14 Alfiyah)
Posted on March 10, 2019 by Hitam Putih
Harf yang khusus masuk ke isim saja, seperti huruf jar dan juga inna dan saudari-
saudarinya. Beliau memberikan contoh ِفْيsebagai contoh untuk harf di kelompok ini.
Harf yang khusus masuk ke fi’il saja, seperti َس ْو َف, الِّس ْيُن, َقْد, dan juga َلْمyang beliau
sebutkan untuk contoh bagi kelompok ini.
Harf yang dapat masuk baik ke isim maupun fi’il seperti َم اdan juga َهْلyang disebutkan
sebagai contoh untuk kelompok ini.
Fi’il mudhori’ adalah jenis fi’il pertama yang beliau sebutkan dalam bait ini. Fi’il mudhori’
adalah apa yang menunjukkan mengenai suatu kejadian yang terkait dengan waktu sekarang atau
waktu yang akan datang. Bait ini menunjukkan bahwa tanda fi’il mudhori’ adalah masuknya َلْم
ke fi’il tersebut. Sebagaimana dalam firman Allah ﷻdi surat Al-Ikhlas ayat 3:
Advertisement
Perhatikan kata َيِلْدdan ُيْو َلْدdidahului dengan huruf َلْم, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa
kedua kata tersebut adalah fi’il.
Kata َيَش ْمyang disebutkan oleh Ibnu Malik adalah fi’il mudhori’ dari َش َّم. Fi’il ini merupakan fi’il
mudho’af yang mengikuti wazan َفِر َح – َيْفَر ُحsehingga dapat berubah menjadi َش ِمْم ُت.
Secara bahasa, mudhori’ berarti sesuatu yang menyerupai. Fi’il jenis ini disebut fi’il mudhori’
karena menyerupai isim dalam hal mu’rob (dapat berubah keadaan harokat di akhir kata).
Sehingga fi’il mudhori layak untuk disebutkan paling awal dibandingkan kedua saudaranya
(madhi dan amr).
Sedangkan contoh masuknya ta’ ta’nits ada di firman Allah ﷻdi surat Ali Imron ayat 36:
Tanda ta’ fa’il terdapat pada kata ُتْبُتdan ta’ ta’nits dapat ditemui di kata َو َضَع ْت. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kedua kata tersebut termasuk fi’il madhi.
Kata ِم ْزyang ada di bait tersebut berasal dari kata َم ِّيْز, yang berarti bedakanlah fi’il madhi dengan
fi’il yang lain dengan adanya ta’. Bait ini terpotong di bagian tengah paruh awal, karena kata َو ِس ْم
sudah masuk ke penjelasan fi’il amr.
Kata َأْك ِر َم َّنdapat diketahui sebagai fi’il amr karena mengandung kedua tanda yang disebutkan di
dalam bait, yaitu adanya perintah dan masuknya nun taukid. Ketika ada sebuah kata yang
mengandung nun taukid namun tidak mengandung makna perintah, maka kata tersebut adalah
fi’il mudhori’. Sebagaimana di dalam firman Allah ﷻdi surat Yusuf ayat 32:
Kata ِس ْمyang ada di dalam bait adalah fi’il amr dari fi’il َو َس َم – َيِس ُم. Maksudnya, kenalilah
tandanya, jika ada sebuah kata yang mengandung nun taukid dan dipahami sebagai sebuah
perintah (ini maksud kata )ِإْن َأْم ٌر ُفِهْم, maka kata tersebut adalah fi’il amr.
5. ِفْيِه ُهَو ٱْس ٌم َنْح ُو َصْه َو َح َّيَهْل َو اَأْلْم ُر ِإْن َلْم َيُك ِللُّنْو ِن َم َح ْل
Ketika suatu kata menunjukkan makna perintah ataupun permintaan namun tidak dapat dimasuki
oleh nun taukid, maka kata tersebut adalah isim fi’il amr. Ibnu Malik memberikan dua contoh di
sini, yaitu kata َص ْهdan َح َّيَهْل. Kata َص ْهmemiliki makna ُاْس ُكْتyaitu perintah diam kepada lawan
bicara. Sedangkan kata َح َّيَهْلmemiliki makna ََأْقِبْلyang berarti datanglah.
Ibnu Malik menyebutkan isim fi’il amr secara khusus di bab ini karena isim fi’il amr secara
umum lebih banyak penggunaannya di Bahasa Arab dibandingkan kedua saudaranya (isim fi’il
madhi dan isim fi’il mudhori’).
Referensi: