Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TENTANG

JUMLAH ISMIYYAH

Disusun Oleh :

NAMA : 1. NUR HIKMAH


2. LIA NUR SUKIRNO PUTRI

KELAS : X 1

MATA PELAJARAN : BAHASA ARAB

GURU PEMBIMBING : RAHMAD, S.Pd

MA AL MANDILY PANYABUNGAN
KABUPATEN MANDAILING NATAL
T.A. 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam perjalanan dewasa ini, kita senantiasa di buat bingung oleh
pengertian- pengertian dari bahasa arab Al-Qur’an dan Hadits yang memakai atau
menggunakan bahasa Arab standar sesuai dengan kaidah-kaidahbahasa Arab
.Bahasa Arab adalah Bahasa Al-Qur’an. Salah satu pembahasan dalam ilmu
nahwu yang sangat mendasar adalah mubtada’ dan khabar. sebaiknya
mengetahui terlebih dahulu bahwa kalimat , baik kalimat sempurna maupun tidak
dalam bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu Jumlah Ismiyah adalah kalimat yang
didahului oleh isim yang berada di awal kalimat tersebut dinamakan Mubtada dan
bagian yang melengkapinya di namakan Khabar yang mana hukum nya dalam
I’rab harus mengikuti Mubtada. Dan Jumlah Fi’liyah, yaitu kalimat yang di dahului
oleh fi’il.
Sebagaimana yang kita ketahui, mubtada’ dan khabar salah satu unsur
terpenting dalam konteks bahasa arab. Mubtada dan Khobar adalah bentuk
kalimat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga belumlah menjadi
kalimat yang sempurna jikalau mubtada belum dilengkapi oleh khobar. Di dalam
Bahasa Arab, keberadaan nominal menjadi sangat mutlak karena dalam
penggunaan bahasa arab, kita senantiasa menggunakannya. Adapun contoh dari
nominal yang seringkali digunakan adalah mubtada’ dan khobar. Akan tetapi dalam
perjalanan dewasa ini, kita sentiasa dibuat bingung oleh pengertian-pengertian
dari bahasa arab, apa itu mubtada’ dan bagaimanakah khabar itu, senantiasa
menjadi pertanyaan bagi kita para pemuda yang baru belajar bahasa arab. Pola
Struktur kalimat bahasa Arab pada dasarnya terdiri atas dua pola,yaitu jumlah
ismiyah atau disebut kalimat nominal dan jumlah fi’liyah atau disebut kalimat
verbal.
Jumlah ismiyah yaitu susunan kalimat yang mempunyai unsur pokok
mubtada dan khabar(dimulai dengan isim /kata benda ), jadi jumlah ismiyah atau
kalimat nominal,adalah kalimat yang dimulai dengan nomin (isim).
Oleh karena itu di dalam makalah ini akan dijelaskan bangaimana
penjelasan mengenai jumlah ismiyyah dan fi’liyah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah Ismiyyah?
2. Bagaimana penjelasan mengenai jumlah Fi’liyah?

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui penjelasan tentang Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyah.

BAB II
PEMBAHASAN

A. JUMLAH ISMIYAH
Jumlah Ismiyah (kalimat nominal) : selain fiil, Dalam bahasa arab istilah
kalimat di sebut dengan Jumlah, dan kalimat sempurna disebut dengan Jumlah
Mufidah. Sedangkan jumlah sendiri merupakan susunan dari beberapa kalimah
yang memahirkan atau pesan yang sempurna.[1]
Jumlah ismiyah adalah suatu kalimat yang unsur-unsurnya terdiri dari
“mubtada”
dan “khobar”. Mubtada’ adalah kata yang diterangkan, berupa isim
yang diletakkan di
permulaan kalimat, dan kata itu berakhir dengan harakat dhommah,
sedangkan “khobar”
adalah kata yang menerangkan hal-ihwal mubtada’.[2]
a. Mubtada
Mubtada adalah isim yang dirofa’kan yang Kosong dari amil-amil sebangsa
lafadzh.
. ‫ ننيحنوُ نقيوُلئنك "َنزييمد نقاَئئمم"َ نوُ"َالززييندائن نقاَئئنماَئن"َ نوُ"َالززييمِدوُنن نقاَئئمِموُنن‬,‫"َ نوُايلنخنبمِر مِهنوُ انئليسمِم انيلنميرمِفوُمِع انيلمِميسننمِد إئلنييئه‬
Mubtada’ adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat
(Subyek) dan kosong dari ‘amil lafdy. Tetapi mubtada memiliki ‘amil ma’nawi yaitu
mubtada harus beri’rab rofa’ karena menjadi ibtida (awal kalimat atau awal
sesuatu yang di ceritakan)
Pembagian mubtada’ ada dua bagian, yaitu :
 Mubtada yang berupa isim dhahir
Isim dhahir adalah kata benda yang bukan kata ganti, seperti Ahmad,
sekolah, singa, dll.
Contoh:
‫نجئمييلنمة ايلنميدنرنسمِة‬
Sekolah itu indah
ِ‫نوُائسمع ايلنبيي م‬
‫ت‬

Rumah itu luas


‫نماَئهمر انيحنممِد‬
Ahmad itu pintar
ِ‫ ايلنبيي م‬,‫ نسمِةيلنميدنر‬dan ‫انيحنممِد‬
Dari contoh di atas, yang termasuk Mubtada adalah “‫ت‬
 Mubtada Yang Berupa Isim Dhamir
Isim dhammir adalah kata benda yang berupa kata ganti, saya, dia, mereka,
dll.
Contoh mubtada yang mudhmar (isim dhamir)
‫ ننئشيي م‬Dia (laki-laki) rajin
ُ‫ط مِهنو‬
َ‫ ننئشيينطاَئن مِهنما‬Mereka berdua (laki-laki) rajin
‫طيوُنن مِهيم‬ِ‫ ننئشيي م‬Mereka (laki-laki) rajin
‫ ننئشيينطمة ئهني‬Dia (perempuan) rajin
َ‫ ننئشيينطنتاَئن مِهنما‬Mereka berdua (perempuan) rajin
‫ت مِهزن‬ ‫ ننئشيينطاَ م‬Mereka (perempuan) rajin
‫ت‬‫ط انين ن‬‫ ننئشيي م‬Kamu (laki-laki) rajin
َ‫ ننئشيينطاَئن انينمِتنما‬Kamu berdua (laki-laki) rajin
‫طيوُنن انينمِتيم‬ِ‫ ننئشيي م‬Kamu semua (laki-laki) rajin
‫ ننئشيينطمة انين ئ‬Kamu (perempuan) rajin
‫ت‬
َ‫ ننئشيينطنتاَئن انينمِتنما‬Kamu berdua (perempuan) rajin
‫ت انينمِتزن‬ ‫ ننئشيينطاَ م‬Kamu semua (perempuan) rajin
‫ ننئشيي م‬Saya rajin
َ‫ط انننا‬
‫طيوُنن ننيحمِن‬ ِ‫ ننئشيي م‬Kami rajin
Dari contoh di atas, yang termasuk Mubtada adalah “‫ مِهيم‬,َ‫ مِهنما‬,ُ‫ مِهنو‬sampai ‫ننيحمِن‬.

Adapun meng-i'rab-nya adalah sebagai berikut: (saya) berkedudukan


menjadi mubtada yang di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya mabni sukun. Sedangkan
lafazh menjadi khabar-nya, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya dengan dhammah. Dan
(kami berdiri). Lafazh berkedudukan menjadi mubtada, di-rafa'-kan, tanda rafa'-nya
dengan mabni dhammah, sedangkan menjadi khabar-nya, juga di-rafa'-kan, tanda
rafa'-nya dengan wawu karena jamak mudzakkar salim.

b. Khobar
Khobar adalah sesuatu yang menerangkan kondisi mubtada dan dapat
menyempurnakan makna mubtada’ yang pada bahasa Indonesia dikenal dengan
Predikat. Mubtada tanpa khobar tidaklah jelas ma’nanya begitu juga khobar tanpa
didahului mubtada akan menjadi tidak bermakna.
Contoh:
‫ض‬ ‫( ايل مِيسنتاَمِذ نمئريي م‬Ustadz itu sakit)
‫( ايلمِميسلئمِم ن‬Orang muslim itu sholeh)
‫صاَلئمح‬
‫ط‬‫( ايلنوُنلمِد ننئشيي م‬Anak itu rajin)
Seperti pada contoh di atas, kata ‫ ايل مِيسنتاَمِذ‬berkedudukan sebagai mubtada dan ‫ض‬ ‫نمئريي م‬
berkedudukan sebagai khobar. Kalau ‫ ايل مِيسسسنتاَمِذ‬saja tanpa disertai kata ‫ض‬
‫ نمئرييسس م‬jelas
tidaklah bermakna.
 Pembagian khabar
Khabar terbagi atas dua macam, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair
mufrad.
Khabar mufrad adalah khabar yang bukan berupa jumlah (kalimat) dan bukan pula
syibih (serupa) jumlah. Ingat, yang dimaksud mufrad disini tidak sama dengan isim
mufrad yang menunjukan bilangan tunggal.
Contoh :
‫نقئئمم نزييمد‬
‫نقئئنماَئن نزييندائن‬
‫نقئئمِميوُنن نزييمِديوُنن‬
Khabar ghair mufrad adalah kebalikannya, yaitu khabar yang terdiri dari
jumlah dan syibih (serupa) jumlah. Khabar Jumlah itu sendiri ada dua, yaitu jumlah
ismiyah (jumlah yang terdiri dari mubtada dan khabar) dan jumlah fi’liyah (jumlah
yang terdiri dari fi’il dan fa’il).
Sedangkan khabar syibih (serupa) jumlah ada dua juga, yaitu yang terdiri dari jar
majrur dan zharaf. Maka khabar ghair mufrad itu semuanya terdiri dari empat
bagian yaitu : jumlah ismiyah, jumlah fi’liyah, jar + majrur dan zharaf.
Ada ketentuan tertentu dimana jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah bisa jadi khabar.
Jika jumlah ismiyah maka pada mubtadanya hrus terdapat dhamir yang kembali
pada mubtada pertama.
Contoh : ‫ نزييمد نجاَئرنيمِتمِه نذائهنبمة‬Zaid hamba perempuannya pergi.
Ini bisa jadi khabar jumlah ismiyah karena pada mubtadanya (yaitu lafadz ‫) نجاَئرنيمِتمِه‬
terdapat dhamir yang kembali pada kata Zaid (mubtada pertama).
Jika jumlah fi’liyah maka pada fa’ilnya harus terdapat dhamir yang kembali pada
mubtada.
Contoh : ِ‫نزييمد نقاَنم انمِبيوُهم‬
Ini menjadi khabar jumlah fi’liyah karena pada fa’ilnya (yaitu lafadz ِ‫ )انمِبيوُهم‬ada dhamir
yang kembali pada zaid (mubtada).[3]

B. JUMLAH FI’LIYAH
Jumlah Fi’liyah (kalimat verbal) , Jumlah fi’liyah adalah kalimat yang terdiri dari
kata kerja/fiil dan pelaku/fail.
Failnya berfungsi sebagai subjek dan fiil sebagai predikat.
Jumlah Fi’liyah adalah suatu kalimat yang diawali dengan kata kerja, dan Jumlah
Fi’liyah terdiri dari dua unsur yaitu Fi’il ( kata kerja ) dan Fa’il ( subjek/pelaku ),
apabila fa’il berbentuk muannas mala fi’il juga harus muannas, Begitujuga apabila
berbentuk mudzakar. Namun apabila fa’il berbentuk mutsanna ( ganda ) ataupun
Jamak ( banyak ) maka fi’il harus tetap mufrod ( tunggal ).[4]

Metode struktur paling sederhana untuk jumlah fi’liyah adalah :


Fa’il [ kata kerja ] + fa’il [ pelaku ] atau
Fi’il [ kata kerja ] + fa’il [pelaku ] + maf’ul bih [ obyek ]
Jika menyesuaikan tata bahasa indonesia, jumlah fi’liyah itu sama dengan
susunan S P O, S sebagai Subjek , itu sama dengan fa’il sebegai pelaku, P
sebagai Predikat , itu sama dengan fi’il sebagai pekerja, dan O sebagai Objek itu
sama dengan Maf’ul Bih sebagai yang di kenai pekerjaan.
Kalau maf’lu bih itu adalah isim yang dibaca nashab yang dikenai pekerjaan.
Sebuah kalimat yang berpredikat kata kerja transitif harus dilengkapi dengan objek
atau maf’ul bih.
Obyek tidak harus ada dalam jumlah fi’liyah, karena ada fi’il yang menuntut obyek
dana ada yang tidak menuntut obyek.[5]
a. Pembagian fi’il berdasarkan bentuk
Menurut bentuknya fi’il terbagi menjadi dua. Yaitu ,fi’l sahih dan fi’l mu’tal.
Fi’l sahih adalah kata yang semua huruf aslimya bukan huruf ‘illat, ( ‫ا‬,‫ى‬,ُ‫و‬,‫) ق‬
‫ نشاَنر ن‬, ‫ نسيينطنر‬,‫ نفئرنح‬, ‫ب‬
contohnya ‫ك‬ ‫ نكنت ن‬, dan ‫ئايجلنزوُنذ‬.
Sedangkan fi’l mu’tal adalah kata yang salah satu huruf aslinya adalah huruf ‘illat,
contohnya ‫ نقاَنم‬, ‫ نوُنعند‬, dan [6].‫ضني‬
‫نر ئ‬

b. Pembagian fi’il berdasarkan jenis


Menurut jenisnya fi’il terbagi menjadi dua, yaitu fi’il lazim dan fi’il muta’addi.
Fi’il lazim adalah kata kerja yang tidak membutuhkan obyek/maf’ul bih. Sedangkan
muta’addi adalah kata kerja yang membutuhkan obyek/ maf’ul bih.
contoh - contoh jumlah fi’liyah
‫ ( نقنرأن مِمنحزممد‬Muhammad telah membaca )
‫نقنرأن ي‬
‫ت ئهينمد‬ ( Hindun telah membaca )
‫نييقنرأ مِ نزييمد‬ ( Zaid sedang membaca )
‫ ( نييقنرأ مِ الزطاَلئمِبيوُنن‬Para siswa sedang membaca )
Pada contoh 1 dan 2 dapat kita lihat kesesuaian antara fi’il dan fa’il dalam jenisnya
yaitu mudzakar dan muannast. Sedangkan pada contoh 3 dan 4 dapat kita lihat
bahwa berapapun bilangan failnya fi’il harus tetap mufrod.[7]
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mubtada’adalah isim marfu’ yang biasanya terdapat di awal kalimat
(Subyek). Mubtada itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu mubtada yang zhahir
dan mubtada yang mudhmar (dhamir). Khobar adalah sesuatu yang dapat
menyempurnakan makna mubtada’ (Predikat). Khabar itu terbagi menjadi dua
bagian, yaitu khabar mufrad dan khabar ghair mufrad. Penggunaan mubtada’ dan
khobar pada kalimat yaitu Mubtada dan khabar harus marfu / rofa. mengenai
jumlah fi’liyah, dapat disimpulkan bahwa jumlah fi’liyah adalah kalimat yang terdiri
dari fiil dan fa’il. Fa’il adalah kata kerja , sedangkan fa’il adalah subjek atau pelaku.
Jumlah Fi’liyah tidak selalu memerluhkan obyek.

Anda mungkin juga menyukai