Di Susun Oleh :
KELOMPOK 3 :
DIAN ( A1I120087 )
FATIMAH KUSUMA WARDHANI ( A1I120088 )
IKA KURNIAWATI TASYA ( A1I120092 )
MUHAMMAD HAERUL ( A1I120100 )
RAIHANAH RAFIDAH ( A1I120108 )
YULI ( A1I120119 )
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1
A. Latar Belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………..…..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...3
A. Supevisi Klinis…………………………………………………………3
B. Devenisi Supervisi Klinis………………………………………..…...4
C. Ciri-ciri Supervisi Klinis…………………………………………..….5
D. Karaktersitik Supervisi Klinis……………………………………..…6
A. Urgensi Supervisi Klinis………………………………………………7
B. Tujuan Supervisi Klinis………………………………………………..8
C. Prinsip – Prinsip Supervisi Klinis……………………………………..9
D. Model-model Supervisi Klinis………………………………………..10
E. Teknik Komunikasi dan Supervisi Klinis…………………………….11
F. Komunikasi Klinis……………………………………………………12
A. Kesimpulan………………………………………………………….. .13
B. Saran…………………………………………………………………. 13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi Supervisi Klinis?
2. Apa yang dimaksud dengan Supervisi Klinis?
3. Apa yang menjadi ciri- ciri Supervisi Klinis?
4. Apa yang menjadi karasteristik dari Supervisi Klinis?
5. Apa yang menjadi urgensi Supervisi klinis?
6. Apa tujuan dari Supervisi Klinis?
7. Apa prinsip – prinsip dari supervisi kilinis?
8. Apa saja model – model Supervisi klinis?
9. Apa saja Teknik Komunikasi dan Supervisi Klinis?
10. Apa itu Komunikasi Klinis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi supervisi klinis
2. Untuk mengetahui defenisi supervisi klinis
3. Untuk mengetahui ciri- ciri Supervisi klinis
4. Untuk mengetahui karasteristik dari supervisi klinis
5. Untuk mengetahui urgensi dari supervisi klinis
6. Untuk mengetahui tujuan dari supervisi klinis
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari supervisi klinis
8. Untuk mengetahu model- model supervisi klinis
9. Untuk mengetahui teknik komunikasi dan supervisi
10. Untuk mengathui apa itu komunikasi klinis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Supevisi Klinis
Tingkat kemandirian guru yang sangat tinggi sering kali membuat merasa
tidak perlu lagi kehadiran supervisor. Sementara pengawas, yang karena tugas
pokok dan fungsinya, merasa memiliki otonmi untuk mensupervisis guru seperti
apapun. pengawas memandang aktivitas mensupervisis guru adalah haknya dan
keputusan bertindak ada pada sisinya.
➢ Model pengembangan
Kategori yang harus dipahami dalam kerangka tiga level proses tindakan
supervisi klinis, yaitu kesadadan etika professional , motivasi dan otonomi.
Berkaitan dengan ini Stolneberg dan Dalworth ( 1978) mengidentifikasi delapan
area untuk menumbuhkan dari subjek yang di supervises, yaitu: Intervensi,
kompetensi keterampilkan, teknik asesmen, asesmen interpersonal, konseptual
klien, perbedaan individual, sasaran tritmen dan rencana dan etika professional.
➢ Model Terpadu
Model ini mengadopsi beberapa model terapi, seperti yang pernah dikem-
bangkan oleh Adlerian dengan pendekatan solusi atau pendekatan perilaku.
Mereka yakin adanya praktik supervisi terbaik dengan terapi yang baik pula.
Situasi yang dikembangkan melaksanakan semangat berolahraga yang bercaya
bahwa pelatih terbaik di masa depan adalah individu yang lerbaik dalam cabang
olahraga tertentu ketika mereka menekuninya di sekolah, akademi, perguruan
tinggi, atau di tingkat profesional.
Pada konteks supervisi klinis, model aplikasi pada tahap awal sebagai tahapan,
dimana ketika supervisor bertatap muka dengan yang disupervisi, mereka harus
menunjukkan kcahlian dan kelemahannya. Ini berarti, keduanya bisa saling
mempengaruhi satu sama lain. Pada tahap selanjutnya, tidak mungkin di antara
mereka muncul. Kontlik, sikap bertahan, menghindar, bahkan menyerang
(conflict, defensif, avoidance, or attack). Pada tahap ini 3supervisor harus
menunjukkan perannya sebagai "pengendali" dalam kerangka pengawasan. Pada
tahap akhir, atasan lebih banyak diam dan mendorong subjek yang disupervisi
untuk Tumbuh mandiri dengan caranya sendiri.
1. Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini menjadi hal yang diperhatikan
adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) ) mengkaji
rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, pembelajaran,waktu,
media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan
pembelajaran, 3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu
(instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksan obervasi.
2. Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses
pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai (4) mencatat dan merekam hal-hal
yang terjadi dalam pembelajaran sesuai kesepakatan bersama. , dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan observasi.
3. Tahap akhir, yaitu diskusi balikan. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali
tujuan pembelajaran: (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati
bersama, (4) mengkaji hasil pengamatan dan tidak menyalahkan, (5) data
hasil pengamatan tidak disebar luaskan, (6) penyimpulan, (7) hindari
saran secara langsung, dan (8) merumus- kan kembali kesepakatan-
kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.
Unsur-unsur itu tidak terpisahkan satu sama lain. Di dalam proses komunikasi
antara supervisor dengan guru selalu melibatkan penyampai informasi
(supervisor), penerima informasi dan sebaliknya. pesan Yng diinformmasikan
media atau tanda-tanda yang digunakan, bahasa yang ailing dimenerti,
kemungkinan gangguan dapda saatnya respon adalah keharusan.
Berhasil tidaknya komunikasi anatara supervisor dan guru itu ditentukan oleh
keinginana mendengar antar sesama mereka. untuk itu manusia organisasional
harus memilki sifat- sifat inovatif yang oleh Rogers dan Shoemaker (1981)
digambarkan dengan ciri-ciri seperrti berikut:
J. Komunikasi Klinis
Evaluasi-Deskripsi
Supervisor yang cenderung memberi penilaian terhapad guru binannya akan
menghadapi reaksi yang difensif dari penerima pesan itu. sebaliknya, supervisor
yang memeberi penjelasan secara depkriptif akan memperoleh respon positif dari
guru binaannya. karena itu, penyampaian pesan-pesan yang bersifat deskriptif
akam lebih efektif dibandingkan dengan yang bersifat evaluative.
Penugasan – Permasalahan
Supervisor yang bersikap sebagai penguasa atau pemimpin yang otoriter, akan
membuat guru binaanya menjadi inferior dan devenisisf . supervisor yang
berbicara bersifat ingin memecakan berbagai masalah akan disambut seacara
positif dan konstruktif oleh guruyang disupervisi.
Manipulasi – Spontanitas
Penyampai pesan atau supervisor yang berlagak angkuh atau superior tidak
akan dapat menyampaikan informasi secara baik kepada guru sebagai penerima
pesan, karena mereka akan mendapat kesan, bahwa supervisor hanya merasakan
egonya. Supervisor yang menghargai guru atau informasi secara efektif.
Kaku - Luwes
Komunikasi Verbal
Komunikai non – verbal adalah isyarat yang berlangsung secara atau tidak
sadar berupa tingkah laku yang menyatakan pikiran, perasaan, atau
petunjuk.komunikasi nonverbal dapat berguna dalam:
➢ menunjukkan emosi,
➢ menunjukkan sikap
➢ membentuk dan mempertahankan hubungan sosial, dan
➢ mendukung komunikasi verbal.
Pendekatan Gather
1. Grect (salam) – berikan salam dalam sikap bersahabat pada guru segera
ketika bertemu. Buatlah guru merasa nyaman dengan menanyakan hal-hal
yang sederhana.
2. Ask (17anya) – apa dan bagaimana seorang supervisor secara klinis dapat
membantu guru. Bertanyalah mexgenai masalah guru, gunakan nada suara
yang menunjukkan keperdulian, perhatian, dan keakraban terhadap
mereka.
3. Tell (tanggapan) – berikan tanggapan dan tanggapan terhadap kebutuhan
guru.
4. Help (bantu) – bantulah guru dalam membuat keputusannya sendiri.
5. Explain(jelaskan) – apa yang benar-benar perlu dijelaskan.
6. Return (kembali) – ingatkan guru dengan memberikan pesan-pesan .
Pendekatan REDI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Harapan kami penulis semoga dengan makalah ini bisa menjadikan pedoman
bagi guru dan khususnya kita sebagai calon guru untuk lebih meningkatkan
kinerja dengan acara belajar yang giat dan semangat, serta selalu menghargai
pendapat orang lain dan bisa menerima masukan atau kritikan dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA