Mustatsna ()المستثنى
Oleh:
Alfin Khoiriyah (18150057)
Hilyatul Bahiyyah (18150065)
Safira Ekta Firdausi (18150067)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya di akhirat kelak.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah
ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari ilmu nahwu sangatlah penting ilmu
nahwu bagaikan akar dari segala bidang ilmu karena dengan ilmu nahwu kita
bisa mengetahui/mempelajari ilmu yang lain. Ruang yang ingin bisa baca
kitab kuning tidak akan terlepas dari mempelajari ilmu nahwu. Dalam ilmu
nahwu banyak sekali bab-bab yang penting diantaranya bab yang
menerangkan tentang mustastna. Mustastna adalah isim yang berada setelah
adat/alat Istitsna yang keadaan hukumnya berada dengan hukum Mustatsna
Minhu, yaitu lafazh yang disebut sebelum alat istitsna. Dari definisi
Mustatsna tersebut memberi kepahaman bahwa mustatsna berupa kalimah
isim yang berbeda setelah huruf-huruf istitsna yang terdiri dari delapan huruf.
Dalam makalah tentang mustatsna ini akan lebih dijelaskan secara
mendetail dalam pembahasan mengenai pengertian mustatsna, huruf-huruf
mustatsna dan beberapa ketentuan mustatsna.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas terdapat beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan mustatsna?
2. Apa saja yang termasuk huruf-huruf mustatsna?
3. Bagaimana ketentuan hukum mustatsna?
C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, makalah ini disusun
bertujuan untuk:
1. Mengetahui definisi dari mustatsna.
2. Mengetahui huruf-huruf mustastna
3. Mengetahui ketentuan hukum mustastna.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mustatsna
Mustastna adalah isim yang berada setelah adat/alat Istitsna yang
keadaan hukumnya berada dengan hukum Mustatsna Minhu, yaitu lafazh
yang disebut sebelum alat istitsna, contoh:
KETERANGAN :
.5 االستثناء ثمانية وهي إال وغير و ِسوى وسُوى وسواء وخال وعدا وحاشا5وحرف
Huruf istitsna itu ada delapan, yiatu :
َّإِال : Kecuali َغ ْي َر : Selain
ِس َوى : Selain َخاَل : selain
َعدَا : Selain َحا َشا : Selain
C. Ketentuan-Ketentuan Istitsna
1. Mustatsna dengan ( )اِاَّل
KETERANGAN:
تَا ًما artinya sempurna, yaitu jika disebut Mustastna Minhunya.
َموْ َجبًا artinya positif, yaitu jika kalimatnya positif (bukan kalimat negatif).
َم ْنفِيًا artinya negatif, yaitu jika kalimatnya negatif.
ناقِصًا artinya kurang, yaitu jika tidak disebut Mustatsna Minhu.
Ketentuan I’rabnya
- kalimatnya تَا ًما ُموْ جبا, maka mustatsnanya wajib Manshub.
KETERANGAN:
َ dan ِس َوى selamanya harus majrur sebagai ُضاف
I’rab Mustatsna dengan غي َْر َ ُم
إِلَ ْي ِه.
َ dan ِس َوى adalah seperti i’rab isim mustatsna setelah إِاَّل ,
Sedangkan i’rab غ ْي َر
َ .
yaitu; terkadang dibaca dengan غي َْر
boleh mansub dan boleh majrur. Sedangkan jika dimasuki ُاَل النَّفِة, maka wajib
manshub, contoh:
Tambahan:
Mustatsna dengan kata حاشا-عدا- خالdibaca nashob sebagai maf'ul bih,
karena kata حاشا-عدا- خالsebagai fi'il madhi. Jadi mustatsnanya menjadi
maf'ul nih dari kata حاشا-عدا-خال.
Mustatsna dibaca jer karena kata حاشا-دا$$$ع- خالmenjadi huruf jer
tambahan. Jadi mustatsnanya majrur.
Lafadz عدا+ خالpaling sering menashobkan mustatsnanya dan jarang
membuat mustatsnanya dibaca jer
Lafadz حاشاpaling sering mengejerkan mustatsnanya.
٥٥ الروم.... َسا َع ٍة َغي َْر ُون َما َل ِب ُثوا َ ُي ْقسِ ُم ْالمُجْ ِرم
١٢ : المطففين.أَث ٍِيم ُك ُّل مُعْ َت ٍد إِاَّل َو َما ُي َك ِّذبُ ِب ِه
.ين َ ِين أَ ْن َعم
ِ ْال َم ْغضُو َغي ِْر ْت َع َلي ِْه ْم
َ ِّ َع َلي ِْه ْم َواَل الضَّال ب َ اط الَّذ َ صِ َر
٧ :الفاتحة
١٠١ : هود.ٍَو َما َزا ُدو ُه ْم َغي َْر َت ْت ِبيب
ِالُ$سْ ت ِْث َنا الَّذِي َق ْد َح َوى ¤إِالَّ َو َغيْراً َوسِ َوى سُوىً َس َوا َو َل ْف ُ
ظ ا ُِ
َ ¤ Dan lafadz Ististna' yang tergolong adalahس َوا -سُوىً َ -سِ َوى َ -غيْراً -
إِالَّ
َوإِنْ َي ُكنْ ِمنْ ذِي َت َم ٍام ا ْن َت َفى َ ¤فأ َ ْب ِد َلنْ َوال َّنصْ بُ فِي ِه ُ
ض ِّع َفا
Apabila mustasna di dalam kalam yang tam dan manfi ¤ maka
jadikanlah badal dari mustasna minhu atau dibaca nashob (tarkib
istisnaiyah) tetapi hukumnya lemah
َو َما سِ َواهُ ُح ْك ُم ُه ِب َع ْكسِ ِه¤ َه َذا إِ َذا اسْ َت ْث َن ْي ُه ِمنْ ِج ْنسِ ِه
Perincian tersebut apabila antara mustasna dan mustasna minhu itu
sejenis (Muttasil) ¤ sedang selainya (munqoti’) hukumnya
sebaliknya
َوا َّنصْ بُ فِي إِالَّ َبعِيراً أَ ْك َث ُر¤ َك َلنْ َيقُو َم ال َق ْو ُم إِالَّ َجعْ َف ُر
sedang membaca nashob didalam ¤ لَنْ َيقُو َم ال َق ْو ُم إِالَّ َجعْ َف ُرSeperti
itu hukumnya lebih banyak )’istisna’ Munqoti( اال بعيراlafadz
ْ َق ْد أ ُ ْل ِغ َي¤ َِّص َفإِال
َّت َو ْال َعا ِم ُل اسْ َت َقال ٍ َوإِنْ َي ُكنْ ِمنْ ناق
¤ االdi dalam kalam yang naqis maka االApabila mustasna dengan
hukumnya di ilgho’kan (tidak beramal menashobkan) dan amilnya
sendiri yang langsung beramal
ِب َما َخالَ و َما َع َدا َو َما َح َشا¤ َوال َّنصْ بُ أّيْضا ً َجا ِئ ٌز لِ َمنْ َي َشا
Dan membaca Nashob juga boleh bagi orang yang menghendaki ¤
َ َما َخال- َما َعدَ ا- َما َح َشاdengan perabot
b. Nadhom Alfiyah ibn Malik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mustatsna adalah isim yang berada setelah huruf Istitsna yang
keadaan hukumnya berada dengan hukum Mustatsna Minhu. Mustatsna
minhu yaitu lafazh yang disebut sebelum alat/huruf istisna. Mustatsna itu ada
tiga ketentuan yaitu; Mustatsna dengan َّإِال , Mustatsna dengan (
B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya dalam pembuatan makalah ini
banyak kekurangan dan hal yang mungkin luput dari pengamatan penyusun,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat konstruktif dari sangat
kami harapkan. Akhir kata semoga makalah ini dapat menjadi tambahan ilmu
umumnya bagi pembaca, khususnya bagi penyusun.
DAFTAR PUSTAKA