yang sangat pesat perkembangannya terutama dalam segi teknologi. Serta
dapat dijadikan sumber bacaan bagi para mahasiswa yang juga sekaligus calon guru
dalam memahami berbagai model supervisi pendidikan. Dalam makalah ini belum
sempurna, tetapi sudah bisa memberikan sudut pandang lain terkait ga mbaran model
supervisi Pendidikan.

1
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan Model Supervisi Pendidikan Konvensional ?
2. Bagaimana penjelasan Model Supervisi Pendidikan Ilmiah ?
3. Bagaimana penjelasan Model Supervisi Pendidikan Klinis ?
4. Bagaimana penjelasan Model Supervisi Pendidikan Artistik ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Model Supervisi Pendidikan Konvensional
2. Menjelaskan Model Supervisi Pendidikan Ilmiah
3. Menjelaskan Model Supervisi Pendidikan Klinis
4. Menjelaskan Model Supervisi Pendidikan Artistik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Supervisi Pendidikan Konvensional


Model supervisi konvensional kebanyakan adalah model yang diaplikasikan
secara otoriter dan feodal. Model pengawasan ini pada masanya memang kerap
dilakukan dengan tujuan menakut nakuti guru, kepala sekolah. Supervisor yang
datang ke sekolah biasanya hanya mencari kesalahan guru bdan bahkan bukan untuk
melaksanakan bimbingan dan arahan. Supervisor sulit untuk mencari nilai positif
guru, hanya menelusuri nilai negatif yang ada. Sulit untuk memberikan bimbingan
agar pengajar dapat memperbaiki kesalahan dan menemukan solusi dalam
pembelajaran.1
Model supervisi ini tidak lain merupakan refleksi dari situasi masyarakat pada
suatu saat. Saatkekuasaan yang otoriter dan feodal mempengaruhi sikap pemimpin
yang ototkrat dan korektif, yaitu Pemimpin yang condong hanya mencari-cari
kesalahan. Perilaku supervisi yaitu mengatakan inspeksi untuk mencari kesalahan.
Perilaku seperti ini oleh Oliva P.F. disebut snoopersion(memata-matai). Atau sering
disebut supervisi korektif. Mencar-cari kesalahan dalam bimbingan sangat
bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan.2
Praktek menemukan kesalahan dan memberi presure kepada bawahan atau
guru dalam kasus supervisi ini, masih terlihat saat ini, para pengawas mendatangi
sekolah dan bertanya mana satuan pelajaran, ini keliru dan semestinya begini, praktek
supervisi ini adalah cara supervisi tradisional, hal ini berarti tidak diperbilehkan
menunjukkan kesalahan, permasalahannya adalah cara kita mengutarakan apa yang
dituju sehingga para guru dan pengajar menyadari bahwa harus ada perbaikan,
pengajar dengan senang hati akan memandang dan menerima bahwa harus ada yang

1
Inom Nasution, Supervisi Pendidikan, ( Medan: CV. Pusdikra Mitra Jaya, 2021 ), hal 37.
2
Rosmiaty Azis, Supervisi Pendidikan, ( Yogyakarta: Penerbit SIBUKU, 2016 ), hal 73

3
dibenahi, cara semestinya adalah dengan taktis pedagogis atau dengan perkataan yang
lain, menggunakan bahasa penerimaan tidak dengan bahasa penolakan.3
Perilaku supervisi yang tradisional (konvensional) ini disebut Snooper
Vision,yaitu memata matai untuk mengidentifikasi kesalahan/inspeksi.
Inspeksi :inspectie (belanda) yang artinya memeriksa. Orang yang menginspeksi
disebut inspektur, Inspektur dalam hal ini mengadakan :
a. Controlling :memeriksa apakah semuanya dijalankan sebagaimanaseharusnya.
b. Correcting :memeriksa secara keseluruhan apakah sudah sesuai dengan apa yang
telah ditetapkan/digariskan
c. Judging :mengadili dalam arti memberikan penilaian atau memberikan keputusan
sepihak
d. Directing :mengarahkan, menentukan ketetapan/ garis
e. Demonstration : menunjukkan bagaimana mengajar yang baik.4
B. Model Supervisi Pendidikan Ilmiah
Supervisi ilmiah adalah salah satu model dalam supervisi pendidikan
yangdapat digunakan oleh supervisor untuk mengumpulkan informasi dan data dan
menilai kinerja sekolah/madrasah dan pengajar dengan menyebarkan angket. Dalam
hal ini supervisi ilmiah ditempatkansebagai kegiatan supervisi yang dipengaruhi oleh
perkembanganmanajemen ilmiah dalam dunia industri. Kekurang maksimalnya guru
dalam mengajar harus dipandang dari segi kejelasan pengaturan pedoman-pedoman
kerja yang disusun. Oleh sebab itu kegiatan pembelajaranharus didasari penelitian,
agar bisa dilakasanakanperbaikan secara tepat dan cepat.
Suhertian menjelaskan bahwa dengan menggunakan meritretting skala
penilaian atau check list lalu para peserta didik memberi nilai dalam proses belajar
mengajar pengajar di kelas. Hasil penilaian diberikan kepada pengajar sebagai
balikan terhadap penampilan dan kinerja mengajar guru, kemudian guru mengadakan

3
Luk luk Nur Mufidah, supervisi pendidikan, ( Yogyakarta, Penerbit Teras, 2009 ), hal 30.
4
Siti Maiosaroh dkk, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Palembang, Tunas Gemilang
press, 2020), hal 155.

4
perbaikan penggunaan alat perekam data ini berkaitan erat dengan penelitian.
Walaupun demikian hasil perekam data secara ilmiah belum tentu merupakan
jaminan untuk menyelenggarakan yang lebih manusiawi.5
Supervisi pendidikan model ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Diselenggarakan secara berencana dan kontinu
2. Sistematis dengan prosedur serta teknik yang sudah ditentukan
3. Mengunakan instrumen pengumpulan data
4. Objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

C. Model Supervisi Pendidikan Klinis


supervisi klinis adalah supervisi yang fokus pada peningkatan pembelajaran
melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan sertaanalisis yang
intensif dan teliti tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan
melaksanakan perubahan melalui cara yang rasional.6
Model supervisi klinis yang diprakarsai supervisor adalah:
1. Sebelum menetukan kelemahan guru secara cermat, pengawas mengumpulkan data
lengkap dari laboratorium supervisor atau dari berbagai sumberlain yang kredibel.|
2. Laboratorium supervisor bisa berupa (1) data keterampilan pembelajaran dari
berbagai sumber. (2) analisa/kajian hasil supervisi dari maasa ke masa, (3)
permasalahan yang khusus dan mendesak. (4) model pembelajaran(audio, vidio,
audio visual) dan (5) perangkat pendukung yang lain.
3. Pengawas dapat mendapatkan data tentang guru yang akan disupervisi dari (1) guru
sendiri, (2) guru yang lain (3) dari kepala sekolah/madrasah, dan atau (5) dari
peserta didik langungbagaimana pengalaman dan pengamatan di kelas ketika guru
mengajar.
4. Setelah semua data yang diperlukan untuk menganalisakelemahan/permasalahan
guru terkumpul, pengawas/supervisor dapat memulai supervisi klinis sesuai
5
Inom Nasution, op. cit., hal 38.
6
Sudadi, Supervisi Pendidikan (konsep, teori, dan implementasi), (Yogyakarta: Penerbit
Pustaka Ilmu, 2021), hal 4.

5
dengan prosedurtahapan supervisi klinis yang berlangsung dalam suatu
siklusdengan melalui 3 tahapan (1) pertemuan awal, (2) pertemuan awal,dan (3)
pertemuan setelah observasi.7
Dalam perencanaan pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat
tenteng penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional. Supervisi klinia adalah proses membantu pengajar
memperkecil perbedaan kesenjagan antara tingkah laku belajar yang nyata dilapangan
dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat di atas bisa
disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah proses pembimbingan dalam dunia
pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesionalpengajar dalam
pengenalan mengajar melalui observasi dan analis data secara objektif. Teliti
merupakan dasar dalam usaha untuk mengubah perilaku mengajar pengajar.
Ungkapan supervisi klinis sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan dan rekan-
rekannya.
Ciri-ciri Supervisi Klinis
1. Batuan yang diberikan tidak bersifat intruksi atau perintah akan tetapi
terciptaberhubungan manusia sehingga pengajar atau guru mendapatkan rasa
aman. Dengan didapatnya rasa aman maka diharapkan adanya kesediaan dan
kerelaan untuk menerima perbaikan tanpa ada rasa keterpaksaan.
2. Apa yang akan disupervisi itu hadir dari harapan dandorongan dari guru pribadi
karena dia memangmembutuhkan bantuan dalam bimbingan.
3. Satuan tingkah laku mengajar gurumerupakan satuan yang saling terintegrasi
sehingga terlihatkecakapan, keterampilan dan skill yang spesifik dan seperti apa
yangharus diperbaiki.8
Tujuan Umum Supervisi Klinis bertujuan membantu guru dalam memenuhi
kebutuhannya yang berkaitandengan tugasnya. Tujuan bermaksud agar guru lebih

7
Inom Nasution, op. cit., hal 38.

8
Rosmiaty Aziz, op. cit., hal 75

6
profesional. Guru profesional merupakan idamanatau ideal dan sangat dibutuhkan
dalam pembaruan pendidikan dan untuk memerangi kemorosotan dan kebobrokan
pendidikan dengan cara memperbaiki dan peningkatan cara mengajar di kelas.
Tujuan Khusus Supervisi Klinis Disamping memiliki tujuan umum, supervisi
klinis bertujuan untuk:
1. Menyediakan suatu balikan bagi guru yang efektif dari kegiatan yang baru saja
mereka laksanakan, ini merupakan gambaran agar guru dapat melihat apa yang
sebenarnya yang mereka perbuat saat pengajaran, karena apa yang mereka lakukan
mungkin bisa berbeda dengan apa yang mereka perkirakan.
2. Mendiagnosis, memecahkan atau membantu mencari solusi dalam masalah
mengajar.
3. Membantu guru untuk mengembangkan model dan skilldalam mengembangkan
dan pengaplikasian strategi-setrategi.
4. Sebagai landasan untuk menilai guru dalam kemajuan pendidikan, promoosi,
jabatan atau pekerjaan meraka.
5. Membantu guru dalam mengembangkan sikap positif terhadap pengembangan diri
secara kontinu dalam karier dan profesi mereka secara mandiri.
6. Perhatian utama pada kebutuhan guru.
Dengan demikian terlihat bahwa supervisi klinis secara khusus memiliki
tujuan untuk membantu para guru/pengajar dalam melaksanakan tugas,
mendiagnosis, memecahkan dan menemukan solusi dari masalah mengajar,
mengembangkan keterampilan dan kecapakanmengajar serta membantu
mengembangkan sikap positif dalam karir dan profesinya.
Mukhtar dan Iskandar menyebutkan bahwa istilah klinis merujuk kepada
unsur-unsur khusus sebagai berikut:
1. Adanya hubungan tatap muka antara supervisor danguru di dalam proses supervisi.
2. Fokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru dalam pengajaran di kelas.
3. Observasi secara cermat dan teliti.
4. Penggambaran data observasi secara terperinci dan detail.

7
5. Supervisor dan guru secara bersama-sama menilaipenampilan guru.
6. Fokus observasi sesuai akan kebutuhan danpenampilan guru.
Jadi fokus supervisi klinis adalah penampilan gurusecara nyata di kelas,
termasuk pula guru sebagai pesertaatau partisipasi aktif dalam proses supervisi
tersebut.9

D.Model Supervisi Pendidikan Artistik


Mengajar merupakan suatu pengetahuan (knowledge), mengajar suatu
keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art).Selaras dengan tugas
mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik dapat dikatakan bahwa supervisi
adalah suatu pengetahuan, suatu kecakapan dan juga suatu kiat. Menurut Gordon
yang dikutip oleh Luk-Luk Nur Mufidah dalam bukunya bahwa: Supervisi itu
berkaitan bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja dengan orang lain
(working through the others).
Dalam hubungan bekerja orang lain maka suatu rantai siklus kemanusiaan
adalah unsur utama dan penting. Hubungan manusia dapat terwujud bila ada kerelaan
dan keihklasan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya.. Hubungan itu dapat
tercipta bila dilandasi dengan kepercayaan. Salingpercaya, saling mengerti, saling
menghormati, saling mengakui, saling menerima sebagaimana adanya tanpa ada
tuntutan dan standar yang dipaksakan. Hubungan tampak melalui pengungkapan
bahasa, yaitu bahasa yang digunakan dalam supervisi adalah bahasa penerimaan
daripada bahasa penolakan.
Dalam model supervisi artistik ini guru merasa dibimbing, dibantu, diterima,
merasa aman dan terdorong untuk lebih maju dan berkembang. Sikap mau menerima
dan mendengarkan keluhan dan kebutuhan guru sehingga orang lain merasa senang
dan dihargai, mendukung pendapat guru merupakan sikap dalam model artistik.
Grant, Margot dan Crawfort menyatakan bahwa supervisi harus dilandaskan dengan
pendekatan relasional. Pendekatan relasional akan membantuhubungan yang baik

9
Sohirun, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Pekanbaru: Kreasi edukasi, 2015 ), hal 194.

8
antara guru. Hal ini jelas jika menginginkanterwujudnya hubungan yang baik dengan
orang lain harus memiliki relasi yang baik. Disamping itu juga harus memiliki sikap
atau budi pekerti yang baik dan luhur. Jika hal ini dapat terwujud maka orang akan
merasa senang dan terbuka dalam mengemukakan masalahnya sehingga dapat
dikemukakan pemecahannya dalam pembelajaran.
Sebagaimana pendapat Sergiovani dalam Suhertian bahwa ciri model artistik
adalah:
1) memerlukan perhatian, lebih banyak mendengarkan daripada berbicara;
2) memerlukan keahlian khusus untuk memahami dan mencermati apa yang
dibutuhkan guru;
3)mengutamakan atau memprioritaskan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam
rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi selanjutnya;
4) menuntut memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan
proses diobservasi;
5) memerlukan laporan yang menunjukkan dialog antara supervisor dan yang
disupervisi diselenggarakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua
belah pihak.
6) memerlukan suatu kemampuan dan kecakapan berbahasa dalam cara
mengungkapkan/menjelaskan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat
membuat orang lain bisa menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan
tersebut;
7) membutuhkan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang
diungkapkan;
8) menunjukkan fakta bahwa supervisi bersifat individual dengan kekhasan dan
keunikannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument utama yang
digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang
disupervisi.
Menurut Walid pada pelaksaannya model supervisi arsistik ini mempunyai
beberapa ciri khusus yang harus diperhatikan supervisor seperti berikut:

9
1. Memerlukan perhatian khusus agar lebih banyak mendengarkan dari pada bicara
2. Memerlukan tingkat perhatian yang cukup dan kecakapan yang khusus untuk
memahami apa yang diperlukan orang lain.
3. Mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru untuk mengembangkan
pendidikan bagai generasi selanjutnya.
4. Memerlukan kemampuan barbahasa tentang cara mengungkapkan apa yang
dimilikinya terhadap orang lain.
5. Memerlukan kemampuan menafsirkan makna dari peristiwa yang diungkapkan
sehingga memperoleh pengalaman dan mengapresiasi dari apa yang dipelajari.10

BAB III
PENUTUP
10
Inom Nasution, op. cit., hal 39.

10
A. Kesimpulan
Dari pemaparan dan penjelasan dalam bab pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Praktek dan Perilaku supervisi yang tradisional (konvensional) ini disebut Snooper
Vision, yaitu memata-matai untuk mengidentifikasi kesalahan/inspeksi.
2. menggunakan merit retting yaitu skala penilaian atau check list lalu para peserta
didik memberi nilai dalam proses belajar mengajar pengajar di kelas, dan hasil
penilaian diberikan kepada guru sebagai balikan terhadap penampilan dan kinerja
mengajar guru yang kemudian guru mengadakan perbaikan penggunaan alat
perekam data ini berkaitan erat dengan penelitian
3. Supervisi klinis adalah supervisi yang fokus pada peningkatan pembelajaran
melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intensif dan teliti tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan
melaksanakan perubahan melalui cara yang rasional.
4. Model supervisi artistik ini guru merasa dibimbing, dibantu, diterima, merasa aman
dan terdorong untuk lebih maju. Sikap mau menerima dan mendengarkan keluhan
dan kebutuhan guru sehingga orang lain merasa senang dan dihargai, mendukung
pendapat guru merupakan sikap dalam model artistik.

B. Kritik/Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum bisa dikatakan sempurna
sebagaimana menurut kaidah-kaidah penulisan maupun menurut pembahasan isinya.
Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman pada banyak sumber
yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian, agar kedepannya menjadi pembelajaran dan evaluasi
buat penyempurnaan dan hasil makalah yang lebih sempurna dan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Inom Nasution. 2021. “Supervisi Pendidikan”. Medan: CV. Pusdikra Mitra Jaya.

11
Luk luk Nur Mufidah. 2009. “Supervisi Pendidikan”. Yogyakarta, Penerbit Teras.

Rosmiaty Azis. 2016. “Supervisi Pendidikan”. Yogyakarta: Penerbit SIBUKU

Siti Maiosaroh dkk. 2020. “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”. Palembang,


Tunas Gemilang press.

Sudadi. 2021. “Supervisi Pendidikan konsep, teori, dan implementasi”. Yogyakarta:


Penerbit Pustaka Ilmu.

Sohirun. 2015. “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”. Pekanbaru: Kreasi edukasi

12

Anda mungkin juga menyukai