A. Pengertian Isim
َاْلِإ ْسُم ُهَو َكِلَمٌة َدَّل ْت َعلَى َمْعًنى ِفي َنْفِسَها َوَلْم َيْق َتِرْن ِبَزَمٍن
“Isim adalah kata yang menunjukkan makna intrinsik (suatu makna pada
dzatnya sendiri) dan tidak disertai (perubahan) waktu.”
Bila satu kata disebutkan kemudian ia menjadi nama atau istilah bagi sesuatu
maka ia bisa dikategorikan isim.
َص ْه
Maka isim ini adalah isim fi’il amr yang memerintahkan orang lain untuk
diam. Kalau kita amati, pada akhir katanya tidak terdapat tanwin sehingga
isim tersebut ma’rifat. Isim fi’il amr ini memerintahkan orang tersebut untuk
diam dari perkataan tertentu saja. Namun kalau kita menginginkan orang
tersebut untuk diam dalam segala perkataan (nakiroh), maka saya katakan:
َص ٍه
Tanwin muqobalah. Tanwin ini ada pada jama’ muannats salim untuk
mengikuti dan menjadi pembanding untuk nun yang ada pada jama’
mudzakkar salim. Sebagai contoh, tanwin yang ada pada kata
َو َتَر ْك ُت َبْعَضُهْم، َفَدَع ْو ُت َبْعًض ا، ُز َم اَل ِئْي َك ِثْيُر ْو َن
Tanwin yang ada pada lafaz َبْعًضاmerupakan tanwin ‘iwadh dari mudhof ilaihi
yang dihapus, takdirnya:
َو َتَر ْك ُت َبْعَضُهْم، َفَدَع ْو ُت َبْعَض ُز َم اَل ِئْي، ُز َم اَل ِئْي َك ِثْيُر ْو َن
Saya memiliki banyak kawan, maka saya mengundang sebagian dari
kawan-kawan saya, dan meninggalkan sebagian dari mereka.
Tanwin ‘iwadh untuk huruf. Tanwin ini dapat kita temui pada isim
manqush dalam keadaan nakiroh. Sebagai contoh firman Allah ﷻdalam
suratAl-A’rof ayat 41:
Kata َغ َو اٍشyang ada di ayat tersebut aslinya adalah َغ َو اِش ي, dan tanwin ‘iwadh
tersebut untuk menggantikam huruf ya’ yang ada di akhir kata. Hal ini juga
berlaku untuk contoh lain, misalnya َق اٍضdalam keadaan nakiroh dan
marfu’/majrur. Namun ketika dalam keadaan ma’rifat ataupun manshub
(nakiroh), maka ya’ akan kembali nampak menjadi اْلَقاِض يdan َقاِض ًيا.
Selain keempat jenis tanwin yang disebutkan di atas, Ibnu Hisyam juga
menyebutkan dua jenis tanwin lain, yaitu tanwin taronnum dan tanwin gholi
yang ada pada akhir kata di sya’ir. Namun menurut beliau, tanwin itu adalah
tanwin zaidah yang juga masuk ke fi’il dan huruf, sehingga itu bukan
merupakan tanwin yang menjadi ciri isim.
3. Nida’
Yang dimaksud nida’ di sini bukan masuknya adat nida’, karena adat nida’
dapat masuk ke selain isim, seperti pada firman Allah ﷻdi surat Yasin ayat
26: