Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PENDEKATAN,MODEL,TEKNIK, SUPERVISI PENDIDIKAN


SIMULASIKAN SKENARIO SUPERVISI KLINIS DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Mata Kuliah:Profesi Pendidikan

DosenPengampu:Yusra Nasution, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 10

Sapira Amalia Al Awanis (1193151019)


Lidya Munawarah Siregar (1193151026)
Dinul Akbar Pinem (1193351035)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga Makalah ini bisa
selesai pada waktunya. Terima kasih juga saya ucapkan kepada :

1. Ibu Yusra Nasution S.Pd., M.Pd


2. Teman-teman sekalian

yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini. Kami berharap semoga Makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya Makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Medan, 27 April 2020

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Model Supervisi............................................................................................2

B. Pendekatan Supervisi Pendidikan.................................................................6

C. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan............................................................8

D. Skenario Supervisi klinis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.......11

BAB III..................................................................................................................18

PENUTUP..............................................................................................................18

A. Kesimpulan.................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Model berasal dari Bahasa Inggris Modle, yang bermakna bentuk atau kerangka sebuah
konsep, atau pola. mengartikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai
pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain "model" juga
diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya, misalnya "globe"
merupakan bentuk dari bumi. Dalam uraian selanjutnya istilah "model" digunakan untuk
menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan "model dasar"
dipakai untuk menunjukkan model yang "generik" yang berarti umum dan mendasar yang
dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam artian lebih rumit dan dalam artian lebih
baru. Raulerson mengartikan model diartikan sebagai "a set of parts united by some form of
interaction" (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh
beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi).

B. Rumusan Masalah

1.      Apa saja model-model supervisi pendidikan?


2.      Apa saja Pendekatan Supervisi pendidikan?
3.      Bagaimana Tekhnik-tekhnik dalam supervisi pendidikan?

4. Bagaimana supervisi klinis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran ?

C. Tujuan

1.      Mengetahui model-model supervisi pendidikan


2.      Mengetahui bagaimana Pendekatan Supervisi pendidikan
3.      Mengetahui bagaimana Tekhnik-tekhnik dalam supervisi pendidikan
4. Mengetahui supervisi klinis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Supervisi

1.      Model Konvensional (tradisional)


Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu saat. Pada saat
kekuasaan yang otoriter dan feudal, akan berpengaruh pada sikap pemimpin yang otokrat dan
korektif. Pemimpin cenderung mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan
inspeksi untuk mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat
memata-matai. Perilaku seperti ini oleh Olivia P.F. disebut snoopervision (memata-matai).
Sering disebut supervisi korektif. Memang sangat mudah mengoreksi kesalahan orang lain,
tetapi lebih sulit lagi untuk melihat segi-segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang
baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan adalah
suatu permulaan yang tidak berhasil (Briggs 1948). Mencari-cari kesalahan dalam
membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. Akibatnya
guru-guru merasa tidak puas da nada dua sikap yang tampak dalam kinerja guru: 1
1)      Acuh tak acuh (masa bodoh)
2)      Menentang (agresif)
Praktek mencari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak sampai saat ini. Para
pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya
begini. Praktek-praktek supervisi seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional.
Ini berarti bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara kita
mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga para guru menyadari bahwa dia harus
memperbaiki kesalahan. Para guru akan dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada
yang harus diperbaiki. Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan kata lain, memakai
bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1988).
2.      Model Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
2)      Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
3)      Menggunakan instrumen pengumpulan data.
4)      Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

2
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check list lalu para siswa atau
mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru/dosen di kelas. Hasil penelitian
diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau
semester yang lalu. Dan ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan.
Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun demikian, hasil
perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang lebih
manusiawi. 2
3.      Model Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada peningkatan mengajar
dengan melalui siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang
intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan
perubahan dengan cara yang rasional. (R. Willem dalam Archeson dan Gall, 1980:1/terjemahan
S.L.L. Sulo, 1985). K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980:25) terjemahan S.L.L. Sulo, 1985:5,
mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru memperkecil kesenjangan
anatara tingkah laku mengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses
pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan professional guru
dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti sebagai
dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi klinis (clinical
supervision) sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber Galghammer dan rekan-
rekannya di Havard School of Education. Tekanan dalam pendekatan yang diterapkan bersifat
khusus melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan
penampilan dan perilaku mengajar guru .
Ada berbagai faktor yang mendorong dikembangkannya supervise klinis bagi guru: 3
1.      Dalam kenyataannya yang dikerjakan supervisi ialah mengadakan evaluasi guru-guru
semata. Di akhir satu semester guru-guru mengisi skala penilaian yang diisi peserta didik
mengenai cara menajar guru. Hasil penilaian diberikan kepada guru-guru, tapi tidak
dianalisis mengapa sampai guru-guru dalam mengajar hanya mencapai tingkat
penampilan seperti itu. Cara ini menyebabkan ketidakpuasan guru secara tersembunyi.
2.      Pusat pelaksanaan supervisi adalah supervisor, bukan berpusat pada apa yang
dibutuhkan guru, baik kebutuhan professional sehingga guru-guru merasa memperoleh
sesuatu yang berguna bagi pertumbuhan profesinya.

3
3.      Dengan menggunakan merit rating (alat penilaian kemampuan guru), maka aspek-aspek
yang diukur terlalu umum. Sukar sekali untuk mendeskripsikan tingkah laku guru yang
paling mendasar seperti yang mereka rasakan, karena diagnosisnya tidak mendalam, tapi
sangat bersifat umum dan abstrak.
4.      Umpan balik yang diperoleh dari hasil pendekatan, sifatnya memberi arahan, petunjuk,
instruksi, tidak menyentuh masalah manusia yang terdalam yang dirasakan guru-guru,
sehingga hanya bersifat di permukaan.
5.      Tidak diciptakan hubungan identifikasi dan analisis diri, sehingga guru-guru melihat
konsep dirinya.
6.      Melalui diagnosis dan analisis dirinya sendiri guru menemukan dirinya. Ia sadar akan
kemampuan dirinya dengan menerima dirinya dan timbul motivasi dari dalam dirinya
sendiri untuk memperbaiki dirinya sendiri. Praktek-praktek supervisi yang tidak
manusiawi itu menyebabkan kegagalan dalam pemberian supervisi kepada guru-guru.
Itulah sebabnya perlu supervisi klinis.
Ciri-ciri supervisi klinis:
a.       Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan besifat instruksi atau memerintah.
Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru memiliki rasa aman. Dengan
timbulnya rasa aman diharapkan adanya kesediaan untuk menerima perbaikan.
b.      Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru sendiri karena
dia memang membutuhkan bantuan itu.
c.       Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang terintegrasi.
Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa, keterampilan apa yang spesifik yang
harus diperbaiki.
d.      Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh kehangtan, kedekatan,
dan keterbukaan.
e.       Supervisi yang diberikan tidak hanya pada keterampilan mengajar tapi ia juga mengenai
aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap gairah mengajar.
f.       Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan antara
supervisor dan guru.
g.      Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
h.      Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu, bukan dari
supervisor.

4
Prinsip-prinsip supervisi klinis: 4
1.      Supervisi klinis yang dilaksanakan harus berdasarkan inisiatif dari para guru lebih dulu.
Perilaku supervisor harus sedemikian taktis sehingga guru-guru terdorong untuk
berusaha meminta bantuan dari supervisor.
2.      Ciptakan hubungan manusiawi yang bersifat interaktif dan rasa kesejawatan.
3.      Ciptakan suasana bebas di mana setiap orang bebas mengemukakan apa yang
dialaminya. Supervisor berusaha untuk apa yang diharapkan guru.
4.      Objek kajian adalah kebutuhan professional guru yang riil yang mereka sungguh alami.
5.      Perhatian dipusatkan pada unsur-unsur yang spesifik yang harus diangkat untuk
diperbaiki.

Langkah-langkah dalam pelaksanaan supervisi klinis:


a.       Pertemuan awal.
b.      Observasi.
c.       Pertemuan akhir.
4.      Model Artistik
Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working for the others), bekerja
dengan orang lain (working with the others), bekerja melalui orang lain (working through the
others). Dalam hubungan kerja dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan
adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang
lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling
percaya, saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang
sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih
banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan (Thomas Gordon, 1985).
Supervisor yang mengembangkan model artistic akan menampak dirinya dalam relasi dengan
guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya
perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha maju. Sikap seperti mau belajar
mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang
dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya
sendiri. Itulah supervisi artistik. Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovanni Th.J,
menayamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, antara lain: 5

5
1)      Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada
banyak berbiacara.
2)      Supervisi yang artistik memerlukan tingkat pengetahuan yang cukup/ keahlian khusus,
untuk memahami apa yang dibutuhkan seseorang yang sesuai dengan harapannya.
3)      Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru
dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
4)      Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak
terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu,
sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam
konteks waktu tertentu.
5)      Model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog
antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan
oleh kedua belah pihak.
6)      Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara
mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain
dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.
7)      Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari
peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat
mereka mengappreciate yang dipelajarinya.
8)      Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat
individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrumen yang
utama yang digunakan di mana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang
yang disupervisi.

B. Pendekatan Supervisi Pendidikan

1.      Pendekatan Langsung (Direktif)

Yang dimaksudkan dengan pendekatan direktif adalah cara pendekatan terhadap


masalah yang bersifat langsung. Supervisor memberikan arahan langsung. Sudah tentu
perilaku supervisor lebih dominan. Pendekatan direktif ini berdasarkan pemahaman
terhadap psikologi behaviorisme. 6Prinsip behaviorisme ialah bahwa segala perbuatan

6
berasal dari refleks, yaitu respons terhadap rangsangan/stimulus. Oleh karena guru
menglami kekurangan, maka perlu diberikan rangsangan agar ia bisa beraksi. Supervisor
dapat menggunakan penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment). Pendekatan
seperti ini dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut ini:

1)      Menjelaskan
2)      Menyajikan
3)      Mengarahkan
4)      Memberi contoh
5)      Menetapkan tolak ukur
6)      Menguatkan
2.      Pendekatan Tidak Langsung (Non-Direktif)

Yang dimaksu dengan pendekatan tidak langsung (non-direktif) adalah cara


pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor
tidak secara langsung menunjukkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan
secara aktif apa yang dikemukakan guru-guru. Ia memberi kesempatan sebanyak
mungkin kepada guru untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami.
Pendekatan non-direktif ini bedasarkan pemahaman psikologi humanistik. Psikologi
humanistik sangat menghargai orang yang akan dibantu. Oleh karena pribdai guru yang
dibina begitu dihormati, maka ia lebih banyak mndengarkan permasalahan yang dihadapi
guru-guru. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan,
memahami apa yang dialami guru-guru. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-
direktif adalah sebagai berikut: 7

1)      Mendengarkan
2)      Memberi penguatan
3)      Menjelaskan
4)      Menyajikan
5)      Memecahkan masalah
3.      Pendekan Kolaboratif

7
Yang dimaksud dengan pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang
memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi cara pendekatan baru.
Pada pendekatan ini baik supervisor maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk
menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan
terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan berdasarkan pada psikologi kognitif.
Psikologi kognitif beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan
individu dengan lingkungan pada gilirannya nanti berpengaruh dalam pembentukan
aktivitas individu. Dengan demikian pendekatan dalam supervisi berhubungan pda dua
arah. Dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Perilaku supervisor adalah sebagai
berikut:

1)      Menyajikan
2)      Menjelaskan
3)      Mendengarkan
4)      Memecahkan masalah
5)      Negosiasi

C. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru
dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi. 8

Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/atau teknik.
(John Minor Gwyn, 1963: 326-327). Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang
dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu
teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.

1.      Teknik yang bersifat individual


a.       Perkunjungan kelas
Yaitu kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru
mengajar di kelas. Yang bertujuan untuk memperoleh data mengenai keadaan
sebenarnya selama guru mengajar. Ada tiga macam perkunjungan kelas:

8
1)      Perkunjungan tanpa diberitahu (unannounced visitation)
2)      Perkunjungan dengan cara memberi tahu lebih dulu (announced visitation)
3)      Perkunjungan atas undangan guru (visit upon invitation)
b.      Observasi kelas
Melalui perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar
yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas:
1)      Obeservasi langsung (direct observation)
2)      Observasi tidak langsung (indirect observation)
c.       Percakapan pribadi (Individual Conference)
Individual-conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan
seorang guru. Dalam percakapan itu keduanya berusaha berjumpa dalam pengertian
tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan
masalah problema yang dihadapi oleh guru. Menurut George Kyte, ada dua jenis
percakapan melalui perkunjungan kelas: 9
1)      Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (formal)
2)      Percakapan pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari (informal)
d.      Saling Mengunjungi Kelas (Inter-visitasi )
Yang dimaksud dengan intervisitation ialah saling mengunjungi antara guru yang
satu kepada guru yang lain yang sedang mengajar. Jenis-jenis intervisitation:
1)      Adakalanya seorang guru mengalami kesulitan dalam hal ini, supervisor
mengarahkan dan menyarankan kepada guru tersebut untuk melihat rekan-rekan
guru yang lain mengajar. Sudah tentu guru yang ditunjuk adalah seorang yang
memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam menggunakan teknik-teknik
mengajar.
2)      Jenis yang lain adalah pada kebanyakan sekolah, kepala sekolah menganjurkan agar
guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau di sekolah lain. Untuk cara
yang kedua ini diperlukan perencanaan dan musyawarah lebih dulu.
e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
f.       Menilai diri sendiri (Self Evaluation Check List)
Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru ialah melihat kemampuan diri sendiri
dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di
samping menilai murid-muridnya, juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan teknik
yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya.
9

9
Tipe dari alat ini yang dapat dipergunakan anatara lain berupa:
1)      Suatu daftar pandangan/pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk
menilai pekerjaan atau suatu aktifitas. Biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik
secara tertutup maupun secara terbuka dan tidak perlu memakai nama.
2)      Menganalisis tes-tes terhadap unit-unit kerja.
3)      Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan baik mereka bekerja secara
perorangan maupun secara kelompok.
2.      Teknik yang bersifat kelompok
Yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik-teknik
yang igunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru
dalam satu kelompok. Jenis-jenis taknik yang bersifat kelompok antara lain: 10
1)      Pertemuan orientasi bagi guu baru (orientation meeting for new teacher)
2)      Panitia penyelenggara
3)      Rapat guru
4)      Studi kelompok antar guru
5)      Diskusi sebagai proses kelompok
6)      Tukar menukar pengalaman (sharing of experience)
7)      Lokakarya (Workshop)
8)      Diskusi panel
9)      Seminar
10)  Symposium
11)  Demonstrasi mengajar (demonstration teaching)
12)  Perpustakaan jabatan
13)  Buletin supervisi
14)  Membaca langsung (directed reading)
15)  Mengikuti kursus
16)  Organisasi jabatan (professional organizations)
17)  Laboratorium kurikulum (curriculum laboratory)
18)  Perjalanan sekolah untuk anggota staf (field trips)

10

10
D. Skenario Supervisi klinis dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

Dalam supervisi klinis ini diuraikan tentang pre conference, observasi kelas, dan post
conference. Dimana pre conference merupakan tahap awal dalam supervisi klinis, suatu tahap
antara guru dan supervisor mengadakan pertemuan untuk membicarakan tentang masalah yang
dihadapi dan membuat jadwal kesepakatan observasi kelas. Dalam pertemuan itu guru
menunjukkan satuan pelajaran yang telah dibuat, serta ketrampilan yang akan dilatihkan.
Kemudian tahap selanjutnya yaitu observasi kelas. Guru mengajar di kelas pada hari dan kelas
yang telah disepakati dengan diawasi supervisor. Supervisor menilai guru yang mengajar dengan
memberi tanda cek pada instrumen penilaian ketrampilan yang dilatihkan serta memberikan
tanggapan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki. Sehingga guru mengetahui hal apa yang kurang
pada diri guru dalam mengajar di kelas. Setelah melaksanakan observasi kelas supervisor
bersama guru mengadakan pertemuan balikan atau post conference.

Dimana pada pertemuan ini supervisor menanyakan tentang keadaan guru yang telah
mengajar dengan di observasi serta memberikan instrumen penilaian kepada guru. Guru
menganalisis apakah hasil penilaian sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan oleh guru. Jika
guru merasa belum sesuai dengan apa yang diharapkan., maka guru dan supervisor mengadakan
kesepakatan lagi untuk observasi yang kedua.

Dialog supervisi klinis ini diperankan oleh dua orang mahasiswa dari jurusan Administrasi
Pendidikan angkatan 2002 yang pada saai ini sedang menempuh mata kuliah Supervisi Klinis
yaitu Riza Wicaksono sebagai kepala sekolah dan Rendra Fatrisna Kurniawan sebagai guru.

 PRE CONFERENCE (PERTEMUAN PENDAHULUAN)

11
Ada seorang guru Bahasa Indonesia (Rendra Fatrisna K.) yang mengalami kesulitan
dalam mengajar dikelas, kesulitan yang ia alami yaitu pada waktu menjelaskan materi kepada
siswa, siswa banyak yang ramai sehingga tidak mengerti apa yang dijelaskannya. Guru tersebut
datang kepada kepala sekolah (Riza Wicaksono) selaku supervisor. Dalam pertemuan ini guru
menceritakan masalah yang sedang diahdapi dengan maksud agar kepala sekolah bersedia
membantunya. Selama pertemuan supervisor selalu menciptakan suasana yang menyenangkan
dan penuh kehangatan. Hal ini dimaksudkan agar Guru tidak merasa tertekan dan takut.

Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan pre conference tersebut antara lain:

Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka.

Guru menjelaskan satuan pelajaran yang telah dibuat.

Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat.

Supervisor mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam KBK.

Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan
digunakan.

Supervisor bersama guru mendiskusikan instrumen tersebut, termasuk tentang tata cara
penggunaannya, serta data yang akan diambil. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati
bersama.

Untuk lebih jelasnya, berikut akan disajikan dialog antara kepala sekolah dan guru selama pre
conference.

 TAHAP PERTEMUAN PENDAHULUAN (PRE CONFERENCE)

Pada hari Rabu tanggal 8 Desember 2004 sekitar pukul 08.00 di SMP Negeri I Malang bapak
guru Rendra (Seorang guru bidang bahasa Indonesia) bermaksud mengadakan pertemuan dengan

12
bapak kepala sekolah Riza. Hal ini dikarenakan Pak Rendra menemukan sedikit gangguan atau
mempunyai masalah dalam cara mengajarnya. Pak Rendra ingin meminta pendapat dan
disupervisi kepada kepala sekolah dalam rangka memantapkan penguasan ketrampilan dasar
mengajar guru didalam kelas agar tercipta kondisi belajar siswa yang menyenangkan melalui
ketrampilan menjelaskan yang disertai dengan Tanya jawab.

Pada pertemuan ini terjadi dialog dengan suasana akrab dan saling menghargai dan
mengikutsertakan peralatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar nanti. Peralatan
tersebut adalah satuan pelajaran, instrumen observasi dan nanti ada kesepakatan waktu
pelaksanaan observasi kelas.

Ketika bel istirahat berbunyi, bapak Rendra bergegas menuju ruang kepala sekolah untuk
mengkonsultasikan masalah yang dihadapi dan untuk disupervisi dalam hal penguasaan
ketrampilan dasar mengajar. Sesampai di depan pintu ruang Kepala Sekolah Pak Rendra
segera mengetuk pintu…tok…tok…tok

Guru : “Selamat pagi Pak Riza”

Kepala sekolah : “Selamat pagi, mari silahkan masuk!”

Guru : “Terima kasih Pak!”

Kepala sekolah : ”Mari silahkan duduk!”

(Pak Rendra segera duduk, setelah dipersilahkan oleh Pak Riza)

Kepala sekolah :”Apa kabar pak, bagaimana kabar keluarga di rumah? Si kecil sudah umur

berapa dan sudah bisa apa saja?”

Guru :”Alhamdulillah kabar dirumah baik-baik saja pak, dan si kecil sudah umur 9 bulan

13
sekarang sudah mulai belajar berjalan.”

Kepala sekolah :”Wah..pasti sedang lucu-lucunya dan rumah tambah ramai! Oh ya ….apa


ada yang bisa saya Bantu pak?”

Guru : “Begini pak ketika saya mengajar di kelas I-4 hari senin kemarin di jam ke 3-4 saya
merasa siswa kurang focus memperhatikan penjelasan saya. Kebanyakan mereka ngomong-
ngomong sendiri-sendiri, ada yang tidur bahkan corat-coret bangku. Apakah mungkin saya
kurang bisa menarik perhatian anak ketika menyampaikan pelajaran ataukah anak-anak mulai
bosan dengan pelajaran yang saya ajarkan? Oleh karena itu pak, saya mohon bapak bersedia
meluangkan waktu untuk mensupervisi saya ketika mengajar di kelas.”
Kepala sekolah : “Dengan senang hati saya membantu, tetapi sebelumnya apakah bapak
sudah membuat satuan pelajarannya?”

(Guru mengeluarkan satuan pelajaran dan memberikannya kepada kepala sekolah)


Kepala Sekolah : “Dari satuan pelajaran yang sudah bapak buat ini. Tolong dijelaskan pak?”
Guru : “Begini pak, satuan pelajaran ini mencakup antara lain: Mata pelajaran bahasa
Indonesia kelas I semester I dengan pokok bahasan majas/gaya bahasa dengan sub pokok
bahasan majas perbandingan. Tujuan umum dari materi ini adalah agar siswa dapat
mengetahui atau mengerti tentang majas sedangkan tujuan khususnya yang merupakan
pengembangan dari tujuan umum yaitu siswa dapat memberi contoh majas. Dalam satuan
pelajaran ini dilengkapi dengan materi pelajaran yaitu pengertian majas dan jenis-jenisnya,
pengertian majas perbandingan dan contoh-contoh majas.Untuk sumber saya pergunakan
adalah buku paket bahasa Indonesia I dan buku penunjang lain sedangkan untuk alat peraga
adalah Kamus, Lcd dan alat tulis.”

Kepala Sekolah : “Bagus Pak, ini sudah lengkap dan apakah semua ketrampilan mengajar
akan bapak kontrakkan?”

Guru : “Tidak Pak. Karena disini saya menekankan pada ketrampilan menjelaskan disertai
dengan Tanya jawab.”

14
Kepala Sekolah : “Baik, bagaimana dengan instrumen observasi yang akan digunakan
nantinya?”

Guru : “Format instrumen penilaian tentang komponen ketrampilan menjelaskan yang


disertai dengan Tanya jawab seperti ini. Bapak tinggal memberikan tanda chek serta tuliskan
hal mana yang perlu dipertahankan dan hal mana yang perlu pembenahan.”
Kepala Sekolah : “Baiklah terus kapan pelaksanaan supervisi ini akan kita laksanakan?”
Guru : “Bagaimana kalo hari selasa depan tanggal 14 desember 2004, jam ke 5-6 dikelas I-2.
apakah bapak pada hari itu tidak ada acara atau dinas luar?”

Kepala Sekolah : “Kebetulan pak saya pada hari itu tidak ada acara atau keperluan lain.”
Guru : “Baik kalau begitu pak, saya ucapkan terima kasih atas kesediaan bapak meluangkan
waktunya.”

Kepala Sekolah : “Sama-sama pak.”

Guru : “Kalau begitu saya pamit dulu, pak.”

Kepala Sekolah : “Silahkan pak.”

Guru : “Selamat Pagi Pak.’

Kepala Sekolah : “Selamat Pagi.”

(Kepala Sekolah dan guru berjabat tangan kemudian guru keluar ruangan kepala sekolah)

Demikian dialog pada tahap pertemuan pendahuluan yang dilakukan guru bidang studi
bahasa Indonesia kelas I dengan kepala sekolah selaku supervisor.

 OBSERVASI MENGAJAR

15
Tahap kedua dalam supervisi klinis adalah observasi mengajar. Observasi mengajar ini
dilaksanakan pada hari/tanggal dan kelas sesuai dengan kesepakatan dalam pertemuan pre
conference. Guru menjelaskan materi kepada siswa sesuai dengan materi pokok dalam rencana
pembelajaran yang disertai dengan contoh-contoh. Supervisor duduk dibangku yang paling
belakang sehingga tidak mengganggu siswa yang sedang diajar. Selama di kelas supervisor selalu
memperhatikan dan merekam secara objektif tingkah laku guru dalam mengajar, tingkah laku
siswa dalam belajar, dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Waktu untuk melaksanakan observasi yaitu dua jam pelajaran. Supervisor menilai guru
kedalam instrumen penilaian ketrampilan menjelaskan yang telah dibuat sebelumnya. Selain
itu supervisor juga memberikan tanggapan atau komentar secara tertulis tentang hal-hal yang
perlu dikembangkan guru dalam mengajar. Supaya guru mengetahui kekurangan-kekurangan
yang perlu diperbaiki oleh guru dalam mengajar. Istrumen tersebut diberikan kepada guru
ketika mengadakan pertemuan balikan untuk dianalisis oleh guru.

 POST CONFERENCE (PERTEMUAN BALIKAN)

Proses belajar mengajar telah berlangsung dan observasi mengajar telah dilaksanakan, maka
langkah selanjutnya yaitu supervisor meminta guru untuk datang ke kantornya dengan maksud
untuk membahas bersama-sama tentang hasil observasi.

Dalam pertemuan ini supervisor memberikan instrumen yang berisikan penilaian terhadap
guru dalam mengajar. Supervisor meminta guru untuk menganalisisnya, kemudian dicari
pemecahan masalahnya. Hal-hal yang dilakukan dalam pertemuan post converence sebagai
berikut:

Supervisor mereview tujuan pembelajaran.

Supervisor mereview tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar.

Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannnya proses pembelajaran berdasarkan


target.

16
Supervisor menunjukkan hasil observasi yang telah dianalisis dan diiterpretasikan awal,
kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya bersama.

Supervisor menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpetasinya.

Supervisor menanyakan tentang keinginan guru yang sebenarnya ingin dicapai.

Supervisor menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya ingin dicapai.

Supervisor bersama guru menentukan rencana mengajar yang akan datang untuk
menigkatkan ketrampilan yang belum dikuasai oleh guru selama mengajar.

Untuk lebih jelasnya berikut akan disajikan dialog antara supervisor dan guru selama proses
post conference.

 POST CONFERENCE CLASS

Setelah proses belajar mengajar di kelas selesai, guru bergegas ke ruang kepala sekolah untuk
menerima penjelasan. Sesampai di depan pintu guru mengetok pintu, tok…tok…tok..

Guru : “Selamat siang, Pak!”

Supervisor : “Selamat siang, mari silahkan duduk, Bagaimana perasaan bapak setelah
mengajar tadi?”

Guru : “Terus terang saya agak grogi tadi, karena tidak seperti biasanya waktu mengajar saya
di observasi oleh bapak kepala sekolah sebagai supervisor”

Supervisor : “Boleh saya lihat lagi satuan pelajarannya pak?”

Guru : “Silahkan pak”

17
Supervisor : “Begini pak, kelihatannya bapak sudah cukup baik dalam melaksanakan tugas
belajar mengajar di kelas, meskipun masih ada yang perlu diperbaiki. Bagaimana pak dengan
rencana pembelajarannya yang telah dikontrakkan kemarin, menurut bapak apakah sudah
terlaksana semua?”

Guru : “Begini pak saya rasa, saya sudah melaksanakan semua sesuai dengan satuan
pelajarannya sebagai rencana pembelajaran yang telah saya buat kemarin, tetapi saya merasa
masih belum maksimal sehingga hasilnya belum ada yang sesuai dengan yang saya harapkan,
hal ini dapat dibuktikan dengan masih adanya anak-anak yang nilai ulangannya kurang.”

Supervisor : “Benar pak, dalam hal ini bapak kurang memberi penekanan berupa hal-hal yang
dapat membuat anak-anak termotivasi untuk belajar, misalnya dalam memberikan pelajaran,
bapak kurang memberikan contoh-contoh berupa gambar atau cerita lucu dan menarik. Selain
itu penekanan variasi suara dan penggunaan mimik pada hal-hal yang dianggap penting
kurang bapak perhatikan.”

Guru : “Memang pak, pada saat saya menjelaskan tadi, saya sudah menekankan suara pada
hal-hal penting, tetapi karena murid-murid banyak yang ramai sehingga banyak dari mereka
yang belum jelas pada penjelasan saya.”

Supervisor : “Mengenai murid yang ramai mungkin penyebabnya karena bapak kurang keras
sehingga dari belakang kurang jelas terdengar, hal itu menyebabkan murid yang dibelakang
ngomong sendiri.”

Guru : “Ooo…Begitu pak, baik nanti saya akan perbaiki penekanan suara ketika saya
mengajar.”

Supervisor : “Baiklah kalau begitu, ini pak hasil observasi yang saya lakukan di kelas I-4.
Apakah data ini sesuai dengan yang bapak rasakan? Bapak bisa menganalisisnya.”

Guru : “Benar pak, memang dalam hal ini saya kurang memberikan penekanan dengan cara
isyarat atau mimik tertentu.”

18
Supervisor : “Dan pada waktu memberikan tugas pada murid sebaiknya bapak lebih
memperbesar suara dan mengulang kembali pada hal-hal yang dianggap penting.”

Guru : “Baik pak, saya akan mencoba melaksanakan saran-saran bapak.”

Supervisor : “Nah….sekarang bagaimana dengan perasaan bapak?”

Guru : “Saya merasa lega dan tenang karena mengerti akan kekurangan yang ada pada diri
saya selama memberikan pelajaran di kelas sehingga perasaan cemas pada diri saya sedikit
berkurang. Mudah-mudahan apa yang bapak sarankan dapat saya laksanakan dengan sebaik-
baiknya agar saya bisa mengajar lebih baik dan menjadi guru yang profesional.”

Supervisor : “Nah itu cita-cita yang bagus, patut bapak kembangkan. Dan sebaiknya prestasi
yang bapak capai ini mohon dipertahankan lebih lanjut. Oleh karena itu bapak harus ulet dan
sabar dalam mengajar dikelas. Saya akan mendoakan semoga bapak dapat mencapai tujuan
mengajar dengan baik.”

Guru : “Iya pak, terima kasih atas saran-sarannya, saya mohon pamit dulu. Selamat Siang.”

Supervisor : “Selamat Siang.”

Guru keluar dari ruang kepala sekolah menuju ruang guru.

Demikian tahap conference post antara guru dan kepala sekolah sebagai supervisor mengenai
masalah yang dihadapi oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.

 PENUTUP

Ketiga tahap dalam supervisi klinis yaitu pre conference, observasi mengajar, dan post
conference telah selesai dilaksanakan dengan baik. Ketiga tahap tersebut dapat berjalan lancar
karena atas kerjasama antara supervisor dan guru yang baik, kompak, dan hangat. Semua tujuan
yang diharapkan telah tercapai, diantaranya:

19
Siswa sudah memperhatikan guru yang sedang menjelaskan materi di kelas.

Siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang apa yang telah dijelaskan.

Tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Guru sudah berhasil mengembangkan komponen-komponen ketrampilan menjelaskan,


meskipun ada sedikit kekurangan.

Hubungan antara Supervisor dan guru menjadi semakin akrab.

Masalah yang dihadapi oleh guru menjadi terpecahkan.

Supervisi klinis mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, diantaranya adalah
membantu guru dalam meningkatkan ketrampilan mengajar di kelas, membantu guru
menganalisis dan mendiagnosis serta mencari alternatif pemecahan masalah yang sedang
dihadapi oleh guru. Dengan adanya supervisi klinis guru dapat menjadi guru yang berkualitas
sehingga dapat mencetak siswa yang pandai dan berprestasi.

20
21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Model supervisi menjadi tiga bentuk: a) model konvensional (tradisional), b) model


ilmiah, dan (c) model klinis dan d) model artistik.

Pendekatan supervisi terdiri atas dua, yaitu: pendekatan langsung (direct contact) dan
pendekatan tidak langsung (indirect contact). Pendekatan pertama dapat disebut dengan
pendekatan tatap muka dan kedua pendekatan menggunakan perantara,

Teknik Supervisi adalah atat yang digunakan oleh supervisor untuk mencapai tujuan
supervisi itu sendiri yang pada akhir dapat melakukan perbaikan pengajaran yang sesuai
dengan situasi dan kondisi.

Teknik supervisi dapat dibadi atas dua sifat,(a) Indivdual dan (b) Kelompok. Teknik
Individual adalah teknik yang dilaksanaan oleh seorang guru oleh dirinya sendiri, sedangkan
kelompok adalah dilakukan oleh beberapa orang atau bersama.

Supervisi klinis berfungsi memperbaiki pola-pola pengajaran guru melalui


pembinaan profesionalisme guru. Sedangkan tujuan dari pelaksanaan supervisi klinis adalahmeni
ngkatkan kualitas dan profesioanlisme guru dalam proses belajar mengajar sehinggaterdapat
umpan balik yang objektif terhadap guru mengenai pengajaran yang dilaksanakan.Sasaran dari
pelaksanaan supervisi klinis adalah para guru yang kurang mampu dalammengelola proses
pengajaran dengan baik serta guru yang ingin meningkatkan kualitas dan profesionalnya

22
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas .2003. pedoman Supervisi Pengajaran, Jakarta: Dikdasmen.


 https://pernikmagazine.wordpress.com/category/pendidikan/kumpulan-naskah-dialog-
supervisi-klinis/

https://suaidinmath.wordpress.com/2010/05/09/supervisi-kliniskonsep-dasar-dan-prosedur-
pelaksanaannya/

23

Anda mungkin juga menyukai