PEMBAHASAN
1. Al-Istiqaq
Secara etimologi, kata اإلشتقاقialah bentuk infinitive (mashadar) dari kata – إشتق
يشتقyang berarti “memperoleh, mengasal atau mengambil”. Ma’luf mencontohkan kata
إشتقyaitu: “ أشتق الكلمة من الكلمةmengasal kata dari kata yang lain”.1 Dengan demikian,
Ilmu Isytiqaq berarti “ilmu asal-usul kata”.
Artinya: “Membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap
memiliki hubungan makna.2
Menurut Syâhîn:
Artinya: “Membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan
makna.”3
Kedua definisi diatas, menjelaskan sebuah proses pembentukan kata yang dapat
melahirkan beberapa kata. Antara beberapa kata yang dihasilkan melalui proses
pembentukan tersebut tetap memiliki makna yang mirip dengan makna kata dasarnya.
Sebagai contoh, dari akar kata ( ضربdaraba) bisa dibentuk kata-kata berikut: ضارب
(dârib-un) “pemukul”, ( مضروبmadrûb-un) “yang dipukul‟, ( مضربmidrab-un) “alat
pemukul‟, ( اضربidrib) “pukullah‟, ( ال تضربlâtadrib/) “jangan pukul‟, dan seterusnya.
Walaupun bentuknya berbeda, namun antara satu kata dengan kata yang lain memiliki
hubungan makna, yaitu “pukul”.
1. Macam-macam Isytiqaq
1
Louwis Ma‟lûf, al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Beirût: Dâr al- Masyriq, 1992), cet. Ke- 32, h. 396.
2
Imil Badi‟ Ya‟qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Beirût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.). h. 186.
3
Taufîq Muhammad Syâhîn, ‘Awâmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-:Arabiyah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1980
M/1400 H), Cet. I, h. 80.
1
a. Al-Isytiqâqual-Shagîr ()اإلشتقاق الصغير
Disebut juga dengan Isytiqâq al-‘Âm atau Isytiqâq al- Ashgar. Yaitu proses
pembentukan beberapa kata dari sebuah kata dasar dengan tetap memperhatikan
kesamaan urutan morfem tetap seperti yang terdapat pada kata dasarnya. Seperti
morfem كتبurutan morfem tetap-nya adalah sebagai berikut: كadalah urutan pertama, ت
urutan kedua, dan بurutan ketiga. Berbagai kata bisa dibentuk dari ketiga morfem tetap
tersebut.
Dengan demikian, اإلشتقاق الصغير/ al-Isytiqâq al-Sagîr mencakup التصريف اللغوي contoh
dapat dilihat sebagai berikut:
Al-Isytiqâqu al-Kabîr disebut juga Al-Qalab al-Lughawy. Menurut Ya’qub, yang dimaksud
dengan ( اإلشتقاق الكبيرIsytiqâqal- Kabîr) yaitu:
هو أن يكون بين كلمتين تناسب فى اللفظ والمعنى دون ترتيب الحروف
2
Artinya: “Dua kata yang memiliki persamaan pada lafaz dan makna tanpa memperhatikan
susunan bunyi.”
Dengan kata lain, al-Isytiqâq al-Kabîr adalah sebuah proses pembentukan kata
dalam bahasa Arab dengan cara membolak-balik posisi morfem tetapnya, sehingga dapat
menimbulkan kata dan makna baru, namun antara satu sama lain memiliki keterkaitan
makna.
Contoh, kata حمد/hamida/ bisa dibentuk menjadi مدح/madaha/ yaitu menukar posisi
fonem م/mim/ dari tengah ke depan. Kata حمد/hamida/ berati “memuji, berterima-kasih”,
kata مدح/madaha/ juga berarti “memuji”. Kata “ ”قال/qâla/ misalnya, berarti “berkata”,
mengisyaratkan gerakan yang mudah dari mulut dan lidah. Dari kata “ ”قالtersebut
terbentuk beberapa kata baru dan makna baru juga. Seperti jika kita mendahulukan “”و
/wawu/ kemudian “”ق/qâf/ dan kemudain “ ”ل/lam/, sehingga ia menjadi “ ”وقل/waqala/,
maka salah satu artinya adalah “mengangkat satu kaki dan memantapkan kaki yang
lain di bumi”.
Makna ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas, yaitu adanya suatu
“gerakan”. Kemudian jika anda mendahulukan “ ”ل/lam/, kemudian “ ”ق/qaf/ dan “”و
/waw/ sehingga menjadi “ ”لقو/laqwun/, maka di antara maknanya adalah “angin yang
menimpa seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam bahasa medis disebut
dengan tekanan darah tinggi atau strok. Dari akar kata yang sama muncul pula kata “”لقي
/laqiya/ yang berarti “bergerak menuju sesuatu untuk bertemu”. Makna ini juga
menunjukkan kepada makna asal yaitu “bergerak”.4
بل بترتيب األصلي والنوع،ارتباط بعض المجموعات الصوتية ببعض المعاني ارتباطا عاما ال يتقيد باألصوات نفسها
.الذي تندرج تحته
Artinya: “Adanya hubungan umum sebagian satuan bunyi dengan sebagian makna.
Hubungan itu tidak terikat oleh bunyi suara, tetapi terikat dengan susunan asalnya
serta jenis yang termasuk di dalamnya”.5
4
H. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h. 94 - 95.
5
ImilBadi‟Ya‟qûb,Op.Cit.,h. 205.
3
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini:
2. At-taraduf (Sinonim)
Definisi Sinonim
Istilah Sinonim berasal dari bahasa Yunani Kuno: anoma= nama dan syn=
dengan. Makna Harfiahnya adalah nama lain untuk benda yang sama.6 Secara etimologis,
istilah sinonimi (bahasa Indonesia) diserap dari bahasa Inggris yaitu synonymy. Kata
synonymy sendiri diserap dari bahasa Yunani Kuno, yaitu onoma yang berarti “nama”
dan syn yang berarti “dengan.7 Dengan kata lain sinonim ialah “nama lain untuk benda
yang sama.”
6
Ibid h. 222
7
Fatimah Djajasudarma, Semantik1 Pengantar ke Arah Ilmu Makna, (Bandung: Eresco, 1993), Cet. I, h. 42.
8
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008). h. 1464
9
Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab, (Malang: UIN – Malang press, 2008) h. 73.
4
Dalam bahasa Arab, sinonim disebut dengan الترادف, menurut Ya’qub الترادف
10
yaitu :
أوإطالق عدة كلمات على مدلول واحد،ما اختلف لفظه واتفق معناه
Artinya: “Berbeda artinya tetapi sama lafasnya. Atau beragam lafas nya tetapi maknanya
satu”.
Menurut Umar11:
Berati dapat disimpulkan bahwa sinonim ( )الترادفadalah suatu kata yang berbeda arti pada
satu lafaz, tapi satu makna.
1) Karena bahasa Arab (bahasa Quraisy) sangat terbuka dan respon terhadap beberapa
dialek-dialek bahasa Arab disekitarnya. Dengan demikian, bahasa Arab banyak
menyerap kosa-kata dialek lain yang maknanya juga sama.
2) Karena beberapa penyusun kamus bahasa Arab tidak melakukan seleksi yang ketat
dalam menulis kosa kata bahasa Arab. Oleh karena itu, banyak kosa kata bahasa lain,
khususnya bahasa-bahasa rumpun semit masuk ke dalam bahasa Arab yang artinya
sama.
3) Pada hakekatnya beberapa kata yang dianggap bersinonim itu memiliki arti khusus.
Namun karena ditemukan adanya kesamaan maka disebut bersinonim. Seperti kata
جلسdan قعد, keduanya berarti ‘duduk’. Tapi pada hakikatnya kata جلسberarti ‘duduk
dari berdiri’. Sementara قعدberarti ‘duduk dari berbaring’.
3. An-Naht
Secara Bahasa
Istilah An-Naht dari segi bahasa berasal dari kata ينحت- نحتyang mengandung
makna memahat, menata dan mematung. seperti firman Allah dalam al-Qur’an :
10
Imil Badi’ Ya’qûb, Fiqh al-Lughah Wa Khashâishuhâ, (Bairût: Dâr al-Tsaqâfah al- Islâmiyah, T.Th.). h. 180-
11
Ahmad Mukhar Umar, ‘Ilm al-Dilâlah, (Kuwait: Maktabah Dâr al-„Arabiyah li al-Nasr wa al-Tauzî”, 1982,
cet,
12
Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, (Kairo:Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962), h. 166-168.
5
“Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin”
Secara Istilah
Sedangkan menurut istilah diartikan sebagai formulasi dua kata atau lebih
menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Kata yang digabung
tersebut dapat terdiri dari kata benda seperti basmalah, kata kerja seperti hamdalah atau
huruf seperti innama berasal dari inna dan ma, dengan tetap mengikuti kaedah
kebahasaan dan bentuk-bentuk tashrif bahasa. Hubungan makna leksikal dengan makna
istilah ialah karena An-Naht kegiatan menata ulang kata-kata atau kalimat. Hal ini mirip
dengan kegiatan memahat atau mematung yang bekerja memotong-motong dan
membuang sebagian unsur suatu kata kemudian membuat formulasi yang berbeda dengan
forma awal.
Adapun pola yang dapat dijadikan pedoman dalam upaya An-Naht ini adalah:
6
1. Meletakkan satu kata ke dalam kata lain tanpa mengubah sedikitpun huruf dan
harakatnya, seperti ( برمائىTumbuhan atau binatang yang hidup di darat dan di dalam
air).
2. Mengubah sebagian harakat tanpa mengubah huruf seperti ( شقحطبpotongan-
potongan tanaman atau kayu kering).
3. Menetapkan salah satu dari dua kata sebagaimana sebelumnya dan meringkas yang
lain, seperti ( مشلوزpotongan daging/tanaman kering) berasal dari gabungan المشمس و
.اللوز
4. Melakukan singkatan yang seimbang antara dua kata, sehingga tidak masuk ke dalam
kata singkatan kecuali masing-masing dua huruf dari kata yang disingkat, seperti
()تعبشم.
5. Melakukan singkatan yang tidak seimbang antara dua kata seperti (سبحلmengucap
subhanallah)
6. Menghapus (menggugurkan) sebagian kata secara utuh tanpa meninggalkan
sedikitpun bekas dalam kata yang telah disingkat, seperti الاله االهللاdan اطال هللا بقاءك
7. Pada kata هللاPada contoh pertama, dan الdan االpada contoh kedua telah digugurkan
secara utuh dan tidak tinggal sedikitpun bekas dalam dua kata singkatan yang telah
disebutkan.
Kata kunci dari semua ini seperti ucapan Mustafa Al-Syihabiy yang dikutip Imil
Badi Ya’qub adalah bahwa bagaimanapun bentuk dan pola yang dipakai, cabang ilmu
isytiqaq adalah sebaik-baik jalan yang ditempuh dalam pembentukan kata baru untuk
makna yang baru pula. Oleh karena itu, tidak boleh beralih menggunakan pola An-Naht
kecuali telah mengalami kesulitan dalam cabang ilmu isytiqaq. Di samping itu, An-Naht
harus didukung oleh rasa bahasa (Adz-Dzauq) secara khusus.
4. Al-Tadhad (Antonim)
Pengertian Al-Tadhad
Menurut bahasa idhdhad (Antonim) berasal dari kata ضد يضد ضدyang berarti
menolak, berlawanan, atau kontradiksi. Sedangkan menurut istilah idhdhad (Antonim)
adalah sebuah lapadz yang menghendaki makna dan lawan katanya, ada dua kata yang
berlawanan maknanya. Antonymy berasal dari bahasa yunani kuno, onoma “nama” dan
anti “melawan” secara harfiah adalah nama lain untuk benda yang lain. Ada yang
mengatakan bahwa antonimi adalah oposisi makna dalam pasangan leksikal yang dapat
dijenjangkan (kridalaksana, 1982). Antonimi merupakan hubungan diantara kata-kata
yang dianggap memiliki pertentangan makna.
7
Artinaya: Antonimi (Al-tadhad) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya “dianggap”
berlawanan.
Disebut “dianggap” karena sifat berlawanan dari dua kata yang berantonim ini
sangat relative. Ada kata-kata yang mutlak berlawanan, seperti kata hidup dengan mati,
kata siang dengan malam. Ada juga yang tidak mutlak, seperti kata jauh dengan dekat,
kata kaya dengan miskin. Seseorang yang tidak kaya belum tentu miskin, begitu juga
sesuatu yang tidak tinggi belum tentu rendah.
1) Macam-Macam Al-Tadhad
Diantara yang menjadi sebab munculnya lafadz Al-Tadhad adalah sebagai berikut:
8
a. Makna asal suatu lafadz digunakan pada makna umum yang berlawanan, sebagian
orang lupa pada penggunaan makna tersebut sehingga menduga bahwa itu bagian dari
lafadz yang mempunyai dua makna yang berlawanan. Contoh seperti lafadz ()الصريم
digunakan dalam ungkapan ( )ليل صريمdan ( )نـهار صريمpadahal makna asal dari ()صريم
adalah ( القطعputus), penggunaan makna tersebut karena melihat kenyataan bahwa
apabila siang datang malam pun menghilang, tidak ada dan begitu pun sebaliknya
apabila malam datang siang tidak ada. Begitu juga lafadz ( )السدفةberarti gelap dan
terang padahal makna ( )السدفةasalnya adalah ( السترtertutup).
b. Perubahan makna suatu lafadz dari makna asli kepada makna majazi karena alasan
tafa’ul (berharap kebaikan), seperti contoh lafadz ( )البصيرsebutan bagi orang buta dan
lafadz ( )السليمbagi orang yang digigit ular, dan karena alasan ( تـهكمmengejek), seperti
lafadz ( )أبو البيضاءsebutan bagi orang yang berkulit hitam, atau perubahan makna
tersebut karena tujuan menjauhi pengungkapan yang kurang disukai, seperti
penyebutan ( )السيدdan ( )عبدbagi ()المولى.
c. Kesesuaian antara dua lafadz dalam satu shighat sharfiyah (bentuk perubahan kata),
seperti lafadz ( )مجتثbisa berarti ( )الذي يجتث الشيئdan berarti pula ()الذي يجتث, adapun
isim fa’il dari lafadz ( )اجتثadalah ( )مجتثثdan isim maf’ulnya adalah ( )مجتثlalu
berkembang kesesuaian antara dua lafadz baik isim fa’il dan isim maf’ul karena
alasan idgham. Contoh lain seperti lafadz ( )المختارyang berarti ( )الذي يختارdan ( الذي
)يختارdan lafadz ( )المبتاعyang berarti ( )البائعdan )(المبيع
d. Perbedaan kabilah-kabilah Arab dalam menggunakan suatu lafadz, seperti lafadz
( )وثبyang digunakan oleh kabilah Himyar dengan arti ( )قعدdan kabilah Mudlar
dengan arti ( )طفرlafadz ( )السدفةdigunakan oleh kabilah Tamim dengan arti ( )الظلمةdan
menurut kabilah Qais berarti ()الضوء, dan lafadz ( )سجدberarti ()انتصب, menurut kabilah
Thai dan berarti ( )انحىmenurut kabilah-kabilah lain.
5. Al-istirak (Polisemi)
Definisi Polisemi
13
Abdul Karîm Mujâhid, Al-Dilâlah al-Lughawiyah ‘Inda al-‘Arab, (T.Tp: Dâr al-Dhiyâ‟ Li An-Nasr wa Al-
Tauzî‟, T.Th.), h.173
9
meanings.14 Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan, polisemi adalah: “kata yang
memiliki makna lebih dari satu”.15
Dengan demikian, karakteristik polisemi adalah “Makna yang lebih dari satu oleh
satu kata”. Misalnya kata “Orang tua” bisa berarti 1). Ayah dan Ibu, dan 2). Orang yang
sudah lanjut usia (manula). Demikian juga kata “mata yang dipakai dalam kata-kata:
mata untuk melihat, mata air, mata angaran, mata angin, mata kucing, mata acara, dll.
Memiliki hubungan arti yang satu yaitu sesuatu yang menjadi pusat, inti atau yang
mempunyai mata”.
Dalam kajian linguistik Arab, polisemi sama dengan االشتراك اللفظ. Karena menurut
Wâfi, yang dimaksud dengan االشتراك اللفظadalah:17
Artinya: “Satu kata mengandung beberapa arti yang masing-masingnya dapat dipakai
sebagai makna yang denotatif (hakikat) dan bukan makna konotatif (majaz).”
Kata “ ”الخالmisalnya, bisa berarti: paman, tahi lalat di wajah, awan, dan onta yang gemuk. 18
Ya’qub, mendefisikan musytarak yaitu: “Setiap kata yang mengandung lebih dari
dua makna, antara yang satu dengan yang lain tidak ada persamaan”.19 Jika demikian
halnya, maka ditemukan persamaan pengertian antara polisemi dengan االشتراك اللفظى.
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa polisemi adalah leksem
yang mengandung makna ganda. Karena kegandaan makna seperti itulah maka
pendengar atau pembaca ragu-ragu menafsirkan makna leksem atau kalimat yang
didengar atau yang dibacanya. Sebagai contoh kata “paku”. Kata ini bisa bermakna paku
14
Mansoer Pateda, Op.Cit., h. 213.
15
Departemen Pendidikan Nasional Jakarta, Op.Cit., h. 1200
16
Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001), Cet. Ke-5, h.76.
17
Âli Abd. al-Wâhid Wâfi, Fiqhu al-Lugah, Kairo: (Lajnah al-Bayân Al-‘Arabiyah, 1962), h. 183.
18
Ibid, h.183
19
Imil Badi’ Ya’qûb, Op.Cit., h. 178
10
yang digunakan memaku pagar, peti. Atau juga bisa bermakna “sayur paku”. Untuk
menghindarkan kesalahpahaman, tentu kita harus melihat konteks kalimat, atau bertanya
pada pembicara apakah yang ia maksudkan dengan kata yang bermakna polisemi
tersebut.
Menurut Simpson (1979: 179) dan Zgusta (1971: 61) dalam Pateda, di antara penyebab
terjadinya kata-kata yang bermakna polisemi adalah:
20
Mansoer Pateda, Op.Cit., h. 214
11
Sementara itu, faktor-faktor lain penyebab banyaknya polisemi dalam bahasa
Arab secara khusus dapat disebutkan sebagai berikut:
a) Lebih diakibatkan oleh adanya macam-macam dialek dalam bahasa Arab tersebut.
Sementara banyaknya dialek lebih diakibatkan oleh banyaknya kabilah, dan setiap
kabilah memiliki dialek masing-masing. Macam-macam dialek ini dikodifikasikan
dalam beberapa mu’jam, sehingga tersusunlah macam-macam kata dengan berbagai
makna yang terkandung di dalamnya, bahkan satu kata dapat dipastikan mengandung
lebih dari satu arti. Disinilah letak polisemi dalam bahasa Arab.
b) Karena perkembangan fonem (bunyi) dalam Bahasa Arab, baik itu terjadi karena
naqish (pengurangan), ziyadah (penambahan) maupun naql al-Harfi (pergantian
huruf). Melalui proses ini banyak kata-kata yang menyatu dengan arti kata lain yang
berbeda artinya. Sebagai contoh: kata “ ”النغمةjama’ dari kata “ ”النغمberubah bunyi
dengan mengganti huruf “ ”غdengan huruf “ ”ءkarena kedekatan makhraj sehingga
dibaca “( ”النأمةbunyi atau suara) yang dimaksudkan juga sama dengan ( النغمةirama).
Contoh lain adalah kata “( ”الجذوةbara api) yang diartikan dengan “( ”الجثوةtumpukan
batu, tumpukan debu), dengan mengganti “ ”ذdengan “ "ثoleh karena kedekatan
makhraj.
c) Perubahan sebagian kata dari arti yang hakiki kepada arti yang metaforis, karena
adanya keterkaitan arti dan seringnya dipakai arti metaforis tersebut menjadi kata
hakiki. Seperti kata عينyang artinya “mata” diartikan dengan ( الجاريةpelayan, gadis),
عينdiartikan dengan األفضل األشياء وأحسنهاsesuatu yang paling uatama dan yang paling
baik. عينjuga diartikan dengan “mata uang emas atau perak.”
d) Perubahan morfologi (tashrif) yang terjadi pada dua kata yang sama bentuknya. Dari
bentuk tersebut timbul arti yang bermacam-macam karena perbedaan bentuk masdar-
nya. Contoh kata وجد الشيئ وجودا أو وجداناkarena mashdar-nya وجودا أو وجدانا,maka
diartikan “menemukan.” Sementara “ ”وجدyang masdar-nya موجودةmaka diartikan
dengan “marah”. Sedangkan fiil yang sama dengan mashdar-nya“ ”وجوداdiartikan
dengan تفانى في حبهdiartikan dengan “kehilangan/putus cinta”.21
21
Imil Badi’ Ya’qûb, Op.Cit., h. 180-181
12
b) Terjadinya perkembangan perluasan makna satu lafadz dari makna asal, seperti lafadz
فتنyang asalnya bermakna( المعدنفىالنارlogam/barang tambang dalam api) selanjutnya
digunakan untuk menunjukkan arti ( االضطهاد فى الدينpenindasan agama) kemudian
bermakna ( الوقوعفىالضاللterjerumus dalam kesesatan).
c) Terjadinya makna yang berkisaran/keragu-raguaan ترددantara makna hakiki dan
makna istilah urfi. Sehingga terjadi perubahan arti satu kata dari arti bahasa kedalam
arti istilah, seperti kata-kata yang digunakan dalam istilah syara’. Seperti lafadz الصالة
yang dalam arti bahasa bermakna do’a, kemudian dalam istilah syara’ digunakan
untuk menunjukkan ibadah tertentu yang telah kita maklumi.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
a) Bahwa istiqaq ialah sebuah proses pembentukan kata yang dapat melahirkan
beberapa kata.
b) Bahwa at-taraduf (sinonim) adalah suatu kata yang berbeda arti pada satu lafaz,
tapi satu makna.
c) bahwa an-naht merupakan langkah kreatif meringkas dan mempermudah
pengucapan serangkaian kata.
d) Bahwa al-tadhad (antonim) adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya
“dianggap” berlawanan.
e) Bahwa polisemi adalah leksem yang mengandung makna ganda.
B. Saran
Sekian dari makalah ini, apabila masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini, maka kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
selanjutnya, Terimakasih
14
Daftar pustaka
Umar, Ahmad Mukhar. 1982. ‘Ilm al-Dilâlah, (Kuwait: Maktabah Dâr al-
‘Arabiyah li al-Nasr wa al-Tauzî’ T.Th
Wâfi, Âli Abd. al-Wâhid, 1962Fiqhu al-Lugah, Kairo: (Lajnah al-Bayân Al-
‘Arabiyah,
http://zein1819.blogspot.com/2015/05/Fiqh-Lughah-Taraduf-Isytirak-
Tadhad.html diupload pada 30 November 2019
https://marihanafiah.wordpress.com/2008/06/27/karakteristik-bahasa-arab/ 26
November 2019
https://megainfo92.blogspot.com/2014/01/an-naht-akronim-dalam-bahasa-arab.html diupload
pada 30 November 2019
15