Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Pembagian Al Jumlah (Ismiyah Dan Fi’liyah)”


Untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah bahasa arab

DOSEN : Muhammad Sholihin Pranoto, M.Si

D
I
S
U
S
U
N

OLEH KELOMPOK 2
NAMA : 1. Arimbi
2. Adellia Febianti
3. Chelsi Sabrina
4. Muhammad Nur Habibi Barus
5. Nur Fadillah
SEMESTER :1
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/ ESKLUSIF

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


(STAI) SYEKH ABDUL HALIM HASAN
AL-ISHLAHIYAH
BINJAI

1
TAHUN AKADEMIK 2021-2022

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala Puji dan syukur bagi Allah, kami
mengucapkan Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, inayah serta karunia nya
kepada kita semua sehingga kami tetap dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
sholawat dan salam senantiasa kita hadiahkan kepada junjungan kita baginda Rasulullah
SAW.
Penulisan makalah ini, dibuat berdasarkan tugas kelompok yang di berikan oleh
ucapkan syukur Alhamdulillah, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami Bapak
Dosen dalam materi yang berjudul “Pembagian Al Jumlah (ismiyah dan fi’liyah)’’ Dengan
masih banyak kekurangan serta amat tak jauh dari kata kesempurnaan, Namun kami telah
berusaha semaksimal mungkin dalam membuat makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A.  Jumlah Ismiyah............................................................................................................................2
B. Jumlah Fi’liyah..............................................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................6
PENUTUP...............................................................................................................................................6
A. Kesimpulan................................................................................................................................6
B.     Saran..........................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perjalanan dewasa ini, kita senantiasa di buat bingung oleh pengertian-
pengertian bahasa arab al-qur’an dan hadist yang memakai atau menggunakan bahasa arab
standar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab.sebaiknya mengetahui terlebih dahulu
bahwa kalimat, baik kalimat sempurna maupun tidak dalam bahasa arab terbagi dua, yaitu
jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah.Sebagaimana yang kita ketahui, mubtada’ dan khabar
salah satu unsur terpenting dalam konteks bahasa arab.Mubtada dan khobar adalah bentuk
kalimat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga belumlah menjadi kalimat yang
sempurna jikalau mubtada belum dilengkapi khobar.Pola struktur kalimat bahasa arab pada
dasarnya terdiri atas dua pola, yaitu jumlah ismiyah atau disebut kalimat nominal dan jumlah
fi’liyah atau disebut kalimat verbal.Jumlah ismiyah yaitu sususan kalimat yang mempunyai
unsur pokok mubtada dan khabar(dimulai dari issim/kata benda), jadi jumlah ismiyah atau
kalimat nominal, adalah kalimat yang dimulai nominim(isim).Oleh karena itu didalam
makalah ini akan dijelaskan bagaimana penjelasan mengenai jumlah ismiyyah dan fi’liyah.
B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana penjelasan mengenai jumlah ismiyyah?
2.Bagaimana penjelasan mengenai jumlah fi’iyah?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui penjelasan tentang jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.  Jumlah Ismiyah
1.      Pengertian Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda).
Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan
khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari
mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk
melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’
adalah subyek, sedangkan khabar adalah predikat (keterangan).
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila
mubtada’nya isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila
mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.

Contoh : ‫ل‬
ٌ ْ‫ َرسُو‬ ‫ُم َح َّمد‬   = Muhammad adalah Rasul.
‫ٌُُذ‬Fٌ َ ‫أُسْتا‬ ‫ٌُُد‬Fٌ ‫ َز ْي‬ = Zaid adalah seorang guru.
‫ٌُُر‬Fٌ ‫بَ ْيتُهُ َكبِ ْي‬ ‫ٌُُد‬Fٌ ‫ َز ْي‬ = Zaid rumahnya besar.
‫ َج ِدي ٌد‬ ‫اَلقَلَ ُم‬  =  Pulpen itu baru
Keterangan : Kata yang berwarna merah adalah mubtada’ sedangkan yang berwarna hitam
adalah khobar.
Mubtada’
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat).
Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang
menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk isim
ma’rifat adalah sebagai berikut :
1)      Isim yang diawali dengan alif lam.
Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.
Contoh : ‫اح‬ ْ ‫اَ ْل ِم‬  = lampu itu
ُ َ‫صب‬
ْ ‫اَ ْل َم‬    = masjid itu
   ُ‫س ِجد‬

2
2)      Isim Dhomir (Kata Ganti)
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili
penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.
Contoh :‫ ُه َو‬ = dia (laki-laki)
               َ‫أَ ْنت‬ = kamu (laki-laki)
  ‫أَنَا‬   = saya
3)      Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa
Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.

Contoh : ‫ه َذا‬


َ  = ini (muzakkar) ‫ َه ِذ ِه‬ = (ini, untuk muannast)
               َ‫ َذالِك‬ = itu (muzakkar) ‫ك‬
َ ‫تِ ْل‬ = (itu, untuk muannast)  
4)      Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun selain
manusia.
Contoh :   ٌ‫ ُم َح َّمد‬  =  Muhammad
           َ‫ َم َّكة‬ = Kota Makkah

    ‫النِّ ْي ُل‬ = Sungai Nil


5)      Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat yang lain
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.
contoh : ُ‫قَلَ ُمه‬ = pulpennya
       ‫َاب ُم َح َّم ٍد‬
ُ ‫ ِكت‬ = buku muhammad
Kata ‫ٌُُم‬Fٌ َ‫قَل‬  adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan isim
ma’rifat yaitu ‫ِد‬Feٍِ ‫ُم َح َّم‬
6)      Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata yang
disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”.
Contoh : ‫الَّ ِذي‬ (yang,untuk mudzakar), ‫الَّتِي‬ (yang, untuk muannast).

3
Khabar
Khabar adalah predikat pada jumlah ismiyah dan berfungsi untuk menerangkan keadaan
mubtada' serta bisa berupa kata ataupun kalimat ( sebagai anak kalimat).
Contoh : ‫ض‬ ُ ‫ست‬
ٌ ‫ َم ِر ْي‬ ‫َاذ‬ ْ ُ ‫اأْل‬ = Ustadz itu sakit
ِ َ‫ن‬ ‫ا ْل َولَ ُد‬ = Anak itu rajin
                    ٌ‫ش ْيط‬
         Kaidah-kaidah dalam Jumlah Ismiyah
Dalam Jumlah ismiyah terdapat kaidah-kaidah yang
pembahasannya sangat panjang dan mendetail. Kaidah-kaidah tersebut adalah:

a.      Dibaca rofa’
Tanda Rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun
Contoh: ‫ر‬Fٌ ‫ص ِغ ْي‬ ُ ‫البَي‬ = rumah itu kecil
َ ‫ْت‬
  َ‫سلِ ُموْ نَ َم ِه ْيرُوْ ن‬
ْ ‫ال ُم‬ = orang-orang muslim itu pintar
‫ان‬ ِ َ‫=الطَالِب‬dua murid itu pintar
ِ ‫ان َعاِل َم‬
b.      Mubtada’ harus berupa  Isim Ma’rifat.
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
c.       Khobar berupa isim nakiroh.
Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda isim nakiroh
adalah adanya tanwin.
Contoh:  ٌ‫البِاَل طَ نَ ِظيْف‬  = lantai itu bersih
d.      Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam
hal muannas dan muzakar serta mufrod, musanna dan jama’nya.
Contoh : ٌ‫فَا ِط َمةُ َج ِم ْيلَة‬ = Fatimah cantik
‫زَ ْي ٌد َج ِم ْي ٌل‬ = Zaid tampan
 ‫التلميذان ماهران‬  = dua murid itu pintar

B. Jumlah Fi’liyah
1.      Pengertian Jumlah Fi’liyah
Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri
dari fi’il  (kata kerja) dan fa’il (pelaku).

4
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada
suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Fa’il (subjek)
adalah isim yang terletak setelah fi’il dan berfungsi sebagai pelaku kata kerja tersebut.
Apabila fa’il berbentuk muannas, maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga apabila
berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus tetap mufrod (tunggal).
Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi’liyah adalah :
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]
Maf’ul bih adalah isim yang dikenai pekerjaan (objek). Sebuah kalimat yang
berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek atau maf’ul bih. Obyek tidak
harus ada dalam jumlah fi’liyah, karena ada fi’il yang menuntut obyek dan ada yang tidak
menuntut obyek.
Contoh : ‫س َعلِ ٌّي‬ َ َ‫جل‬ = Ali
َ telah duduk        ٌ‫جا َءتْ إِ ْم َرأَة‬ = seorang
َ perempuan telah datang
ُ ‫شة‬
َ ِ‫قَالَتْ عَائ‬ = Aisyah telah berkata   ‫س‬ َ ‫=يَ ْكت ُُب الد َّْر‬ dia sedang menulis pelajaran
َ ‫يَ ْكت ُُب التَّالَ ِم ْي ُذ الد َّْر‬ = murid-murid menulis pelajaran
‫س‬

2.      Kaidah Fi’il dan Fa’il dalam Jumlah Fi’liyah


Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il yang terkadang membutuhkan maf’ul yang
disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak membutuhkan yang disebut sebagai
fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri
dari fi’il dan naibul fa’il, fi’ilnya dinamakan sebagai fi’il majhul. Berikut adalah beberapa
ketentuan mengenai fi’il dan fa’il :
         Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, contoh :        ‫قام رجل‬
          Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya :
  Tasniyah    : ‫قا‬  ‫م رجال ن‬

Jama’          :‫قا‬    ‫رجا ل‬  ‫م‬
         Fi’il wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki.
Contoh    ‫ذهبت فا طمة إلى السوق‬ :

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah
ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan khabar.
2.      Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada'
adalah harus berupa isim ma'rifat
3.      Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang
sempurna.
4.      Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya
isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’
berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
5.      Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat, adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah
sebagai berikut : Isim yang diawali dengan alif lam, Isim Dhomir (Kata Ganti), Isim Isyaroh
(Kata Tunjuk), Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda), Isim nakiroh yang disandarkan pada
isim ma’rifat yang lain, Isim Maushul.
6.      Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri
dari fi’il  (kata kerja) dan fa’il (pelaku).
7.      Kaidah-kaidahnya terdiri dari fi’il dan fa’il, berikut adalah beberapa ketentuan mengenai fi’il
dan fa’il : Fa’il wajib berkedudukan setelah fi’il, Fi’il wajib Ifrod meskipun fa’ilnya, Fi’il
wajib dimu’anaskan jika fa’ilnya Mu’annas hakiki.
B.     Saran
Setelah mempelajari teori tentang Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah, diharapkan
kepada para pembaca agar mengetahui secara teoritis tentang Jumlah Ismiyah dan Jumlah
Fi’liyyah,  dan  mampu menerapkan dikalangan masyarakat, atau dimanapun kita berada.
Disarankan pula kepada para pembaca agar terus menerus mempelajari ilmu-ilmu
dalam menggunakan bahasa arab, karena Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu pernah
berkata: “Belajarlah bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab itu adalah bagian dari
agama kalian”. Selain itu, Imam Syafi’i pernah berkata: “Wajib bagi setiap muslim

6
mempelajari bahasa Arab dengan mengerahkan kemampuannya, hingga ia dapat bersyahadat
dengannya, dapat membaca al-Qur’an dengannya, dapat mengucapkan dzikir-dzikir yang
diwajibkan baginya (dalam shalat) berupa takbir, tasbih, tasyahud dan lain-lainnya.” (Ar-
Risalah 48-50, Ithaful Ilfi hal. 15)

7
DAFTAR PUSTAKA

Fida’. Abu, t.th, Mumti’ah al-aajuruumiyah ma’a ats-tsamru ad-daani, Yaman :Dar al-atsar
Fuadz.Nikmah, t.th, Qawaid Al-lughah Al-‘arabiyah, Beirut: Dar ast-staqafah Al-islamiyah
Thalib. Moh, 2002, Tata Bahasa Arab, Bandung: PT Al-Ma’rif

Anda mungkin juga menyukai