2
جمع وترتيب
محمد حسني مبارك
1
BAB KALAM
A.SYARAT KALAM
Syarat suatu kalimat dapat disebut sebagai Kalam ada empat:
1. Lafadz:
Lafadz adalah kalimat yang di dalamnya mengandung
sebagian dari huruf hijaiyyah.
Contoh:
زيدterdiri dari huruf د- ز – ي.
2. Murokkab:
Murokkab adalah kalimat yang tersusun dari dua kata atau
lebih. Contoh:
أنا طالب: Saya adalah santri
3. Mufid:
Mufid adalah: kalimat itu harus sempurna dan memberikan
pengertian kepada yang berbicara dan juga yang mendengar.
علم زيد: Zaid telah mengetahui
4. Wadho’:
Wadho’ adalah kalimat yang diungkapkan oleh orang sadar,
tidak sedang mabuk atau mengigau (mamong).
2
keempat syarat di atas tidak terpenuhi, maka perkataan itu tidak
dapat disebut sebagai Kalam. Seperti lafadz زيدsaja, tidak dapat
dikatakan kalam karena tidak Murokkab dan tidak mufid.
3
2. Khofadh: khofadh atau jer adalah kedudukan suatu kalimat.
4
1. Isim Mufrod: adalah kata benda yang menunjukkan benda
yang berjumlah satu (tunggal). Seperti contoh :
( زيدSatu orang yang bernama Zaid)
( كتابSatu buah kitab)
( مرسمSatu buah pensil)
2. Isim Tatsniyah: adalah kata benda (isim) yang
menunjukkan jumlah dua benda, contoh:
( الزيدانDua orang yang bernama Zaid)
( قلمينDua buah pulpen)
( كتابينDua buah kitab)
Setiap isim mufrod bisa dijadikan isim tastniyah dengan
menambahkan alif dan nun atau menambahkan ya’ dan nun di
huruf akhirnya.
Contoh:
Lafadz ( زيدisim mufrod) menjadi ( الزيدانisim tastniyah)
Atau menjadi الزيدين
ِ dengan tambahan ya’ dan nun.
3. Isim Jama’ : adalah kata benda (isim) yang menunjukkan
jumlah yang banyak. Yang dimaksud isim jama’ dalam bahasa
Arab adalah yang jumlahnya tiga ke atas (3, 4, 5, dan
seterusnya). Isim Jama’ terbagi menjadi tiga:
1. Isim jama’ mudzakkar salim : adalah isim jama’ yang
menunjukkan jumlah laki-laki yang banyak.
Jama’ mudzakkar salim terbuat dari nama lelaki atau isim
shifat ( shigot isim fa’il dan isim maf’ul dalam ilmu shorof).
5
Cara mengubah bentuk isim mufrod menjadi isim jama’
mudzkkar salim dengan menambahkan huruf wawu dan nun
pada huruf akhirnya. Atau menambah ya’ dan nun pada
keadaan tertentu. Contoh:
( الزيدونbeberapa lelaki yang bernama Zaid)
( مسلمونbeberapa lelaki muslim)
( مؤمنينbeberapa lelaki mu’min)
2. Isim jama’ muannats salim : adalah kalimat isim jama’
yang menunjukkan perempuan banyak.
7
4. Isim Asma’ul Khomsah: yaitu kumpulan lima isim yang
i’rob-nya sama. Yaitu:
ٌ اب: Ayah
ا ٌخ: Saudara
ح ٌم: Mertua
ٌ : Mulut
ف
ٌذ: Orang yang memiliki
D.KALIMAT FI’IL
1. Pembagian Kalimat Fi’il
Kalimat fi’il ada dua:
1. Fi’il Madhi ((فعل ماض
Yaitu kata kerja yang “telah” dikerjakan dan telah selesai
Contoh:
قرَأ: Dia (laki-laki)telah membaca
جلس: Dia (laki-laki) telah duduk
كتب: Dia (laki-laki) telah menulis
2. Siin السين: Huruf siin ini hanya masuk pada fi’il mudhori’
yang artinya “akan” (langsung mengerjakan), contoh:
Contoh : (سيقوم بكرBakri akan (langsung) berdiri)
3. Saufa سوف: Hanya masuk pada fi’il mudhori’ yang artinya
“akan” (tidak langsung mengerjakan), seperti contoh:
E.KALIMAT HURUF
1. Tanda-tanda Kalimat Huruf
Kalimat huruf adalah kalimat yang tidak bisa berdiri
sendiri kecuali bersandar dengan kalimat isim atau fi’il. Huruf
tidak memiliki tanda-tanda khusus. Berbeda dengan dua
kalimat (Isim dan Fi’il) sebelumnya yang sudah memiliki
tanda khusus sebagai ciri-ciri.
Ahli Nahwu memberikan contoh tanda-tanda kalimat
huruf sebagai berikut:
جtandanya, dengan adanya titik di tengah
11
titik di tengahnya (isim) Tanda-tanda huruf ha’ adalah tidak
memiliki titik (huruf).
Contoh kalimat hurf : هل, لم,من. Dll.
12
BAB I’ROB
A.Pengertian I’rob
B.Pembagian I’rob
1. Rofa’ ()رفع
2. Nashob ()نصب
3. Khofadh / jar ()خفض
4. Jazm ()جزم
13
Masing-masing dari keempat i’rob ini, ada yang masuk pada
kalimat isim dan kalimat fi’il. Ada pula yang hanya masuk pada
kalimat isim atau fiil saja.
1. rofa’, contoh:
علم طالب: santri telah mengetahui
2. nashob, contoh:
فهمت الدرس: Saya telah paham pelajaran
3. khofadh, contoh:
انا من المعهد: Saya dari Pesantren
1. rofa’, contoh:
يعل ُم: mengetahui
2. nashob, contoh:
ان يعل َم: hendak mengetahui
3. jazm, contoh:
ل ّما يعل ْم: belum mengetahui
14
BAB I’ROB ROFA’
15
علمت المس>>>لمات: Telah mengetahui beberapa perempuan
muslim
تلك المؤمنات: Itu adalah perempuan yang mukmin
4. Fiil mudhori’ yang tidak bersambung dengan apapun.
Contoh:
يقول: Dia (laki-laki) berkata
تأكل: Dia (perempuan) makan
أجلس: Saya sedang duduk
نقرأ: Kami sedang membaca
تدرس: Kamu sedang belajar
b. Wawu menjadi tanda i’rob rofa’ dalam 2 kalimat:
1. Jama’ mudzakkar salim:
Contoh :
جاء المسلمون: Telah datang orang-orang muslim
هم الطالبون: Mereka adalah santri-santri
2. Asmaul khomsah :
Asmaul khomsah dapat di-i’rob dengan wawu adalah
dengan menyambungkannya dengan isim lain (seperti nama
orang, tempat atau hewan) di belakangnya. Contoh:
جاء ابو عمرو: Telah datang bapaknya Amr
هو اخو زيد: Dia adalah saudaranya Zaid
1. Fa’il
a. Pengertian fa’il
Fa’il adalah isim yang mengerjakan sebuah pekerjaan
dan terletak setelah fi’il (kata kerja), fa’il wajib dibaca
marfu’ (rofa’), contoh:
17
قرأ زيد: Zaid telah membaca
Lafadz Zaid dibaca marfu’ karena menjadi fa’il dari kata
kerja (fi’il madhi) ق>>رأ. Tanda marfu’-nya lafadz Zaid
adalah dlommah di akhirnya, karena isim mufrod.
b. Cara menyusun (tarkib) fa’il
1. Carilah satu fi’il (kata kerja), baik fi’il madhi atau fi’il
mudhori’ yang menunjukkan makna dia
(laki/perempuan), seperti ( س>>>>معDia/ lelaki telah
mendengar)
2. Kalau fa’il setelahnya menunjukkan perempuan, maka
diberi tambahan ta’ ta’nist ( )تاء التأنيثdi belakangnya,
maka menjadi ( س>>>>>معتdia /perempuan telah
mendengar)
3. Lalu, berilah kalimat isim setelahnya! maka menjadi:
سمع زيد: Zaid mendengar
سمعت المسلمة: Muslimah mendengar
2. Na’ibul Fa’il (pengganti fa’il)
a. Pengertian Na’ibul Fa’il
Na’ibul fa’il adalah isim yang menjadi pengganti dari
fa’il yang tidak disebutkan. Na’ibul fa’il wajib dibaca
marfu’. Contoh:
ِ ُ ن: Santri-santri telah ditolong
صر الطالبون
الطالبونdibaca marfu’ karena menjadi na’ibul fa’il dari
ِ ُ)ن
fi’il madhi mabni majhul (صر
18
b. Cara menyusun (Tarkib) Na’ibul Fa’il
1. Mengubah bentuk fi’il madhi atau fi’il mudhori’ dari
mabni ma’lum menjadi mabni majhul.
Caranya, jika fi’il madhi, maka rubahlah harokat huruf
pertamanya (fa’ fi’il) dengan dlommah dan huruf
keduanya (‘ain fi’il) dengan kasroh, contoh:
lafadz ( فتحmembuka) menjadi ( فٌتِحdibuka)
Jika fi’il-nya adalah fi’il mudhori’, maka huruf
awalnya (hurf mudhoro’ah) diganti dengan harokat
dlommah, sedangkan ‘ain fi’il-nya diganti harokat
fathah, contoh:
Lafadz ( يَفهَمmemahami) menjadi ( يُفهَمdipahami)
2. Menambahkan kalimat isim di belakangnya sebagai
na’ibul fa’il (pengganti dari fa’il yang tidak
disebutkan). Rumusnya adalah:
Fi’il mabni majhul + isim. Contoh:
ُ يُق َرأ الكتاب: Telah dibaca satu kitab.
Dalam Na’ibul fa’il ini, fa’il aslinya tidak disebutkan.
Kalau disebutkan maka contoh di atas menjadi:
>اب
َ > يَق َرأ الطالبُ الكت: Seorang santri telah membaca satu
kitab
Tapi, fa’il aslinya yakni kata الط>>البkemudian tidak
disebutkan, sehingga lafadz الكت>>>>>>>ابyang
19
menggantikannya sebagai fa’il. Maka, lafadz الكت>>اب
disebut sebagai na’ib (pengganti) fa’il.
3. Mubtada dan Khobar-nya
a. Pengertian Mubtada’
Mubtada’ adalah isim yang dibaca marfu’ karena
menjadi permulaan dari suatu kalimat (Amil ma’nawi
ibtida’), contoh:
الصيام واجب: Puasa adalah kewajiban.
Lafadz الصيامdibaca marfu’ karena menjadi mubtada’.
b. Pembagian mubtada’
Mubtada’ bisa terbuat dari dua jenis isim:
1. Mubtada’ isim dhohir:
Adalah mubtada’ yang terbuat dari nama orang, nama
tempat, nama suatu benda (batu, pensil, kopiah dll)
atau nama nama suatu pekerjaan (puasa, sholat, tulisan
dll). Contoh:
الصالة عبادة: Sholat adalah ibadah
2. Mubtada’ isim dlomir:
Adalah mubtada’ yang terbuat dari isim dlomir yang
14. Contoh:
هو عالم: Dia lelaki yang alim
انت جميل: Kamu lelaki yang tampan
انا فالح: Saya seorang petani
هم الصالحون: mereka (lelaki) yang sholih
20
هن الصالحات: Mereka (perempuan) sholihah
انتما متعلمان: Kalian berdua adalah santri
Dhomir di atas menjadi mubtada’.
c. Pengertian Khobar:
khobar adalah kalimat yang berisi penjelasan dari
mubtada’ yang di depannya. Khobar wajib dibaca
marfu’, contoh:
انتم طالبون: Kalian semua (laki-laki) adalah santri
الطالبات ماهرات: Semua santriwati adalah mahir
d. Pembagian Khobar.
Khobar ada dua bagian: khobar mufrod dan khobar
ghairu mufrod.
Khobar mufrod artinya khobar yang tidak terbuat dari
jumlah (susunan- kalimatnya hanya satu), seperti contoh-
contoh di atas.
Khobar ghoiru mufrod adalah khobar yang terbuat dari
jumlah (susunan). Khobar Ghoru Mufrod ada dua.
1. Khobar Jumlah
Adalah khobar yang terbuat dari susunan Fi’il-Fa’il atau
terbuat dari susunan Mubtada’-Khobar:
Contoh:
Khobar yang terbuat dari fi’il-fa’il:
الطالبة تجلس: Santriwati itu sedang duduk
Khobar yang terbuat dari mubtada’-khobar:
21
ُ القلم لونها أزر: Pulpen itu warnanya biru.
ق
2. Khobar Syibhul Jumlah
khobar syibhul jumlah adalah khobar yang terbuat dari
susunan dhorof dan jer-majrur.
Contoh:
Khobar yang terbuat dari dhorof:
الطّالبة جانب الجدار: Santriwati itu di samping dinding
Khobar yang terbuat dari jer-majrur:
القلم على البالط: Pulpen itu di atas lantai.
e. Cara menyusun (tarkib) mubtada’ dan khobar:
1. Isim + isim
Isim yang pertama sebagai mubtada’, dan yang kedua
sebagai khobar, contoh:
نافع+ العلم: Ilmu itu bermanfaat
2. Mubtada’ dan khobar harus sesuai dalam jenis
kalimatnya (mufrod, tastniyah dan jama’ serta
mudzakkar dan muannats-nya). Contoh:
المسلمات حافظات: Beberapa muslimah itu menjaga diri
4. Isim dari Kaana wa akhowatuha ()كان وأخواتها
a. Pengertian kaana dan saudaranya
Kaana dan saudaranya adalah fi’il-fi’il yang masuk pada
mubtada’ dan khobar dan mengubah hukum keduanya
(mubtada’ dan khobar).
22
b. Amal-nya Kaana dan saudaranya: adalah me-rofa’-kan
isim atau mubtada’ dan me-nashob-kan khobar. Contoh:
كان االستاذ قادما: Ustadz telah datang
Mubtada yang dimasuki oleh kaana wajib dibaca marfu’,
sedangkan khobar-nya wajib dibaca manshub.
c. Saudara-saudara kaana
Kaana dan saudaranya adalah sebagai berikut:
امسى, بات, ظل, أصبح, مادام, مازال, صار, ليس,كان
Semua kalimat di atas juga meng-amal-kan seperti
kaana.
d. Cara menyusun (tarkib) kaana dan saudaranya.
1. Buatlah susunan mubtada dan khobar!, contoh:
الكتاب كبير: Kitab itu besar
2. Masukkan kaana atau salah satu saudaranya di depan
susunan itu!, lalu mubtada-nya dihukumi marfu’ dan
khobar dihukumi manshub, contoh:
صار الكتاب كبيرا: Kitab itu menjadi besar
5. Khobar dari Inna wa akhowatuha ()إن واخواتها
a. Pengertian Inna dan saudaranya
Inna dan saudaranya adalah huruf-huruf yang masuk
pada mubtada’ dan khobar dan mengubah hukum
keduanya (mubtada’ dan khobar)
b. Amal-nya Inna dan saudaranya adalah:
23
Me-nashob-kan isim (mubtada’) dan me-rofa’-kan
khobar. Contoh:
إن االستا َذ قادم: Sesungguhnya ustadz telah datang
Mubtada’ yang dimasuki oleh Inna di depannya wajib
dibaca manshub, sedangkan khobar-nya wajib dibaca
marfu’.
c. Saudara-saudaranya Inna
Inna dan saudaranya adalah sebagai berikut:
ّ : Tetapi
إن: Sesungguhnya لكن لع َّل: Semoga
كأن: Seperti ليت: Semoga
Semuanya meng-amal-kan seperti amal-nya Inna.
d. Cara menyusun (tarkib) Inna dan saudaranya
1. Buatlah susunan mubtada’ dan khobar! Contoh:
القراءة واجبة: Membaca adalah sebuah kewajiban
2. Masukkan Inna atau salah satu saudaranya ke dalam
susunan itu! Lalu, mubtada’ dihukumi manshub dan
khobar-nya di hukumi marfu’, contoh:
إن الق>>>>>راءةَ واجبة: Sesungguhnya membaca adalah
kewajiban
24
Isim Tabi’ lil Marfu’ adalah isim yang dibaca marfu’
karena mengikuti kalimat sebelumnya yang juga dibaca
marfu’.
b. Isim tabi’ lil marfu’ ada empat: na’at ()نعت, athof ((عطف,
taukid ( )توكيدdan badal () بدل
1. Na’at (sifat)
a. Pengertian Na’at
Na’at adalah isim yang menjadi sifat dari yang disifati
(man’ut). Contohnya:
هو رجل صالح: Dia laki-laki yang sholeh
صالحmenjadi na’at (sifat) dari lafadz رجل, رجلdisebut
dengan man’ut (yang disifati).
lafadz ص>>>الحdibaca marfu’ karena menjadi na’at
mengikuti man’ut-nya yakni lafadz رجلyang dibaca
marfu’ karena menjadi khobar.
b. Cara menyusun (tarkib) na’at:
a. Na’at harus terbuat dari shigot isim fa’il atau isim
maf’ul, contoh:
عابد : Yang rajin ibadah
ماهر : Yang cerdas
ناشط : Yang rajin belajar
منصور: Yang ditolong
معلوم : Yang diketahui
اسود : Yang hitam
25
b. Na’at harus mengikuti man’ut-nya (yang disifati)
dalam beberapa hal:
Mufrod, tatsniyah dan jama’-nya, dalam muanntas
dan mudazzakar-nya, dalam i’rob-nya dan juga
dalam ma’rifat dan nakiroh-nya. Contoh:
المتعلمون الناشطون انتم: Kalian santriwan yang rajin
Lafadz الناش>>طونmenjadi na’at yang sama dengan
man’ut-nya ( (المتعلم>>>ونdalam bentuk jama’-nya
(jama’ mudzakkar salim) dan sama-sama mudzakkar
(menunjukkan laki-laki), sama dalam i’rob-nya
yaitu marfu’ dan juga dalam isim ma’rifat-nya.
الطالبات الناشطات انتن: Kalian santriwati yang rajin
الناش>>طاتmenjadi na’at dan mengikuti man’ut-nya
dalam jama’-nya (jama’ muanntas salim) dan sama-
sama muannats (menunjukkan perempuan) dan
sama dalam i’rob-nya yaitu marfu’, juga sama
dalam isim ma’rifat-nya.
تعلّم طالب حاذق: Santri yang pintar telah belajar
حاذقmenjadi na’at dan mengikuti man’ut-nya dalam
bentuk mufrod-nya dan bentuk mudzakkar-nya dan
sama dalam i’rob-nya yaitu marfu’, juga sama
dalam isim ma’rifat-nya.
2. Athof (hubungan)
a. Pengertian athof:
26
Athof adalah huruf-huruf penghubung. Kalimat yang
dihubungkan disebut ma’thuf, dan kalimat yang
kalimat yang dihubungi disebut ma’thuf alaih.
Huruf athof berupa الفاء, الواوatau ث ّم, contoh:
قام بكر وعمرو: telah berdiri Bakar dan Amar
Lafadz عم>>روmenjadi ma’thuf, dibaca marfu’ karena
mengikuti kalimat ( بكرma’thuf alaih-nya)yang juga
dibaca marfu’ karena menjadi fa’il.
b. Cara menyusun (tarkib) athof
1. Athof bisa terjadi antara fi’il dan isim.
Contoh athof antara fi’il:
ِ الكت>>>اب ث ّم َأ
غتس>>>ل َ ُ
ط>>>العت : Saya muthola’ah kitab,
kemudian mandi
Contoh athof antara isim:
هذا قلم ومسطرة: Ini adalah pulpen dan penggaris
2. Kalimat yang di-athof-kan (ma’thuf) harus
mengikuti kalimat sebelumnya (ma’thuf alaih)
dalam hal i’rob, contoh:
يجلس ط>>>>الب ث ّم يتعلّم: Sedang duduk para santri,
kemudian belajar
يتعلّمmenjadi ma’thuf dan mengikuti ma’thuf alaih-
nya yakni lafadz يجلس, keduanya sama-sama fi’il
mudhori’ yang dibaca marfu’.
قرأ زيد فبكر: Telah membaca Zaid dan Bakar
27
بكرmenjadi ma’thuf dan mengikuti ma’thuf alaih-
nya yakni lafadz زيد, keduanya sama-sama dibaca
marfu’.
3. Taukid (penguat)
a. Pengertian Taukid
Taukid adalah isim yang bermakna menguatkan suatu
kalimat. Taukid wajib mengikuti mu’akkad-nya (benda
yang pernyataannya dikuatkan) dalam hal i’rob-nya.
Contoh:
جاء االستاذ نفسه: Ustadz telah datang sendirian
Lafadz نفسهmenjadi taukid dari mu’akkad-nya yaitu
االستاذ. Keduanya dibaca marfu’, yang pertama ()االستاذ
karena menjadi fa’il. Sedangkan نفسهdibaca marfu’
karena menjadi taukid.
b. Lafadz-lafadz taukid di antaranya adalah:
28
c. Cara menyusun (tarkib) taukid
1. Buatlah susunan yang terbuat dari mubtada’ khobar
atau fi’il dan fa’il, contoh:
قام الطالّب: Telah berdiri para santri
الطالب قائمون: Para santri berdiri
2. Lalu masukkan salah satu lafadz taukid di
belakangnya beserta memberikan dhomir yang
sesuai dengan mu’akkad-nya. Maka kalimat di atas
menjadi:
قام الطالب كلّهم: Telah berdiri para santri seluruhnya
الطالب قائمون كلّهم: Para santri berdiri seluruhnya
4. Badal (pengganti)
a. Pengertian Badal:
Badal adalah kalimat pengganti yang menerangkan
kalimat sebelumnya (mubdal minhu). Badal wajib
mengikuti mubdal minhu-nya dalam i’rob, Contoh:
هو زيد أخوك: Itu adalah Zaid, saudaramu
أخ>>>وكmenjadi badal dan dihukumi marfu’ karena
mengikuti mubdal minhu-nya yakni lafadz زيد.زيد
dihukumi marfu’ karena menjadi khobar.
b. Pembagian badal:
1. Badal kul minal kulli ()كل من الكل
Adalah badal yang satu jenis dengan mubdal
minhu-nya. Contoh:
29
ذالك القران كتاب هللا: Itulah al-Quran, Kitabullah
2. Badal ba’dhi minal kulli ()بعض من الكل
Adalah badal yang merupakan sebagian dari
mubdal minhu-nya dan bagian itu tidak dapat
dilepaskan, seperti manusia dan tubuhnya, buku dan
kulitnya dan lain-lain. Contoh:
ُغ ِس َل الثوبُ جيبُه: Dicuci satu pakaian, sakunya saja
c. Cara menyusun (tarkib) badal:
1. Buatlah susunan fi’il-fa’il atau mubtada’-khobar!
Seperti:
هو رجل: Dia seorang laki-laki
2. Lalu masukkan kalimat yang menjelaskan
keseluruhan (kull minal kulli) dari kalimat itu
sebagai badal:
هو رجل صاحبُك: Dia laki-laki, Sahabatmu
Atau kalimat yang menjelaskan sebagian (Ba’dhi
minal kulli) dari lafadz رجل, Contoh:
هو رجل رأسُه: Dia laki-laki, kepalanya saja
30
BAB I’ROB NASHOB
33
Maf’ul bih adalah isim yang terkena pekerjaan dan terletak
setelah susunan fi’il dan fa’il. Maf’ul bih wajib dihukumi
manshub. Contoh:
نصر زيد بكرا: Zaid telah menolong Bakar
َ ُ قرأنا الكت: Kami telah membaca kitab-kitab
ب
َ ُ الكتdihukumi manshub karena menjadi
Lafadz بك>>راdan ب
maf’ul bih dari fi’il (kata kerja) نصرdan قرأ
b. Cara menyusun (tarkib) maf’ul bih
1. Buatlah susunan fi’il dan fa’il! Contoh:
اخذ المعلّم: Guru telah mengambil..
علَم االستاذ: Ustadz telah mengajarkan..
Susunan fi’il dan fa’il di atas masih membutuhkan
maf’ul bih
2. Berilah isim yang sesuai di akhir susunan di atas sebagai
maf’ul bih!
أخذ المعلّم القرطاس: Guru telah mengambil kertas
علّم االستاذ الطالبين: Ustadz telah mengajarkan santri-santri
2. Mashdar
a. Pengertian Mashdar
Mashdar adalah kalimat yang berada pada urutan ketiga
dalam tasrifan. Contoh:
علِم – يعلَم – ِعلما
فتح – يفتح – فتحا
34
Mashdar wajib dihukumi manshub bila bersambung dengan
susunan (tarkib) fi’il dan fa’il. Contoh:
الباب فتحا
َ َ
فتحت : Kamu membuka pintu, dengan benar-benar
membuka
b. Cara menyusun (tarkib) mashdar
1. Buatlah susunan fi’il – fa’il, baik dengan maf’ul bih atau
tanpa maf’ul bih! Contoh:
رأى زيد اباك: Zaid telah melihat ayahmu..
يقوم طالب: Santri sedang berdiri..
2. Lalu, berilah mashdar yang sesuai dengan kalimat fi’il-
nya!
رأى زي>>د أب>>اك رأية: Zaid telah melihat ayahmu, dengan
benar-benar melihat
يقوم طالب قياما: Santri sedang berdiri, dengan benar-benar
berdiri
35
Dhorof makan adalah isim yang menunjukkan tempat
seperti, depan, belakang, samping, di hadapan dan lain-
lain. Contoh:
ّ : Sesungguhnya santri di depan pesantren
إن الطالب أمام المعهد
اكل اخوك جانب البيت: Saudaramu makan di samping rumah
Dhorof zaman dan dhorof makan wajib dihukumi manshub.
Di bawah ini adalah contoh dhorof zaman dan dhorof
makan!
38
6. Ististna’
a. Pengertian ististna’
Ististna’ adalah kalimat “kecuali” yang menggunakan alat-
alat ististna’. Alat untuk ististna’ yaitu: ّ( االkecuali), غ>>ير
(selain) dan ( سوىselain).
Contoh:
تعلّم الطالبون اال زيدا: Semua santri telah belajar, kecuali Zaid
Lafadz زيداdisebut mustatsna ( مستثنى: yang dikecualikan)
dan lafadz الطالبونdisebut mustastna minhu ( مستثنى منه: yang
dikecualikan darinya).
b. Ististna’ dengan ّاال
Jika isim di-ististna’-kan dengan ّاال, maka mustastna-nya
wajib dihukumi manshub dengan syarat:
1. Kalamnya sempurna ()كالم تام
Kalam tamm adalah kalimat yang mustastna dan
mustastna minhu-nya disebutkan, contoh:
اكل التلميذ االّ زيدا: Para murid makan, kecuali Zaid
2. Kalamnya harus mujab()كالم موجب
Kalam mujab adalah kalimat yang tidak kemasukan
huruf nafi , huruf nahi (seperti الatau ) ماatau istifham
(seperti لماذا, هلdan lain-lain). Contoh:
نص>>ر الط>>الب االس>>تا َذ االّ بك>>را: Murid telah menolong guru,
kecuali Bakar
39
c. Ististna’ dengan غيرdan سوى
Jika kalimat di-Ististna’-kan dengan menggunakan غيرdan
س>>>وى, maka mustastna-nya wajib dihukumi makhfudh
(khofadz) karena menjadi mudhof ilaih. Contoh:
قرأ الطالب الكتاب غير زي ٍد: Santri telah membaca kitab selain
Zaid
قرأ الطالب الكتاب سوى زي ٍد: Santri telah membaca kitab selain
Zaid
d. Cara menyusun (tarkib) ististna’
1. Buatlah susunan fi’il- fa’il dengan maf’ul bih atau tanpa
maf’ul bih!
أكل زيد: Zaid telah makan..
رأيت المسلمين: Saya melihat orang-orang muslim..
2. Lalu, masukkan alat istisna’ dan mustastna-nya!
اكل زيد اال أخاك: Zaid telah makan, kecuali saudaramu
ين َ > نص: Kamu telah menolong ustadz,
ِ َ>رت االس>>تاذ اال الط>>الب
kecuali dua santri-santri
رأيتُم المس>>>>لمين س>>>>وى زيد: Kalian melihat orang-orang
muslim, selain Zaid
7. La nafi jinis
a. Pengertian la nafi jinis
La nafi jinis adalah huruf nafi ( )الyang masuk pada susunan
mubtada’ dan khobar. La nafi jinis memiliki amal seperti
40
inna, yakni “me-nashob-kan mubtada’ dan me-rofa’-kan
khobarnya”.
La nafi jinis bisa memiliki amal seperti inna, dengan
beberapa syarat:
1. Hanya masuk pada isim nakiroh (isim tanpa alif lam di
depannya), contoh:
ال ط>>البين في الحم>>ام: Tiada beberapa santri-pun di kamar
mandi
2. La hanya sekali (tidak diulang), contoh:
ال فقر أش ّد من الجهل: Tiada fakir yang lebih besar dari pada
kebodohan
b. Cara menyusun (tarkib) la nafi jinis
1. Buatlah susunan mubtada’ (dari isim tanpa alif lam) dan
khobar!
رجل فى الفصل: ... lelaki dalam kelas
2. Lalu, berilah ( الla nafi jinis) di depannya!
ال رجل فى الفصل: Tiada seorang lelaki-pun, di dalam kelas
8. Munada
a. Pengertian munada
Munada adalah isim (nama orang) yang dipanggil dengan
menggunakan huruf Nida’, yaitu ( ياwahai!), contoh:
يا عب َد هللا: Wahai, Abdullah!
يا طالبا: Wahai, santri!
عب َد هللاdan طالباdisebut munada.
41
b. Hukum kalimat munada (isim yang dipanggil) ada dua:
1. Munada yang dihukumi manshub ada tiga, yaitu:
a. Munada mudhof ()المنادى المضاف
Munada mudhof adalah panggilan yang ditujukan
untuk nama orang atau nama benda lain yang tersusun
dari dua kalimat, yaitu mudhof dan mudhof ilaih1.
Seperti, زين الع>>ارفين, شمس ال>>دين, توفيق الحمن, عبد الحميدdan
lain sebagainya.
Munada mudhof wajib dihukumi manshbu. Contoh:
زين العارفين
َ يا: Wahai, Zainal Arifin!
شمس الدين
َ يا: Wahai, Syamsuddin!
ق الحمن
َ يا توفي: Wahai, Taufiqurrohman!
b. Munada nakiroh ghoiru maqshudah ()النكرة غير مقصودة
Munada nakiroh ghoiru maqshudah adalah panggilan
yang ditujukan untuk sekelompok orang secara umum,
bukan kepada salah satu dari mereka.
Munada nakiroh ghoiru maqshudah dihukumi
manshub. Contoh:
ْ , يا طالبا: Wahai, santri! Ambillah faidah!
خذ فائدة
يا إمرأة: Wahai, perempuan!
c. Munada musyabbah bil mudhof ()المشبه بالمضاف
Munada musyabbah bil mudhof adalah panggilan yang
ditujukan untuk isim yang terbuat dari isim shifat
1
Mudhof dan mudhof ilaih akan dijelaskan pada bab Kalimat makhfudhot.
42
(shighot isim fa’il dan isim maf’ul) seperti, , طالع,قائم
مض>>روب, منصور, عالم. Munada musyabbah bil mudhof
wajib dihukumi manshub. Contoh:
يا طالعا جبال: Wahai, pendaki gunung!
يا مضروبين في بطنه: Wahai, orang-orang yang dipukul
perutnya!
43
Munada nakiroh ghoiru maqshudah wajib dihukumi
marfu’ dengan harokat dhommah tanpa tanwin.
Contoh:
ُ يا إمرأة: Hai, perempuan! نبي
ُّ يا: Wahai, Nabi!
يا رج ُل: Hai, lelaki!
يا ول ُد: Wahai, anak!
44
10. Maf’ul ma’ah
a. Pengertian maf’ul ma’ah
Maf’ul ma’ah adalah isim yang menerangkan orang yang
ikut dalam sebuah pekerjaan. Di antara pekerja dan maf’ul
ma’ah dipisah oleh wawu ma’iyyah (wawu yang bermakna
مع: bersama ). Contoh:
تعلمت العلم و زيدا: Saya belajar ilmu bersama Zaid
lafadz زيداdibaca manshub karena menjadi maf’ul ma’ah.
Dan huruf wawu-nya ( )وadalah wawu ma’iyyah
b. Syarat maf’ul ma’ah
1. Maf’ul ma’ah harus terletak setelah susunan fi’il- fa’il
dengan maf’ul bih atau tanpa maf’ul bih. Contoh:
ص ُر االستاذات و أخاك
ُ أن: Saya menolong beberapa ustadzah
bersama saudaramu
2. Wawu sebelumnya harus bermakna ( معbersama).
c. Cara menyusun (tarkib) maf’ul ma’ah
1. Buatlah susunan fi’il- fa’il dengan maf’ul bih atau tanpa
maf’ul bih!
رقد زيد: Zaid telah tidur...
2. Lalu, berilah wawu ma’iyyah dan maf’ul ma’ah
setelahnya!
الطالب رقد زيد
َ و: Zaid telah tidur bersama santri
11. Isim Tabi’ lil Manshub
a. Na’at
45
نصرتم المؤمنين العادلين: kalian menolong orang-orang mu’min
yang adil
b. Athof
ّ : Sesungguhnya orang-orang
إن المؤم>>>نين والمؤمن>>>ات ن>>>اجحون
mu’min dan mu’minat semuanya sukses
c. Taukid
فتحنا الباب عينه: Kami membuka pintu (bendanya)
d. Badal
كان القارئ زيدا أخاك: Yang membaca adalah Zaid, Saudaramu
46
BAB I’ROB KHOFADH
51
BAB I’ROB JAZM
A.Tanda-tanda I’rob Jazm
Suatu kalimat dapat dihukumi majzum (dibaca jazm) apabila
terdapat dua tanda-tanda sebagai berikut:
1. Sukun ()السكون
2. Hadzfu ()الحذف
a. Sukun: menjadi tanda i’rob jazm dalam satu tempat, yaitu:
1. Fi’il Mudhori’ yang tidak bersambung dengan Syai’, contoh:
لم يرق ْد: Dia (laki-laki) belum tidur
ْ ل ّما أغتسل: Aku belum mandi
b. Hadfu (Membuang), ada dua: yaitu
1. Hadzfun Nun (membuang nun), menjadi tanda i’rob jazm
bagi Fi’il Mudhori’ yang bersambung dengan syai’ (af’alul
khomsah), contoh:
لم يجلسا: Mereka berdua belum duduk
ل ّما يتعلّموا: Mereka (laki-laki banyak) belum belajar
2. Hadfu Harfil illat (membuang huruf illat) menjadi tanda bagi
Fi’il Mudhori’ mu’tal akhir ()المعت ّل األخر.
Fi’il Mudhori’ mu’tal akhir adalah fi’il mudhori’ yang di
akhirnya berupa huruf illat yang tiga ( ياؤ, واو,)الف
contoh:
يرم
ِ لم: Dia (laki-laki) tidak melempar
52
Asalnya adalah >رمي
ْ > ي, kemudian ya’-nya dibuang (hadzfu)
karena dihukumi majzum.
ُ لم يد: Dia (laki-laki) tidak memanggil
ع
Asalnya adalah >دعو
ْ > يkemudian wawu-nya dibuang (hadzfu)
karena dihukumi majzum.
ل ّما ير َعى: Belum merumput
Asalnya adalah ي>>ر َعىkemudian alif-nya dibuang (hadzfu)
karena dihukumi majzum.
B.Fi’il yang dihukumi majzum
Fi’il mudhori’ yang dihukumi majzum apabila kemasukan amil-
amil jazm, seperti: ال َّما, ل ّما, لمdan lain-lain. Contoh: ْ لم يضرب,
(08- 08-2018)
53
54
55
56