Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENGERTIAN ISIM, FI’IL DAN HURF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab

Disusun oleh:

1. Dhea Elita 2111080023

2. Erisa Afrianti 2111080032

3. Novika 2111080154

PRODI BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2021

~1~
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq

dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pengertian

Isim, Fi’il, dan Hurf”. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh untuk dari

kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan-kekurangan, baik dari materi maupun

redaksi. Hal ini semata-mata disebabkan oleh keterbatasan waktu dan pengetahuan penulis.

Mudah-mudahan segala kebaikan serta jasa yang telah diberikan semua pihak mendapat

balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin.

Lampung, 17 September 2023

~2~
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian Isim.............................................................................................................6

B.Pengertian Fi’il...............................................................................................................7

C. Pengertian Hurf..............................................................................................................8

BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN ...............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................10

~3~
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Sebagai bahasa al-Qur’an, bahasa Arab memiliki signifikansi yang sangat besar bagi
kaum muslimin, baik yang berkebangsaan Arab maupun maupun non Arab. Hal ini menjadi
wajar karena al-Qur’an merupakan kitab suci dan tuntunan bagi kaum muslimin. Disamping
itu, juga menjadi bahasa hadith dan kitab-kitab yang membahas ilmu-ilmu agama islam.
Itulah sebabnya, dapat dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa orang Arab dan
sekaligus juga merupakan bahasa orang Islam, meskipun pada realitasnya tidak sedikit
penutur bahasa ini yang bukan pemeluk agama Islam.
Keunggulan bahasa Arab adalah terletak pada kekayaannya, pengertian-pengertian
abstraknya, semantic precision (ketepatan makna), dan derivation (pembentukan kata
turunan). Maka, bukanlah suatu kebetulan jika al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab,
tetapi justru karena kakayaan makna dan kesaksamaannya. Al-Quran turun dengan bahasa
Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para Mukhatab pertamanya menggunakan bahasa
tersebut. ”Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab,
tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al
Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?” [Fushilat: 44 ]. Di dalam
Bahasa Arab mempelajari Ilmu Nahwu sangatlah penting karena dari situlah bisa
mempelajari bahasa arab dengan mudah. Selain itu, mempelajari Ilmu Nahwu sangat penting
untuk memahami Al-Qur’an, artinya ; karena menurut kaidah hukum Islam, mengerti Ilmu
Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Qur’an hukumnya fardlu ‘ain.
Dan sangat dianjurkan bagi manusia untuk menjaga lisannya dari kesalahan dan biasa
faham artinya Al-Qur’an dan Hadits maka oleh karena itulah Ilmu Nahwu harus dipelajari
dan difahami lebih didahulu dibanding ilmu yang lain karena tanpa Ilmu Nahwu tidak akan
pernah dapat dipahami. Dalam pembelajaran Bahasa Arab, kata terbagi menjadi tiga yaitu
Isim, Fi’il, dan Huruf. Namun pada makalah ini akan dibahas tentang isim. Isim adalah kata
yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu. Fi’il adalah kata kerja. Dan Huruf adalah
kata penghubung.

~4~
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari kalimah isim ?


2. Apa yang dimaksud dengan kalimah fi’il ?
3. Apa yang dimaksud dengan harf ?

C. Tujuan penulisan masalah

1. Agar dapat mengerti dan memahami apa yang di maksud dengan kalimah isim.
2. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan kalimah fi’il.
3. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan harf.

~5~
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. PENGERTIAN ISIM
Isim dalam ilmu nahwu diartikan sebagai berikut:
‫ضعًا بِزمن ت ْقتر ْن ول ْم ن ْفسِها فِي م ْعنًى على دلَّت كلِمة هو ا ِالسْم‬
ْ ‫و‬
Artinya: “Isim adalah kata yang menunjukan pada makna tersendiri dan tidak disertai
dengan status waktu”.
Dari pengertian diatas,setidaknya ada 3 point pokok yang harus kita pahami, dan ini
penting.
-Pertama, isim merupakan kalimah. Karena kalimah itu ada tiga, yaitu isim, fi’il dan
haraf. -Kedua isim menunjukan makna tersendiri, hal ini menjadi pembeda dengan hurf
yang tidak memiliki makna tersendiri.
-Ketiga isim tidak disertai status waktu. Hal ini menjadi pembeda dengan fi’il yang harus
ada status waktunya.
B. CIRI CIRI ISIM
1. Adanya tanwin, contohnya :
‫رجل‬
Kalimah ‫ رجل‬merupakan isim, cirinya dibaca tanwin pada harakat akhirnya. Setiap
kalimah yang harakat akhirnya dibaca tanwin, baik tanwin fathah, kasrah. Dhommah,
maka itu adalah isim.
2. Adanya alif lam (‫ )ال‬contohnya :
‫لمالِك‬
Kalimah ‫ لمالِك‬merupakan isim, cirinya diawali dengan huruf lam. Setiap kalimat yang
diawali dengan alif lam (‫ )ال‬maka itu isim. ‫على‬
3. Didahului oleh huruf jar, contohnya:
‫ض‬
ِ ‫على األ ْر‬
Kalimah ‫ض‬
ِ ‫ أل ْر‬merupakan isim, cirinya dimasuki huruf jar ‫على‬.
Haraf jar merupakan haraf yang biasa memasuki kalimah isim. Kenapa
dinamakan haraf jar? Karena isim yang sudah dimasuki oleh haraf ini i'robnya menjadi
khofadl (jar).
4. Didahului oleh ya (‫ )يا‬nida, yaitu ya (‫ )يا‬yang berfungsi untuk menyeru contohnya :
‫يا مح َّمد‬
Kalimah ‫ مح َّمد‬merupakan ya ‫ يا‬nida.

~6~
C. CONTOH ISIM
Adapun contoh isim sebagai berikut :
(‫)كِتاب‬
Dibaca: Kitaabun
Artinya: Buku
Kata kitaabun (‫ )كِتاب‬merupakan isim. Hal ini sesuai dengan pengertian yang telah diuraikan
di atas.
-Pertama, kitaabun (‫ )كِتاب‬merupakan sebuah kalimah, atau sebuah kata.
-Kedua, kitaabun (‫ )كِتاب‬sudah memiliki arti tersendiri, yaitu buku. Beda dengan huruf yang
belum punya arti apabila belum menempel dengan kalimah lain.
Contoh haraf, misalnya lam (‫)ل‬. Lam (‫ )ل‬belum punya arti, dan baru punya arti bila sudah
menempel dengan kalimah lain. Bila sudah menempel dengan kalimah lain, baru akan
ketahuan apakah artinya untuk, karena, seperti, hendaknya, milik, maka, dll. Kalau hanya lam
(‫ )ل‬saja bingung mau diartikan apa?
-Dan ketiga, kitaabun (‫ ) ِكتاب‬tidak memerlukan status waktu. Karena status waktu hanya
cocok untuk fi'il (kata kerja).
Status waktu itu ada 3, yaitu yang berarti "akan", "sedang" dan "telah".
Coba saja kita masukan status waktu pada buku yang merupakan isim, misalnya "sedang
buku", "akan buku" dan "telah buku", aneh bukan? Karena status waktu hanya cocok untuk
sesuatu yang merupakan fi'il (kata kerja) misalnya sedang memukul, akan memukul, telah
memukul.
2. PENGERTIAN FI’IL
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi pada suatu
masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang akan datang).
Macam-macam fi’il
Kalimat fi’il itu ada 3 macam, yaitu: fi’il madhi, fi’il mudhari’, dan fi’il amar.
1. Fi’il Madhi
Fi’il madhi adalah kata kerja yang menunjukkan arti suatu pekerjaan atau peristiwa pada
waktu lampau (past tense).
-Tanda-tanda fi’il madhi:
a. Huruf akhirnya berharakat fathah dhahirah (jelas) maupun muqadarah (dikira-kirakan).
Harakat dhahir, contoh: ‫فعل‬، ‫ضرب‬، ‫فتح‬، ‫اكل‬، ‫رحِ م‬، ‫نصر‬، ‫كتب‬، ‫قال‬
Harakat muqadarah, contoh: ‫رمى‬، ‫دعى‬، ‫نهى‬، ‫أتى‬
b. Diakhir kata bisa dimasuki dhamir rafa’, contoh: ‫فع ْلت‬، ‫نص ْرت‬، ‫اك ْلت‬

~7~
c. Diakhir kata bisa dimasukin ta’ ta’nits tsakinah (ta’ sukun yang bermakna perempuan),
ْ ‫فتح‬، ‫ت‬
contoh: ‫ت‬ ْ ‫كتب‬، ‫ت‬
ْ ‫قال‬، ‫ت‬
ْ ‫جائ‬
2. Fi’il Mudhari’
Fi’il Mudhari’ adalah yang menunjukkan pekerjaan atau peristiwa yang sedang terjadi
(present tense) atau akan terjadi (future tense).
Tanda-tanda fi’il mudhari’:
a. Selalu diawali salah satu huruf zaidah (tambahan) yang berjumlah 4, yaitu: ‫أ‬، ‫ن‬، ‫ي‬، ‫ت‬,
ْ ‫ج ْوع م ِْن ي ْغنِى وال ي‬، ‫لغِيةً ِفيْها تسْمع ال‬
Contoh: ‫سمِن ال‬
b. Dapat diawali oleh amil nashab (kata yang menyebabkan fi’il huruf akhirnya berharakat
fathah), amil nashab itu seperti, ‫أ ْن‬، ‫ل ْن‬، ‫كي‬، ‫إِذ ْن‬, dll.
Contoh:‫ع ْنك ْم يخ ِِّفف أ ْن للا ي ِريْد‬، ‫عا ِك ِفيْن عل ْي ِه نبْرح ل ْن‬
c. Dapat diawali oleh amil jazem (kata yang menyebabkan fi’il huruf akhirnya berharakat
sukun), amil jazem itu seperti, ‫ل ْم‬، ‫ل َّما‬، ‫أل ْم‬، ‫أل َّما‬، ‫ال‬،, dll.
Contoh: ‫ال ِبَل ِد ِف ْي مِثْلها ي ْخل ْق ل ْم ا َّلت ِْي‬، ْ ‫صدْرك لك ن ْشر ْح أل ْم‬
‫البَِل ِد فِ ْي مِثْلها ي ْخل ْق ل ْم الَّت ِْي‬،
ْ ‫صدْرك لك ن ْشر ْح أل ْم‬
3. Fi’il Amar
Fi’il Amar adalah kata kerja yang menunjukkan perintah (imperative) untuk melaksanakan
pekerjaan.
Tanda-tanda fi’il amar:
Biasanya diakhiri dengan harakat sukun, contoh: ‫ِم ْنه ْم تبِعك فم ْن اذْهبْ قال‬
Bisa dimasuki wawu jamak (wawu yang menunjukan arti banyak), contoh: ‫صَلة وأقِيموا‬
َّ ‫وءاتوا ال‬
َّ ‫اركعوا‬
‫الزكاة‬ ْ ‫الرا ِكعِين مع و‬
َّ
4. PENGERTIAN HURF
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa harf adalah kata yang tidak bisa dipahami
maknanya kecuali jika disandingkan dengan kata lain. Dengan demikian, kata ini tidak akan
kata memiliki makna tertentu, kecuali disandarkan pada kata-kata lain. Dengan makna yang
serupa, definisi lain mengatakan, sebagai berikut:
. ‫نى إِ َّال مع غـي ِْرها‬ ْ ‫ا ْلح‬
ً ‫ــرف هو كل كلِمـــة ليْس لها م ْع‬
Artinya:

“harf adalah setiap kata yang tidak mempunyai makna kecuali disandingkan dengan kata

lain.”
Contoh:
ْ
Dari ‫مِن‬ : dalam kalimat:

~8~
ِ ‫انا ْخرج مِن اْلب ْي‬
Saya keluar dari rumah: ‫ت‬
Ke‫اِلى‬ : dalam kalimat:
Dia menyerahkan buku itu ke gurunya ‫هو س ِلِّم اْلكِتاب اِلى اْالسْتا ِذ‬
Dalam‫ ف ِْى‬: dalam kalimat:
Anda membaca qr’an dalam Mesjid ‫ت ْقرأ اْلق ْراان فِ ْى اْلمس ِْج ِد‬
Depan ‫ امام‬: dalam kalimat:
‫اجلس امام لفصل‬
Saya duduku di depan kelas
Huruf-huruf diatas akan memiliki makna yang dapat dipahami oleh pendengar atau lawan
bicara saat ia disandingkan dengan kata-kata lain. Namun, saat ia berdiri sendiri tanpa
disandingkan dengan kata-kata lain maka ia tidak akan memiliki makna sempurna yang dapat
dipahami.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perlu diingat bahwa Al Kalam adalah kalimat sedangkan Al Kalimah adalah kata.
Sedangkan Al Kalim adalah istilah untuk sesuatu yang tersusun dari 3 kata (baik itu fi'il,
isim, harf) atau lebih, baik berfaidah atau tidak. Kalimat dalam Bahasa arab adalah ucapan
yang tersusun sehingga pendengar atau lawan bicara dapat memahami maksudnya. Sesuai
dengan objek pembicaraannya, maka ucapan tersebut harus dalam bahasa Arab.
Kalimat terbagi menjadi tiga, yaitu:
Isim, yaitu setiap kata yang menunjukkan nama orang, hewan, tumbuhan, benda, tempat,
waktu, dan sifat yang tidak terikat oleh waktu.
Fi’il, yaitu kata yang menunjukkan kejadian suatu peristiwa pada waktu tertentu.
Harf adalah kata yang tidak bisa dipahami maknanya kecuali jika disandingkan dengan kata
lain.

~9~
DAFTAR PUSTAKA
[1] A. Amiruddin, Tata Bahasa Arab (Surabaya: Al-Ihsan, 1992), hal 3.
[2] A. Amiruddin, Tata Bahasa Arab, hal 4.
[3] Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik Atas Ayat-ayat Hukum Dalam
Al-Qur’an (Jakarta: Penamadani, 2008), hal 157.
[4] Ghaziadin Djupri, Ilmu Nahwu Praktis. Surabaya: Apollo, Tanpa tahun, hal 10.

~ 10 ~

Anda mungkin juga menyukai