Hukum asalnya semua isim adalah bertanwin sampai ada sebab lain yang
menjadikan tanwinnya hilang seperti kemasukan alif lam atau menjadi idhafah
(sandaran). Isim yang dilekati alif lam, maka tanwinnya wajib dihilangkan.
Contohnya ٌبٌاب (pintu). Ketika ada alif lam, maka wajib dibaca ٌالٌاب dengan
dhammah saja, bukan dengan dhammatain seperti ٌ الٌاب. Sebaliknya, Kata ٌبٌاب
ketika berdiri sendiri tanpa alif lam, maka wajib dibaca tanwin, dan tidak boleh
hanya dhammah saja seperti ٌبٌاب. Begitupun juga ketika kata ٌ بٌابmenjadi idhafah
(sandaran) seperti ٌبٌابٌ ٌالفٌصٌل (pintu kelas) maka tidak boleh dibaca tanwin
seperti ٌبٌابٌٌالفٌصٌل. Isim yang bisa bertanwin ini disebut dengan isim munsharif
dan kebanyakan isim termasuk jenis ini. Contohnya: ٌقٌلٌم (pulpen), ٌكٌتٌاب (buku),
ٌسٌاعٌة (jam), ٌشٌعٌر (rambut), dan lain sebagainya. Namun ada beberapa isim yang
tidak boleh bertanwin ketika berdiri sendiri, apalagi ketika kemasukan alif dan
lam atau idhafah. Isim yang termasuk jenis ini disebut dengan isim ghairu
munsharif. Selain tidak bertanwin, isim ghairu munsharif juga tidak bisa
berharakat kasrah.
Berikut ini kami berikan beberapa kelompok isim yang tidak boleh bertanwin:
3. Seluruh nama yang berasal dari non Arab yang hurufnya lebih dari 3 huruf
Nama-nama yang berasal bukan dari Bahasa Arab yang tersusun lebih dari 3
huruf seperti nama-nama Nabi:
ٌٌدٌاوٌوٌد،ٌٌٌسٌلٌيٌمٌان،ٌٌٌهارٌوٌن،ٌٌيونس،ٌٌأيُّوب،ٌٌعيَس،ٌٌيعقوب،ٌٌإسحاق،ٌٌإسماعيل،ٌإبراهيم
Pengecualian untuk nama yang tidak berasal dari bahasa Arab yang tersusun
dari 3 huruf termasuk isim munsharif seperti ٌٌلوط،ٌنوح.
10. Semua kata yang diakhiri alif ta’nits maqsurah dan mamdudah
Alif ta’nits adalah alif yang menjadi ciri muannats dari suatu kata. Misalkan
ٌأخض (hijau) adalah bentuk mudzakkar. Bentuk muannatsnya adalah dengan
diubah ke pola alif ta’nits mamdudah menjadi ٌخضاء. Semua kata yang
diakhiri alif ta’nits baik yang maqsurah maupun mamdudah termasuk isim
ghairu munsharif.
Hukum asalnya isim ghairu munsharif itu majrurnya dengan harakat fathah. Namun
ada 2 keadaan yang menjadikan isim ghairu munsharif boleh berharakat kasrah
ketika majrur, yaitu pada saat:
2. Menjadi mudhof
Bila isim ghairu munsharif menjadi mudhaf, ia juga majrur dengan kasrah.
Contoh: asalnya ٌ( مساجدmasjid-masjid)
menjadi ٌ( ِفٌمساجدٌٌالقريةdi dalam masjid-masjid desa)