Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak diumumkannya oleh Presiden Republik Indonesia tentang adanya

Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada awal Maret 2020 lalu, Indonesia

mengalami berbagai dampak yang besar terhadap ekonomi, social, budaya tak

terkecuali dunia pendidikan Indonesia. Bukan hanya di Ibukota Jakarta saja

tetapi seluruh Negeri mengalami dampak dari covid-19 ini. Dampak Covid-19

melanda sektor pendidikan sejak awal semester genap tahun ajaran 2019/2020

hingga akhir masa pembelajaran tahun pelajaran 2019/2020.

Mengingat awal pelajaran tahun 2020/2021 telah dimulai, maka

kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistem daring, dan dampak

yang timbul jika tatap muka secara langsung dilakukan akan berdampak bagi

seluruh komponen sekolah mengingat betapa besarnya bahaya yang

ditimbulkan oleh covid -19 ini. Pemerintah Indonesia melalui Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan surat edaran Nomor 4 Tahun 2020

serta surat Edaran Sekretaris Jendral Kemendikbud Nomor 15 Tahun 2020

tentang pembelajaran dari rumah (BDR) dimasa pendami covid-19 ini demi

menjaga keamanan siswa, guru dan pelaku dunia pendidikan lainnya belajar

melalui daring merupakan salah satu cara yang dianggap tepat untuk

melakukan kegiatan pembelajaran ini.

Demi terlaksananya kegiatan daring ini tentunya guru dan siswa

haruslah memiliki kemampuan dalam melaksanakan media aplikasi

1
2

pembelajaran daring yang akan digunakan seperti google classroom, zoom,

google meet, whatshaps, vediocool dan lain sebagainya. Guru memiliki

peranan utama dalam proses kegiatan pembelajaran daring ini. Untuk itulah

kepala sekolah selaku pimpinan disekolah perlu memberikan arahan atau

bimbingan terhadap para guru melalui focus group discussion (FGD) untuk

menghasilkan kegiatan pembelajaran yang maksimal di masa pendemi covid-

19 ini.

Kegiatan pembelajaran daring maupun luring dimasa pandemic ini

tentunya tak mudah untuk dilaksanakan begitu saja, banyak faktor pendukung

yang harus dimiliki oleh guru, siswa serta sarana bahan ajar itu sendiri.

Jaringan Internet dan HP tentunya media belajar yang utama harus dimiliki

sekolah, guru dan siwa itu sendiri. Tak kalah penting skill guru juga memiliki

peranan penting terutama dalam hal penguasaan IT yang jika hal itu tidak

dimiliki menjadi penghambat proses pembelajaran daring ini.

Pelatihan dan bimbingan kepada guru-guru tentunya menjadi program

kepala sekolah untuk mencari pemecahan masalah kendala pembelajaran di

SMA Negeri 2 Juai ini. Pembelajaran Daring disesuaikan dengan tingkatan

usia, tingkat pengetahuan, dan keterampilan guru berdasar pada pengalaman

dari 13 orang guru SMA Negeri 2 Juai ini menjadi aspek penghambat yang

nyata untuk terselanggaranya pembelajaran daring ini. FGD yang diwujudkan

dalam rapat dan diskusi disekolah merupakan wadah yang bisa dilakukan oleh

kepala sekolah untuk terlaksananya proses pembelajaran daring saat ini.


3

Mengingat pendidikan Sekolah Atas ini merupakan tingkat lanjutan

tentunya sudah dipastikan aspek siswa pembelajaran sistem daring ini menjadi

momok utama bagi anak anak dan orang tua wali murid. Dari 102 siswa SMA

Negeri 2 Juai tentunya memiliki skill dan ekonomi yang berbeda. Maka proses

pembelajaran daring di SMA Negeri 2 Juai ini masih memakai sistem diluar

jaringan (luring) yang hanya berupa penugasan rumah (PR).

Pada dasarnya proses pembelajaran saat ini baik dari aspek siswa

maupun guru masih menggunakan pembelajaran luring, walaupun sebagian

guru sudah menggunakan pembelajaran daring melalui whastshap. Secara

keseluruhan penggunaan whatshap hanya menjadi petunjuk untuk menjawab

atau mengambil soal saja disekolah. Hasil dari kegiatan pembelajaran inipun

masih tidak maksimal karena masih ada anak anak tidak mengumpulkan tugas

dengan alasan tidak tahu tugas yang diberikan karena tidak memiliki HP.

Segala permasalahan di atas haruslah segera ditindak lajuti untuk

dicarikan pemecahan masalahnya. Dengan demikian segala kekurangan atau

masalah pembelajaran daring ini dapat diatasi. Mengatasi masalah tersebut

tentu bukanlah hal yang mudah, mengingat keadaan guru, siswa dan sarana

penunjang kegiatan pembelajaran daring ini. Melihat kenyataan yang ada

peneliti dalam hal ini (Kepala Sekolah) bertanggung jawab bersama guru-guru

SMA Negeri 2 Juai berupaya mencari pemecahan masalah tersebut.

Menindaklanjuti kenyataan yang ada, peneliti membuat sebuah

terobosan sederhana yaitu dengan mengadakan diskusi kelompok terarah atau

dengan kata lain mengadakan Focus Group Discossion (FGD). Focus Group
4

Disscusion (FGD) adalah Diskusi kelompok terarah untuk mengumpulkan

data-data melalui wawancara kelompok dengan mengikuti prinsip-prinsip dan

langkah pelaksanaan kegiatannya.

Edi Indrizal (2020) menjelaskan tentang pengertian dan prinsip-prinsip

dalam melaksanakan Focus Discussion Group (FGD) dalam jurnal

penelitiannya tentang FGD. Dengan demikian Focus Discussion group ini

menjadi sarana untuk menggali permasalah yang ada di SMA Negeri 2 Juai

saat ini, baik permasalaan guru, siswa maupun jaringan internet yang menjadi

kuci utama terlaksananya kegiatan pembelajaran daring ini.

Banyak hal yang bisa dilakukan oleh semua guru dalam upaya

melaksanakan pembelajaran daring, dengan Focus Group Discussion (FGD)

kegiatan tuk mencari solusi tentu akan lebih terarah, yang walaupun tentu ada

kekurangan atau kelemahan dari Focus Group Discossion (FGD) tersebut.

Beradasarkan uraian latar belakang masaslah diatas, penulis mengangkat

judul penelitian tindakan sekolah ‘Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam

Pembelajaran Daring Melalui Focus Group Discossion (FGD) Di SMA Negeri

2 Juai Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Tahun 2020

B. Identifikasi Masalah

Mengacu pada latar belakang yang ada, maka dapat diidentifikasi

masalah yang ada di SMA Negeri 2 Juai adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan pembelajaran daring oleh guru harus didasari pengetahuan dan

sarana serta jaringan Internet.


5

2. Ketidaksiapan sekolah dalam hal ini guru dan siswa dalam proses

pembelajaran daring menjadi penghambat pembelajaran daring.

3. Meskipun sudah adanya edaran pembelajaran daring oleh Kemdikbud, tetapi

proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Juai masih menggunakan sistem

luring, yaitu dengan penugasan untuk dikerjakan di rumah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah melalui Focus Group Discossison ( FGD) dapat peningkatan

kemampuan guru-guru dalam pembelajaran daring di SMA Negeri 2 Juai

Kecamatan Juai Kabupaten Balangan?.

2. Bagaimana proses penerapan FGD kepada guru-guru dalam meningkatkan

kemampuan pembelajaran Daring di SMA Negeri 2 Juai Kecamatan Juai

Kabupaten Balangan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan Penelitian Tindakan Sekolah

(PTS) ini adalah untuk:

1. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran daring di SMA

Negeri 2 Juai melalui Focus Group Discossion (FGD)

2. Mendeskripsikan proses peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran

Daring melalui FGD, di SMA Negeri 2 Juai Kecamatan Juai Kabupaten

Balangan
6

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

a. Sebagai bahan bacaan bagi sekolah-sekolah dalam rangka peningkatan

kemampuan guru dalam proses perbaikan pembelajaran di sekolah.

b. Menambah pengetahuan dan keterampilan guru-guru sehingga dapat

digunakan untuk mencari penyelesaian masalah pembelajaran Dariing di

sekolah.

c. Sebagai cara strategis bagi sekolah dalam menggerakkan serta

meningkatkan kompetensi pedagogik dan profesional bagi setiap guru.

2. Bagi Guru

a. Untuk meningkatkan hubungan social positif guru dengan guru, guru

dengan kepala sekolah.

b. Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran menggunkan IT

3. Bagi K3S SMA

a. Sebagai cara menerapkan mutu berkordinasi dalam penggunaan Focus

Group Discossion (FGD) Kepala sekolah dan Guru di masing-masing di

sekolah.

b. Sebagai pemicu pemerataan peningkatan kompetensi guru dalam

penyelenggaraan pembelajaran daring


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Daring

1. Definisi Pembelajaran Daring

Pembelajaran dering merupakan cara baru dalam proses mengajar yang

memanfaatkan perangkat elektronik khususnya internet dalam proses

penyampaian belajar. Pembelajaran dering sepenuhnya tergantung pada akses

jaringan internet. Menurut Imania (2019) Pembelajaran dering merupakan

bentuk penyampaian pembelajaran konvesional yang dituangkan pada format

digital melalui internet.

Dikutip dari Yanti dkk (2020) bahwa pembelajaran dering dalam

pelaksanaannya menggunakan jaringan internet dengan memanfaatkan

teknologi informasi. Dalam hal ini koota internet merupakan kebutuhan utama

yang harus disediakan saat pelaksanaan pembelajaran dering ini.

Dari uraian pendapat tadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

dering merupakan pembelajaran yang berpusat pada koota atau jaringan

internet dengan penggunaan teknologi yang ada, terlaksana atau tidaknya

pembelajaran sistem dering ini tergantung oleh akses internet itu sendiri.

artinya pembelajaran daring dapat didefinisikan sebagai pembelajaran jarak

jauh yang tidak memungkinkan dilaksanakan tatap muka secara langsung

dengan menggunakan media pendukung teknologi untuk dapat melaksanakan

proses pembelajaran baik penyampaian materi, evaluasi serta adanya interaksi

7
8

belajar antara guru dengan peserta didik, atau interaksi sesama peserta didik

walau berada pada lokasi yang berbeda.

2. Macam - macam Media Pembelajaran Dering

a. Google Classroom

Menurut Brock (2015: 25) Google classroom ini memberikan

beberapa manfaat seperti: 1) kelas dapat disiapkan dengan

mudah,pengajar dapat menyiapkan kelas dan mengundang siswa serta

asisten pengajar. Kemudian di dalam aliran kelas, mereka dapat berbagi

informasi seperti tugas, pengumuman dan pertanyaan.2) menghemat

waktu dan kertas,pengajar dapat membuat kelas, memberikan tugas,

berkomunikasi dan melakuan pengelolaan, semuanya di satu tempat.3)

pengelolaan yang lebih baikdalam hal inisiswa dapat melihat tugas di

halaman tugas, di aliran kelas maupun di kalender kelas. Semua materi

otomatis tersimpan dalam folderGoogle Drive.4) penyempurnaan

komunikasi dan masukan,pengajar dapat membuat tugas, mengirim

pengumuman dan memulai diskusi kelas secara langsung. Siswa dapat

berbagi materi antara satu sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas

melalui email. Pengajar juga dapat melihat dengan cepat siapa saja

yang sudah dan belum menyelesaikan tugas, serta langsung

memberikan nilai dan masukan real-time.5) dapat digunakan dengan

aplikasi yang anda gunakan,kelas berfungsi dengan Google Document,

Calender, Gmail, Drivedan Formulir.6) aman dan terjangkau,kelas


9

disediakan secara gratis.Kelas tidak berisi iklan dan tidak pernah

menggunakan konten atau data siswa untuk tujuan iklan.

Menurut (Bender & Waller, 2014: 37) Google classroom

sesungguhnya dirancang untuk mempermudahinteraksi guru dan siswa

dalam dunia maya. Aplikasi ini memberikan kesempatan kepada para

guru untuk mengeksplorasi gagasan keilmuan yang dimilikinya kepada

siswa. Guru memliki keleluasaan waktu untuk membagikan kajian

keilmuan dan memberikan tugas mandiri kepada siswa selain itu, guru

juga dapat membuka ruang diskusi bagi para siswa secara online.

Namun demikian, terdapat syarat mutlak dalam mengaplikasikangoogle

classroom yaitu membutuhkan aksesinternetyang mumpuni.

Dengan demikian, aplikasi ini dapat membantu memudahkan

guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar dengan lebih

mendalam. Hal ini disebabkan karena baik siswa maupun guru dapat

mengumpulkan tugas, mendistribusikan tugas, menilai tugas dirumah

atau dimanapun tanpa terikat batas waktu atau jam pelajaran.

Ada beberapa tujuan diciptakannya aplikasi google

classroomyaitu:1)Google classroom adalah plat form pembelajaran

campuran yang dikembangkan oleh google untuk sekolah yang

bertujuan menyederhanakan pembuatan, pendistribusian dan penetapan

tugas dengan caratanpa kertas (Lawson, 2014: 6). Tujuan dari

pengenalan google classroomadalah agar siswa paham cara penggunaan

google classroom. Selain itu, siswa dapat mengetahui bahwa bukan


10

hanya modul saja yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran

tetapi siswa juga dapat belajar mandiri dan termotivasi dengan

menggunakan media google classroomyang merupakan sistem

manajemen pembelajaran untuk sekolah-sekolah dengan tujuan

memudahkan pembuatan, pendistribusian dan penilaian tugas secara

paperless(Dicicco, 2016: 26).3) Google Classroom berperan sebagai

media atau alat yang dapat digunakan oleh pengajar dan siswa untuk

menciptakan kelas online atau kelas secara virtual, menghemat waktu,

pengajar dapat memberikan pengumuman maupun tugas ke siswa yang

diterima secara langsung (real time), agar semuanya tetap teratur oleh

siswa tersebut (Abid Azhar & Iqbal, 2018: 15).

Berikut beberapa kelebihan menggunakan google

classroomyakni:1) Guru dapat menambahkan siswa secara langsung

atau berbagi kode dengan kelasnya untuk bergabung. Hal ini berarti

sebelumnya guru di dalam kelas nyata (di sekolah) sudah

memberitahukan kepada siswa bahwa guru akan menerapkan google

clasroomdengan syarat setiap siswa harus memiliki emailpribadi

dengan menggunakan nama lengkap pemiliknya (tidak menggunakan

nama panggilan/samaran). 2) Guru memberikan tugas mandiri atau

melemparkan forum diskusi melalui laman tugas atau laman diskusi

kemudian semua materi kelas disimpan secara otomatis ke

dalamfolderdi google drive. 3) Selain memberikan tugas, guru juga

dapat menyampaikan penguman atau informasi terkait dengan mata


11

pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa di kelas nyata pada laman

tersebut. Siswa dapat bertanya kepada guru ataupun kepada siswa lain

dalam kelas tersebut terkait dengan informasi yang disampaikan oleh

guru. 4) Siswa dapat melacak setiap tugas yang hampir mendekati batas

waktu pengumpulan di laman tugas, dan mulai mengerjakannya cukup

dengan sekali klik. 5) Guru dapat melihat dengan cepat siapa saja yang

belum menyelesaikan tugas, serta memberikan masukan dan nilai

langsung di kelas.

Kekurangan menggunakan google classroom yakni: 1)

Mengaplikasikan google classroom tentunya bukan hal mudah bagi

guru yang tidak memiliki kemampuan di bidang teknologi informasi. 2)

Membutuhkan koneksi internet yang memadai untuk mengirim tugas

dan mengunggah materi. 3) Membutuhkan perangkat yang mempunyai

kapasitas penyimpanan. 4) Membutuhkan panduan penggunaan bagi

pengguna baru

b. Meeting Zoom

Zoom Meeting merupakan sebuah media pembelajaran

menggunakan video. Pendiri aplikasi Zoom Meeting yaitu Eric Yuan

yang diresmikan tahun 2011 yang kantor pusatnya berada di San Jose,

California. Aplikasi ini tidak hanya digunakan untuk pembelajaran saja

tetapi bisa digunakan untuk urusan perkantoran maupun urusan lainnya.

Platfrom ini gratis jadi dapat digunakan oleh siapapun dengan batas

waktu empat puluh menit dan tidak ada batasan waktu jika akun kita
12

berbayar. Dalam aplikasi Zoom Meeting ini kita bisa berkomunikasi

langsung dengan siapapun lewat video. Oleh karena itu, memang cocok

digunakan sebagai media pembelajaran (Haqien, 2020).

Salah satu aplikasi yang menyediakan fasilitas interaksi tatap

muka pendidik dan peserta didik secara virtual melalui video

conference dengan PC atau laptop atau smartphone adalah Zoom Cloud

Meeting, aplikasi ini merupakan aplikasi yang digunakan sebagai media

komunikai jarak jauh dengan menggabungkan konferensi video,

obrolan, pertemuan online dan kolaborasi seluler. Penggunaan meeting

dalam aplikasi ini bisa menampung 1000 peserta bersama dalam satu

pertemuan secara virtual. Aplikasi ini dapat didownload secara gratis,

tetapi tetap fungsional, fitur yang ada antara lain panggilan telephone,

webinar, presentasi, dan masih banyak lainnya. Aplikasi ini dinilai

punya kualitas yang baik, dapat dibuktikan dengan perusahaan yang

sudah masuk dalam fortune 500 sudah menggunakan layanan ini.

(Wibawanto 2020 dalam Ismawati, 2020)

c. Whatsshap

Whatsapp itu sendiri didirikan pada tanggal 24 Februari 2009, yang

bertempat di Mount View, California, Amerika Serikat. Yang pada saat itu

aplikasi ini diciptakan oleh Brian Acton dan Jan Koum, dimana keduanya

memang sempat menjadi karyawan pada perusahaan Yahoo.

Manfaat whatsapp antara lain: 1) Sebagai fitur atau alat

komunikasi, Salah satu manfaat Whatsapp yang sampai saat ini banyak

dirasakan adalah kemudahan untuk melakukan komunikasi. Karena


13

memang pada dasarnya saat ini masyarakat dunia, membutuhkan alat

komunikasi yang dapat menghubungkan antar kalangan, 2) Dapat

digunakan untuk berbagi lokasi demi keamanan, Saat ini jika anda

masih belum mengetahui bahwa sudah ada fitur berbagi lokasi pada

Whatsapp. Dengan demikian anda bisa membagikan lokasi dengan

pengguna lainnya, untuk berbagai keperluan misalnya untuk menjamin

keamanan ketika jauh dari rumah. Bahkan serunya lagi anda bisa

memastikan, berapa lama anda ingin membagikan lokasi anda pada

pengguna lain, 3) Media untuk saling berbagi informasi, Berbagi

informasi saat ini bukanlah suatu hal yang sulit untuk ditemukan.

Dengan adanya beragam jenis media sosial, termasuk Whatsapp

berbagi informasi menjadi jauh lebih mudah. Jika anda membutuhkan

banyak informasi menarik, biasanya pengguna Whatsapp itu sendiri

akan banyak yang membagikannya menggunakan fitur story, 4. Sarana

untuk melakukan video call, Bukan suatu hal yang sulit jika anda

ingin berkomunikasi dengan bertatapan langsung bersama lawan bicara.

Saat ini fitur videocall sudah didukung oleh Whatsapp, yang mampu

memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, 5. Sarana untuk

berbisnis, Salah satu hal positif dari penggunaan Whatsapp, adalah

sebagai sarana untuk melakukan bisnis. Jika anda saat ini merupakan

salah seorang pembisnis, mungkin anda bisa mencoba untuk

mengembangkan bisnis anda menggunakan aplikasi ini. Bahkan saat ini

Whatsapp sudah memiliki firut Business, yang memungkinkan untuk


14

melakukan auto-reply, 6) Mempelajari istilah istilah baru, Di

WhatsApp terdapat berbagai macam kata-kata unik yang anda sendiri

mungkin belum pernah tahu sebelumnya.

Adapun kelebihan dari whatsapp adalah: 1) Terdapat backup chat,

Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Whatsapp adalah backup atau

penyimpanan chat untuk kurun waktu tertentu. Sehingga memungkinkan anda

untuk melihat kembali chat yang sudah dikirimkan beberapa waktu yang lalu,

2) Tidak memakan terlalu banyak baterai, Jika anda membutuhkan sebuah

aplikasi yang bisa mengirit penggunaan baterai, anda bisa mencoba untuk

menggunakan aplikasi Whatsapp sebagai solusinya. Penggunaan baterai dari

aplikasi ini memang dapat dipercaya untuk lebih irit ketika digunakan, 3)

Tersedia layanan pembatalan pengiriman pesan, Ketersediaan pembatalan

pengiriman memang terkadang menjadi suatu hal yang dibutuhkan. Apalagi,

ketika anda mengirimkan pesan kepada orang yang salah, 4) Terdapat jaminan

keamanan data pribadi, Anda tidak perlu merasa khawatir ketika

menggunakan Whatsapp, dimana semua data pengguna akan selalu terjamin

keamanannya. Jadi anda tidak perlu ketakutan untuk meregistrasi nomor

telepon anda pada aplikasi ini.

Kekurangan-kekurangan yang dimiliki oelha whatsapp adalah: 1) Tidak

irit kuota, Memang sampai saat ini masih cukup sulit untuk menemukan

aplikasi yang mampu menunjang penggunaan kuota yang lebih irit. Whatsapp

itu sendiri belum memiliki jaminan, jika anda bisa lebih irit kuota ketika

menggunakannya, 2) Tidak dapat melakukan videocall pada Whatsapp web,

Jika anda saat ini menggunakan aplikasi Whatsapp pada web atau yang

terpasang di perangkat komputer dan laptop. Mungkin anda masih belum bisa
15

untuk melakukan videocall, yang menjadi kekurangan dari Whatsapp,

3)Mengharuskan anda untuk memiliki koneksi internet yang kuat,

Kekurangan dari Whatsapp yang terakhir adalah keharusan untuk memiliki

koneksi internet yang cukup kuat. Sehingga hal ini menjadi penghalang jika

anda ingin lebih irit ketika menggunakan kuota internet.

(https://jagad.id/pengertian-whatsapp/)

B. Focus Group Discossion (FGD)

1. Definisi Focus Group Discossion (FGD)

Menurut asal usul katanya FGD merupakan akronim dalam bahasa

Inggris yang kepanjangannya adalah focus group discussion. Jika

diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia berarti diskusi

kelompok terarah.

FGD biasa juga disebut sebagai metode dan teknik pengumpulan

data kualitatif dengan cara melakukan wawancara kelompok. Guna

memperolah pengertian yang lebih seksama, kiranya FGD dapat

didefinisikan sebagai suatu metode dan teknik dalam mengumpulkan data

kualitatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu fokus masalah

atau topic tertentu dipandu oleh seorang fasilitator atau moderator (Indrizal,

2015)

Menurut Bungin (2008), Focus Group Discossion (FGD) adalah

suatu proses pengumpulan data yaitu untuk memproleh data dan informasi

dari suatu kelompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu

permasalahan tertentu. Focus Group Discossion (FGD) adalah bentuk

diskusi yang didesain untuk memunculkan informasi mengenai keinginan,


16

kebutuhan, sudut pandang, keprcayaan dan pengalaman yang dikehendaki

peserta (Paramita, A., & Kristina, L., 20013).

Dapat disimpulkan Focus Group Discossion (FGD) merupakan suatu

cara yang dapat dilakukan secara terarah di dalam mengupayakan

pemecahan suatu masalah dengan melibatkan semua pihak terkait untuk

mendapatkan hasil atau informasi tentang suatu data yang diinginkan.

2. Karakteristik Focus Goup Discossion (FGD (http://perpustakaan.poltekkes-

malang.ac.id)

a. FGD diikuti oleh para peserta yang idialnya 7-11 orang

b. Peserta FGD teridiri dari orang-orang dengan ciri-ciri yang sama atau

relatife homogeny yang ditentukan berdasarkantujuan dan kebutuhan

studi.

c. FGD merupakan sebuah proses pengumpulan data, yang bertujuan

untuk menggali dan memperoleh beragam informasi tentang maslah

atau topic tertentu.

d. FGD adalah metode dan teknik pengumpulan data kualitatif

e. FGD adalah diskusi terarah dengan adanya focus maslah atau topic

yang jelas untuk didiskusikan atau di bahas bersama

f. Lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan FGD berkisar 60

sampai dengan 90 menit

g. Dalam suatu studi yang menggunakan FGD, lazimnya FGD dilakukan

beberapa kali
17

h. FGD sebaiknya dilaksanakan atau ruang netral yang disesuaikan

dengan situasi tertentu

i. Manfaat Focus Group Discossion (FGD)

a. Untuk merancang kuesioner survey

b. Untuk Menggali informasi

c. Untuk mengembangkan hipotesa penelitian

d. Untuk mengumpulkan data kualitatif dalam studi proses – proses

penjajagan, perncanaan, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi

j. Persiapan Focus Group Discossion (FGD)

a. Persiapan dalam tim

b. Persiapan dalam kelompok ( mempersiapkan undangan)

k. PelaksanaanFocus Group Discossion (FGD)

a. Persiapan sebelum kegiatan (Acara Pertemuan ) FGD

b. Pembukaan FGD (Pemanasan dan Penjelasan)

c. Penutupan FGD

l. Kelebihan dan Kelemahan Focus Group Discossion (FGD)

a. Kelebihan

1. Sinergisme

2. Manfaat bola salju

3. Keamanan

4. Spontan

b. Kelemahan atau kesulitan


18

1. Karena dapat dilakukan secara cepat dan murah, FGD sering

digunakan oleh pembuat keputusan untuk mendukung

dugaan/pendapat pembuat keputusannya

2. Waktu yang terbatas

3. Memerlukan fasilitatos moderator (pemandu diskusi) yang memiliki

ketermpilan yang tinggi.

Metode FGD merupakan salah satu strategi untuk mengumpulkan data

yang melibatkan interaksi sosial diantara para individu dalam suatu diskusi

berseri. Metode ini terbukti banyak digunakan untuk pengumpulan data di

berbagai proyek penelitian kualitatif. Walaupun teknik FGD mungkin

sangat efektif, cepat, dan ekonomis dalam menyediakan data/informasi,

tetapi tidak selalu menjadi teknik/cara yang paling tepat untuk

mengumpulkan data/informasi. Metode FGD membutuhkan seorang

moderator yang terlatih dan handal untuk dapat memfasilitasi diskusi

dengan tepat, pelaksanaannya membutuhkan lingkungan yang kondusif, dan

kelompok diskusi yang bervariasi, dan hasil dari pengumpulan datanya

memiliki tingkat kesulitan yang tinggi untuk dianalisis. Pada situasi khusus,

dibutuhkan pertimbangan lain untuk menggunakan teknik/metode

pengumpulan data lainnya agar penyediaan data menjadi lebih kaya dan

lebih informatif

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya:

1. Wahyu Aji Fatma Dewi (2020). Dampak COVID-19 Terhadap


Implementasi Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar. Penelitian ini
19

bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi pembelajaran daring di


rumah pada siswa Sekolah Dasar akibat adanya pandemic Covid-19.
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan dimana dalam
mengumpulkan informasi data dengan teknik dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal yang relevan dari berbagai macam yang ada di
perpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, berita. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dampak Covid-19 terhadap implementasi
pembelajaran daring di sekolah dasar dapat terlaksana dengan cukup baik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil data 3 artikel dan 6 berita yang menunjukkan
bahwa dampak Covid-19 terhadap implementasi pembelajaran daring di SD
dapat terlaksana dengan cukup baik apabila adanya kerjasama antara guru,
siswa dan orang tua dalam belajar di rumah.
2. Edi Indrizal. 2014. Diskusi Kelompok Terarah. Artikel ini menjelaskan
FGD sebagai metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian sosial
dan sebagai bagian dari pendekatan partisipatif untuk mengidentifikasi
keadaan, kebutuhan, masalah dan potensi peluang pengembangan ke dalam
masyarakat dan modal sosial dalam pembangunan. Sesuai dengan
penggunaannya, diharapkan pembahasan pendahuluan pada artikel ini
dapat membantu peneliti memahami dasar-dasar dan langkah-langkah
pelaksanaan FGD sebagai salah satu teknik pengumpulan data penelitian.
Begitu pula bagi praktisi fasilitator bina lingkungan agar lebih
memfasilitasi diskusi kelompok sebagai salah satu keahlian dalam
menjalankan peran sebagai community care and development
3. Nurma. 2020. Peningkatan Keterampilan Komunikasi Guru Dalam Proses
Pembelajaran Melalui Kegiatan Ficus Group Discussion (FGD) di SD
Negeri 06 Situjuah Gadang. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya
kemampuan komunikasi guru dalam pembelajaran proses di SDN 06
Situjuah Gadang, Lima Puluh Kota. Penelitian ini bertujuan untuk
memperbaiki keterampilan komunikasi guru dalam proses pembelajaran
melalui kegiatan FGD. Tipe ini Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian ini di berupa
informasi tentang proses dan data hasil tindakan yang diperoleh dari
observasi, hasil penilaian keterampilan guru, diskusi dan dokumentasi.
Sumber data adalah proses pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)
kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil
penelitian dari Siklus I ke Siklus II membuktikan bahwa pembinaan
melalui kegiatan FGD dapat meningkatkan kualitas guru kemampuan
berkomunikasi.

D. Kerangka Berpikir

1. Kondisi Awal

Guru merupakan suatu profesi yang artinya suatu jabatan atau

pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis


20

pekerjaan ini mestinya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang

diluar bidang kependidikan, walaupun pada kenyataannya masih

banyak dilakukan oleh orang di luar kependidikan.

Aktifitas guru dalam mengajar dan aktifitas siswa dalam belajar

sangat bergantung pada pemahaman guru terhadap mengajar.

Mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan,

melainkan mengandung makna yang lebih luas, yakni terjadinya

interaksimanusiawi dengan berbagai aspek yang cukupkomplek.

Iklim belajar yang kondusif harus ditunjang oleh berbagai

fasilitas belajar yang menyenangkan, seperti sarana, wifi, pengaturan

lingkungan, penampilan, dan sikap guru dan diantara peserta didik itu

sendiri serta penataan organisasi dan bahan pembelajaran secara

tepat, sesuai dengan kemampuan dan perkembangan peserta didik.

Iklim belajar yang menyenangkan akan membangkitkan semangat dan

menumbuhkan aktivitas serta kreatifitas pesertadidik.

Namun kecenderungan di lapangan menunjukkan bahwa

kemampuan guru dalam memilih metode pembelajaran belum

maksimal. Di kelas masih banyak ditemukan guru- guru yang

mengajar tanpa menggunakan metode yang tepat. Diharapkan

melalui pelaksanaan Focus Group Discossion (FGD), kemampuan

guru – guru di SMA Negeri 2 Juai Kecamatan Juai Kabupaten

Balangan.
21

2. Tindakan

Melalui adanya kegiatan Focus Group Discossion (FGD dapat

meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran daring di SMA

Negeri 2 Juai Kecamatan Juai Kabupaten Balangan.

Kerangka Berfikir Penelitian

Latar Belakang:
Hasil Pratindakan : Kemampuan guru dalam penguasaan
Kemampuan guru materi, sistematika penyajian,
penerapan metode, penggunaan media,
dalam performance, pemberian motivasi
pembelajaran dalam pembelajaran daring masih
belum maksimal sehingga tujuan
daring masih pembelajaran yang diharapkan tidak
dalam kategori tercapai maksimal

cukup baik
Tindak Melaksanakan
an FGD
Observa
si

Hasil
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan pada semester pertama tahun

pelajaran 2020/ 2021 tepatnya pada bulan Juli 2020 sampai bulan

Desember 2020.

2. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan di Sekolah SMA Negeri 2

Juai Kecmatan Juai Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan

semester pertama tahun pelajaran 2020/2021.

3. Subyek Penelitian

Adapun Subjek dalam penelitian ini adalah guru – guru di SMA Negeri 2

Juai Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Kalimantan Selatan yang

berjumlah 13 orang yang terdiri atas 5 orang perempuan dan 8 orang laki-

laki. Berikut data guru SMA Negeri 2 Juai Kecamatan Juai Kabupaten

Balangan yang diasjikan dalam bentuk table :

Jenis

N Nama Jabatan Kelamin


L P
O
1. Budi Irawan, S.Pd.I Guru PAI √
2. Aji Hermawan, S.Pd Guru Geografi √

22
23

3 Jiki Yansyah, S.Pd Guru Biologi √


4 Miftahul Jannah, S.Pd Guru Sejarah √
5 M.Nasrullah, S.Pd Guru BK √
6 Apriyadi Rahman, S.Pd Guru Bhs.Indonesia √
7 Nelprinondang. P, S.Pd Guru Fisika √
8 Rahmatullah, S.Pd Guru Matematika √
9 Riduwan Iman, S.Pd PJOK √
10 Ririn, S.Pd PKn √
11 Asvia Safitri, S,Pd Guru Seni Budaya √
12 Risna Susanti, S.Pd Guru Kimia √
13 Sri Maya, S.Pd Guru Sosiologi √

Sekolah ini dijadikan sebagai penelitian tindakan sekolah ini karena

adanya sebagian besar guru belum memahami, menguasai atau masih

rendahnya pemahaman tentang bagaimana pembelajaran daring dimasa

terjadinya wabah covid -19 ini, dengan demikian para guru kesulitan

melakukan kegiatan pembelajaran daring secara online, sehingga interaksi

guru dan murid menjadi terhambat baik dalam hal penyampain materi dan

tugas maupun proses penyelesaian jawaban soal oleh siswa itu sendiri.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah guru – guru SMA Negeri 2 Juai ,

peneliti. Jenis data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan

kualitatif, yang mencakup (a) rencana pendampingan, (b) Pelksanaan

pendampingan, (c) data hasil observasi, (d) kemampuan guru dalam

melkasanakan proses pembelajaran secara daring maupun luring, (d)

perubahan guru dan sikap siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran

secara daring.

B. Pengumpulan Data
24

Pengumpulan data meliputi lembar observasi yang menggnakan skalla

penilaian Likert (Sugiono, 2018), wawancara dalam proses melaksankan

pembelajaran secara daring maupun luring. Instrumen pengumpul data

meliputi:

(1) Pedoman observasi sebagai data untuk melihat kondisi kemampuan guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran secara daring maupun luring.

(2) Instrumen penilaian keberhasilan guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran secara daring maupun luring.

(3) Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis, diolah, dan diinterpretasikan.

Selain itu, hasil analisis juga akan digambarkan dalam bentuk tabel dan

grafik interaksi belajar dan hasil belajar.

Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif

dan kualitatif. Data yang diperoleh dikatagorikan dan diklasifikasikan

berdasarkan analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan

sistematis dalam keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.

Selanjutnya untuk menganalisis data, hasil tindakan yang dilakukan

peneliti disajikan secara bertahap sesuai urutan siklus yang telah

dilaksanakan, adapun prosedur pengolahan data dasil pengamatan aktivitas

guru dianalisis dan dievaluasi dengan rumus :

jumlah skor perolehan x 100


persentase aktivitas guru =
skor maksimal

Kategori pembelajaran :

Sangat baik : 82 – 100

Baik : 63 – 81
25

Cukup Baik : 44 – 62

Kurang baik : 25 - 43

C. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan sekolah ini adalah:

1. Melalui Focus Group Discossison ( FGD) dapat meningkatkan

kemampuan rata guru-guru dalam pembelajaran daring di SMA

Negeri 2 Juai dengan nilai klasikal 80.

2. Penerapan FGD untuk kemampuan pembelajaran daring di SMA

Negeri 2 Juai berada pada kategori baik

D. Prosedur Penelitian Tindakan Sekolah

Tindakan penelitian sekolah yang dipakai untuk meningkatan

kemampuan guru dalam pembelajaran daring ini menggunkan metode Focus

Group Discossion (FGD) bagi semua guru SMA Negeri 2 Juai dilaksanakan

dengan menggunakan desain penelitian tindakan (action research) yang

dirancang melalui dua siklus.

Langkah-langkah yang digunakan sebagi prosedur penelitian tindakan

mengacu pada pendapat yang dikemukakan oleh Kurt Lewin yaitu dengan

dengan langkah – langkah berbentuk siklus berulang-ulang yang mencakup 4

langkah, sebagai berikut :

a. Perencanaan(planning)

b. Pelaksanaan (acting)

c. Pengamatan (observing)

d. Refleksi.
26

Desain Siklus model Kurt Lewin ini dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan seperti siklus di bawah ini :

Perencanaan

Refleksi Siklus I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Siklus II Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar Siklus PTS yang akan dilaksanakan

Adapun tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yang

dilaksanakan dengan 2 adalah seperti diuraikan sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Perencanaan ( Palnning)

Dalam tahap perencanaan disiapkan hal-hal sebagai berikut : (a)

menyiapkan bahan, invetarisasi kebutuhan dan invetarisasi

masalah/kesulitan guru dalam hal pembelajaran daring, (b) berdiskusi

dengan guru (Focus Group Discossion) tentang hal-hal yang dapat

dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

pembelajaran daring, (c) menyiapakan jadwal pelaksanaan Focus Group


27

Discossion yang disesuaikan dengan kesiapan setiap guru, (d)

menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pendampingan

melalui focus group discussion (FGD).

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahapan ini dilaksanakan pendampingan pada setiap guru

sesuai dengan jadwal yang telah direncakanan, yaitu (a) Pendampingan

terhadap guru dalam perencanaan pembelajaran daring: mulai dari

menyusun rencana pengajaran, menyiapkan model daring yang akan

digunakan, membuat media, menyiapkan sumber belajar, dan

menyiapkan alat evaluasi, (b) Pendampingan terhadap guru saat

melaksanakan kegiatan pembelajaran daring maupun luring sesuai

pokok bahasan dan materi yang akan diajarkan, (c) Pendampingan guru

saat mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa.

c. Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, yang dimulai

dari perencanaan dan pelaksanaan tindakan, dan hal-hal yang dterjadi

saat proses kegiatan yang direkam dalam bentuk catatan – catatan dan

dokumentasi disaat observasi berlangsung untuk dijadikan data-data

penelitian.

d. Refleksi (Reflecation)

Pada akhir tiap siklus diadakan refleksi berdasarkan data observasi,

dengan refleksi ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah

tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat meningkatkan


28

kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melaui

daring, kendala-kendala apa yang menghambat, factor apa saja yang

menjadi kendala, alternative apa sebagai solusinya. Pada penelitian ini

refleksi yang akan dilakukan adalah hasil pengamatan kemampuan guru

saat melaksanakan pembelajaran secara daring maupun luring.

2. Siklus II

Kegiatan tindakan pada siklus II didasarkan atas temuan – temuan

hasil dari siklus I, adapun langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan

sama halnya dengan siklus I.


BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Awal

Kondisi awal menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam

penguasaan materi, sistematika penyajian, penerapan metode, penggunaan media,

performance, pemberian motivasi dalam pembelajaran daring masih belum

maksimal. Hal ini dapat kita pada tabel 4.1 berikut yang menggambarkan

kemampuan guru dalam pembelajaran daring sebelum dilaksanakannya

Focus Group Discussion (FDG)

Tabel 4.1
Kemampuan Guru Pratindakan

No Nama Guru Total Skor Kategori


1 Budi Irawan, S.Pd.I 47.78 Cukup Baik
2 Aji Hermawan, S.Pd 46.67 Cukup Baik
3 Jiki Yansyah, S.Pd 48.89 Cukup Baik
4 Miftahul Jannah, S.Pd 47.78 Cukup Baik
5 M.Nasrullah, S.Pd 48.89 Cukup Baik
6 Apriyadi Rahman, S.Pd 50.00 Cukup Baik
7 Nelprinondang. P, S.Pd 47.78 Cukup Baik
8 Rahmatullah, S.Pd 47.78 Cukup Baik
9 Riduwan Iman, S.Pd 47.78 Cukup Baik
10 Ririn, S.Pd 48.89 Cukup Baik
11 Asvia Safitri, S,Pd 48.89 Cukup Baik
12 Risna Susanti, S.Pd 47.78 Cukup Baik
13 Sri Maya, S.Pd 47.78 Cukup Baik
Nilai Klasikal 48.20 Cukup Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa kemampuan guru

dalam pembelajaran daring berada pada nilai 48.20 dengan kategori cukup

baik. Pada pembelajaran secara daring masih banyak ditemukan guru- guru

yang mengajar tanpa menggunakan metode yang tepat, sehingga akan

29
30

berdampak pada hasil pembelajaran yang diharapkan. Melalui

pelaksanaan Focus Group Discossion (FGD) diharapkan kemampuan guru-

guru di SMA Negeri 2 Juai Kecamatan Juai Kabupaten Balangan dapat

meningkat.

B. Siklus I
Siklus I dilaksanakan sesuai dengan prosedur penelitian yang sudah

dibuat, yaitu:

a. Perencanaan ( Planning)

Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut: (a)

menyiapkan bahan, invetarisasi kebutuhan dan invetarisasi

masalah/kesulitan guru dalam hal pembelajaran daring, (b) berdiskusi

dengan guru (Focus Group Discossion) tentang hal-hal yang dapat

dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran

daring, (c) menyiapakan jadwal pelaksanaan Focus Group Discossion yang

disesuaikan dengan kesiapan setiap guru, (d) menyiapkan bahan dan alat

yang dibutuhkan dalam pendampingan melalui focus group discussion

(FGD).

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahapan ini dilaksanakan pendampingan pada setiap guru sesuai

dengan jadwal yang telah direncakanan,yaitu (a) Pendampingan kepada

guru dalam perencanaan pembelajaran daring: mulai dari menyusun rencana

pengajaran, menyiapkan model daring yang akan digunakan, membuat

media, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi yang

dilaksanakan pada minggu pertama bulan Agustus 2020, (b) Pendampingan


31

terhadap guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran daring maupun

luring sesuai pokok bahasan dan materi yang akan diajarkan yang

dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus 2020, (c) Pendampingan

guru saat mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa yang juga dilaksanakan

pada minggu kedua bulan Agustus 2020.

c. Pengamatan (Observation)

Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, yang dimulai dari

perencanaan dan pelaksanaan tindakan, dan hal-hal yang terjadi saat proses

kegiatan yang direkam dalam bentuk catatan–catatan dan dokumentasi

disaat observasi berlangsung untuk dijadikan data-data penelitian.

Berikut hasil rekapitulasi observasi yang dilakukan pada saat guru

melaksanakan pembelajaran daring:

Tabel 4.2
Kemampuan Guru Siklus I
No Nama Guru Total Skor Kategori
Budi Irawan, S.Pd.I
1 67.78 Baik
2 Aji Hermawan, S.Pd 66.67 Baik
3 Jiki Yansyah, S.Pd 66.67 Baik
4 Miftahul Jannah, S.Pd 67.78 Baik
M.Nasrullah, S.Pd
5 65.56 Baik
6 Apriyadi Rahman, S.Pd 67.78 Baik
7 Nelprinondang. P, S.Pd 66.67 Baik
8 Rahmatullah, S.Pd 67.78 Baik
9 Riduwan Iman, S.Pd 67.78 Baik
10 Ririn, S.Pd 66.67 Baik
11 Asvia Safitri, S,Pd 65.56 Baik
12 Risna Susanti, S.Pd 66.67 Baik
13 Sri Maya, S.Pd 67.78 Baik
Nilai Klasikal 67.00 Baik
32

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa kemampuan guru dalam

pembelajaran daring pada siklus I berada pada nilai 67.00 dengan kategori

baik.

d. Refleksi (Reflecation)

Pada akhir siklus I ini diadakan refleksi berdasarkan data observasi serta

beberapa temuan yang didapatkan dari kegiatan yang telah dilaksanakan, hal

ini dimaksudkan agar peneliti dapat melihat apakah tindakan yang dilakukan

dalam penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran melaui daring, kendala-kendala apa

yang menghambat, faktor apa saja yang menjadi kendala, alternative apa

sebagai solusinya. Pada siklus I ini nilai kemampuan guru sudah mengalami

kenaikan jika dibandingkan pada pratindakan, tetapi masih belum mencapai

indikator yang diharapakan yaitu mencapai nilai 80 walaupun kategori yang

didapatkan adalah baik sesuai dengan indikator keberhasilan yang

diinginkan.

Hasil refleksi pada siklus I ini menunjukkan bahwa guru-guru masih

kesulitan dalam menentukan model yang cocok untuk digunakan dalam

pembelajaran daring. Sehingga peneliti akan lebih giat lagi mendampingi

para guru dalam memberikan pengetahuan tentang model model maupun

metode yang sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas.

C. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan pada siklus I maka akan

dilaksanakan siklus II sesuai dengan prosedur penelitian yang sudah dibuat,

yaitu:
33

a. Perencanaan ( Planning)

Dalam tahap perencanaan peneliti menyiapkan hal-hal sebagai berikut: (a)

menyiapkan bahan, invetarisasi kebutuhan dan invetarisasi

masalah/kesulitan guru dalam hal pembelajaran daring, (b) berdiskusi

dengan guru (Focus Group Discossion) tentang hal-hal yang dapat

dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran

daring, (c) menyiapkan jadwal pelaksanaan observasi kemampuan guru

dalam pembelajaran daring yang disesuaikan dengan kesiapan setiap guru,

(d) menyiapkan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam pendampingan

melalui focus group discussion (FGD).

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)

Pada tahapan ini dilaksanakan pendampingan pada setiap guru sesuai

dengan jadwal yang telah direncakanan,yaitu (a) Pendampingan kepada

guru dalam perencanaan pembelajaran daring: mulai dari menyusun rencana

pengajaran, menyiapkan model daring yang akan digunakan, membuat

media, menyiapkan sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi yang

dilaksanakan pada minggu pertama bulan Agustus 2020, (b) Observasi

terhadap guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran daring maupun

luring sesuai pokok bahasan dan materi yang akan diajarkan yang

dilaksanakan pada minggu kedua bulan Agustus 2020, (c) Pendampingan

guru saat mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa yang juga dilaksanakan

pada minggu kedua bulan Agustus 2020.

c. Pengamatan (Observation)
34

Pengamatan dilakukan pada setiap tahap penelitian, yang dimulai dari

perencanaan dan pelaksanaan tindakan, dan hal-hal yang terjadi saat proses

kegiatan yang direkam dalam bentuk catatan–catatan dan dokumentasi

disaat observasi berlangsung untuk dijadikan data-data penelitian.

Berikut hasil rekapitulasi observasi yang dilakukan pada saat guru

melaksanakan pembelajaran daring:

Tabel 4.3
Kemampuan Guru Siklus II
Total
No Nama Guru Skor Kategori
1 Budi Irawan, S.Pd.I 77.78 Baik
2 Aji Hermawan, S.Pd 80.00 Baik
3 Jiki Yansyah, S.Pd 83.33 Sangat Baik
4 Miftahul Jannah, S.Pd 81.11 Baik
5 M.Nasrullah, S.Pd 83.33 Sangat Baik
6 Apriyadi Rahman, S.Pd 77.78 Baik
7 Nelprinondang. P, S.Pd 83.33 Sangat Baik
8 Rahmatullah, S.Pd 86.67 Sangat Baik
9 Riduwan Iman, S.Pd 77.78 Baik
10 Ririn, S.Pd 83.33 Sangat Baik
11 Asvia Safitri, S,Pd 83.33 Sangat Baik
12 Risna Susanti, S.Pd 83.33 Sangat Baik
13 Sri Maya, S.Pd 86.67 Sangat Baik
Nilai Klasikal 82.14 Sangat Baik

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa kemampuan guru dalam

pembelajaran daring pada siklus II berada pada nilai 82.14 dengan kategori

sangat baik.

d. Refleksi (Reflecation)

Pada siklus II ini nilai kemampuan guru sudah mengalami kenaikan jika

dibandingkan pada pratindakan dan siklus I, dan sudah mencapai indikator


35

yang diharapakan yaitu mencapai nilai minimal 80 dengan kategori yang

didapatkan adalah baik sesuai dengan indikator keberhasilan yang

diinginkan, nilai kemampuan guru pada siklus II ini adalah sebesar 82.14.

Maka dengan demikian penelitian ini dicukupkan sampai pada siklus II saja

kerana indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai.

D. Pembahasan

Tabel 4.4
Rekapitulasi Kemampuan Guru
Pratindakan Siklus I Siklus II
No Nama Guru Total Total Total
Kategori Kategori Kategori
Skor Skor Skor
Budi Irawan, S.Pd.I Cukup
1 47.78 Baik 67.78 Baik 77.78 Baik
Aji Hermawan, S.Pd Cukup
2 46.67 Baik 66.67 Baik 80.00 Baik
Jiki Yansyah, S.Pd Cukup Sangat
3 48.89 Baik 66.67 Baik 83.33 Baik
Miftahul Jannah, S.Pd Cukup
4 47.78 Baik 67.78 Baik 81.11 Baik
M.Nasrullah, S.Pd Cukup Sangat
5 48.89 Baik 65.56 Baik 83.33 Baik
Apriyadi Rahman, S.Pd Cukup
6 50.00 Baik 67.78 Baik 77.78 Baik
Nelprinondang. P, S.Pd Cukup Sangat
7 47.78 Baik 66.67 Baik 83.33 Baik
Rahmatullah, S.Pd Cukup Sangat
8 47.78 Baik 67.78 Baik 86.67 Baik
Riduwan Iman, S.Pd Cukup
9 47.78 Baik 67.78 Baik 77.78 Baik
Ririn, S.Pd Cukup Sangat
10 48.89 Baik 66.67 Baik 83.33 Baik
Asvia Safitri, S,Pd Cukup Sangat
11 48.89 Baik 65.56 Baik 83.33 Baik
36

Risna Susanti, S.Pd Cukup Sangat


12 47.78 Baik 66.67 Baik 83.33 Baik
Sri Maya, S.Pd Cukup Sangat
13 47.78 Baik 67.78 Baik 86.67 Baik
Cukup Sangat
Nilai Klasikal 48.20
Baik 67.00 Baik 82.14 Baik

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat kita lihat bahwa pada pratindakan

nilai klasikal kemampuan guru hanya sebesar 48.20 dengan kategori cukup

baik, semua guru berada dalam kategori cukup baik. Kemudian pada siklus

I nilai klasikal kemampuan guru pada pembelajarn daring sebesar 67.00

dengan kategori baik, semua guru berada pada kategori baik.Sedangkan

pada siklus II nilai klasikal untuk kemampuan guru sebesar 82.14 dengan

kategori baik dimana delapan orang guru sudah berada pada kategori

sangat baik, dan lima orang lainnya berada pada kategori baik.

Diagram 4.1

Rekapitulasi Peningkatan Kemampuan Guru


37

90
80
70
60
50
40
30 Pratindakan
20 Siklus I
10 Siklus II
0
I
d. Pd Pd Pd Pd Pd Pd Pd Pd Pd Pd Pd Pd
S .P , S. , S. , S. , S. , S. , S. , S. , S. , S. i, S, i, S. , S.
, n h h h n P h n in r t a
an awa sya nna ulla ma ng. ulla Ima Rir afit san ay
w h t M
ra m an Ja sr a da a n a S Su ri
di I Her ki Y hul .Na di R non hm uwa s vi sna S
i a i a
Bu Aji J ift M riya lpr R Rid A Ri
M p e
A N

Berdasarkan diagram di atas dapat kita lihat bahwa semua guru

mengalami peningkatan kemampuan dalam pembelajaran daring, dimulai

saat pratindakan lalu siklus I dan terakhir siklus II yang selalu mengalami

peningkatan. Peningkatan ini tentunya hasil dari FGD yang telah

dilaksanakan, dimana melalui FGD guru-guru dapat bermusyawarah dan

berdiskusi untuk membahas terkait pembelajaran secara daring.

Melalui FGD juga para guru dapat bertukar pendapat serta informasi

mengenai metode apa yang pas terhadap materi yang akan diajarkan, serta

media apa yang perlu disiapkan agar pembelajaran daring dapat menarik.

Para guru juga dapat berdiskusi tentang hasil observasi pembelajaran

daring yang telah dilaksanakan sehingga para guru tahu dimana kelebihan

dan kelemahan mereka saat pembelajaran daring.

Diagram 4.2
Peningkatan Nilai Klasikal Kemampuan Guru
38

Nilai Klasikal Kemampuan Guru


Sangat Baik
Baik 82.14
90.00 Cukup 67.00
80.00 Baik
70.00 48.20
60.00 Nilai Klasikal
Kemampuan Guru
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Pratidakan Siklus I Siklus II

Berdasarkan diagram di atas maka dapat kita lihat bahwa pada

pratidakan nilai klasikal sebesar 48.20, kemudian mengalami kenaikan pada

siklus I menajdi 67.00. Pada siklus II nilai klasikal kemampuan guru pada

pembajaran daring menjadi sebesar 82.14.

Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan

menggunakan FGD maka dapat meningkatkan kemampuan guru pada

pembelajaran daring, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatakan

kemampuan guru pada pembelajaran daring pada setiap siklusnya.


BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Melalui Focus Group Discossison ( FGD) dapat meningkatan

kemampuan guru-guru dalam pembelajaran daring di SMA Negeri 2 Juai

Kecamatan Juai Kabupaten Balangan, hal ini dapat dilihat dari hasil

Pratindakan untuk nilai klasilal 48.20 dengan kategori cukup baik,

kemudian pada siklus I menjadi 67.00 dengan kategori Baik, kemudian

pada siklus II naik menjadi 82.14 dengan kategori Sangat Baik

2. Proses penerapan FGD kepada guru-guru dalam meningkatkan

kemampuan pembelajaran Daring di SMA Negeri 2 Juai Kecamatan Juai

Kabupaten Balangan dilakukan dengan cara :

a. Berdiskusi dengan guru (Focus Group Discossion) tentang hal-hal

yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan kemampuan guru

dalam pembelajaran daring,

b. Pendampingan kepada guru dalam perencanaan pembelajaran

daring: mulai dari menyusun rencana pengajaran, menyiapkan

model daring yang akan digunakan, membuat media, menyiapkan

sumber belajar, dan menyiapkan alat evaluasi

c. Observasi terhadap guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran

daring maupun luring sesuai pokok bahasan dan materi yang akan

diajarkan

d. Pendampingan guru saat mengevaluasi hasil belajar terhadap siswa

39
40

B. Saran

1. Bagi Sekolah

a. Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan bagi

sekolah-sekolah dalam rangka peningkatan kemampuan guru dalam

proses perbaikan pembelajaran di sekolah.

b. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

keterampilan guru-guru sehingga dapat digunakan untuk mencari

penyelesaian masalah pembelajaran Daring di sekolah.

2. Bagi Guru

a. Hendaknya penelitian ini dapat meningkatkan hubungan social

positif guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah.

b. Hendaknya penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan guru

dalam pembelajaran menggunkan IT

3. Bagi K3S SMA

a. Dapat dijadikan cara untuk menerapkan mutu berkordinasi dalam

penggunaan Focus Group Discossion (FGD) Kepala sekolah dan Guru

di masing-masing di sekolah.
Daftar Pustaka

Edi Indrizal. 2014. Diskusi Kelompok Terarah


Haqien.2020.Pemanfaatan Zoom Meeting Untuk Proses Pembelajaran Pada Masa
Pandemi Covid-19. FKIP Universitas Muhammadiyah
https://eprints.uny.ac.id/67369/8/BabII.pdf diakses pada 16 Agustus 2020
https://jagad.id/pengertian-whatsapp/ diakses pada 16 Agustus 2020
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id diakses pada 16 Agustus 2020
Ismawati, Dwi. 2020. Efektifitas Pembelajaran Menggunakan Video Zoom Cloud
Meeting Pada Anak Usia Dini Era Pandemi Covid 19. Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini
Nurma. 2020. Peningkatan Keterampilan Komunikasi Guru Dalam Proses
Pembelajaran Melalui Kegiatan Ficus Group Discussion (FGD) di SD
Negeri 06 Situjuah Gadang
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Penerbit
Alfabeta:Bandung
Wahyu Aji Fatma Dewi (2020). Dampak COVID-19 Terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar

41

Anda mungkin juga menyukai