Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi adalah unit sosial, terdiri dari sekelompok orang yang berinteraksi untuk mencapai
rasionalitas tertentu. Sebagai untisosial, organisasi terdiri dari orang-orang dengan latar belakang sosial
ekonomi, budaya, dan motivasi yang berbeda. Pertemuan budaya dan motivasi orang-orang dari
berbagai latar belakang yang berbeda mempengaruhi perilaku individual dan menimbulkan problem
dalam proses keorganisasian kerena menyebabkan terjadinya benturan nilainilai individual yang dapat
menjadi faktor pengganggu dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu setiap organisasi
perlu menciptakan nilai-nilai yang dianut bersama untuk membangun system keorganisasian guna
menyeragamkan pemikiran dan tindakan serta mengubah perilaku individual ke perilaku organisasional.

Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, dapat terjadi perubahan-perubahan kondisi yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi
perkembangan dan perubahan yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan
tepat. Proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta
administrasi dapat berjalan terus dengan lancar

Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau administrator. Kegiatan
pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah, pencarian alternatif penyelesaian masalah,
evaluasi daripada alternatif-alternatif tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pengambilan keputusan organisasi menurut Gibson, menjelaskan pengambilan keputusan sebagai proses
pemikiran dan pertimbangan yang mendalam yang dihasilkan dalam sebuah keputusan. Pengambilan
keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh banyak kekuatan termasuk
lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi.[1]

Tetapi menurut sudut pandang Salusu mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses memilih
suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi untuk menemukan dan
menyelesaikan masalah organisasi.[2]
Dan menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling cepat. Pengambilan keputusan sebagai usaha sadar untuk menentukan
satu alternatif dari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah.[3]

Dalam keberlangsungan setiap kegiatan berorganisasi, pasti akan menemui sebuah situasi dimana harus
dilakukannya sebuah atau lebih suatu pengambilan keputusan. Menurut para ahli, pengambilan
keputusan merupakan proses pemilihan antara berbagai alternatif. Pengambilan keputusan adalah
pemilihan diantara berbagai alternatif. Untuk dapat mengambil keputusan dengan baik, ada rangkaian
proses pengambilan keputusan yang harus dilakukan. Berikut adalah langkah yang bijaksana untuk
dilakukan sebelum mengambil keputusan berdasarkan pada konsep pengambilan keputusan itu sendiri.

Dari beberapa pengertian tentang pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan satu alternatif dari beberapa
alternatif untuk pemecahan masalah. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keputusan itu diambil
dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak boleh sembarangan. Masalahnya telebih dahulu harus
diketahui dan dirumuskan dengan jelas, sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif
terbaik dari alternatif yang ada.

B. Jenis-jenis pengambilan keputusan

Berikut ini beberapa macam pengambilan keputusan dalam berorganisasi berdasarkan jenisnya,
diantaranya:[4]

1. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi

Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena
sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi
membutuhkan waktu yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan
keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal
ini diakibatkan pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang
lain sering diabaikan.

2. Pengambilan Keputusan Rasional

Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi
merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui
saat itu.

3. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta


Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah fakta yang
memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta
yang telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil
pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian
dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau
informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.

4. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman

Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah kasus
seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip
penhambilan keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata
permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah
permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian
dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul. Dalam hal tersebut,
pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang
berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis.

5. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang

Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority) yang dimiliki. Setiap orang yang
menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam
rangka menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan
yang berdasarkan pada wewenang semata akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan
praktik dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.

Secara umum jenis pengambilan keputusan dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yakni keputusan
terprogram dan keputusan tidak terprogram.[5]

1. Keputusan terprogram

Keputusan terprogram adalah tindakan menjatuhkan pilihan yang berlangsung berulang kali dan diambil
secara rutin dalam organisasi. Keputusan terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-
masalah yang sifatnya teknis serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih
tinggi.

2. Keputusan tidak terprogram

Keputusan tidak terprogram muncul sebagai akibat dari suatu situasi di mana ada suatu kemendesakan
untuk segera mengambil tindakan dan memecahkan masalah yang timbul. Biasanya keputusan ini
bersifat repetitif, tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakekat dan dampaknya.

C. Proses pengambilan keputusan


Proses pengambilan keputusan didefinisikan sebagai langkah yang diambil oleh pembuat keputusan
untuk memilih alternatif yang tersedia. Adapun langkah sistematis yang harus dilakukan dalam proses
pengambilan keputusan adalah sebgai berikut :

1. Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi

2. Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi

3. Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah

4. Melaksanakan alternatif tersebut

5. Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.

Langkah proses pengambilan keputusan ada 5, yaitu identifikasi masalah, mencari alternatif pemecahan,
pelaksanaan alternatif, dan evaluasi. Berikut ini merupakan penjabaran proses pengambilan keputusan.
[6]

1. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah proses pemecahan masalah yang menghalangi atau
menghambat tercapainya tujuan. Agar masalah dapat dipecahkan, terlebih dahulu harus dikenali apa
masalahnya.

2. Mencari alternatif pemecahan

Setelah masalh dikenali maka dapat dilakukan pencarian terhadap alternatif-alrternatif yang mungkin
dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam mencari alternatif hendaknya tidak mamikirkan
masalah efisiensi dan efektifitas. Ynag terpenting adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya alternatif.
Setelah alternatif terkumpul, barulah disusun berurutan dari yang paling diinginkan sampai yang tidak
diinginkan.

3. Memilih alternatif

Setelah alternatif tersusun, barulah dapat dilakukan pilihan alternatif yang dapat memberikan manfaat,
dalam arti dapat memecahkan masalah dengan cara yang paling efektif dan efisien. Sebelum
menjatuhkan pilihan pada sebuah alternatif, ajukan pertanyaan untuk tiap-tiap alternatif.

4. Pelaksanaan alternatif

Setelah alternatif dipilih, tibalah saatnya melaksanakannya ke dalam bentuk tindakan. pelaksanaan harus
sesuai denga rencana, agar tujuan memecahkan masalh dapat tercapai.

5. Evaluasi

Setelah alternatif dilaksanakan, bukan berarti proses pengambilan keputusan telah selesai. Pelaksanaan
alternatif harus terus diamati, apakah berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Bila langkah-langkah
pelaksanaan telah dilakukan dengan benar tetapi hasil yang dicapai tidak maksimal, sudah waktunya
untuk mempertimbangkan kembali pemilihan alternatif lainnya. Tidak maksimalnya hasil yang dicapai
mungkin terjadi karena pengaruh negatif potensial benar-benar terjadi, atau mungkin pengaruh negatif
yang tadinya tidak diperkirakan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan. Secara
garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu:

1. Faktor dari dalam

Menurut Noorderhaven, faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian, intuisi, umur.[7] Sedangkan Cervone
dalam penelitiannya menemukan bahwa suasana hati yang positif dapat meningkatkan kecepatan dan
efisiensi pengambilan keputusan. [8]

Esensi dari sebuah pengambilan keputusan adalah proses penentuan pilihan. Secara alami, manusia akan
diperhadapkan kepada berbagai pilihan dan secara alami juga ia dilatih mengambil keputusan dari
pilihan-pilihan hidup yang dialaminya. Oleh karena itu sesungguhnya manusia akan terus menerus
menentukan pilihan hidup dari waktu ke waktu sampai akhir kehidupan. Proses inilah yang disebut
dengan pengambilan keputusan.[9]

2. Faktor dari luar diri individu.

Menurut Millet dalam bukunya Hasan, faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:[10]

a) Pria dan wanita

b) Peranan pengambil keputusan

c) Keterbatasan kemampuan

Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang dapat bersifat
institusional ataupun bersifast pribadi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Baradell & Klein menyatakan
bahwa peristiwa-peristiwa hidup yang tidak menyenangkan berhubungan dengan rendahnya kualitas
pengambilan keputusan.[11]

Menurut Terry (1989), Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pengambilan keputusan yaitu :[12]

a) Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang emosional maupun yang rasional perlu
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan.
b) Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi.

c) Setiap keputusan jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, tetapi harus lebih mementingkan
kepentingan organisasi.

d) Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah altenatif-alternatif tandingan.

e) Pengambilan keputusan merupakan tindakan mental dari tindakan ini harus diubah menjadi
tindakan fisik.

f) Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama.

g) Diperlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

h) Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.

i) Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan mata rantai berikutnya

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengambilan keputusan merupakan aktivitas yang sangat menentukan dalam suatu organisasi.
Pengambilan keputusan merupakan esensi/inti dari kepemimpinan. Seorang pemimpin disebut
pemimpin apabila dapat dan mampu mengambil keputusan. Dalam kepemimpinan dikenal gaya-gaya
kepemimpinan. Salah satu di antaranya adalah kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan partisipatif
mengandaikan adanya kondisi pemimpin memberikan ruang yang luas pada keterlibatan yang utuh dan
mendalam dari seluruh pimpinan dan anggota organisasi untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan

2. Jenis-jenis pengambilan keputusan

· Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi

· Pengambilan Keputusan Rasional

· Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta

· Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman

· Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang

3. Proses pengambilan keputusan


· Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi

· Mencari alternatif perusahaan bagi masalah yang dihadapi

· Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah

· Melaksanakan alternatif tersebut

· Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil dan sesuai dengan yang diharapkan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan

· Faktor dari dalam

· Faktor dari luar diri individu.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Gibson, Ivancevich, Donnelly, Organisasi,Perilaku, Struktur dan Proses, Jilid II edisi kelima, University
Of Kentucky dan University of Houston, 1991, (penerjemah: Savitri Soekrisno & Agus Dharma) Jakarta:
Erlangga, 1997, hal. 103

[2] Salusu, J., Pengambilan Keputusan Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit,
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996, hal. 47

[3] Siagian, S.P. , Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, Jakarta: CV Haji Masagung, 1993, hal. 24

[4] http://khaizankahfi96.blogspot.co.id/2015/05/pengambilan-keputusan-dalam-organisasi.html

[5] Siagian, S.P, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan, hal. 25-26. Lihat Salusu, J., Pengambilan
Keputusan Stratejik, Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1996, hal. 63

Anda mungkin juga menyukai