Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PROFESI SUPERVISOR KLINIK UNTUK PERBAIKAN


PEMBELAJARAN

Di Susun Oleh :

KELOMPOK 3 :

DIAN ( A1I120087 )
FATIMAH KUSUMA WARDHANI ( A1I120088 )
IKA KURNIAWATI TASYA ( A1I120092 )
MUHAMMAD HAERUL ( A1I120100 )
RAIHANAH RAFIDAH ( A1I120108 )
YULI ( A1I120119 )

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. karena telah


memberikan nikmat dan kesehatan sedingga kami bisa menyelesaikan makalah
Profesi kependidilkan..

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak terlepas dari


bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami ucapkan terima
kasih kepada ibu Wa Ode Indrawati S.Pd.,M.Pd yang telah membimbing kami
dalam proses pembelajaran, serta teman – teman kelompok yang telah berusaha
dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah ini banyak terdapat kekurangan, unuk itu kami mengharpkan


kritik dan saran yang membengun, demi kesempurnaan makalah ini . Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran perkembangan
peserta didik khususnya pendidikan pada umumnya.

Kendari, 6 Desember 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………..…..2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...3

A. Supevisi Klinis…………………………………………………………3
B. Devenisi Supervisi Klinis………………………………………..…...4
C. Ciri-ciri Supervisi Klinis…………………………………………..….5
D. Karaktersitik Supervisi Klinis……………………………………..…6
A. Urgensi Supervisi Klinis………………………………………………7
B. Tujuan Supervisi Klinis………………………………………………..8
C. Prinsip – Prinsip Supervisi Klinis……………………………………..9
D. Model-model Supervisi Klinis………………………………………..10
E. Teknik Komunikasi dan Supervisi Klinis…………………………….11
F. Komunikasi Klinis……………………………………………………12

BAB III PENUTUP…………………………………………………………. 13

A. Kesimpulan………………………………………………………….. .13
B. Saran…………………………………………………………………. 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya, supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


seluruh prose administrasi pendidikan yang ditunjukan teerutama untuk
mengembangkan efektivitas kinerja personil sekolah yang berhubungan dengan
tugas –tugas utama pendidikan. Supervisi merupakan salah satu vaktor penting
sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui kegiatan yang dilakukan
oleh supervisor pendidikan dalam hal ini pengawas pendidikan pada satuan
pendidikan vormal.

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peranan supervisor dibidang


pendidikan yang berupaya menemukan masalah – masalah pendidikn dan selalu
memperbaiki kelemahan yang terjadi. Dengan demikian, supervisi pendidkan
bermaksue meningkatkan kemampuan professional dan teknis bagi guru, kepala
sekolah, personal sekolah lainnya agar proses pendidikan di Indonesia lebiih
berkualitas.

Kegitan utama pendidikan di sekolah dalam rangka mewujudkan tujuannya


adalah kegiatan pembelajaran, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah
bbermuara pada pencapaian efisiensi dan evektifitas pembelajaran. Oleh karena
itu, salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai supervisor, yaitu mensupervisis
pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan.

Dalam melaksankan kegiatan supervises, kepala sekilah harus mampu


melakukan berbagi pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja
tenaga kependidikan. Pengawasan dan pengendalalian ini merupakan control agar
kegiatan pendidikan disekolah terarah pada tujuan yang telah di tetapkan
pengawas dan pengendali juga merupakan kegiatan preventif untuk mencegah
agar para tenaga pendidikan tidak melakukan penyimapangan dan lebih berhati-
hati dalam melaksankan pekerjaanya.

Pengawsan dan pengendaliaanya yang dilakukan kepala sekolah terhadap


tenaga kependidikannya khususnya guru, disebut supervises klinis, yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan professional guru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi Supervisi Klinis?
2. Apa yang dimaksud dengan Supervisi Klinis?
3. Apa yang menjadi ciri- ciri Supervisi Klinis?
4. Apa yang menjadi karasteristik dari Supervisi Klinis?
5. Apa yang menjadi urgensi Supervisi klinis?
6. Apa tujuan dari Supervisi Klinis?
7. Apa prinsip – prinsip dari supervisi kilinis?
8. Apa saja model – model Supervisi klinis?
9. Apa saja Teknik Komunikasi dan Supervisi Klinis?
10. Apa itu Komunikasi Klinis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang menjadi supervisi klinis
2. Untuk mengetahui defenisi supervisi klinis
3. Untuk mengetahui ciri- ciri Supervisi klinis
4. Untuk mengetahui karasteristik dari supervisi klinis
5. Untuk mengetahui urgensi dari supervisi klinis
6. Untuk mengetahui tujuan dari supervisi klinis
7. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari supervisi klinis
8. Untuk mengetahu model- model supervisi klinis
9. Untuk mengetahui teknik komunikasi dan supervisi
10. Untuk mengathui apa itu komunikasi klinis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Supevisi Klinis

Seorang supervisor pembelajaran yang perofesional mampu melakukan


pendekatan klinis dalam pembelajaran dan perjalanan tugasnya. Supervisis klinis
untuk kegiatan pembelajaran memang sangat kompleks, karenanya masih perlu
dicari mengenai teknik supervisi yang paling cocok dalam menigkatkan kinerja
guru.

Tingkat kemandirian guru yang sangat tinggi sering kali membuat merasa
tidak perlu lagi kehadiran supervisor. Sementara pengawas, yang karena tugas
pokok dan fungsinya, merasa memiliki otonmi untuk mensupervisis guru seperti
apapun. pengawas memandang aktivitas mensupervisis guru adalah haknya dan
keputusan bertindak ada pada sisinya.

Supervisis klinis dibidang kependidikan disini tidak hanya dilhami oleh


prinsp- prinsp klinikal dibidang kedokteran melaikna juga beranjak dari
pengajaran psikologi. Pelaksanaam supervisi klinis untuk meningkatkan
kemampuan guru dilakukan melalui tahapan – tahapan:

1. Praobesevasi yang berisi pembicaraan dan kesepakatan antara supervisor


dengan guru mengenai apa permasalahan yang dialami oleh guru atau apa
yang diamati dan diperbaiki dalam proses pembelajaran yang dilakukan;
2. Observasi yaitu supervisor mengamati guru dalam mengajar sesuai dengan
focus yang diamati;
3. Analaisis peemasalahan yang dilakukan bersama oleh supervisi dan guru
terhadap hasil pemgamatan;
4. Perumuan langkah-langkah perbaikan , dan pembuatan rencana untukk
pembalikan.

Dibidang psikologi,supervisi klinis sudah menempuh perjalanaan relative


panjamg. pada tahun 1920-an Max Eitingon mendirikan supervisi vormal di
institusi psikonalisis, Berlin. Tahun 1930- an , Rift mendirikan sekolah Budapest
yang banyak dalam rangka psikologis klinis , seperti model terori psikoterapi ,,
model pengembangna , model peran sosial, dan model psikodinamik.

B. Defenisi Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalh bantuan professional kesejawatan oleh supervisor kepada


guru yang mengalami masalah dalam agar yang bersangkuan dapat mengatasi
masalahnya dengan menepuh langkah yang sistematis, dimulai dari tahap
perencanaan, pengamatan perilaku guru mengajar, analaisis perilaku, dan tindak
lanjut.Supervisi adalah adalah proses bantuan atau terapi professional yang
bervokus pada upaya perbaikan pembelajran melalui proses sikikal yang
sistematis dimulai dari perencanaan, pengamatan dan anlisis yang intensif
terhadap penampilan guru dan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajran.

Disitus www.kkh.com.sg diperoleh rumusan Supervisis klinis sebagai “


supervisi klinis merupakan sebuah proses formal berbentuk dukungan
profesiaonal dan belajar yang memungkinkan individu praktis mengembangkan
pengetahuan, dan kompetensi, serta memegang tanggung jawab bagi tindakan –
tindakan praktis pada situasi yang lebih luas. Borderst et at.( 1999 )merumuskan
,” Supervissi klinis adalah konstruksi rencapna pembelajaran individual bagi yang
disupervisi agar bisa bekerja efektif dengan klaennya.

C. Ciri-ciri Supervisi Klinis

Supervisi klinis termasuk bagian dari supervises pembelajran . perbedannya


dengan supervisi lannya adalah prosedur pelaksanannya ditekankan terhadpa
mencari sebab – sebab atau kelemahan yang dilakukan oleh guru selama proses
pembelajaran dan kemudain langsung diusahakan perbaikan atas kekurangan dan
kelemahan tersebut.

Pelaksanaan supervises klinis yang baik bercirikan sebgai berikut:

1. Bimbingan supervisor pengajaran kepada guru bersifat hubungan


pembantuuan, bukan hubungan perintah atau instruksi;
2. Kesepakatan antara guru dan supervisor tentang apa yang dikaji dan jenis
keterampilan yang penting merupakan hasil dskusis bersa,ma;
3. Instrumen supervises klinis dikembangkan dan diseaati bersama anatara
guru dengan supervisor
4. Guru melakukan persiaan dengan mengidentifikasi aspek kelemahan –
kelemahannya yang dipandang perl diperbaiki;
5. Pelaksanaan supervises klinis selayaknya teknik obsevasi kelas;
6. Umpan balik atau balikan diberikan dengan segeradan bersifat obyektif;
7. Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah
atau mengarahkan guru;
8. Guru hendaknya dapat menganalisis penampilannya;
9. Supervisor dan guru berada atau menciptakan kondisi dalam keadaan atau
suasana akrab dan terbuka;
10. Supervisor dapat digunakan untuk membentuk atau peningkatan dan
perbaikan keterampilan pembelajaran;
D. Karaktersitik Supervisi Klinis

1. Perbaikan proses pembelajaran mengharuskan guru mempelajari


kemampuan intelektual dan keterampilan teknis. Supervisor mendorong
guru berperilaku berdasarkan kemampuan intekektual dan keterampilan
teknis yang dimilikinya;
2. Fungsi utama supervisor adalah menginformasikan beberapa kemapuan
dan keterampilan, seperti: (1) Kemempuan dan keterampilan menganalisis
proses pembelajaran berdasrkan hasil pengamatan,(2) Kemampuan dan
keterampilan mengembangkan kurikulum, terutama bahan
pembelajaran,(3) Kemampuan dan keterampilan dalam proses
pembelaran,(4) Kemampuan dan keterampilan guru melakukan evaluasi
dan tindak lanjut.
3. Bervokus pada (1) perbIKn mutu proses dan hasil pembelajaran, (2)
Perbaikan kinerja guru pada hal-hal spesifik yang masih memerlukan
penyempurnaan, dan (3) Upaya perbaikan di dasri atas kesepakatan
bersama dan pengalaman masa lampau
4. Hubungan peinbantuan antara supervisor dengan yang disuperviisis
mengedepankan dimensi kolegalitas.
5. Tindakan supervisor menemukan kelemahan atau kekurangan guru
semata-mata diperuntukan bagi upaya perbaikan , bukan untuk keperluan
penilaian atas prestasi individual guru.

E. Urgensi Supervisi Klinis

1. Menghindarkan guru dari jebakapenurunan motivasi dan kinerja dalam


melaksankan proses pembelajaran
2. Menghindarkan guru dari upaya menutupi kelemahannya sendiri melalui
cara-cara dialogterbuka dengan supervisornya.
3. menghindari ketiadaan respon dari supervisor atas praktik professional
yang telah memenuhi standar kompetensi dank ode etik atau yang masih
dibawah standar
4. Mendorong guru untuk selalu adaptif terhadap kemajuan iptek dalam
proses pembelajran
5. Menjaga konsistensi guru agar tidak kehilangan identitas guru sebagai
6. Menjaga konsistensi perilaku guru, supaya tidak masuk dalam jebakan
kejenuhan professional (bornout ), bahkan meningkatkannya.
7. Mendorong guru untuk secara cermat dalam bekerja dan berinteraksi
dengan sejawat dan siswa agar terhindar dari pe;anggaran kode etik profesi
guru
8. Menghindarkan guru dari prakti-praktik melakukan atau mengurangi
kekeliruan secara massif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
9. Menghindarkan guru dari erosi pengetahuan yang sudah di dapat dari
pendidikan prajabatan selama studi di perguruan tinggi
10. Menghindarkan siswa dari praktik- praktik merugikan , karena tidak
memperoleh layanan yang memuaskan, baik secara akakdemik maupun
noakademik
11. Menjauhkan guru dari menurunnya apresiasi dan kepercayaan siswa ,
orang tua, masyarakat atas profesi yang mereka sandang.

F. Tujuan Supervisi Klinis

1. Menjaga kosistensi motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakakn


proses pembelajaran;
2. Mendorong keterbukaan guru kepada supervisor mengenai kelemahannya
sendiri dalam melaksakan pembelajaran
3. Memciptakan kondisi agar terus menjaga dan meningkatkan mutu praktik
professional sesuia dengan standar kompetensi dank ode etik yang telah di
tetapkan dan disepakati
4. Menciptakan kesadaran guru tentng tanggung jawabnya terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas, baik proses maupaun hasilnya
5. Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan kualitas
proses proses pembelajaran dengan jalan meningkatkan penguasaan ilmu
pemnegtahuan, teknologi, wawasan umum,dan keterampilan khusus yang
diperlukan dalam proses pembelajaran
6. Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar
kelas.
7. Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran, sehingga benar-benar
memberikakn nilai tambah bagi siwa dan masyarakat
8. Membantu guru ungtuk mengembangkakn sifat ppositiif terhadap profesi
dalam mengembangkan diri secara berkelanjutan, baik secra individual
maupun kelompok , dengan cara di lembagakan atau atas inisiatif sendiri.
G. Prinsip – Prinsip Supervisi Klinis

1. Hubungan supervisor dengan guru di dasari semangat kolegalitas yang taat


asas
2. Setiap kelemahan dan kesalahan guru semata- mata digunakan untuk
tindakan perbaikan, tanpa secara eksplisist melabeli guru, mulai dari
tindak professional sampai professional sungguhan
3. Menumbuhkembangkan posisi guru , mulai dari tidak professional sampai
professional sungguhan
4. Hubungan anata supervisor dengan grur bersiat intekatif, terbuka, obyektif,
dan tidak bersifat menyalahkan.
5. Diskusi atau pengkajian atas umpan balik yang segera atau yang diketahui
kemudian bersifat demokratis dan didasrkan pada data hasil pengamatan
6. Hubungan antara supervisor dengan grur bersifat interkatif terbuka
obyektif dan tidak saling menyalahakan
7. Pelaksanaan keputusan atau tindakan perbaikan ditetapakan atas
kesepakatan atau kerelaan bersama
8. Supervisor tidak mempublikasikan kelemahan-kelemahan guru dan guru
tidak menjadikan kelemahan supervisor sebagai dalih untuk menerima
bimbingan professional darinya
9. Fokus utama dan perlengkapan kegiatan supervisi terpusat pada kebutuhan
dan aspirasi guru dan tetap berada di ruang lingkup tugas-tgas pembelajran
10. Prosedur pelaksanaan atau pengamatan, di siklus balikan.

H. Model-model Supervisi Klinis

Supervisi kinis dikonstruksikan sebagai rencana pembelajaran individual yang


memungkinkan subjek yang disupervisis bejerja efektif dengan siswanya selama
proses edukasi. Sistematika kerja dimana tindakan supervisi berlangsung disebut
dengan model supervisi. dalam kerangka supervises klinis untuk pebaikan mutu
pembelajaran, model ini disebut model supervisi klinis. Baik standar supervises
maupun kurikulum supervisi dalam rangka bimbingan konseling,
mengidentifikasi pemgetahuantentang model-model bernilai sangan
fundamentalbagi praktik-praktik etis.
Dikemukakan oleh Leddick dan Bernad (1980),” Ada tiga model pelaksanaan
supervises klinis, yaitu model pengembangan , model terintegrasi, dan model
orientasi spesifik.

➢ Model pengembangan

Konsep dasar supervises klinis model pengembangan (defelompmental models


of clinical supervision) adalah keyakinan bahwa individu dapat tumbuk secara
kontinyu (continuousliy growing) ketika dia memulai ttindakan secara
benar,menjalankannya secara baik, dan menjalankan perrtumbuhan secara
berpola. Ketika mengkombinasikan pengalaman predisposisi bawaan( experience
and hereditary predisposition ) seseorang mengembangkan kegiatan dan tumbuh
pada areanya.Dalam kalimat Worthington (1987) disebutkan bahwa,”the behavior
of supervisors changed as supervises gained experience, and the supervisory
relationship also changed.”Hal ini dapat muncul sebagai basis ilmiah bagi
kecenderungan perkembangan dan pola-pola supervisi.

Menurut Stolenberg dan Delworth (1978), model perkembangan dapat di


jelasakan dengan mengkategorikan tiga level subjek yang di supervises yaitu:
Pemula, menengah dan lanjut ( beginning, intermediate, and advanced).
Pelaksanaan supervises klinis model ini bergerak dari tindakan yang rijid,
mengharuskan, dan melakukan peniruan bergerak ke kompetensi serta jaminan
diri serta aktualisasi diri.

Kategori yang harus dipahami dalam kerangka tiga level proses tindakan
supervisi klinis, yaitu kesadadan etika professional , motivasi dan otonomi.
Berkaitan dengan ini Stolneberg dan Dalworth ( 1978) mengidentifikasi delapan
area untuk menumbuhkan dari subjek yang di supervises, yaitu: Intervensi,
kompetensi keterampilkan, teknik asesmen, asesmen interpersonal, konseptual
klien, perbedaan individual, sasaran tritmen dan rencana dan etika professional.

➢ Model Terpadu

Kebanyakan ahli terapis memandang mereka sendiri sebagai eklektik Model


Terpadu lectic), mengintegrasikan beberapa teori ke dalam praktik yang konsisten,
nvak model supervisi didesain untuk dilaksanakan dengan beberapa tentuk
orientasi terapi. Model Bernard, misalnya, memberi perhatian pada kombinasi
tiga peran supervisi pada tiga area fokus (menggabungkan tiga peran pengawasan
dengan tiga area fokus). agar supervisor bisa tampil langsung sebagaimana
mestinya guru yang memberi kuliah, pengajaran, informasi kepada kliennya.
pilihan dia bertindak sebagai konselor ketika barus melakukan tindakan konseling
atau kepenaschatan khusus masalah-masalah yang dihadapi oleh kliennya. juga
dia bisa menjalin hubungan selayaknya sejawat, ko-terapis, atau memerankan
sebagai konsultan. Model terpadu ini sering juga disebut sebagai model
diskriminasi (model diskriminasi). Model ini pada tiga area fokus pengembangan
keterampilan, yaitu personalisasi.

➢ Model Orientasi Spesifik

Model ini mengadopsi beberapa model terapi, seperti yang pernah dikem-
bangkan oleh Adlerian dengan pendekatan solusi atau pendekatan perilaku.
Mereka yakin adanya praktik supervisi terbaik dengan terapi yang baik pula.
Situasi yang dikembangkan melaksanakan semangat berolahraga yang bercaya
bahwa pelatih terbaik di masa depan adalah individu yang lerbaik dalam cabang
olahraga tertentu ketika mereka menekuninya di sekolah, akademi, perguruan
tinggi, atau di tingkat profesional.

Pada konteks supervisi klinis, model aplikasi pada tahap awal sebagai tahapan,
dimana ketika supervisor bertatap muka dengan yang disupervisi, mereka harus
menunjukkan kcahlian dan kelemahannya. Ini berarti, keduanya bisa saling
mempengaruhi satu sama lain. Pada tahap selanjutnya, tidak mungkin di antara
mereka muncul. Kontlik, sikap bertahan, menghindar, bahkan menyerang
(conflict, defensif, avoidance, or attack). Pada tahap ini 3supervisor harus
menunjukkan perannya sebagai "pengendali" dalam kerangka pengawasan. Pada
tahap akhir, atasan lebih banyak diam dan mendorong subjek yang disupervisi
untuk Tumbuh mandiri dengan caranya sendiri.

Erat kaitannya dengan model–model diatas, Akhmad Sudradjat (2008)


mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu
siklus yang terdiri dari tiga tahap. ini berarti, implementasi model di atas
setidaknya dapat di lakukan dengan menempuh tahap-tahap ini.Ketiga tahap di
maksud disajikan berikut ini.

1. Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini menjadi hal yang diperhatikan
adalah: (1) menciptakan suasana yang intim dan terbuka, (2) ) mengkaji
rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, pembelajaran,waktu,
media, evaluasi hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan
pembelajaran, 3) menentukan fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu
(instrumen) observasi, dan (5) menentukan teknik pelaksan obervasi.
2. Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses
pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai (4) mencatat dan merekam hal-hal
yang terjadi dalam pembelajaran sesuai kesepakatan bersama. , dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan observasi.
3. Tahap akhir, yaitu diskusi balikan. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali
tujuan pembelajaran: (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati
bersama, (4) mengkaji hasil pengamatan dan tidak menyalahkan, (5) data
hasil pengamatan tidak disebar luaskan, (6) penyimpulan, (7) hindari
saran secara langsung, dan (8) merumus- kan kembali kesepakatan-
kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.

I. Teknik Komunikasi dan Supervisi Klinis

Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, supervisor pembelajaran


berkomunikasi dengan guru yang disupervisi. Ahli komunikasi umumnya
sependapat bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian
informasi dari pengirim kepada penerima pesan, dimana pesan itu disalurkan
melalui media atau tanda-tanda dengan bahasa tertentu yang saling Sulit untuk
mencapai suatu tujuan.

Jaques merumuskan "communication is the sun total of directly and indirectrly


consciously transmitted feeling,attritudes and wishes". Komunikasi adalah
penyampaian segala perasaan, sikap., kebijakan dan kehendak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan dua definisi di atas, maka dalam
proses komunikasi yang terlibat berbagai unsur, seperti, penyampai informasi
(sender atau informatory), penerima informasi (receiver), isi informasi (message),
media atau tanda-tanda yang digunakan (medium or symbols). dan bahasa yang
saling mengerti (mutual language system). unsur lain dari komunikasi adalah
gangguan (noise), dan respon (response). Dalam konteks komunikasi untuk
supervisi klinis, kedudukan supervisor dan yang disupervisi sebagai pengirim dan
penerima pesan itu saling bergantian. Karena memang, dalam supervisi
pembelajaran klinis, dialog terbuka menjadi sangat penting.

Unsur-unsur itu tidak terpisahkan satu sama lain. Di dalam proses komunikasi
antara supervisor dengan guru selalu melibatkan penyampai informasi
(supervisor), penerima informasi dan sebaliknya. pesan Yng diinformmasikan
media atau tanda-tanda yang digunakan, bahasa yang ailing dimenerti,
kemungkinan gangguan dapda saatnya respon adalah keharusan.

Ada tiga tinjauan untuk memahami konsep dasar komuniksai antara


supervisor dengan guru yang disupervisi, ketiga tinjauan tersebut dirumusakan
sebagai berikut:
pertama, bahwa komunikasi itu dipandang sebagai proses penyampaian
informasi.keberhasilan proses komunikasi antara supervisor dengan guru terletak
terletak pada penguasaan materi atau fakta dan pengaturabn tata cara
pelaksanannya. dengan defenisi ini berarati supervisor atau penyampai pesan
terpanggil untuk berkomunikasi dengan guru sebagai penerima pesan itu, karena
ada sejumlah bekal informasi yang akan disampaikann.

Kedua,komnikasi itu suatu proses penyampaian gagasan-gagasan dari


supervisor kepada guru, pada tahap ini titik tekan keberhasilan komunikasi
terletak pada kemampuan supervisor memforulasikan pesan- pesannya.

Ketiga,komunikasi dipandang sebagai suatu proses menciptakan arti , ide,


gagasan atau konsep yang dalam bahasa inggris disebut”the process of cretttiiive
the meaning”, pesan supervisor dapat diciptakan melalui orang ,televise, radio,
memo, papan pengunguman surat dan sebagainya.Oleh karena itu keberartian atas
pesan atau sejumlah pesan itul ditentukan oleh kemampuan guru sebagai penerima
pesan itu sendiri,

Berhasil tidaknya komunikasi anatara supervisor dan guru itu ditentukan oleh
keinginana mendengar antar sesama mereka. untuk itu manusia organisasional
harus memilki sifat- sifat inovatif yang oleh Rogers dan Shoemaker (1981)
digambarkan dengan ciri-ciri seperrti berikut:

Pertama memiliki empati yang besar. Empati adalah kemampuan


memposisikan diri kedalam peranan orang lain; Kedua,kurang dogmatis, orang
yang dogmatis itu sulit membuka diri terhadap ide-ide baru , menerima sesuatu
secara apa adanya,;Ketiga, mempunyai kemampuan abstraksi yang lebih
besar;Keempat,mempunyai rasionalitas yang besar karena itu merupakancara yang
besar mencilptakan tujuan tertentu.;Kelima, cenderung lebih tinggi
intelegensinya;Keenam memiliki sifat yang lebih berkenaan dengan
perubahan;dan masih banyak lagi diantaranya.

J. Komunikasi Klinis

Ada dua sikap supervisor pembelajaran yang mempengaruhi proses


berkomunikasi, yaitu sikap yang menghambat dan sikap yang membantu. Dua
sikap pengirim pesa yang menghambat dan membantu proses komunikasi
menurut Jack R. Gibb (1970)dalam “Journal of communication “ dituangkan
berikut ini.

Evaluasi-Deskripsi
Supervisor yang cenderung memberi penilaian terhapad guru binannya akan
menghadapi reaksi yang difensif dari penerima pesan itu. sebaliknya, supervisor
yang memeberi penjelasan secara depkriptif akan memperoleh respon positif dari
guru binaannya. karena itu, penyampaian pesan-pesan yang bersifat deskriptif
akam lebih efektif dibandingkan dengan yang bersifat evaluative.

Penugasan – Permasalahan

Supervisor yang bersikap sebagai penguasa atau pemimpin yang otoriter, akan
membuat guru binaanya menjadi inferior dan devenisisf . supervisor yang
berbicara bersifat ingin memecakan berbagai masalah akan disambut seacara
positif dan konstruktif oleh guruyang disupervisi.

Manipulasi – Spontanitas

Superisor selaku pemnyampain pesan yang bernada manipulative atau


bersikap “ada udang dibalik batu”akan dimbut dengan sikap negatif oleh guru dan
tidak mungkin menciptakan suasaana komunikatif antar sesame mereka. Jika
komunikasi dilakukan supervisor secara jujur, spontanitas dan secara sunggung-
sungguh akan disambut dengan sikap positif olelh guru. dan proses komunikasi
agar berlangsung secara komunikatif.

Tidak memperhatikan- Memperhatikan

Sikap dingin supervisor atau penyampai informasi akan ditanggapioelh guru


sebagai penerima informasi secara tidak penuh dan dengan demikian komunikasi
tidak akan berjalan secara efektif. Jika supervisor iru penuh keseriusan , akan
dianggap sebagai guru sebagai penerima informasi secara penuh perhatian.
Dengan demikian informasi yang disampaikan oleh supervisor akan diterima
dengan baik.

Bersikap super - Menyamakan diri

Penyampai pesan atau supervisor yang berlagak angkuh atau superior tidak
akan dapat menyampaikan informasi secara baik kepada guru sebagai penerima
pesan, karena mereka akan mendapat kesan, bahwa supervisor hanya merasakan
egonya. Supervisor yang menghargai guru atau informasi secara efektif.

Kaku - Luwes

Supervisor yang hanya berusaha menawarkan keputusan-keputusan sendiri


dengan dalih ingin melihat demokratisasi akan membuat guru atau penerima
informasi jadi negatif. Jika supervisor bersikap luwes akan diterima secara luwes
pula oleh guru.Dengan demikian komunikasi antar mereka akan berjalan lebih
lancar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi antar supervisor


pembelajaran dan guru adalah:

1. Faktor psikologis, yaitu persepsi dan pengendalian guru yang dibina


terhadap stimulus yang ada dari supervisor ditentukan oleh tingkatan
emosi dan sifat pribadi seorang supervisor.
2. Faktor biofisik, yaitu pengelihatan, keseimbangan biokimiawi, dan lain-
lain yang ada pada diri guru binaan supervisor.
3. Faktor psikofisikofisikal, yaitu status fisik dan mental yang saling
berkaitan. seperti penyalah gunaan obat dan kemampuan dalam
mengekspresi diri dan perubahan kewaspadaan scorang guru yang dibina.
4. Faktor sosiokultural, yaitu hal-hal yang bersifat kultural, ras, klas sosial,
nilai-nilai yang dianut serta kepercayaan yang dianut oleh guru binaan
supervisor.

Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah penggunaan kata-kata dalam menyampaikan


pikiran, perasaan, dan informasi. kesalahan utama dalam penyampaian kata-kata
yang digunakannya istilah pendidikan dan pembelajaran yang hanya diketahui
oleh supervisor dan tidak dipahami sama sekali oleh guru binaannya. Penggunaan
istilah oleh supervisor hanya boleh jika dia yakin bahwa guru benar-benar
memahaminya. Memang. tidak ada larangan menggunakan istilah yang benar-
benar asing, namun perlu penjelasan khusus.

Komunikasi Non verbal

Komunikai non – verbal adalah isyarat yang berlangsung secara atau tidak
sadar berupa tingkah laku yang menyatakan pikiran, perasaan, atau
petunjuk.komunikasi nonverbal dapat berguna dalam:

➢ menunjukkan emosi,
➢ menunjukkan sikap
➢ membentuk dan mempertahankan hubungan sosial, dan
➢ mendukung komunikasi verbal.

Keputusan Berbasis Konsultasi

1. Hak guru untuk memperoleh informasi yang penting dari supervisor


dan bernilai baginya
2. Hak guru dalam membuat keputusan yang terbaik menurut
pertimbangan nalar dan pengalamannya
3. Keputusan berbasis informasi merupakan pernyataan mendasar dari ak
guru untuk mewujudkan eksistensi diri
4. Lima unsur dasar penting untuk mendukung pengambilan keputusan
berdasarkan konsultasi:
• tersedianya pilihan layanan supervisi,
• proses pengambilan keputusan secara sukarela,
• guru memperoleh informasi yang benar
• terjamin, interaksi yang baik antara supervisor pembelajara
dengan guru, dan
• dukungan dalam membuat keputusan supervisi Kependidikan

Pendekatan Gather

Pendekatan GATHER sudah lama digunakan dalam konsultasi layanan


berencana (KB) untuk membentuk klien memilih metode kontrasepsi yang paling
baik dan sesuai. Pendekatan ini agaknya cocok dalam rangka pelaksanaan ..
pelaksanaan supervisi pembelajaran. GATHER merupakan singkatan dari:

1. Grect (salam) – berikan salam dalam sikap bersahabat pada guru segera
ketika bertemu. Buatlah guru merasa nyaman dengan menanyakan hal-hal
yang sederhana.
2. Ask (17anya) – apa dan bagaimana seorang supervisor secara klinis dapat
membantu guru. Bertanyalah mexgenai masalah guru, gunakan nada suara
yang menunjukkan keperdulian, perhatian, dan keakraban terhadap
mereka.
3. Tell (tanggapan) – berikan tanggapan dan tanggapan terhadap kebutuhan
guru.
4. Help (bantu) – bantulah guru dalam membuat keputusannya sendiri.
5. Explain(jelaskan) – apa yang benar-benar perlu dijelaskan.
6. Return (kembali) – ingatkan guru dengan memberikan pesan-pesan .

Pendekatan REDI

Pendekatan di kenal dengan 4 tahapan REDI yaitu:

Tahap 1: Rapport building (membina hubungan)

Tahap 2: Exploration (eksplorasi)

Tahap 3:Decision making(pengambilan keputusan)

Tahap 4: Implementing of decision ( pelaksanaan keputusan).


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Supervisi klinis adalah supervisi yang di fokuskan pada perbaikan


pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahapan perencanaan
,pengmatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya
dengan tujuan utuk memperbaiki proses pembelajaran. Supervisis klinis akan
terjadi dengan baik jika hubungan pengawas dan guru juga berjalan dengan baik.

Prinsip-prinsip supervisi adala intinya bantuan kepada guru dam


pembelajaran, bukan perintah atau instruksi yang harus dilaksanakan melainkan
kesadaran kedua belah pihak tentang pentingnya memperbaiki mutu
pembelajaran.

Keberhasilan Supervisi klinik sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang baik


antara pihak pengawas dan guru. Karena keterbukaan dan rasa saling ,menghargai,
tanggung jawab, saling percaya dan tanggung jawab membuat suksesknya atau
berhasilnya kegiatan supervisi.

B. Saran

Harapan kami penulis semoga dengan makalah ini bisa menjadikan pedoman
bagi guru dan khususnya kita sebagai calon guru untuk lebih meningkatkan
kinerja dengan acara belajar yang giat dan semangat, serta selalu menghargai
pendapat orang lain dan bisa menerima masukan atau kritikan dari orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib,Zainal,Rohmanto Ilham.2008,Membangun Profesionalitas Guru dan


Pengawas Sekolah.Bandung:Yrma Widya

Depdiknas.2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis


Sekolah.Jakarta:Ditjendiknas

Danim Sudarwan,Dr.h.Khairil.Profesi Kependidikan.Bansdung:Afabeta

Anda mungkin juga menyukai