BAHASA ARAB I
OLEH
DOSEN PENGAMPU
2020
1
KATA PENGANTAR
Puja Dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Hanya kepada-Nya
lah saya memuji dan hanya kepada-Nya lah saya memohon pertolongan. Tidak lupa
shalawat serta salam saya haturkan pada junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad
SAW. Risalah beliau lah yang bermanfaat bagi kita semua sebagai petunjuk
menjalani kehidupan.
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya berharap adanya
kritik, saran dan ulasan demi memberbaiki makalah yang telah saya buat di masa
MUH HAMSAH BR
2
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang………………………………………………………….. 1
B. Rumusa Masalah………………………………………………………. 2
C. Tujuan…………………………….…………….………………………. 3
C. Fi’il Lazim
D. Fi’il Muta’addi
A. KESIMPULAN …………………………………………………….. 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Isim adalah kata yang menunjukkan pada unsur manusia, hewan, tumbuhan,
benda mati, tempat, waktu, sifat atau makna yang bebas dari waktu (Ni’mah, 1998 :
17).
Fi’il adalah kelas kata yang berfungsi sebagai kata kerja atau predikat.
Sebagian besar, fi’il mewakili unsur semantis perbuatan atau proses. Fi’il dibagi
menjadi tiga:
B. RUMUSAN MASALAH
4
C. TUJUAN
A. Untuk mengatahui apa itu fi’il shahih
B. Untuk mengetahui apa itu fi’il mu’tal’
C. Untuk mengetahui apa itu Fi’il Lazim
D. Untuk mengetahui apa itu Fi’il Muta’addi
5
BAB II
PEMBAHASAN
َكت ََب menulis
َ َذه pergi
َب
سلِ َم
َ selamat
ض َر َب memukul
َ
ش َك َر
َ bersyukur
ح ِم َد memuji
َ
6
َع ِم َل beramal
َعلِ َم berilmu/mengetahui
ص َرَ َن menolong
فَت ََح membuka
َ َجل duduk
س َ
7
berupa hamzah, maka َسا َ َلdinamakan juga fi'il mahmuz 'ain.
c. Mahmuz Lam () َم ْه ُم ْو ُز الاَل ِم
Yaitu fi'il yang lam fi'ilnya berupa hamzah, contoh:
َقَ َرأ ---> lam fi'ilnya berupa hamzah
Sama halnya dengan contoh sebelumnya, contoh ketiga ini adalah
mahmuz lam, karena lam fi'il pada contoh di atas berupa hamzah.
3. Mudho'af ( ُضاعَف
َ )ال ُم
Fi'il Mudho'af adalah fi'il yang salah satu huruf aslinya diulang dua kali
atau sama, yang diulang hanyalah huruf asli, bukan huruf tambahan,
contoh:
َمد
contoh di atas bentuk aslinya adalah َم َد َدmengikuti wazan فَ َع َل, karena
huruf dal َدnya ada dua, kemudian, dal yang pertama disukun, maka
menjadi َم ْد َدkarena terdapat dua huruf dal yang sama bersandingan, maka
menurut kaidah i'lal harus dijadikan satu dengan cara ditasydid maka
jadilah َم َّد.
Fi'il Mudho'af dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Mudho'af Tsulasi (ضاعَفُ الثُاَل ثِي
َ )ال ُم : Fi'il Mudho'af yang terdiri dari
tiga huruf asli, contoh: َم َّر
kaidahnya sama dengan '' َم َّد, asal katanya adalah َم َر َرmengikuti wazan فَ َع َل,
karena huruf dal َر nya ada dua, kemudian, dal yang pertama disukun,
maka menjadi َمرْ َر karena terdapat dua huruf dal yang sama
bersandingan, maka menurut kaidah i'lal harus dijadikan satu dengan
cara ditasydid maka jadilah َم َّر.
jika lihat maka ketiga huruf di atas َم َر َرadalah huruf asli dan bukan
huruf tambahan, maka bentuk َم َّرdinamakan juga dengan Mudlo'af
Tsulasi.
b. Mudho'af Ruba'i (ضاعَفُ ال ُربَا ِعي
َ )ال ُم: Fi'il yang huruf fa' fi'il nya sama
8
dengan lam fi'il pertama, sedangkan 'ain fi'ilnya sama dengan lam fi'il
kedua, contoh:
قَ ْلقَ َل---> mengikuti wazan فَ ْعلَ َل
fa' fi'il di atas adalah huruf َق, sama dengan lam fi'il pertama yaitu َقjuga,
sedangkan 'ain fi'ilnya huruf ْ لsama dengan lam fi'il yang kedua َل. itulah
yang disebut dengan mudho'af ruba'i, fi'il mudho'af yang terdiri dari
empat huruf asli.
adapun jika ada fi'il ""فَ َّر َح, maka bukan dinamakan mudho'af sekalipun
terdapat dua huruf yang sama bersandingan, karena sesungguhnya salah
satu dari huruf َرtersebut adalah huruf tambahan, bukan semuanya huruf
asli. Berbeda dengan fi'il َم َّدyang semua hurufnya adalah huruf asli.
9
fi'il yang lam fi'ilnya berupa huruf illah, contoh:
َر َمى---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ي
َ
ض َي
ِ َر---> lam fi'ilnya berupa huruf illah, yaitu ي
َ
d. Lafif ( ُ)اللَفِيْف
fi'il yang DUA huruf aslinya berupa huruf illah, contoh:
طَ َوى---> 'ain fi'il dan lam fi'il berupa huruf illah, yaitu َوdan ى.
C . Fi’il Lazim
Fiil lazim ialah fi’il yang tidak memerlukan maf’ul bih,
seperti خرج dan فرح. Contoh:
10
Jumlah يحسنون صنعا انهم adalah menempati dua maf’ul dari fiil يحسبون .
Jika fi’il terletak setelah kedua ma’mulnya, atau di antara keduanya, maka
boleh i’mal dan ilgha’. Ilgha’ ialah membatalkan amalnya pada lafal dan tempat
I’rab. Seperti lafal محمد عالم اظن lafal اظن dalam contoh ini tidak beramal.
Apabila fiil itu diiringi oleh استفهام (kata tanya), lam ibtida’, lam qasam, atau ,ال
ما,ان nafiyah( yang berarti tidak), maka wajib menta’liq fiil itu dari amalnya.
Ta’liq, yaitu membetulkan amal fiil pada lafalnya, tetapi tidak pada tempat
I’rabnya. Contoh: ولق•••د علم•••وا لمن اش•••تراه مال•••ه فى االخ•••يرة من خالق (Demi,
sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yamg menukarnya (Kitab
Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat). Yang menjadi
contoh adalah lafal (علموا لمنlam ibtida’ mengiringi (علموا.
ولقد علمت ما هؤالء ينطقون (Seungguhnya kamu (hai, Ibrahim) telah mengetahui,
bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara). Yang jadi contoh adalah
lafal علمت ما هؤالء (ما nafiyah mengiringi )علمت. Ilgha’ dan ta’liq tidak terjadi
pada fiil-fiil tahwil ( yang mengandung arti perubahan ), dan tidak pula pada fi’il-
fi’il هب dan تعلم.
d. Menashabkan tiga maf’ul, yaitu fiil-fiil حدث , خبر, اخبر, نبا, انبا, اعلم,اري
Contohnya:
يريهم هللا اعمالهم حسرات عليهم
Allah memperlihatkan kepada mereka perbuatannya menjadi sesalan bagi
mereka. Yang menjadi contoh tiga maf’ul bih, yaitu dhamir هم pada ,اعمل ,يريهم
حسرات
3. Fiil itu menjadi lazim, bila:
a. Jika termasuk bab كرم , seperti جمل , حسن,شرف
b. Termasuk bab ف••رح, yang artinya menunjukkan warna, indah, gembira, sedih.
Seperti (حمرmerah), (طربgembira), dan حزن (sedih).[2]
c. Menunjukkan akibat dari fi’il muta’addi yang menasabkan satu maf’ul, seperti:
(Saya telah memecahkan batu itu, maka ia telah menjadi pecah) الحج•••ر
كسرت وانكسر. Yang menjadi contoh adalah انكسر .
11
(Saya telah menggelindingkan batu itu, maka ia pun menggelinding) دخرجت••ه
فتدخرج. Yang menjadi contoh adalaتدخرج .
d. Berwazan افعلل seperti اقش••••••••عر (merinding bulu-bulu badan) dan
berwazan افعنلل, seperti (اخرنجحberkumpul).
e. Diubah wazannya menjadi فعل menjadi فهم.
Contohnya seperti lafal فهم الرجل (orang itu paham).
4. Fiil itu menjadi muta’addi, apabila:
a. Di masuki hamzah ta’diyah.[3]
Contohnya seperti lafal:
هللا ال اله اال هو الحي القيوم ن••زل علي••ك الكت••اب ب•احق مص••دقا لم••ا بين يدي••ه وان••زل
التوراة واالنجيل من قبل هدى للناس وانزل الفرقان.
“Allah, tidak Tuhan melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri.
Dia menurunkan Alkitab ( Alquran) kepadamu dengan sebenarnya; membe narkan
kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, sebelum
(Alquran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Alfurqan.”
b. Dengan Tadh’if pada huruf keduanya. Contohnya:
)Dia menurunkan Alkitab (Al-quran) kepadamu( .نزل عليك الكتاب
c. Menunjukkan arti: sama-sama berbuat. Seperti lafal:
)Saya bergaul, sama-sama duduk berdampingan dengan ulama( جلست العلماء
d. Berwazan اس••تفعل dan menunjukkan arti: menuntut /hubungan atau pandangan.
Seperti lafal :
( saya berusaha mengeluarkan harta) المال
استخرجت
(Saya memandang buruk penganiayaan) استقبحت الظلم
e. Gugur bersama huruf jar, dan tidak terjadi, melainkan
beserta ان atau ان Contohnya :
(Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan , keuali Dia) شهدهللا انه الاله االهو
(Dan apakah kamu (tidak percya) dan heran, bahwa datang kepada kamu peringatan
dari Tuhanmu). او عجبتم ان ج••اء كم دك••ر من ربكم. Yang menjadi contoh ش••هد
ان dan عجب ان. Huruf jar yang gugur ب dari شهد dan من dari عجب.
12
2. Fiil Muta’addi
D. Fi’il Muta’addi
Fiil muta’addi (transitif) adalah fi’il yang membutuhkan satu maf’ul atau lebih
untuk menyempurnakan maknanya. Apabila tidak ada maf’ul dalam kalimat yang
terdapat fi’il muta’addi, maka maknanya tidak sempurna atau tidak termasuk kalam
mufid.
Contoh fi’il muta’addi:
َيَ ْكتُبُ أَحْ َم ُد الرِّ َسالَة
ت زَ ْينَبُ ْال ُخ ْب َز
ْ َأَ َكل
َف ْالقُرْ آن ِ قَ َرأَ ع
ٌ َار
Artinya:
Ahmad menulis surat
Zainab memakan roti
Arif memnbaca Al-Qur’an.
Fiil Muta’addi terbagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Muta’addi kepada satu maf’ul
Contoh fi’il yang membutuhkan satu maf’ul saja:
َف ْالقُرْ آن ِ قَ َرأَ ع
ٌ َار
َص َر أَحْ َم ُد َمحْ ُموْ دًا
َ ن
13
ب – خَا َل – زَ ع َم – َرأَى – َعلِ َم – َو َج َد – اتَّ َخ َد – َج َع َل
َ ظَ َّن – َح ِس
Contoh:
ص ِغ ْيرًا َ َج َع َل أَحْ َم ُد ْال ِكت
َ َاب
ظَ َّن أَحْ َم ُد َمحْ ُموْ دًا ُمدَرِّ سًا
b. maf’ulnya bukan dari mubtada’ dan khabar
Contoh fi’il yang membutuhkan dua maf’ul yang bukan dari mutada’ khabar:
َعلَّ َم هللاُ أَ َد َم اأْل َ ْس َما َء
َ َْك َسا أَحْ َم ُد ا ْبنَهُ الثَّو
ب
3. Muta’addi kepada tiga maf’ul
Contoh fiil yang membutuhkan tiga objek:
َ َحد- خَ بَّ َر- أَ َرى – أَ ْعلَ َم – أَ ْنبَأ َ – نَبَّأ َ – أَ ْخبَ َر
َث
Contoh:
ُ َحد َْث
ت ُم َح َّمدًا إِيَّاكَ َحقِ ْيقًا
Artinya: aku menceritakan tentang Muhammad kepadamu akan kebenaran
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fi’il jika ditinjau dari huruf-huruf penyusunnya di bagi menjadi dua, yaitu fi’il
shahih dan fi’il mu’tal. Secara umum, fi’il shahih adalah fi’il yang huruf
penyusunnya berupa huruf asli dan tidak terdapat huruf ‘illah. Dan fi’il mu’tal adalah
fi’il yang huruf penyusunnya terdapat huruf ‘illah. Jadi, pokok dari pembagian kedua
fi’il tersebut terletak pada ada atau tidaknya huruf‘illah.
Pada fi’il shahih, dibagi menjadi tiga jenis :
1. Huruf pertamanya huruf asli yang berupa hamzah ( Mahmuz )
2. Huruf kedua dan ketiganya sama ( Mudha’af)
3. Terdiri dari huruf asli dan tidak terdapat hamzah dan syadda ( Salim)
Pada fi’il mu’tal, huruf “illahnya terletak pada 3 tempat :
1. Huruf ‘illah yang terletak pada huruf pertama ( Mitsal)
2. Huruf ‘illah yang terletak pada huruf kedua (Ajwaf)
3. Huruf ‘illah yang terletak pada huruf terakhir (Naqish)
Dan juga pada fi’il mu’tal lafif, huruf ‘illahnya terletak pada 2 tempat :
1. Huruf ‘illah yang terletak secara berdampingan, yakni pada ‘ain fi’il dan lam fi’il
( Lafif Maqrun)
2. Huruf ‘illahnya terletak secara terpisah, yakni pada fa’ fi’il dan lam fi’il (Lafif
Mafruq)
Fiil muta’addi (transitif) adalah fi’il yang membutuhkan satu maf’ul atau lebih
untuk menyempurnakan maknanya.
Fiil muta’addi (transitif) adalah fi’il yang membutuhkan satu maf’ul atau lebih
untuk menyempurnakan maknanya.
15
B. SARAN
Demikialah makalah yang saya susun, kurang lebihnya saya minta maaf, saya
merasa bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka saya
berharap kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat, agar mewujudkan
makalah yang lebih baik dan sempurna. Besar harapan saya semoga makalah yang
singkat ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
16
17