Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

1. Al-Istiqaq

Secara etimologi, kata ‫ اإلشتقاق‬ialah bentuk infinitive (mashadar) dari kata – ‫إشتق‬
‫ يشتق‬yang berarti “memperoleh, mengasal atau mengambil”. Ma’luf mencontohkan kata
‫ إشتق‬yaitu: ‫“ أشتق الكلمة من الكلمة‬mengasal kata dari kata yang lain”.1 Dengan demikian,
Ilmu Isytiqaq berarti “ilmu asal-usul kata”.

Secara terminologi, ditemukan sejumlah definisi dari para ahli, diantaranya


menurut Ya’qûb, ‫ اإلشتقاق‬adalah :

‫أخذ كلمة من أخرى بتغيير ما مع التناسب فى المعنى‬.

Artinya: “Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap
memiliki hubungan makna.2

Menurut Syâhîn:

‫أخذ صيغة من أخرى مع انفاقهما مادة أصلية ومعنى‬.

Artinya: “Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan
makna.”3

Kedua definisi diatas, menjelaskan sebuah proses pembentukan kata yang dapat
melahirkan beberapa kata. Antara beberapa kata yang dihasilkan melalui proses
pembentukan tersebut tetap memiliki makna yang mirip dengan makna kata dasarnya.
Sebagai contoh, dari akar kata ‫( ضرب‬daraba) bisa dibentuk kata-kata berikut: ‫ضارب‬
(dârib-un) “pemukul”, ‫( مضروب‬madrûb-un) “yang dipukul‟, ‫( مضرب‬midrab-un) “alat
pemukul‟, ‫( اضرب‬idrib) “pukullah‟, ‫( ال تضرب‬lâtadrib/) “jangan pukul‟, dan seterusnya.
Walaupun bentuknya berbeda, namun antara satu kata dengan kata yang lain memiliki
hubungan makna, yaitu “pukul”.

1. Macam-macam Isytiqaq

Menurut mayoritas ulama, ‫ اإلشتقاق‬ada tiga macam:

1
Louwis Ma‟lûf, al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Beirût: Dâr al- Masyriq, 1992), cet. Ke- 32, h. 396.

2
Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.). h. 186.

3
Taufîq Muhammad Syâhîn, ‘Awâmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-:Arabiyah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980
M/1400 H), Cet. I, h. 80.

1
a. Al-Isytiqâqual-Shagîr (‫)اإلشتقاق الصغير‬

Disebut juga dengan Isytiqâq al-‘Âm atau Isytiqâq al- Ashgar. Yaitu proses
pembentukan beberapa kata dari sebuah kata dasar dengan tetap memperhatikan
kesamaan urutan morfem tetap seperti yang terdapat pada kata dasarnya. Seperti
morfem ‫ كتب‬urutan morfem tetap-nya adalah sebagai berikut: ‫ ك‬adalah urutan pertama, ‫ت‬
urutan kedua, dan ‫ ب‬urutan ketiga. Berbagai kata bisa dibentuk dari ketiga morfem tetap
tersebut.

Dengan demikian, ‫اإلشتقاق الصغير‬/ al-Isytiqâq al-Sagîr mencakup ‫التصريف اللغوي‬ contoh
dapat dilihat sebagai berikut:

Proses pembentukan Kata Dasar

Disebut Menjadi Morfem tetap

‫اسم الفاعل‬ ‫فاعل‬ ‫ ل‬+ ‫ع‬+‫ ا‬+ ‫ف‬ ‫ف–ع– ل‬

‫اسم المفعول‬ ‫مفعول‬ ‫ ل‬+‫ و‬+ ‫ع‬+ ‫ ف‬+ ‫م‬ ‫ف–ع– ل‬

‫اسم اآللة‬ ‫مفعل‬ ‫ ل‬+ ‫ع‬+ ‫ ف‬+ ‫م‬ ‫ف–ع– ل‬

‫فعل المضارع‬ ‫يفعل‬ ‫ل‬+‫ع‬+‫ف‬+‫ي‬ ‫ف–ع– ل‬

‫فعل األمر‬ ‫أفعل‬ ‫ل‬+‫ع‬+‫ف‬+‫أ‬ ‫ف–ع– ل‬

‫فعل النهي‬ ‫ال تفعل‬ ‫ ل‬+ ‫ ع‬+ ‫ ف‬+ ‫ ت‬+‫ال‬ ‫ف–ع– ل‬

‫اسم الزمن‬ ‫مفعل‬ ‫ ل‬+ ‫ع‬+ ‫ ف‬+ ‫م‬ ‫ف–ع– ل‬

‫اسم المكان‬ ‫مفعل‬ ‫ ل‬+ ‫ع‬+ ‫ ف‬+ ‫م‬ ‫ف–ع– ل‬

‫صيغة المبالغة‬ ‫فعيل‬ ‫ ل‬+ ‫ي‬+ ‫ ع‬+ ‫ف‬ ‫ف–ع– ل‬

‫اسم التفضيل‬ ‫أفعل‬ ‫ل‬+‫ع‬+‫ف‬+‫أ‬ ‫ف–ع– ل‬

b. Al-Isytiqâq al-Kabîr (‫)اإلشتقاق الكبير‬

Al-Isytiqâqu al-Kabîr disebut juga Al-Qalab al-Lughawy. Menurut Ya’qub, yang dimaksud
dengan ‫( اإلشتقاق الكبير‬Isytiqâqal- Kabîr) yaitu:

‫هو أن يكون بين كلمتين تناسب فى اللفظ والمعنى دون ترتيب الحروف‬

2
Artinya: “Dua kata yang memiliki persamaan pada lafaz dan makna tanpa memperhatikan
susunan bunyi.”

Dengan kata lain, al-Isytiqâq al-Kabîr adalah sebuah proses pembentukan kata
dalam bahasa Arab dengan cara membolak-balik posisi morfem tetapnya, sehingga dapat
menimbulkan kata dan makna baru, namun antara satu sama lain memiliki keterkaitan
makna.

Contoh, kata ‫حمد‬/hamida/ bisa dibentuk menjadi ‫مدح‬/madaha/ yaitu menukar posisi
fonem ‫م‬/mim/ dari tengah ke depan. Kata ‫حمد‬/hamida/ berati “memuji, berterima-kasih”,
kata ‫مدح‬/madaha/ juga berarti “memuji”. Kata “‫ ”قال‬/qâla/ misalnya, berarti “berkata”,
mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. Dari kata “‫ ”قال‬tersebut
terbentuk beberapa kata baru dan makna baru juga. Seperti jika kita mendahulukan “‫”و‬
/wawu/ kemudian “‫”ق‬/qâf/ dan kemudain “‫ ”ل‬/lam/, sehingga ia menjadi “‫ ”وقل‬/waqala/,
maka salah satu artinya adalah “mengangkat satu kaki dan memantapkan kaki yang
lain di bumi”.

Makna ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas, yaitu adanya suatu
“gerakan”. Kemudian jika anda mendahulukan “‫ ”ل‬/lam/, kemudian “‫ ”ق‬/qaf/ dan “‫”و‬
/waw/ sehingga menjadi “‫ ”لقو‬/laqwun/, maka di antara maknanya adalah “angin yang
menimpa seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam bahasa medis disebut
dengan tekanan darah tinggi atau strok. Dari akar kata yang sama muncul pula kata “‫”لقي‬
/laqiya/ yang berarti “bergerak menuju sesuatu untuk bertemu”. Makna ini juga
menunjukkan kepada makna asal yaitu “bergerak”.4

c. Al-Isytiqâqual-Akbar (‫)اإلشتقاق األكبر‬

Yang dimaksud dengan ‫ اإلشتقاق األكبر‬menurut Ya’qûb adalah:

‫ بل بترتيب األصلي والنوع‬،‫ارتباط بعض المجموعات الصوتية ببعض المعاني ارتباطا عاما ال يتقيد باألصوات نفسها‬
.‫الذي تندرج تحته‬

Artinya: “Adanya hubungan umum sebagian satuan bunyi dengan sebagian makna.
Hubungan itu tidak terikat oleh bunyi suara, tetapi terikat dengan susunan asalnya
serta jenis yang termasuk di dalamnya”.5

Al-Isytiqâqual-Akbar biasanya juga disebut dengan ‫ اإلبدال‬yaitu menukar huruf


sebuah kata dengan huruf yang lain yang mirip dari segi makhrajnya atau cara
mengartikulasikannya sehingga lebih mudah untuk diucapkan.

4
H. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h. 94 - 95.

5
ImilBadi‟Ya‟qûb,Op.Cit.,h. 205.

3
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini:

Proses “‫ ”اإلبدال‬bunyi Asal Kata Manjadi


Menukar “‫”ت‬menjadi “‫”د‬ ‫ادتعى‬ ‫ادعى‬
Menukar “‫”و‬menjadi “‫”ا‬ ‫قوم‬ ‫قام‬
Menukar “‫”ت‬menjadi “‫"ط‬ ‫اصتنع‬ ‫اصطنع‬

Memperhatikan pembentukan kata dalam bahasa Arab dapat diketahui bahwa


bahasa Arab memiliki sistem pembentukan kata yang lebih beragam dan lebih variatif
dibanding dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahkan semua bahasa yang ada
di dunia. Dengan demikian, sangat wajar bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki kosa
kata terbanyak di dunia.

2. At-taraduf (Sinonim)

Definisi Sinonim

Istilah Sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno: anoma= nama dan syn=
dengan. Makna Harfiahnya adalah nama lain untuk benda yang sama.6 Secara etimologis,
istilah sinonimi (bahasa Indonesia) diserap dari bahasa Inggris yaitu synonymy. Kata
synonymy sendiri diserap dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti “nama”
dan syn yang berarti “dengan.7 Dengan kata lain sinonim ialah “nama lain untuk benda
yang sama.”

Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Sinonim adalah bentuk bahasa yang


maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain.8 Sedangkan menurut Taufiqur
rahman adalah dua kata atau lebih yang maknanya kurang lebih sama. Dikatakan “kurang
lebih” karena memang, tidak akan ada dua buah kata yang berlainan yang maknanya
persis sama. Yang sama hanya informasinya saja, sedangkan maknanya tidak persis
sama.9 Misalnya, kata jenazah, bangkai, mayat, kata-kata ini disebut bersinonim, namun
kata-kata ini tidak persis sama maknanya. Buktinya, kata-kata yang bersinonim tidak
bebas dipertukarkan secara bebas. Misalnya, “aku melihat bangkai anjing”, tidak bisa
ditukar dengan “aku melihat jenazah anjing”

6
Ibid h. 222

7
Fatimah Djajasudarma, Semantik1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Eresco, 1993), Cet. I, h. 42.

8
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). h. 1464

9
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, (Malang: UIN – Malang press, 2008) h. 73.

4
Dalam bahasa Arab, sinonim disebut dengan ‫الترادف‬, menurut Ya’qub ‫الترادف‬
10
yaitu :

‫ أوإطالق عدة كلمات على مدلول واحد‬،‫ما اختلف لفظه واتفق معناه‬

Artinya: “Berbeda artinya tetapi sama lafasnya. Atau beragam lafas nya tetapi maknanya
satu”.

Menurut Umar11:

.‫الترادف وهو أن يدل أكثر من لفظ على معنى واحد‬

Artinya: “Sinonim adalah banyak lafaz tapi satu arti”.

Berati dapat disimpulkan bahwa sinonim (‫ )الترادف‬adalah suatu kata yang berbeda arti pada
satu lafaz, tapi satu makna.

Adapun faktor-faktor penyebab banyaknya ‫ الترادف‬dalam bahasa Arab, Wafi menyimpulkan


sebagai berikut:12

1) Karena bahasa Arab (bahasa Quraisy) sangat terbuka dan respon terhadap beberapa
dialek-dialek bahasa Arab disekitarnya. Dengan demikian, bahasa Arab banyak
menyerap kosa-kata dialek lain yang maknanya juga sama.
2) Karena beberapa penyusun kamus bahasa Arab tidak melakukan seleksi yang ketat
dalam menulis kosa kata bahasa Arab. Oleh karena itu, banyak kosa kata bahasa lain,
khususnya bahasa-bahasa rumpun semit masuk ke dalam bahasa Arab yang artinya
sama.
3) Pada hakekatnya beberapa kata yang dianggap bersinonim itu memiliki arti khusus.
Namun karena ditemukan adanya kesamaan maka disebut bersinonim. Seperti kata
‫ جلس‬dan ‫قعد‬, keduanya berarti ‘duduk’. Tapi pada hakikatnya kata ‫ جلس‬berarti ‘duduk
dari berdiri’. Sementara ‫ قعد‬berarti ‘duduk dari berbaring’.

3. An-Naht

Secara Bahasa

Istilah An-Naht dari segi bahasa berasal dari kata ‫ ينحت‬-‫ نحت‬yang mengandung
makna memahat, menata dan mematung. seperti firman Allah dalam al-Qur’an :

‫وتنحتون من الجبال بيوبا أمنين‬

10
Imil Badi’ Ya’qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Bairût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.). h. 180-
11
Ahmad Mukhar Umar, ‘Ilm al-Dilâlah, (Kuwait: Maktabah Dâr al-„Arabiyah li al-Nasr wa al-Tauzî”, 1982,
cet,
12
Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, (Kairo:Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962), h. 166-168.

5
“Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin”

Lisan Arab menulis An-Naht adalah ‫( النشر‬menggergaji), ‫( البري‬meraut) dan ‫القطع‬


(memotong). Keseluruhan makna di atas terhimpun dalam arti “memahat” yang
merupakan makna hakikat An-Naht. Hal ini dapat dipahami karena secara umum
pekerjaan menggergaji, menata, mematung, menggergaji, meraut dan memotong adalah
pekerjaan yang saling berhubungan bagi pemahat atau seni ukir.

Secara Istilah

Sedangkan menurut istilah diartikan sebagai formulasi dua kata atau lebih
menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Kata yang digabung
tersebut dapat terdiri dari kata benda seperti basmalah, kata kerja seperti hamdalah atau
huruf seperti innama berasal dari inna dan ma, dengan tetap mengikuti kaedah
kebahasaan dan bentuk-bentuk tashrif bahasa. Hubungan makna leksikal dengan makna
istilah ialah karena An-Naht kegiatan menata ulang kata-kata atau kalimat. Hal ini mirip
dengan kegiatan memahat atau mematung yang bekerja memotong-motong dan
membuang sebagian unsur suatu kata kemudian membuat formulasi yang berbeda dengan
forma awal.

Definisi di atas memberikan pengertian bahwa An-Naht merupakan langkah


kreatif meringkas dan mempermudah pengucapan serangkaian kata. Bentuk An-Naht
secara sepintas mempunyai kemiripan penyingkatan dalam bahasa Indonesia (Akronim).
Letak persamaannya terletak pada upaya penyederhanaan dan meringkas kata untuk
mempermudah pengucapannya. Sedangkan perbedaannya terletak pada corak dan
semangat setiap bahasa.

Melalui telaah karya-karya linguist ditemukan bahwa pembahasan tentang An-


Naht hampir tidak mendapatkan perhatian serius di kalangan linguist. Kalaupun ada
upaya ke arah penelitian dan penemuan teori-teori An-Naht, upaya-upaya tersebut tidak
mendapat sambutan baik dari kelompok linguist tradisional. Bahkan mendapat sorotan
tajam yang menganggap An-Naht terlalu mengada-ada. Sikap seperti itu pada hakikatnya
didasari oleh tekad untuk menjaga kemurnian bahasa Arab, terutama karena bahasa al-
Quran. Meskipun harus dipahami pula, An-Naht telah menjadi kebutuhan zaman yang
kadang-kadang dalam memberikan informasi lisan atau tulisan membutuhkan ungkapan
ringkas. Pertemuan di antara dua pendapat berlawanan ini, yakni kelompok yang
menganggap An-Naht hanya perbuatan mengada-ada dan kelompok yang menganggap
harus ada dan perlu dikembangkan, haruslah dipelihara sehingga senantiasa
membutuhkan hadirnya kreatifitas di satu sisi sedang di sisi lain kemurnian juga tetap
terjaga.

Adapun pola yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya An-Naht ini adalah:

6
1. Meletakkan satu kata ke dalam kata lain tanpa mengubah sedikitpun huruf dan
harakatnya, seperti ‫( برمائى‬Tumbuhan atau binatang yang hidup di darat dan di dalam
air).
2. Mengubah sebagian harakat tanpa mengubah huruf seperti ‫( شقحطب‬potongan-
potongan tanaman atau kayu kering).
3. Menetapkan salah satu dari dua kata sebagaimana sebelumnya dan meringkas yang
lain, seperti ‫( مشلوز‬potongan daging/tanaman kering) berasal dari gabungan ‫المشمس و‬
.‫اللوز‬
4. Melakukan singkatan yang seimbang antara dua kata, sehingga tidak masuk ke dalam
kata singkatan kecuali masing-masing dua huruf dari kata yang disingkat, seperti
(‫)تعبشم‬.
5. Melakukan singkatan yang tidak seimbang antara dua kata seperti ‫(سبحل‬mengucap
subhanallah)
6. Menghapus (menggugurkan) sebagian kata secara utuh tanpa meninggalkan
sedikitpun bekas dalam kata yang telah disingkat, seperti ‫ الاله االهللا‬dan ‫اطال هللا بقاءك‬
7. Pada kata ‫ هللا‬Pada contoh pertama, dan ‫ ال‬dan ‫ اال‬pada contoh kedua telah digugurkan
secara utuh dan tidak tinggal sedikitpun bekas dalam dua kata singkatan yang telah
disebutkan.

Kata kunci dari semua ini seperti ucapan Mustafa Al-Syihabiy yang dikutip Imil
Badi Ya’qub adalah bahwa bagaimanapun bentuk dan pola yang dipakai, cabang ilmu
isytiqaq adalah sebaik-baik jalan yang ditempuh dalam pembentukan kata baru untuk
makna yang baru pula. Oleh karena itu, tidak boleh beralih menggunakan pola An-Naht
kecuali telah mengalami kesulitan dalam cabang ilmu isytiqaq. Di samping itu, An-Naht
harus didukung oleh rasa bahasa (Adz-Dzauq) secara khusus.

4. Al-Tadhad (Antonim)

Pengertian Al-Tadhad

Menurut bahasa idhdhad (Antonim) berasal dari kata ‫ ضد يضد ضد‬yang berarti
menolak, berlawanan, atau kontradiksi. Sedangkan menurut istilah idhdhad (Antonim)
adalah sebuah lapadz yang menghendaki makna dan lawan katanya, ada dua kata yang
berlawanan maknanya. Antonymy berasal dari bahasa yunani kuno, onoma “nama” dan
anti “melawan” secara harfiah adalah nama lain untuk benda yang lain. Ada yang
mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat
dijenjangkan (kridalaksana, 1982). Antonimi merupakan hubungan diantara kata-kata
yang dianggap memiliki pertentangan makna.

Dalam bahasa arab, taufiqurrahman menyebutkan dalam bukunya, bahwa antonim


disebut dengan ‫ التضاد‬atau ‫ األضداد‬yaitu

‫ هو عبارة عن وجود كلمتين فاكثر لها داللة متضادة‬:‫التضاد‬

7
Artinaya: Antonimi (Al-tadhad) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya “dianggap”
berlawanan.

Disebut “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini
sangat relative. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan mati,
kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh dengan dekat,
kata kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum tentu miskin, begitu juga
sesuatu yang tidak tinggi belum tentu rendah.

1) Macam-Macam Al-Tadhad

Idhdhad (Antonim) terdiri dari:

1. Perlawanan makna binary (pasangan)


Contoh:
a. ‫( موت‬kematian) yang berlawanan makna dengan ‫( حياة‬kehidupan).
b. ‫( رجل‬laki-laki) yang berlawanan makna dengan ‫( مرأة‬wanita).
c. ‫( ظلم‬gelap) yang berlawanan makna dengan ‫( نور‬cahaya).

2. Perlawanan makna bertingkat (gradable)


Contoh:
a. ‫( كبير‬besar), ‫( متوسط‬sedang), ‫( صغير‬kecil).
b. ‫( جفف‬musim kemarau), ‫( امطار‬musim hujan), ‫( ربيع‬musim semi), ‫خريف‬

(musim gugur), ‫( شتاء‬musim dingin), ‫( صيف‬musim panas).

3. Perlawanan makna timbal balik (converse)


Contoh:
a. ‫( زوج‬suami) berlawanan makna timbal balik dengan ‫( زوجة‬istri).
b. ‫( طبيب‬dokter) berlawanan makna timbal balik dengan ‫( مريض‬pasien).
c. ‫( أستاذ‬guru) berlawanan makna timbal balik dengan ‫( تلميذ‬murid).

4. Perlawanan makna berhubungan dengan gerak dan arah (reverse).


Contoh:
a. ‫( فوق‬atas) berlawanan makna dengan ‫( تحت‬bawah).
b. ‫( يمين‬kanan) berlawanan makna dengan ‫( شمال‬kiri).
c. ‫ ( خروج‬keluar ) berlawanan makna dengan ‫( دخول‬masuk).

2) Sebab-Sebab Adanya Lafadz Al-Tadhad

Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai berikut:

8
a. Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan, sebagian
orang lupa pada penggunaan makna tersebut sehingga menduga bahwa itu bagian dari
lafadz yang mempunyai dua makna yang berlawanan. Contoh seperti lafadz (‫)الصريم‬
digunakan dalam ungkapan (‫ )ليل صريم‬dan (‫ )نـهار صريم‬padahal makna asal dari (‫)صريم‬
adalah ‫( القطع‬putus), penggunaan makna tersebut karena melihat kenyataan bahwa
apabila siang datang malam pun menghilang, tidak ada dan begitu pun sebaliknya
apabila malam datang siang tidak ada. Begitu juga lafadz (‫ )السدفة‬berarti gelap dan
terang padahal makna (‫ )السدفة‬asalnya adalah ‫( الستر‬tertutup).
b. Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi karena alasan
tafa’ul (berharap kebaikan), seperti contoh lafadz (‫ )البصير‬sebutan bagi orang buta dan
lafadz (‫ )السليم‬bagi orang yang digigit ular, dan karena alasan ‫( تـهكم‬mengejek), seperti
lafadz (‫ )أبو البيضاء‬sebutan bagi orang yang berkulit hitam, atau perubahan makna
tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan yang kurang disukai, seperti
penyebutan (‫ )السيد‬dan (‫ )عبد‬bagi (‫)المولى‬.
c. Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan kata),
seperti lafadz (‫ )مجتث‬bisa berarti (‫ )الذي يجتث الشيئ‬dan berarti pula (‫)الذي يجتث‬, adapun
isim fa’il dari lafadz (‫ )اجتث‬adalah (‫ )مجتثث‬dan isim maf’ulnya adalah (‫ )مجتث‬lalu
berkembang kesesuaian antara dua lafadz baik isim fa’il dan isim maf’ul karena
alasan idgham. Contoh lain seperti lafadz (‫ )المختار‬yang berarti (‫ )الذي يختار‬dan ( ‫الذي‬
‫ )يختار‬dan lafadz (‫ )المبتاع‬yang berarti (‫ )البائع‬dan )‫(المبيع‬
d. Perbedaan kabilah-kabilah Arab dalam menggunakan suatu lafadz, seperti lafadz
(‫ )وثب‬yang digunakan oleh kabilah Himyar dengan arti (‫ )قعد‬dan kabilah Mudlar
dengan arti (‫ )طفر‬lafadz (‫ )السدفة‬digunakan oleh kabilah Tamim dengan arti (‫ )الظلمة‬dan
menurut kabilah Qais berarti (‫)الضوء‬, dan lafadz (‫ )سجد‬berarti (‫)انتصب‬, menurut kabilah
Thai dan berarti (‫ )انحى‬menurut kabilah-kabilah lain.

5. Al-istirak (Polisemi)

Definisi Polisemi

Secara etimologi kata polisemi (Indonesia) diadopsi dari polysemy (Inggris),


sementara Polysemy diadopsi dari Bahasa Yunani: “Poly” artinya banyak atau bermacam-
macam, dan “Semy” berarti arti.13 Secara terminologis, polisemi menurut Palmer (1976:
65) di dalam Pateda, adalah: It is olso the case that same word may have a set of different

13
Abdul Karîm Mujâhid, Al-Dilâlah al-Lughawiyah ‘Inda al-‘Arab, (T.Tp: Dâr al-Dhiyâ‟ Li An-Nasr wa Al-
Tauzî‟, T.Th.), h.173

9
meanings.14 Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, polisemi adalah: “kata yang
memiliki makna lebih dari satu”.15

Senada dengan itu, oleh Harimurti Kridalaksana mengatakan, Polisemi ialah


“Pemakaian bentuk bahasa seperti kata, frees dsb. dengan makna yang berbeda-beda,
misal kata “Sumber”, bermakna: 1). Sumur, 2). Asal, 3). Tempat suatu yang banyak.
Demikian juga kata “Kambing Hitam”, bisa berarti: 1). Kambing yang hitam, atau 2).
Orang yang dipersalahkan.16

Dengan demikian, karakteristik polisemi adalah “Makna yang lebih dari satu oleh
satu kata”. Misalnya kata “Orang tua” bisa berarti 1). Ayah dan Ibu, dan 2). Orang yang
sudah lanjut usia (manula). Demikian juga kata “mata yang dipakai dalam kata-kata:
mata untuk melihat, mata air, mata angaran, mata angin, mata kucing, mata acara, dll.
Memiliki hubungan arti yang satu yaitu sesuatu yang menjadi pusat, inti atau yang
mempunyai mata”.

Dalam kajian linguistik Arab, polisemi sama dengan ‫االشتراك اللفظ‬. Karena menurut
Wâfi, yang dimaksud dengan ‫ االشتراك اللفظ‬adalah:17

‫ط ِر ْي ِقال َح ِق ْيقَ ِةالَ ْال َم َجاز‬ ْ ُ ‫احدَةِ ِعدَّة ُ َمعَانٍت‬


َ َ‫طلَقُعَلىَ ُكلّم ْن َها َعلى‬ ِ ‫ ِل ْل َك ِل َم ِة ْال َو‬.

Artinya: “Satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai
sebagai makna yang denotatif (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).”

Kata “‫ ”الخال‬misalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan, dan onta yang gemuk. 18

Ya’qub, mendefisikan musytarak yaitu: “Setiap kata yang mengandung lebih dari
dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan”.19 Jika demikian
halnya, maka ditemukan persamaan pengertian antara polisemi dengan ‫االشتراك اللفظى‬.

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa polisemi adalah leksem
yang mengandung makna ganda. Karena kegandaan makna seperti itulah maka
pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna leksem atau kalimat yang
didengar atau yang dibacanya. Sebagai contoh kata “paku”. Kata ini bisa bermakna paku

14
Mansoer Pateda, Op.Cit., h. 213.

15
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Op.Cit., h. 1200

16
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. Ke-5, h.76.

17
Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, Kairo: (Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962), h. 183.

18
Ibid, h.183
19
Imil Badi’ Ya’qûb, Op.Cit., h. 178

10
yang digunakan memaku pagar, peti. Atau juga bisa bermakna “sayur paku”. Untuk
menghindarkan kesalahpahaman, tentu kita harus melihat konteks kalimat, atau bertanya
pada pembicara apakah yang ia maksudkan dengan kata yang bermakna polisemi
tersebut.

1) Penyebab Terjadinya Polisemi

Menurut Simpson (1979: 179) dan Zgusta (1971: 61) dalam Pateda, di antara penyebab
terjadinya kata-kata yang bermakna polisemi adalah:

a) Kecepatan melafalkan leksem, misalnya; /ban-tuan/ dan /bantuan/. Apakah ban


kepunyan tuan, atau bantuan?.
b) Faktor Gramatikal, misalnya kata /orangtua/. Kata ini bisa bermakna ayah/ibu, atau
orang yang sudah tua.
c) Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari Sebuah kata yang mengalami perubahan
pemakaian dalam ujaran yang mengakibatkan munculnya makna baru. Misalnya kata
makan yang biasa dihubungkan dengan kegiatan manusia atau binatang memasukkan
sesuatu ke dalam perut, tetapi kini kata makan dapat digunakan pada benda tak
bernyawa sehingga muncullah urutan kata makan sogok, rem tidak makan, makan
angin, makan riba, dimakan api, pagar makan tanaman. Digunakan pada
lingkungan/konteks yang berbeda, misalnya kata operasi, bagi seorang dokter
dihubungkan dengan pekerjaan membedah bagian tubuh untuk menyelamatkan
nyawa; bagi militer dikaitkan dengan kegiatan untuk melumpuhkan musuh atau mem-
berantas kejahatan: dan bagi Departemen Tenaga Kerja dihubungkan dengan salah
satu kegiatan yang akan atau sedang dilaksanakan. Seperti dalam kalimat:
“Departemen Tenaga Kerja sedang melakukan operasi purna bhakti agar setiap
perusahaan mematuhi peraturan ketenaga-kerjaan.’’
d) Faktor pengaruh bahasa asing, misalnya leksem /item/, kini digunakan leksem /butir/
atau /usur/.
e) Faktor pemakai bahasa yang ingin menghemat pengguaan kata. Maksudnya dengan
satu kata, pemakai bahasa dapat mengungkapkan berbagai ide atau perasaan yang
terkandung di dalam hatinya. Seperti kata /mesin/ yang biasanya dihubungkan dengan
/mesin jahit/. Manusia kemudian membutuhkan kata yang mengacu kepada mesin
yang menjalankan pesawat terbang, mobil, motor, maka muncullah urutan kata /mesin
pesawat/ dan /mesin mobil/.
f) Faktor pada bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima perubahan, baik
perubahan bentuk maupun perubahan makna. Tentu saja hal ini berhubungan faktor
poin ke-5 di atas.20

20
Mansoer Pateda, Op.Cit., h. 214

11
Sementara itu, faktor-faktor lain penyebab banyaknya polisemi dalam bahasa
Arab secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut:

a) Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam bahasa Arab tersebut.
Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyaknya kabilah, dan setiap
kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam-macam dialek ini dikodifikasikan
dalam beberapa mu’jam, sehingga tersusunlah macam-macam kata dengan berbagai
makna yang terkandung di dalamnya, bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung
lebih dari satu arti. Disinilah letak polisemi dalam bahasa Arab.
b) Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi karena
naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-Harfi (pergantian
huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti kata lain yang
berbeda artinya. Sebagai contoh: kata “‫ ”النغمة‬jama’ dari kata “‫ ”النغم‬berubah bunyi
dengan mengganti huruf “‫ ”غ‬dengan huruf “‫ ”ء‬karena kedekatan makhraj sehingga
dibaca “‫( ”النأمة‬bunyi atau suara) yang dimaksudkan juga sama dengan ‫( النغمة‬irama).
Contoh lain adalah kata “‫( ”الجذوة‬bara api) yang diartikan dengan “‫( ”الجثوة‬tumpukan
batu, tumpukan debu), dengan mengganti “‫ ”ذ‬dengan “‫ "ث‬oleh karena kedekatan
makhraj.
c) Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena
adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata
hakiki. Seperti kata ‫ عين‬yang artinya “mata” diartikan dengan ‫( الجارية‬pelayan, gadis),
‫ عين‬diartikan dengan ‫ األفضل األشياء وأحسنها‬sesuatu yang paling uatama dan yang paling
baik. ‫ عين‬juga diartikan dengan “mata uang emas atau perak.”
d) Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari
bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-
nya. Contoh kata ‫ وجد الشيئ وجودا أو وجدانا‬karena mashdar-nya ‫وجودا أو وجدانا‬,maka
diartikan “menemukan.” Sementara “‫ ”وجد‬yang masdar-nya ‫ موجودة‬maka diartikan
dengan “marah”. Sedangkan fiil yang sama dengan mashdar-nya“‫ ”وجودا‬diartikan
dengan ‫ تفانى في حبه‬diartikan dengan “kehilangan/putus cinta”.21

Sebab-sebab terjadinya lafadz musytarak dalam bahasa Arab sangatlah banyak


sekali, namun ulama’ ushul telah merumuskan sebab-sebab yang paling mempengaruhi
antara lain sebagai berikut :

a) Terjadinya perbedaan kabilah-kabilah Arab di dalam menggunakan suatu kata untuk


menunjukkan terhadap satu makna. Seperti perbedaan dalam pemakain kata ‫يد‬, dalam
satu kabilah, kata ini digunakan menunjukkan arti hasta secara sempurna (‫)كلهذراع‬.
Satu kabilah untuk menunjukkan (‫ )الساعد والكف‬Sedangkan kabilah yang lain untuk
menunjukkan khusus telapak tangan.

21
Imil Badi’ Ya’qûb, Op.Cit., h. 180-181

12
b) Terjadinya perkembangan perluasan makna satu lafadz dari makna asal, seperti lafadz
‫ فتن‬yang asalnya bermakna‫( المعدنفىالنار‬logam/barang tambang dalam api) selanjutnya
digunakan untuk menunjukkan arti ‫( االضطهاد فى الدين‬penindasan agama) kemudian
bermakna ‫( الوقوعفىالضالل‬terjerumus dalam kesesatan).
c) Terjadinya makna yang berkisaran/keragu-raguaan ‫ تردد‬antara makna hakiki dan
makna istilah urfi. Sehingga terjadi perubahan arti satu kata dari arti bahasa kedalam
arti istilah, seperti kata-kata yang digunakan dalam istilah syara’. Seperti lafadz ‫الصالة‬
yang dalam arti bahasa bermakna do’a, kemudian dalam istilah syara’ digunakan
untuk menunjukkan ibadah tertentu yang telah kita maklumi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
a) Bahwa istiqaq ialah sebuah proses pembentukan kata yang dapat melahirkan
beberapa kata.
b) Bahwa at-taraduf (sinonim) adalah suatu kata yang berbeda arti pada satu lafaz,
tapi satu makna.
c) bahwa an-naht merupakan langkah kreatif meringkas dan mempermudah
pengucapan serangkaian kata.
d) Bahwa al-tadhad (antonim) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya
“dianggap” berlawanan.
e) Bahwa polisemi adalah leksem yang mengandung makna ganda.

B. Saran

Sekian dari makalah ini, apabila masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, maka kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
selanjutnya, Terimakasih

14
Daftar pustaka

Departemen Pendidikan Nasional Jakarta. 2008. Kamus Bahasa Indonesia


Jakarta: Pusat Bahasa.

Djajasudarma, Fatimah. 1993. Semantik1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna,


Bandung: Eresco.

Haidar, Farid ‘Awid, 2005.‘Ilm al-Dalalah. Kairo: Maktabah al-Adab.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguisti. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama,

Mujâhid, Abdul Karîm. Al-Dilâlah al-Lughawiyah ‘Inda al-‘Arab, Dâr al-Dhiyâ’


Li An-Nasr wa Al-Tauzî. T.Th

Pateda, Mansoer.2000. Semantik Leksikal, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Taufiqurrochman. 2008. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN – Malang Press.

Umar, Ahmad Mukhar. 1982. ‘Ilm al-Dilâlah, (Kuwait: Maktabah Dâr al-
‘Arabiyah li al-Nasr wa al-Tauzî’ T.Th

Verhaar, J. W. M., 1989. Pengantar Lingguistik Cet. Ke-12.Yogyakarta: Gajah


Mada Universty Press.

Wâfi, Âli Abd. al-Wâhid, 1962Fiqhu al-Lugah, Kairo: (Lajnah al-Bayân Al-
‘Arabiyah,

Ya’qûb, Imil Badi’.Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ. Beirût: Dâr al-Tsaqâfah


al- Islâmiyah, T.Th.

http://andiwowo.blogspot.com/2008_11_01_archive.html diupload pada 30


November 2019

http://suanti-mamonto.blogspot.com/2012/06/blog-post_6991.html diupload pada


30 November 2019

http://zein1819.blogspot.com/2015/05/Fiqh-Lughah-Taraduf-Isytirak-
Tadhad.html diupload pada 30 November 2019

https://marihanafiah.wordpress.com/2008/06/27/karakteristik-bahasa-arab/ 26
November 2019

https://megainfo92.blogspot.com/2014/01/an-naht-akronim-dalam-bahasa-arab.html diupload
pada 30 November 2019

15

Anda mungkin juga menyukai