Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH QIROATUL QUTUB

Struktur Kalimat
( Jumlah Ismiyah Dan Jumlah Fi’liyah)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qiroatul Kutub


Dosen Pengampu Kholid Masyhari, S.Ag., M.SI

Disusun Oleh :

Farah Ayu F 19106051016


Nur Asiyah Zen 21106051086
PGMI B/5

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang , kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayahsertinayahNyakepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Qiroatul Qutub dengan materi Struktur Kalimat ( Jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah)
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan. Khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Aamiin.

Semarang, 20 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latarbelakang......................................................................... 1
B. Rumusanmasalah.................................................................... 2
C. Tujuan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 3
A. Jumlah Ismiyah......................................................................... 3
B. Unsur unsur jumlah ismiyah..................................................... 3
C. Jumlah Fi’liyah......................................................................... 5
D. Kaidah fi’il dan fa’il................................................................. 6
BAB III PENUTUP.............................................................................. 7
KESIMPULAN..................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kita senantiasa di buat bingung oleh pengertian-pengertian dari
bahasa arab Al-Qur’an dan Hadits yang memakai atau menggunakan bahasa Arab
standar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab .Bahasa Arab adalah Bahasa Al-
Qur’an. Salah satu pembahasan dalam ilmu nahwu yang sangat mendasar adalah
mubtada’ dan khabar. Sebaiknya mengetahui terlebih dahulu bahwa kalimat , baik
kalimat sempurna maupun tidak dalam bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu Jumlah
Ismiyah adalah kalimat yang didahului oleh isim yang berada di awal kalmiat
tersebut dinamakan Mubtada dan bagian yang melengkapinya di namakan Khabar
yang mana hukumnya dalam I’rab harus mengikuti Mubtada. Dan Jumlah Fi’liyah,
yaitu kalimat yang di dahului oleh fi’il. Sebagaimana yang kita ketahui, mubtada’
dan khabar salah satu unsur terpenting dalam konteks bahasa arab. Mubtada dan
Khobar adalah bentuk kalimat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga
belumlah menjadi kalimat yang sempurna jikalau mubtada belum dilengkapi oleh
khobar. Didalam Bahasa Arab, keberadaan nominal menjadi sangat mutlak karena
dalam penggunaan bahasa arab, kita senantiasa menggunakannya.
Adapun contoh dari nominal yang sering kali digunakan adalah mubtada’ dan
khobar. Akan tetapi dalam perjalanan dewasa ini, kita sentiasa dibuat bingung oleh
pengertian-pengertian dari bahasa arab, apa itu mubtada’ dan bagaimanakah khabar
itu, senantiasa menjadi pertanyaan bagi kita para pemuda yang baru belajar bahasa
arab.
Pola Struktur kalimat bahasa Arab pada dasarnya terdiri atas dua pola, yaitu
jumlah ismiyah atau disebu tkalimat nominal dan jumlah fi’liyah atau disebut kalimat
verbal. Jumlah ismiyah yaitu susunan kalimat yang mempunyai unsur pokok
mubtada dan khabar (dimulai dengan isim /kata benda ), jadi jumlah ismiyah atau
kalim at nominal, adalah kalimat yang dimulai dengan nomin (isim). Oleh karena itu
di dalam makalah ini akan dijelaskan bangaimana penjelasan mengenai jumlah
ismiyyah dan fi’liyah

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas makan rumusan masalah yang dapat di ambil ialah
sebagai berikut
1. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah ismiyyah ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah fi’liyyah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan mengenai jumlah ismiyyah
2. Mengetahui penjelasan mengenai jumlah fi’liyyah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Jumlah Ismiyyah
Jumlah Ismiyah adalah jumlah yang memberikan pemahaman secara
sempurna kepada pendengar atau mitra bicara baik dengan maksud menyampaikan
kabar atau meminta kabar dari mitra bicaranya, yang diawali dengan isim. Dari
struktur pembentuk jumlah nya, jumlah ismiyyah dimulai dengan isim (nomina)
berfungsi sebagai mubtada` (subjek) dan khabar (predikat).1
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata
benda). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri
dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan
terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat.
Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi
kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’ adalah subyek, sedangkan
khabar adalah predikat (keterangan).

B. Unsur-unsur Jumlah ismiyah


1. Mubtada`2
Mubtada` merupakan salah satu unsur penting dalam struktur jumlah ismiyyah.
Dalam linguistik umum, fungsi mubtada sama dengan subjek dalam klausa
nomina. Keberadaannya dalam jumlah ismiyyah membutuhkan khabar yang
berfungsi sama dengan predikat.
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah
(kalimat). Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah
isim (kata benda) yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas
kekhususannya. Adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah sebagai berikut :
a. Isim yang diawali dengan alif lam.
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Contoh : ‫اح‬ ْ ‫اَ ْل ِم‬  = lampu itu
ُ َ‫صب‬
1
Talqis Nurdianto, Lc., MA. Dan Agus Hidayatulloh, Lc., MA. “Kalimat Ismiyyah Dan
Fi’liyyah Bahasa Arab Definisi, Macam, Struktur, Problematika” (Cet-1 Yogyakarta; Quantum
Sinergis Media, 2017) hlm 44
2
Talqis Nurdianto, Lc., MA “Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna Dan Kaana Bahasa Arab”
(Yogyakarta; Zahir Publishing, 2017) hlm 47

3
ْ ‫ = اَ ْل َم‬masjid itu
‫س ِج ُد‬
b. Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan
atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok
benda/orang.
Contoh :‫ = ُه َو‬dia (laki-laki)
َ‫ = َأ ْنت‬kamu (laki-laki)
‫ = َأنَا‬saya
c. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu.
Dalam bahasa Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.
Contoh : ‫ = َه َذا‬ini (muzakkar) ‫( = َه ِذ ِه‬ini, untuk muannast)
‫ = َذالِ َك‬itu (muzakkar) ‫( = ِت ْل َك‬itu, untuk muannast)
d. Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia
ataupun selain manusia.
Contoh : ‫ = ُم َح َّم ٌد‬Muhammad
َ‫ = َم َّكة‬Kota Makkah
‫ = النِّ ْي ُل‬Sungai Nil
e. Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim
ma’rifat.
contoh : ُ‫ = قَلَ ُمه‬pulpennya
‫َاب ُم َح َّم ٍد‬
ُ ‫ = ِكت‬buku muhammad
Kata ‫ قَلَ ٌُم‬adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai
dengan dengan isim ma’rifat yaitu ‫ُم َح َّم ٍِد‬
f. Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai
perantara kata yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa
diartikan dengan “yang”.
Contoh : ‫( الَّ ِذي‬yang,untuk mudzakar), ‫( الَّتِي‬yang, untuk muannast).
2. Khabar
Khabar merupakan salah satu unsur penting pembentuk jumlah ismiyyah di
dalam bahasa Arab. Khabar adalah bagian dari jumlah ismiyyah yang

4
menjelaskan mubtada` dalam memberikan makna yang sempurna, atau disebut
sebagai musnad tidak berfungsi sebagai fa’il atau nâ`ibul fâ’il (subjek pasif).3
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan
keadaan mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak
kalimat).
ْ ‫ = اُأْل‬Ustadz itu sakit
ٌ ‫ستَا ُذ َم ِر ْي‬
Contoh : ‫ض‬
ِ َ‫ = ا ْل َولَ ُد ن‬Anak itu rajin
ٌ‫ش ْيط‬

C. Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan
fi’il (kata kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang
terdiri dari fi’il (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi
pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi sebagai pelaku
kata kerja tersebut. Apabila fa’il berbentuk muannas, maka fi’il juga harus
muannas. Begitu juga apabila berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak),
maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal). Metode struktur paling sederhana untuk
jumlah fi’liyah adalah :
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]
Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat
yang berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf’ul bih.
Obyek tidak harus ada dalam jumlah fi’liyah, karena ada fi’il yang menuntut obyek
dan ada yang tidak menuntut obyek.
َ َ‫ = َجل‬Ali telah duduk
Contoh : ‫س َعلِ ٌّي‬ ٌ‫ = َجا َءتْ ِإ ْم َرَأة‬seorang perempuan telah
datang
ُ ‫شة‬
َ ‫ = قَالَتْ عَاِئ‬Aisyah telah berkata ‫س‬ َ ‫ =يَ ْكت ُُب الد َّْر‬dia sedang menulis pelajaran
‫س‬ َ ‫ = يَ ْكت ُُب التَّالَ ِم ْي ُذ الد َّْر‬murid-murid menulis pelajaran.

3
Talqis Nurdianto, Lc., MA “Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna Dan Kaana Bahasa Arab”
hlm 51

5
D. Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah
Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan
maf’ul yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkan
yang disebut sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak
terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya
dinamakan sebagai fi’il majhul. Berikut adalah beberapa ketentuan mengenai fi’il
dan fa’il :
Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, contoh : ‫قام رجل‬
Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya :
Tasniyah : ‫م رجال ن قا‬
Jama’ :‫م رجا ل قا‬
Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki.
Contoh ‫ ذهبت فا طمة إلى السوق‬:

6
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Jumlah ismiyyah tersusun dari mubtada’ dan khobar. Mubtada’ adalah subyek
pada jumlah ismiyah dan terletak diawaljumlah (kalimat)Sifat dari mubtada’ yaitu
harus isim ma’rifat. Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk
menerangkan keadaan mubtada'
Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan
fi’il (kata kerja).Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa
yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan
datang). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi sebagai
pelaku kata kerja tersebut.

7
DAFTAR PUSTAKA

Talqis Nurdianto, Lc., MA. Dan Agus Hidayatulloh, Lc., MA. “Kalimat Ismiyyah Dan
Fi’liyyah Bahasa Arab Definisi, Macam, Struktur, Problematika” (Cet-1
Yogyakarta; Quantum Sinergis Media, 2017)
Talqis Nurdianto ,Lc., MA “Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna Dan Kaana Bahasa Arab”
(Yogyakarta; Zahir Publishing, 2017)

Anda mungkin juga menyukai