Anda di halaman 1dari 56

‫الطّريق اليسير‬

‫في علم النحو الشهير‬

‫‪2‬‬
‫جمع وترتيب‬
‫محمد حسني مبارك‬

‫‪1‬‬
BAB KALAM

A.SYARAT KALAM
Syarat suatu kalimat dapat disebut sebagai Kalam ada empat:
1. Lafadz:
Lafadz adalah kalimat yang di dalamnya mengandung
sebagian dari huruf hijaiyyah.
Contoh:
‫ زيد‬terdiri dari huruf ‫ د‬- ‫ز – ي‬.
2. Murokkab:
Murokkab adalah kalimat yang tersusun dari dua kata atau
lebih. Contoh:
‫ أنا طالب‬: Saya adalah santri
3. Mufid:
Mufid adalah: kalimat itu harus sempurna dan memberikan
pengertian kepada yang berbicara dan juga yang mendengar.
‫ علم زيد‬: Zaid telah mengetahui
4. Wadho’:
Wadho’ adalah kalimat yang diungkapkan oleh orang sadar,
tidak sedang mabuk atau mengigau (mamong).

Dari empat ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu


perkataan yang berbahasa Arab dapat disebut sebagai kalam,
apabila sudah mencukupi empat syarat tersebut. Bila satu dari

2
keempat syarat di atas tidak terpenuhi, maka perkataan itu tidak
dapat disebut sebagai Kalam. Seperti lafadz ‫ زيد‬saja, tidak dapat
dikatakan kalam karena tidak Murokkab dan tidak mufid.

B.PEMBAGIAN KALAM ( ‫)اقسام اكالم‬


Dalam bahasa Arab, hanya ada tiga macam kalimat yang
selalu digunakan dalam berbicara atau membaca kitab. Sebagai
berikut:
1. (‫ )االسم‬Kalimat isim: adalah kata yang menunjukkan benda,
seperti pensil, pena, kipas, dan lain sebagainya.
2. (‫)الفعل‬Kalimat fi’il: adalah kata kerja, seperti makan, minum,
makan, berjalan, dan lain sebagainya.
3. (‫)الح>>رف‬Kalimat hurf: adalah kalimat yang memiliki arti
apabila bersambung dengan kalimat fi’il atau isim. Seperti
dan, dari, ke, dan lain sebagainya.
C.KALIMAT ISIM
1. Tanda-tanda Kalimat Isim
Kalimat isim (yang menunjukkan benda) bisa diketahui
dengan ciri-ciri berikut ini:
1. Tanwin : adalah harokat yang mengandung bacaan nun mati,
dan disimpan di akhir kalimat isim.

Dengan begitu dapat disimpulkan, bahwa tiap kalimat yang di


huruf belakangnya terdapat tanwin maka itu adalah kalimat
isim. Contoh : ‫( قالم‬Satu pulpen), ‫( كتاب‬Buku), ‫( مصباح‬lampu)

3
2. Khofadh: khofadh atau jer adalah kedudukan suatu kalimat.

Artinya, kalimat isim bisa diketahui apabila dihukumi (di-


I’rob) dengan jer/khofadz di awalnya. Contoh: ‫( من البيت‬dari
rumah), ‫( الى المسجد‬ke masjid)

3. Alif lam: yaitu kalimat yang di depannya terdapat alif lam.


Setiap kalimat yang di depannya kemasukan alif dan lam,
maka itu adalah kalimat isim. Contoh: ‫( النجم‬bintang), ‫الشمس‬
(matahari), ‫( القمر‬bulan).
4. Kalimat yang kemasukan Huruf khofadh:
Yaitu setiap kalimat yang di depannya kemasukan salah satu
dari huruf khofadz.
Huruf khofadz adalah sebagai berikut:
,‫االم‬, ‫الكاف‬, ‫الباء‬, ‫ رب‬,‫ فى‬,‫ على‬,‫ عن‬,‫ الى‬,‫من‬
Juga termasuk sebagian huruf khofadz adalah huruf qosam,
yaitu huruf yang biasanya digunakan untuk sumpah.
‫التاء‬,‫الباء‬,‫الواو‬
Artinya, suatu kalimat bisa disebut isim apabila di depannya
kemasukan huruf jer/khofadz sebagaimana disebutkan di atas.
Contoh :
‫ من المعهد‬: Dari Pesantren
‫ الى الكرسي‬: Ke kursi
2. Pembagian kalimat isim
Isim (kata benda) ada tiga jenis.

4
1. Isim Mufrod: adalah kata benda yang menunjukkan benda
yang berjumlah satu (tunggal). Seperti contoh :
‫( زيد‬Satu orang yang bernama Zaid)
‫( كتاب‬Satu buah kitab)
‫( مرسم‬Satu buah pensil)
2. Isim Tatsniyah: adalah kata benda (isim) yang
menunjukkan jumlah dua benda, contoh:
‫( الزيدان‬Dua orang yang bernama Zaid)
‫( قلمين‬Dua buah pulpen)
‫( كتابين‬Dua buah kitab)
Setiap isim mufrod bisa dijadikan isim tastniyah dengan
menambahkan alif dan nun atau menambahkan ya’ dan nun di
huruf akhirnya.
Contoh:
Lafadz ‫( زيد‬isim mufrod) menjadi ‫( الزيدان‬isim tastniyah)
Atau menjadi ‫الزيدين‬
ِ dengan tambahan ya’ dan nun.
3. Isim Jama’ : adalah kata benda (isim) yang menunjukkan
jumlah yang banyak. Yang dimaksud isim jama’ dalam bahasa
Arab adalah yang jumlahnya tiga ke atas (3, 4, 5, dan
seterusnya). Isim Jama’ terbagi menjadi tiga:
1. Isim jama’ mudzakkar salim : adalah isim jama’ yang
menunjukkan jumlah laki-laki yang banyak.
Jama’ mudzakkar salim terbuat dari nama lelaki atau isim
shifat ( shigot isim fa’il dan isim maf’ul dalam ilmu shorof).
5
Cara mengubah bentuk isim mufrod menjadi isim jama’
mudzkkar salim dengan menambahkan huruf wawu dan nun
pada huruf akhirnya. Atau menambah ya’ dan nun pada
keadaan tertentu. Contoh:
‫( الزيدون‬beberapa lelaki yang bernama Zaid)
‫( مسلمون‬beberapa lelaki muslim)
‫( مؤمنين‬beberapa lelaki mu’min)
2. Isim jama’ muannats salim : adalah kalimat isim jama’
yang menunjukkan perempuan banyak.

Sama dengan jama’ mudzakkar salim, jama’ muannats salim


biasanya terbuat dari nama perempuan dan isim shifat.

Cara menjadikan isim mufrod menjadi jama’ muannats salim


adalah dengan menambahkan alif dan ta pada huruf
akhirnya. Contoh:

‫( خديجا ت‬beberapa perempuan yang bernama khodijah)


‫( مؤمنات‬beberapa perempuan yang mu’min)
‫( قاءمات‬beberapa perempuan yang berdiri)

3. Isim jama’ taksir :


Isim jama’ taksir adalah jama’ yang langsung berubah dari
bentuk isim mufrod-nya. Contoh:
‫( ابواب‬beberapa pintu) adalah perubahan langsung dari isim
mufrod ‫باب‬
6
‫( فصول‬beberapa kelas) adalah perubahan langsung dari isim
mufrod ‫فصل‬
‫( غ>>راف‬beberapa kamar) adalah perubahan langsung isim
mufrod ‫غرفة‬

Dalam membuat jama’ taksir ini, tidak ada aturan khusus,


karena jama’ taksir adalah jama’ yang perubahan lafadz-nya
bukan karena ada tambahan huruf sebagaimana jama’
lainnya. Tapi langsung berubah dari bentuk isim mufrod-nya.
Seperti lafadz : ‫ فص>>ول‬yang berubah dari isim mufrod-nya
yaitu: ‫فصل‬.
3. Isim Ma’rifat dan Isim Nakiroh
Isim Ma’rifat adalah isim yang bendanya sudah diketahui.
Isim ma’rifat ada dua jenis, sebagai berikut:
a. Isim yang kemasukan alif-lam (‫ )ال‬di depannya, seperti
‫ المرسم‬,‫ الكتاب‬,‫الرّجل‬
b. Nama orang, seperti ‫ عم>>>رو‬,‫ بكر‬,‫ زيد‬,‫ احمد‬,‫ مح ّمد‬atau nama
tempat, seperti ‫ بصرة‬,‫ كوفة‬,‫ مدينة‬,‫مكة‬, dan lain-lain.

Isim Nakiroh adalah isim yang belum diketahui bendanya.


Isim nakiroh tandanya adalah tidak kemasukan alif -lam di
depannya. Contoh: ‫قلم‬, )pulpen), ‫( نعل‬sandal), ‫( ثوب‬baju) dan
isim-isim lain yang tidak diberi alif lam.

7
4. Isim Asma’ul Khomsah: yaitu kumpulan lima isim yang
i’rob-nya sama. Yaitu:
ٌ‫ اب‬: Ayah
‫ ا ٌخ‬: Saudara
‫ ح ٌم‬: Mertua
ٌ : Mulut
‫ف‬
‫ ٌذ‬: Orang yang memiliki

D.KALIMAT FI’IL
1. Pembagian Kalimat Fi’il
Kalimat fi’il ada dua:
1. Fi’il Madhi ((‫فعل ماض‬
Yaitu kata kerja yang “telah” dikerjakan dan telah selesai
Contoh:
‫ قرَأ‬: Dia (laki-laki)telah membaca
‫ جلس‬: Dia (laki-laki) telah duduk
‫ كتب‬: Dia (laki-laki) telah menulis

2. Fi’il Mudhori’ ((‫فعل مضارع‬


Yaitu kata kerja yang sedang atau akan dikerjakan.
‫ يقرء‬: Dia (laki-laki) sedang membaca
‫ يجلس‬: Dia (laki-laki) sedang duduk
‫ يكتب‬: Dia (laki-laki) sedang menulis
Fi’il Mudhori’ ada dua:
8
1. Fi’il Mudhori’ yang tidak bersambung dengan apapun
(Syai’).
Adalah fi’il mudhori’ yang di huruf akhirnya tidak
kemasukan apapun. Contoh:
‫ يضرب‬: Dia (lelaki) sedang/akan memukul
‫ اضرب‬: Saya sedang/akan memukul
‫ نضرب‬: Kami sedang/ akan memukul
‫ تضرب‬: Kamu (laki-laki) sedang/ akan memukul.
2. Fi’il Mudhori’ Af’alul Khomsah
Af’alul Khomsah adalah lima fiil mudhori’ yang di
akhirnya bersambung dengan sesuatu (syai’).
Yang dimaksud dengan Syai’ adalah alif tastniyah, wawu
jama’ dan ya’ mu’annats mukhothobah. Contoh:
Yang bersambung dengan alif tastniyah:
‫ يفعلان‬: Dia (laki-laki berdua) sedang bekerja
‫ تفعلان‬: Kamu ( lk/pr berdua) sedang bekerja
Yang bersambung dengan wawu jama’:
‫ يفعلون‬: Mereka (laki-laki) sedang bekerja
‫ تفعلون‬: Kalian (laki-laki) sedang bekerja
Yang bersambung dengan ya’ muannats mukhotobah:
‫ تفعلين‬: Kamu (perempuan) sedang bekerja
3. Tanda-tanda Kalimat Fi’il
Kalimat fi’il (yang menunjukkan kerja) bisa diketahui
dengan ciri-ciri berikut ini:
9
1. Qod ‫ قد‬: bisa masuk pada fi’il madhi dan fi’il mudhori’.
Bila ia masuk pada fi’il madhi berarti dapat diartikan
dengan “sungguh telah”.
‫ قد قام الناس‬: Sungguh telah berdiri manusia
Dan bila masuk pada fi’il mudhori’ maka diartikan
“kadang-kadang.”
Contoh:
,‫قد يقوم الناس‬: Kadang-kadang manusia berdiri

2. Siin ‫ السين‬: Huruf siin ini hanya masuk pada fi’il mudhori’
yang artinya “akan” (langsung mengerjakan), contoh:
Contoh : ‫(سيقوم بكر‬Bakri akan (langsung) berdiri)
3. Saufa‫ سوف‬: Hanya masuk pada fi’il mudhori’ yang artinya
“akan” (tidak langsung mengerjakan), seperti contoh:

‫ سوف يضرب‬: Seorang akan memukul (tidak langsung)


‫ سوف يشرب‬: Seorang akan minum (tidak langsung)

Ada perbedaan makna dalam tiap fi’il mudhori’ yang


dimasuki oleh siin atau saufa di atas.
Fi’il mudhori’ yang dimasuki oleh siin, menunjukkan arti
pekerjaan yang dikerjakan dengan langsung tanpa ada jarak
waktu yang lama antara pengucapan dan pekerjaannya,
contoh:
‫ سيضرب استاذ تلميذه‬: Ustadz akan memukul muridnya
10
Artinya, sang Ustadz langsung memukul si murid.
Sedangkan fi’il mudhori’ yang dimasuki oleh saufa,
menunjukkan arti dari pekerjaan yang antara pengucapan dan
penerapanya dipisah oleh jarak waktu yang agak lama.
Contoh:
‫ سوف اغتسل فى الحمام‬: Saya akan mandi di kamar mandi
Dalam arti, sang pelaku (saya) tidak langsung mandi.

E.KALIMAT HURUF
1. Tanda-tanda Kalimat Huruf
Kalimat huruf adalah kalimat yang tidak bisa berdiri
sendiri kecuali bersandar dengan kalimat isim atau fi’il. Huruf
tidak memiliki tanda-tanda khusus. Berbeda dengan dua
kalimat (Isim dan Fi’il) sebelumnya yang sudah memiliki
tanda khusus sebagai ciri-ciri.
Ahli Nahwu memberikan contoh tanda-tanda kalimat
huruf sebagai berikut:
‫ ج‬tandanya, dengan adanya titik di tengah

‫ خ‬tandanya, adanya titik di atas hurufnya.

‫ ح‬tandanya, adalah tidak memiliki titik.

Tanda dari pada huruf kho’ adalah terdapat titik yang


berada di atasnya (fi’il), Tanda-tanda huruf jim adalah terdapat

11
titik di tengahnya (isim) Tanda-tanda huruf ha’ adalah tidak
memiliki titik (huruf).
Contoh kalimat hurf : ‫ هل‬, ‫ لم‬,‫من‬. Dll.

Kalimat huruf berfungsi apabila bertemu dengan kalimat


isim dan fi’il, contoh:

‫ هل تعلّم طالب‬: Apakah Santri belajar?

‫ أنا في المسجد‬: Saya di Masjid

12
BAB I’ROB
A.Pengertian I’rob

I’rob adalah suatu perubahan yang terjadi di setiap akhir


kalimat. Perubahan itu disebabkan amil (sebab yang memerintah
kalimat itu) berubah-ubah juga. Berikut contoh i’rob:

Pada awalnya, kalimat ‫( زيد‬Zaid: nama orang) itu tidak


memiliki harokat (tanda baca) di belakangnya. Karena memang
tidak ada amil (sebab atau perintah) yang menentukan harus
menggunakan harokat apa di belakangnya. Namun ketika
dimasuki oleh amil, maka lafadz ‫ زيد‬bisa diberi harokat.

‫ جاء زي ٌد‬: Zaid telah datang


ً‫ رءيت زيدا‬: Saya melihat Zaid
‫ مررت بزي ٍد‬: Saya lewat, bertemu dengan Zaid

B.Pembagian I’rob

Perubahan akhir kalimat (I’rob) dalam bahasa Arab, ada


empat bagian:

1. Rofa’ (‫)رفع‬
2. Nashob (‫)نصب‬
3. Khofadh / jar (‫)خفض‬
4. Jazm (‫)جزم‬

13
Masing-masing dari keempat i’rob ini, ada yang masuk pada
kalimat isim dan kalimat fi’il. Ada pula yang hanya masuk pada
kalimat isim atau fiil saja.

Kalimat isim bisa di-I’rob dengan:

1. rofa’, contoh:
‫علم طالب‬: santri telah mengetahui
2. nashob, contoh:
‫فهمت الدرس‬: Saya telah paham pelajaran
3. khofadh, contoh:
‫انا من المعهد‬: Saya dari Pesantren

Kalimat fiil bisa di-i”rob dengan:

1. rofa’, contoh:
‫ يعل ُم‬: mengetahui
2. nashob, contoh:
‫ ان يعل َم‬: hendak mengetahui
3. jazm, contoh:
‫ ل ّما يعل ْم‬: belum mengetahui

14
BAB I’ROB ROFA’

Dari empat i’rob yang disebutkan di atas, masing-masing


memiliki tanda-tanda yang menunjukkan hukumnya, baik marfu’
(rofa’), manshub (nashob), makhfudh (khofadh) atau majzum
(jazm).

A.Tanda I’rob Rofa’


Suatu kalimat dapat dihukumi marfu’ (rofa’) apabila terdapat
empat tanda-tanda berikut ini.
1. ‫الضمة‬ (Dlommah)
2. ‫الواو‬ (Wawu)
3. ‫الف‬ (Alif)
4. ‫النون‬ (Nun)

a. Dhommah menjadi tanda i’rob rofa’ dalam 4 kalimat.


1. Isim mufrod, contoh:
‫ قام زيد‬: Zaid telah berdiri
‫ يشرب رجل‬: Seorang lelaki sedang minum
2. Jama’ taksir : Contoh;
‫ رجال جاء‬: Beberapa lelaki telah datang
‫ هذه ابواب‬: Ini adalah beberapa pintu
3. Jama’ muannats salim, contoh:

15
‫علمت المس>>>لمات‬: Telah mengetahui beberapa perempuan
muslim
‫ تلك المؤمنات‬: Itu adalah perempuan yang mukmin
4. Fiil mudhori’ yang tidak bersambung dengan apapun.
Contoh:
‫ يقول‬: Dia (laki-laki) berkata
‫ تأكل‬: Dia (perempuan) makan
‫ أجلس‬: Saya sedang duduk
‫ نقرأ‬: Kami sedang membaca
‫ تدرس‬: Kamu sedang belajar
b. Wawu menjadi tanda i’rob rofa’ dalam 2 kalimat:
1. Jama’ mudzakkar salim:
Contoh :
‫جاء المسلمون‬: Telah datang orang-orang muslim
‫ هم الطالبون‬: Mereka adalah santri-santri
2. Asmaul khomsah :
Asmaul khomsah dapat di-i’rob dengan wawu adalah
dengan menyambungkannya dengan isim lain (seperti nama
orang, tempat atau hewan) di belakangnya. Contoh:
‫ جاء ابو عمرو‬: Telah datang bapaknya Amr
‫هو اخو زيد‬: Dia adalah saudaranya Zaid

c. Alif : menjadi tanda i’rob rofa’ dalam 1 kalimat.


1. Isim tastniyah.
16
Contoh :
‫جاء المسلمان‬: Telah datang dua orang muslim
‫هما زيدان‬. : Dua orang itu bernama Zaid

d. Nun : menjadi tanda i’rob rofa’ dalam satu kalimat:


1. Af’ alul khomsah
Contoh:
‫ يعلمان‬: Dia (lk berdua) sedang mengetahui
‫ تعلمان‬: Kamu (lk/pr berdua) sedang mengetahui
‫ يعلمون‬: Mereka (lk) sedang mengetahui
‫ تعلمون‬: Kalian (lk) sedang mengetahui
‫ تعلمين‬: Kamu (pr) sedang mengetahui
Semua nun yang ada di belakangnya menjadi tanda rofa’
dari af’alul Khomsah.

B.Isim-isim yang Dibaca Marfu’ (Rofa’)

Adapun kalimat isim yang dihukumi marfu’ (dibaca rofa’),


apabila kedudukannya (tarkib-nya) sebagai berikut:

1. Fa’il
a. Pengertian fa’il
Fa’il adalah isim yang mengerjakan sebuah pekerjaan
dan terletak setelah fi’il (kata kerja), fa’il wajib dibaca
marfu’ (rofa’), contoh:

17
‫ قرأ زيد‬: Zaid telah membaca
Lafadz Zaid dibaca marfu’ karena menjadi fa’il dari kata
kerja (fi’il madhi) ‫ق>>رأ‬. Tanda marfu’-nya lafadz Zaid
adalah dlommah di akhirnya, karena isim mufrod.
b. Cara menyusun (tarkib) fa’il
1. Carilah satu fi’il (kata kerja), baik fi’il madhi atau fi’il
mudhori’ yang menunjukkan makna dia
(laki/perempuan), seperti ‫( س>>>>مع‬Dia/ lelaki telah
mendengar)
2. Kalau fa’il setelahnya menunjukkan perempuan, maka
diberi tambahan ta’ ta’nist (‫ )تاء التأنيث‬di belakangnya,
maka menjadi ‫( س>>>>>معت‬dia /perempuan telah
mendengar)
3. Lalu, berilah kalimat isim setelahnya! maka menjadi:
‫ سمع زيد‬: Zaid mendengar
‫ سمعت المسلمة‬: Muslimah mendengar
2. Na’ibul Fa’il (pengganti fa’il)
a. Pengertian Na’ibul Fa’il
Na’ibul fa’il adalah isim yang menjadi pengganti dari
fa’il yang tidak disebutkan. Na’ibul fa’il wajib dibaca
marfu’. Contoh:
ِ ُ‫ ن‬: Santri-santri telah ditolong
‫صر الطالبون‬
‫ الطالبون‬dibaca marfu’ karena menjadi na’ibul fa’il dari
ِ ُ‫)ن‬
fi’il madhi mabni majhul (‫صر‬
18
b. Cara menyusun (Tarkib) Na’ibul Fa’il
1. Mengubah bentuk fi’il madhi atau fi’il mudhori’ dari
mabni ma’lum menjadi mabni majhul.
Caranya, jika fi’il madhi, maka rubahlah harokat huruf
pertamanya (fa’ fi’il) dengan dlommah dan huruf
keduanya (‘ain fi’il) dengan kasroh, contoh:
lafadz ‫( فتح‬membuka) menjadi ‫( فٌتِح‬dibuka)
Jika fi’il-nya adalah fi’il mudhori’, maka huruf
awalnya (hurf mudhoro’ah) diganti dengan harokat
dlommah, sedangkan ‘ain fi’il-nya diganti harokat
fathah, contoh:
Lafadz ‫( يَفهَم‬memahami) menjadi ‫( يُفهَم‬dipahami)
2. Menambahkan kalimat isim di belakangnya sebagai
na’ibul fa’il (pengganti dari fa’il yang tidak
disebutkan). Rumusnya adalah:
Fi’il mabni majhul + isim. Contoh:
ُ‫ يُق َرأ الكتاب‬: Telah dibaca satu kitab.
Dalam Na’ibul fa’il ini, fa’il aslinya tidak disebutkan.
Kalau disebutkan maka contoh di atas menjadi:
‫>اب‬
َ >‫ يَق َرأ الطالبُ الكت‬: Seorang santri telah membaca satu
kitab
Tapi, fa’il aslinya yakni kata ‫ الط>>الب‬kemudian tidak
disebutkan, sehingga lafadz ‫ الكت>>>>>>>اب‬yang

19
menggantikannya sebagai fa’il. Maka, lafadz ‫الكت>>اب‬
disebut sebagai na’ib (pengganti) fa’il.
3. Mubtada dan Khobar-nya
a. Pengertian Mubtada’
Mubtada’ adalah isim yang dibaca marfu’ karena
menjadi permulaan dari suatu kalimat (Amil ma’nawi
ibtida’), contoh:
‫ الصيام واجب‬: Puasa adalah kewajiban.
Lafadz ‫ الصيام‬dibaca marfu’ karena menjadi mubtada’.
b. Pembagian mubtada’
Mubtada’ bisa terbuat dari dua jenis isim:
1. Mubtada’ isim dhohir:
Adalah mubtada’ yang terbuat dari nama orang, nama
tempat, nama suatu benda (batu, pensil, kopiah dll)
atau nama nama suatu pekerjaan (puasa, sholat, tulisan
dll). Contoh:
‫الصالة عبادة‬: Sholat adalah ibadah
2. Mubtada’ isim dlomir:
Adalah mubtada’ yang terbuat dari isim dlomir yang
14. Contoh:
‫ هو عالم‬: Dia lelaki yang alim
‫ انت جميل‬: Kamu lelaki yang tampan
‫ انا فالح‬: Saya seorang petani
‫ هم الصالحون‬: mereka (lelaki) yang sholih
20
‫ هن الصالحات‬: Mereka (perempuan) sholihah
‫ انتما متعلمان‬: Kalian berdua adalah santri
Dhomir di atas menjadi mubtada’.
c. Pengertian Khobar:
khobar adalah kalimat yang berisi penjelasan dari
mubtada’ yang di depannya. Khobar wajib dibaca
marfu’, contoh:
‫ انتم طالبون‬: Kalian semua (laki-laki) adalah santri
‫ الطالبات ماهرات‬: Semua santriwati adalah mahir
d. Pembagian Khobar.
Khobar ada dua bagian: khobar mufrod dan khobar
ghairu mufrod.
Khobar mufrod artinya khobar yang tidak terbuat dari
jumlah (susunan- kalimatnya hanya satu), seperti contoh-
contoh di atas.
Khobar ghoiru mufrod adalah khobar yang terbuat dari
jumlah (susunan). Khobar Ghoru Mufrod ada dua.
1. Khobar Jumlah
Adalah khobar yang terbuat dari susunan Fi’il-Fa’il atau
terbuat dari susunan Mubtada’-Khobar:
Contoh:
Khobar yang terbuat dari fi’il-fa’il:
‫ الطالبة تجلس‬: Santriwati itu sedang duduk
Khobar yang terbuat dari mubtada’-khobar:
21
ُ ‫ القلم لونها أزر‬: Pulpen itu warnanya biru.
‫ق‬
2. Khobar Syibhul Jumlah
khobar syibhul jumlah adalah khobar yang terbuat dari
susunan dhorof dan jer-majrur.
Contoh:
Khobar yang terbuat dari dhorof:
‫ الطّالبة جانب الجدار‬: Santriwati itu di samping dinding
Khobar yang terbuat dari jer-majrur:
‫القلم على البالط‬: Pulpen itu di atas lantai.
e. Cara menyusun (tarkib) mubtada’ dan khobar:
1. Isim + isim
Isim yang pertama sebagai mubtada’, dan yang kedua
sebagai khobar, contoh:
‫ نافع‬+ ‫ العلم‬: Ilmu itu bermanfaat
2. Mubtada’ dan khobar harus sesuai dalam jenis
kalimatnya (mufrod, tastniyah dan jama’ serta
mudzakkar dan muannats-nya). Contoh:
‫ المسلمات حافظات‬: Beberapa muslimah itu menjaga diri
4. Isim dari Kaana wa akhowatuha (‫)كان وأخواتها‬
a. Pengertian kaana dan saudaranya
Kaana dan saudaranya adalah fi’il-fi’il yang masuk pada
mubtada’ dan khobar dan mengubah hukum keduanya
(mubtada’ dan khobar).

22
b. Amal-nya Kaana dan saudaranya: adalah me-rofa’-kan
isim atau mubtada’ dan me-nashob-kan khobar. Contoh:
‫ كان االستاذ قادما‬: Ustadz telah datang
Mubtada yang dimasuki oleh kaana wajib dibaca marfu’,
sedangkan khobar-nya wajib dibaca manshub.
c. Saudara-saudara kaana
Kaana dan saudaranya adalah sebagai berikut:
‫ امسى‬,‫ بات‬,‫ ظل‬,‫ أصبح‬,‫ مادام‬,‫ مازال‬,‫ صار‬,‫ ليس‬,‫كان‬
Semua kalimat di atas juga meng-amal-kan seperti
kaana.
d. Cara menyusun (tarkib) kaana dan saudaranya.
1. Buatlah susunan mubtada dan khobar!, contoh:
‫ الكتاب كبير‬: Kitab itu besar
2. Masukkan kaana atau salah satu saudaranya di depan
susunan itu!, lalu mubtada-nya dihukumi marfu’ dan
khobar dihukumi manshub, contoh:
‫ صار الكتاب كبيرا‬: Kitab itu menjadi besar
5. Khobar dari Inna wa akhowatuha (‫)إن واخواتها‬
a. Pengertian Inna dan saudaranya
Inna dan saudaranya adalah huruf-huruf yang masuk
pada mubtada’ dan khobar dan mengubah hukum
keduanya (mubtada’ dan khobar)
b. Amal-nya Inna dan saudaranya adalah:

23
Me-nashob-kan isim (mubtada’) dan me-rofa’-kan
khobar. Contoh:
‫ إن االستا َذ قادم‬: Sesungguhnya ustadz telah datang
Mubtada’ yang dimasuki oleh Inna di depannya wajib
dibaca manshub, sedangkan khobar-nya wajib dibaca
marfu’.
c. Saudara-saudaranya Inna
Inna dan saudaranya adalah sebagai berikut:
ّ : Tetapi
‫ إن‬: Sesungguhnya ‫لكن‬ ‫ لع َّل‬: Semoga
‫ كأن‬: Seperti ‫ ليت‬: Semoga
Semuanya meng-amal-kan seperti amal-nya Inna.
d. Cara menyusun (tarkib) Inna dan saudaranya
1. Buatlah susunan mubtada’ dan khobar! Contoh:
‫ القراءة واجبة‬: Membaca adalah sebuah kewajiban
2. Masukkan Inna atau salah satu saudaranya ke dalam
susunan itu! Lalu, mubtada’ dihukumi manshub dan
khobar-nya di hukumi marfu’, contoh:
‫ إن الق>>>>>راءةَ واجبة‬: Sesungguhnya membaca adalah
kewajiban

6. Isim Tabi’ lil marfu’(yang mengikuti rofa’)


a. Pengertian Isim Tabi’ lil marfu’

24
Isim Tabi’ lil Marfu’ adalah isim yang dibaca marfu’
karena mengikuti kalimat sebelumnya yang juga dibaca
marfu’.
b. Isim tabi’ lil marfu’ ada empat: na’at (‫)نعت‬, athof ((‫عطف‬,
taukid (‫ )توكيد‬dan badal (‫) بدل‬
1. Na’at (sifat)
a. Pengertian Na’at
Na’at adalah isim yang menjadi sifat dari yang disifati
(man’ut). Contohnya:
‫ هو رجل صالح‬: Dia laki-laki yang sholeh
‫ صالح‬menjadi na’at (sifat) dari lafadz ‫ رجل‬,‫ رجل‬disebut
dengan man’ut (yang disifati).
lafadz ‫ ص>>>الح‬dibaca marfu’ karena menjadi na’at
mengikuti man’ut-nya yakni lafadz ‫ رجل‬yang dibaca
marfu’ karena menjadi khobar.
b. Cara menyusun (tarkib) na’at:
a. Na’at harus terbuat dari shigot isim fa’il atau isim
maf’ul, contoh:
‫عابد‬ : Yang rajin ibadah
‫ماهر‬ : Yang cerdas
‫ناشط‬ : Yang rajin belajar
‫ منصور‬: Yang ditolong
‫معلوم‬ : Yang diketahui
‫اسود‬ : Yang hitam
25
b. Na’at harus mengikuti man’ut-nya (yang disifati)
dalam beberapa hal:
Mufrod, tatsniyah dan jama’-nya, dalam muanntas
dan mudazzakar-nya, dalam i’rob-nya dan juga
dalam ma’rifat dan nakiroh-nya. Contoh:
‫ المتعلمون الناشطون انتم‬: Kalian santriwan yang rajin
Lafadz ‫ الناش>>طون‬menjadi na’at yang sama dengan
man’ut-nya ( (‫المتعلم>>>ون‬dalam bentuk jama’-nya
(jama’ mudzakkar salim) dan sama-sama mudzakkar
(menunjukkan laki-laki), sama dalam i’rob-nya
yaitu marfu’ dan juga dalam isim ma’rifat-nya.
‫الطالبات الناشطات انتن‬: Kalian santriwati yang rajin
‫ الناش>>طات‬menjadi na’at dan mengikuti man’ut-nya
dalam jama’-nya (jama’ muanntas salim) dan sama-
sama muannats (menunjukkan perempuan) dan
sama dalam i’rob-nya yaitu marfu’, juga sama
dalam isim ma’rifat-nya.
‫ تعلّم طالب حاذق‬: Santri yang pintar telah belajar
‫ حاذق‬menjadi na’at dan mengikuti man’ut-nya dalam
bentuk mufrod-nya dan bentuk mudzakkar-nya dan
sama dalam i’rob-nya yaitu marfu’, juga sama
dalam isim ma’rifat-nya.
2. Athof (hubungan)
a. Pengertian athof:
26
Athof adalah huruf-huruf penghubung. Kalimat yang
dihubungkan disebut ma’thuf, dan kalimat yang
kalimat yang dihubungi disebut ma’thuf alaih.
Huruf athof berupa ‫ الفاء‬,‫ الواو‬atau ‫ث ّم‬, contoh:
‫ قام بكر وعمرو‬: telah berdiri Bakar dan Amar
Lafadz ‫ عم>>رو‬menjadi ma’thuf, dibaca marfu’ karena
mengikuti kalimat ‫( بكر‬ma’thuf alaih-nya)yang juga
dibaca marfu’ karena menjadi fa’il.
b. Cara menyusun (tarkib) athof
1. Athof bisa terjadi antara fi’il dan isim.
Contoh athof antara fi’il:
ِ ‫الكت>>>اب ث ّم َأ‬
‫غتس>>>ل‬ َ ُ
‫ط>>>العت‬ : Saya muthola’ah kitab,
kemudian mandi
Contoh athof antara isim:
‫ هذا قلم ومسطرة‬: Ini adalah pulpen dan penggaris
2. Kalimat yang di-athof-kan (ma’thuf) harus
mengikuti kalimat sebelumnya (ma’thuf alaih)
dalam hal i’rob, contoh:
‫ يجلس ط>>>>الب ث ّم يتعلّم‬: Sedang duduk para santri,
kemudian belajar
‫ يتعلّم‬menjadi ma’thuf dan mengikuti ma’thuf alaih-
nya yakni lafadz ‫يجلس‬, keduanya sama-sama fi’il
mudhori’ yang dibaca marfu’.
‫ قرأ زيد فبكر‬: Telah membaca Zaid dan Bakar
27
‫ بكر‬menjadi ma’thuf dan mengikuti ma’thuf alaih-
nya yakni lafadz ‫زيد‬, keduanya sama-sama dibaca
marfu’.

3. Taukid (penguat)
a. Pengertian Taukid
Taukid adalah isim yang bermakna menguatkan suatu
kalimat. Taukid wajib mengikuti mu’akkad-nya (benda
yang pernyataannya dikuatkan) dalam hal i’rob-nya.
Contoh:
‫ جاء االستاذ نفسه‬: Ustadz telah datang sendirian
Lafadz ‫ نفسه‬menjadi taukid dari mu’akkad-nya yaitu
‫االستاذ‬. Keduanya dibaca marfu’, yang pertama (‫)االستاذ‬
karena menjadi fa’il. Sedangkan ‫ نفسه‬dibaca marfu’
karena menjadi taukid.
b. Lafadz-lafadz taukid di antaranya adalah:

‫ نفس‬: bermakna “sendirian”, contoh:

‫ حاء زيد نفسه‬: Zaid datang sendirian

‫ كل‬: bermakna “setiap/semua”, contoh:

‫سمعت القول كله‬: Saya mendengar perkataan, seluruhnya

‫عين‬: bermakna “benda itu sendiri”, contoh:

‫ هذا القلم عينه‬: Ini adalah pulpen itu sendiri

28
c. Cara menyusun (tarkib) taukid
1. Buatlah susunan yang terbuat dari mubtada’ khobar
atau fi’il dan fa’il, contoh:
‫ قام الطالّب‬: Telah berdiri para santri
‫ الطالب قائمون‬: Para santri berdiri
2. Lalu masukkan salah satu lafadz taukid di
belakangnya beserta memberikan dhomir yang
sesuai dengan mu’akkad-nya. Maka kalimat di atas
menjadi:
‫ قام الطالب كلّهم‬: Telah berdiri para santri seluruhnya
‫ الطالب قائمون كلّهم‬: Para santri berdiri seluruhnya
4. Badal (pengganti)
a. Pengertian Badal:
Badal adalah kalimat pengganti yang menerangkan
kalimat sebelumnya (mubdal minhu). Badal wajib
mengikuti mubdal minhu-nya dalam i’rob, Contoh:
‫ هو زيد أخوك‬: Itu adalah Zaid, saudaramu
‫ أخ>>>وك‬menjadi badal dan dihukumi marfu’ karena
mengikuti mubdal minhu-nya yakni lafadz ‫ زيد‬.‫زيد‬
dihukumi marfu’ karena menjadi khobar.
b. Pembagian badal:
1. Badal kul minal kulli (‫)كل من الكل‬
Adalah badal yang satu jenis dengan mubdal
minhu-nya. Contoh:
29
‫ ذالك القران كتاب هللا‬: Itulah al-Quran, Kitabullah
2. Badal ba’dhi minal kulli (‫)بعض من الكل‬
Adalah badal yang merupakan sebagian dari
mubdal minhu-nya dan bagian itu tidak dapat
dilepaskan, seperti manusia dan tubuhnya, buku dan
kulitnya dan lain-lain. Contoh:
‫ ُغ ِس َل الثوبُ جيبُه‬: Dicuci satu pakaian, sakunya saja
c. Cara menyusun (tarkib) badal:
1. Buatlah susunan fi’il-fa’il atau mubtada’-khobar!
Seperti:
‫ هو رجل‬: Dia seorang laki-laki
2. Lalu masukkan kalimat yang menjelaskan
keseluruhan (kull minal kulli) dari kalimat itu
sebagai badal:
‫ هو رجل صاحبُك‬: Dia laki-laki, Sahabatmu
Atau kalimat yang menjelaskan sebagian (Ba’dhi
minal kulli) dari lafadz ‫ رجل‬, Contoh:
‫ هو رجل رأسُه‬: Dia laki-laki, kepalanya saja

30
BAB I’ROB NASHOB

A.Tanda I’rob Nashob


Satu kalimat dapat hukumi manshub (nashob) apabila terdapat
tanda-tanda sebagai berikut:
1. ‫الفتحة‬ (Fathah)
2. ‫االلف‬ (Alif)
3. ‫الكسرة‬ (Kasroh)
4. ‫الياء‬ (Ya’)
5. ‫( حذف النون‬Terbuangnya Nun)
a. Fathah menjadi tanda i’rob nashob dalam tiga kalimat
1. Isim mufrod
Contoh:
‫الكتاب‬
َ ٌ‫ قرأ طالب‬: Santri telah membaca Kitab
2. Jama’ taksir
Contoh:
‫ طالع التلميذ ُكتُبا‬: Murid telah mengulang kitab-kitabnya
3. Fi’il mudhori’ yang tidak kemasukan Syai (alif Tastniyah,
wawu jama’ dan ya’ mu’annats mukhothobah).
Fi’il mudhori’ dihukumi manshub apabila kemasukan amil
ْ (hendak), ‫لن‬
nashob seperti ‫أن‬ ْ (tidak akan) atau ‫كي‬
(supaya).
Tanda manshub-nya menggunakan harokat fathah di huruf
akhirnya.
31
contoh:
‫ ان يقرَأ‬: Dia (laki-laki) hendak membaca
‫ لن ترق َد‬: Kamu tidak akan tidur
‫ كي افه َم‬: Supaya saya paham
b. Alif : menjadi tanda i’rob nashob dalam satu kalimat
1. Asma’ul Khomsah
Contoh:
‫ رأيت اخاك‬: Saya melihat saudaramu
‫ نصر طالب اباه‬: Santri telah menolong ayahnya
َّ : Sesungguhnya orang punya ilmu, akan sukses
‫ان ذا علم ناجح‬
c. Kasroh: menjadi tanda i’rob nashob dalam satu kalimat
1. Jama’ Mu’annats salim
Contoh:
‫ت‬
ٍ ‫كانت الطالبات حافظا‬: Santri-santri putri adalah wanita yang
menjaga diri
‫ت‬ ّ
ِ ‫نص>>رتن المس>>لما‬ : Kalian semua (perempuan) memolong
wanita-wanita muslimah.
d. Ya: menjadi tanda i’rob nashob dalam dua kalimat
1. Isim tastniyah
Contoh:
‫ إشتريت القل َمي ِن‬: Saya membeli dua pulpen
‫ين‬
ِ َ‫ كان الرجالن فقيه‬: Dua lelaki itu memahami ilmu
2. Jama’ mudzakkar salim
Contoh:
32
‫ين ق>>>ائمون‬ ّ : Sesungguhnya orang-orang muslim
َ ‫إن المس>>>ل ِم‬
berdiri
َ ‫ نصرتم المعلّ ِم‬: Kalian (laki-laki) menolong para guru
‫ين‬
e. Terbuangnya Nun: menjadi tanda i’rob nashob dalam satu
kalimat
1. Af’alul Khomsah:
Af’alul khomsah dihukumi manshub apabila kemasukan
ْ
salah satu dari amil nashob yang berupa ‫( أن‬hendak), ‫لن‬
(tidak akan) atau ‫( كي‬supaya). Tanda manshub-nya af’alul
khomsah adalah dengan membuang nun di belakangnya.
Contoh:
‫أن يقوال‬: Dia (laki-laki) berdua hendak berbicara
‫ لن تقوال‬: Kamu berdua tidak akan berbicara
‫ ان يقولوا‬: Mereka (laki-laki) hendak berbicara
‫ لن تقولوا‬: Kalian (laki-laki) tidak akan berbicara
‫ ان تقولي‬: Kamu (perempuan) hendak berbicara

B.Isim-isim yang Dihukumi Manshub


Suatu kalimat dihukumi manshub (nashob) apabila susunan
tarkib-nya sebagai berikut:
1. Maf’ul Bih
a. Pengertian Maf’ul bih

33
Maf’ul bih adalah isim yang terkena pekerjaan dan terletak
setelah susunan fi’il dan fa’il. Maf’ul bih wajib dihukumi
manshub. Contoh:
‫ نصر زيد بكرا‬: Zaid telah menolong Bakar
َ ُ‫ قرأنا الكت‬: Kami telah membaca kitab-kitab
‫ب‬
َ ُ‫ الكت‬dihukumi manshub karena menjadi
Lafadz ‫ بك>>را‬dan ‫ب‬
maf’ul bih dari fi’il (kata kerja) ‫ نصر‬dan ‫قرأ‬
b. Cara menyusun (tarkib) maf’ul bih
1. Buatlah susunan fi’il dan fa’il! Contoh:
‫ اخذ المعلّم‬: Guru telah mengambil..
‫ علَم االستاذ‬: Ustadz telah mengajarkan..
Susunan fi’il dan fa’il di atas masih membutuhkan
maf’ul bih
2. Berilah isim yang sesuai di akhir susunan di atas sebagai
maf’ul bih!
‫ أخذ المعلّم القرطاس‬: Guru telah mengambil kertas
‫ علّم االستاذ الطالبين‬: Ustadz telah mengajarkan santri-santri

2. Mashdar
a. Pengertian Mashdar
Mashdar adalah kalimat yang berada pada urutan ketiga
dalam tasrifan. Contoh:
‫علِم – يعلَم – ِعلما‬
‫فتح – يفتح – فتحا‬
34
Mashdar wajib dihukumi manshub bila bersambung dengan
susunan (tarkib) fi’il dan fa’il. Contoh:
‫الباب فتحا‬
َ َ
‫فتحت‬ : Kamu membuka pintu, dengan benar-benar
membuka
b. Cara menyusun (tarkib) mashdar
1. Buatlah susunan fi’il – fa’il, baik dengan maf’ul bih atau
tanpa maf’ul bih! Contoh:
‫ رأى زيد اباك‬: Zaid telah melihat ayahmu..
‫ يقوم طالب‬: Santri sedang berdiri..
2. Lalu, berilah mashdar yang sesuai dengan kalimat fi’il-
nya!
‫ رأى زي>>د أب>>اك رأية‬: Zaid telah melihat ayahmu, dengan
benar-benar melihat
‫ يقوم طالب قياما‬: Santri sedang berdiri, dengan benar-benar
berdiri

3. Dhorof Zaman dan dhorof Makan


a. Pengertian dhorof zaman dan dhorof makan
Dhorof zaman adalah isim yang menunjukkan waktu
seperti, tadi, sore, siang, malam, setelah, ketika dan
sebagainya. Contoh:
‫ تعلّمت ليال‬: Saya belajar pada malam hari
‫ أكل زيد صباحا‬: Zaid makan pada waktu pagi

35
Dhorof makan adalah isim yang menunjukkan tempat
seperti, depan, belakang, samping, di hadapan dan lain-
lain. Contoh:
ّ : Sesungguhnya santri di depan pesantren
‫إن الطالب أمام المعهد‬
‫ اكل اخوك جانب البيت‬: Saudaramu makan di samping rumah
Dhorof zaman dan dhorof makan wajib dihukumi manshub.
Di bawah ini adalah contoh dhorof zaman dan dhorof
makan!

‫ظرف المكان‬ ‫ظرف الزمان‬

‫وقفت امام زيد‬ ‫امام‬ ‫اكات اليوم‬ ‫اليوم‬

‫اغتسلنا خلف‬ ‫خلف‬ ‫رقدت ليال‬ ‫الليل‬


‫المعهد‬

‫زيد وراء المعهد‬ ‫وراء‬ ‫سافرت بكرة‬ ‫بكرة‬

‫بكر تحت السقف‬ ‫تحت‬ ‫رجعت غدا‬ ‫غدا‬

‫االستاذ عندك‬ ‫عند‬ ‫خرجت عتمة‬ ‫عتمة‬

‫جلسنا مع االستاذ‬ ‫مع‬ ‫نام زيد صباحا‬ ‫صباحا‬

‫شربت ازاء زيد‬ ‫ازاء‬ ‫اكلت مساء‬ ‫مساء‬

b. Cara menyusun (tarkib) dhorof zaman dan dhorof makan


1. Buatlah susunan kalimat fi’il – fa’il atau mubtada’
khobar! Contoh:
‫ تعلّم طالب‬: Santri telah belajar..
36
‫ الطالب الحاذق قائم‬: Santri yang pintar berdiri..
2. Lalu, berilah dhorof zaman atau dhorof makan di
belakangnya!
‫ تعلّم طالب مساء‬: Santri telah belajar pada waktu sore
‫ الطالب الحاذق قائم وراء المعلّم‬: Santri yang pintar, berdiri di
belakang guru
4. Haal
a. Pengertian Haal
Haal adalah isim yang menerangkan tentang pekerjaan dan
keadaan yang belum jelas. Haal wajib dihukumi manshub.
Contoh:
‫ جاء زيد راكبا‬: Zaid datang dalam keadaan berkendaraan
Haal terbuat dari shigot isim fa’il dan shighot isim maf’ul
seperti: ‫ عالم‬,‫ مضروب‬,‫ناصر‬
b. Cara menyusun (tarkib) Haal
1. Buatlah susunan fi’il – fa’il dengan maf’ul bih atau tanpa
maf’ul bih! Contoh:
‫ جلس االستاذ‬: Ustadz telah duduk..
‫ صلّى الطالبون‬: Santri telah sholat..
2. Lalu berilah shighot isim fa’il atau isim maf’ul sebagai
haal!
‫ جلس االستاذ قائال‬: Ustadz duduk dalam keadaan berkata
‫ صل ّى الطالبون خاش>>عين‬: Santri telah sholat dalam keadaan
khusyu’
37
5. Tamyiz
a. Pengertian Tamyiz
Tamyiz adalah isim yang menerangkan tentang satu benda
yang belum jelas. Tamyiz wajib dihukumi manshub.
Contoh:
‫ أخ>>ذ ط>>الب عش>>رين كتابا‬: Santri telah mengambil dua puluh,
kitab
Lafadz ‫( عشرين‬dua puluh) belum jelas jelas (apanya yg dua
puluh?), lalu diperjelas dengan lafadz ‫ كتابا‬sebagai tamyiz.
b. Cara menyusun (tarkib) Tamyiz
1. Buatlah susunan fi’il – fa’il atau mubtada’ khobar!
‫ زيد احذق مني‬: Zaid lebih pintar dariku..
‫ إشترى ابوك خمسين‬: Ayahmu membeli lima puluh..
2. Kemudian berilah keterangan di belakangnya sebagai
tamyiz!
‫ زي>>د اح>>ذق م>>ني فقها‬: Zaid lebih pintar dariku, pelajaran
fikihnya
‫ إش>>ترى اب>>وك خمس>>ين غنما‬: Ayahmu membeli lima puluh,
kambing

38
6. Ististna’
a. Pengertian ististna’
Ististna’ adalah kalimat “kecuali” yang menggunakan alat-
alat ististna’. Alat untuk ististna’ yaitu: ّ‫( اال‬kecuali), ‫غ>>ير‬
(selain) dan ‫( سوى‬selain).
Contoh:
‫ تعلّم الطالبون اال زيدا‬: Semua santri telah belajar, kecuali Zaid
Lafadz ‫ زيدا‬disebut mustatsna (‫ مستثنى‬: yang dikecualikan)
dan lafadz ‫ الطالبون‬disebut mustastna minhu (‫ مستثنى منه‬: yang
dikecualikan darinya).
b. Ististna’ dengan ّ‫اال‬
Jika isim di-ististna’-kan dengan ّ‫اال‬, maka mustastna-nya
wajib dihukumi manshub dengan syarat:
1. Kalamnya sempurna (‫)كالم تام‬
Kalam tamm adalah kalimat yang mustastna dan
mustastna minhu-nya disebutkan, contoh:
‫ اكل التلميذ االّ زيدا‬: Para murid makan, kecuali Zaid
2. Kalamnya harus mujab(‫)كالم موجب‬
Kalam mujab adalah kalimat yang tidak kemasukan
huruf nafi , huruf nahi (seperti ‫ ال‬atau ‫ ) ما‬atau istifham
(seperti ‫ لماذا‬,‫ هل‬dan lain-lain). Contoh:
‫ نص>>ر الط>>الب االس>>تا َذ االّ بك>>را‬: Murid telah menolong guru,
kecuali Bakar

39
c. Ististna’ dengan ‫ غير‬dan ‫سوى‬
Jika kalimat di-Ististna’-kan dengan menggunakan ‫ غير‬dan
‫ س>>>وى‬, maka mustastna-nya wajib dihukumi makhfudh
(khofadz) karena menjadi mudhof ilaih. Contoh:
‫ قرأ الطالب الكتاب غير زي ٍد‬: Santri telah membaca kitab selain
Zaid
‫ قرأ الطالب الكتاب سوى زي ٍد‬: Santri telah membaca kitab selain
Zaid
d. Cara menyusun (tarkib) ististna’
1. Buatlah susunan fi’il- fa’il dengan maf’ul bih atau tanpa
maf’ul bih!
‫ أكل زيد‬: Zaid telah makan..
‫ رأيت المسلمين‬: Saya melihat orang-orang muslim..
2. Lalu, masukkan alat istisna’ dan mustastna-nya!
‫ اكل زيد اال أخاك‬: Zaid telah makan, kecuali saudaramu
‫ين‬ َ >‫ نص‬: Kamu telah menolong ustadz,
ِ َ‫>رت االس>>تاذ اال الط>>الب‬
kecuali dua santri-santri
‫ رأيتُم المس>>>>لمين س>>>>وى زيد‬: Kalian melihat orang-orang
muslim, selain Zaid
7. La nafi jinis
a. Pengertian la nafi jinis
La nafi jinis adalah huruf nafi (‫ )ال‬yang masuk pada susunan
mubtada’ dan khobar. La nafi jinis memiliki amal seperti

40
inna, yakni “me-nashob-kan mubtada’ dan me-rofa’-kan
khobarnya”.
La nafi jinis bisa memiliki amal seperti inna, dengan
beberapa syarat:
1. Hanya masuk pada isim nakiroh (isim tanpa alif lam di
depannya), contoh:
‫ ال ط>>البين في الحم>>ام‬: Tiada beberapa santri-pun di kamar
mandi
2. La hanya sekali (tidak diulang), contoh:
‫ ال فقر أش ّد من الجهل‬: Tiada fakir yang lebih besar dari pada
kebodohan
b. Cara menyusun (tarkib) la nafi jinis
1. Buatlah susunan mubtada’ (dari isim tanpa alif lam) dan
khobar!
‫ رجل فى الفصل‬: ... lelaki dalam kelas
2. Lalu, berilah ‫( ال‬la nafi jinis) di depannya!
‫ ال رجل فى الفصل‬: Tiada seorang lelaki-pun, di dalam kelas
8. Munada
a. Pengertian munada
Munada adalah isim (nama orang) yang dipanggil dengan
menggunakan huruf Nida’, yaitu ‫( يا‬wahai!), contoh:
‫ يا عب َد هللا‬: Wahai, Abdullah!
‫ يا طالبا‬: Wahai, santri!
‫ عب َد هللا‬dan ‫ طالبا‬disebut munada.
41
b. Hukum kalimat munada (isim yang dipanggil) ada dua:
1. Munada yang dihukumi manshub ada tiga, yaitu:
a. Munada mudhof (‫)المنادى المضاف‬
Munada mudhof adalah panggilan yang ditujukan
untuk nama orang atau nama benda lain yang tersusun
dari dua kalimat, yaitu mudhof dan mudhof ilaih1.
Seperti, ‫ زين الع>>ارفين‬,‫ شمس ال>>دين‬,‫ توفيق الحمن‬,‫ عبد الحميد‬dan
lain sebagainya.
Munada mudhof wajib dihukumi manshbu. Contoh:
‫زين العارفين‬
َ ‫ يا‬: Wahai, Zainal Arifin!
‫شمس الدين‬
َ ‫ يا‬: Wahai, Syamsuddin!
‫ق الحمن‬
َ ‫ يا توفي‬: Wahai, Taufiqurrohman!
b. Munada nakiroh ghoiru maqshudah (‫)النكرة غير مقصودة‬
Munada nakiroh ghoiru maqshudah adalah panggilan
yang ditujukan untuk sekelompok orang secara umum,
bukan kepada salah satu dari mereka.
Munada nakiroh ghoiru maqshudah dihukumi
manshub. Contoh:
ْ ,‫ يا طالبا‬: Wahai, santri! Ambillah faidah!
‫خذ فائدة‬
‫ يا إمرأة‬: Wahai, perempuan!
c. Munada musyabbah bil mudhof (‫)المشبه بالمضاف‬
Munada musyabbah bil mudhof adalah panggilan yang
ditujukan untuk isim yang terbuat dari isim shifat

1
Mudhof dan mudhof ilaih akan dijelaskan pada bab Kalimat makhfudhot.

42
(shighot isim fa’il dan isim maf’ul) seperti, ,‫ طالع‬,‫قائم‬
‫ مض>>روب‬,‫ منصور‬, ‫عالم‬. Munada musyabbah bil mudhof
wajib dihukumi manshub. Contoh:
‫ يا طالعا جبال‬: Wahai, pendaki gunung!
‫ يا مضروبين في بطنه‬: Wahai, orang-orang yang dipukul
perutnya!

2. Munada yang dihukumi marfu’ ada dua:


a. Munada mufrod ‘alam (‫)مفرد علم‬
Munada mufrod ‘alam adalah panggilan yang
ditujukan untuk nama orang yang tidak terdiri dari
susunan mudhof-mudhof ilaih.
Munada mufrod ‘alam wajib dihukumi marfu’ dengan
harokat dhommah tanpa tanwin. Contoh:
‫ يا منصور‬: Hai, Mansur!
‫ يا عبّاس‬: Hai, Abbas!
‫ يا مقداد‬: Hai, Miqdad!
‫ يا فاطمة‬: Hai, Fathimah!
b. Munada nakiroh maqshudah (‫)نكرة مقصودة‬
Munada nakiroh maqshudah adalah panggilan yang
ditujukan untuk orang tapi ditentukan. Seperti Anda
memanggil “kepada seorang yang belum dikenal
namanya”.

43
Munada nakiroh ghoiru maqshudah wajib dihukumi
marfu’ dengan harokat dhommah tanpa tanwin.
Contoh:
ُ‫ يا إمرأة‬: Hai, perempuan! ‫نبي‬
ُّ ‫ يا‬: Wahai, Nabi!
‫ يا رج ُل‬: Hai, lelaki!
‫ يا ول ُد‬: Wahai, anak!

9. Maf’ul min ajlih


a. Pengertian maf’ul min ajlih
Maf’ul min ajlih adalah isim menerangkan sebab terjadinya
suatu pekerjaan. Maf’ul min ajlih wajib dihukumi manshub.
Contoh:
‫ ق>>ام الط>>البون إكراما ُألس>تاذهم‬: Para santri telah berdiri karena
menghormati guru mereka
Maf’ul min ajlih harus terbuat dari shigot mashdar.
b. Cara menyusun (tarkib) maf’ul min ajlih
1. Buatlah susunan fi’il fa’il, Lalu masukkan shigot
mashdar sebagai maf’ul min ajlih!
Contoh:
‫ تعلّمن>>>>>>ا إفراحا ألمنا‬: Kami belajar, karena ingin
menyenangkan ibu kami

‫ ق>رات البس>ملة عمال للس>نة‬: Saya membaca basmalah karena


mengamalkan hadis

44
10. Maf’ul ma’ah
a. Pengertian maf’ul ma’ah
Maf’ul ma’ah adalah isim yang menerangkan orang yang
ikut dalam sebuah pekerjaan. Di antara pekerja dan maf’ul
ma’ah dipisah oleh wawu ma’iyyah (wawu yang bermakna
‫ مع‬: bersama ). Contoh:
‫ تعلمت العلم و زيدا‬: Saya belajar ilmu bersama Zaid
lafadz ‫ زيدا‬dibaca manshub karena menjadi maf’ul ma’ah.
Dan huruf wawu-nya (‫ )و‬adalah wawu ma’iyyah
b. Syarat maf’ul ma’ah
1. Maf’ul ma’ah harus terletak setelah susunan fi’il- fa’il
dengan maf’ul bih atau tanpa maf’ul bih. Contoh:
‫ص ُر االستاذات و أخاك‬
ُ ‫ أن‬: Saya menolong beberapa ustadzah
bersama saudaramu
2. Wawu sebelumnya harus bermakna ‫( مع‬bersama).
c. Cara menyusun (tarkib) maf’ul ma’ah
1. Buatlah susunan fi’il- fa’il dengan maf’ul bih atau tanpa
maf’ul bih!
‫ رقد زيد‬: Zaid telah tidur...
2. Lalu, berilah wawu ma’iyyah dan maf’ul ma’ah
setelahnya!
‫الطالب رقد زيد‬
َ ‫ و‬: Zaid telah tidur bersama santri
11. Isim Tabi’ lil Manshub
a. Na’at
45
‫ نصرتم المؤمنين العادلين‬: kalian menolong orang-orang mu’min
yang adil
b. Athof
ّ : Sesungguhnya orang-orang
‫إن المؤم>>>نين والمؤمن>>>ات ن>>>اجحون‬
mu’min dan mu’minat semuanya sukses
c. Taukid
‫ فتحنا الباب عينه‬: Kami membuka pintu (bendanya)
d. Badal
‫ كان القارئ زيدا أخاك‬: Yang membaca adalah Zaid, Saudaramu

46
BAB I’ROB KHOFADH

A.Tanda-tanda I’rob Khofadh


Suatu kalimat dapat dihukumi makhfudh apabila terdapat tiga
tanda-tanda sebagai berikut:
1. ‫( كسرة‬Kasroh)
2. ‫ياء‬ (Ya’)
3. ‫( فتحة‬Fathah)
a. Kasroh: menjadi tanda i’rob khofadh dalam tiga tempat:
1. Isim mufrod, contoh:
‫ ذهب أخ>>>و زي>>>د الى المدرسة‬: Telah pergi saudaranya Zaid ke
madrasah
‫ س‬: ‫الطالب يأكل بالصحن‬antri Sedang makan dengan rantang
2. Jama’ Taksir
‫ أخذت الفائدة من الكتب‬: Saya mengambil fa’idah dari kitab-kitab
‫ الضوء من المصابح‬: Sinar itu Dari lampu-lampu
3. Jama’ mu’annats
‫ حصلت الرز من الطالبات‬: Saya mendapat nasi dari santriwati
‫ الطالبات من الحافظ>>ات‬: Santriwati adalah dari perempuan yang
menjaga diri
b. Ya’: menjadi tanda i’rob khofadh dalam tiga tempat:
1. Asma’ul Khomsah
‫ فهذا من أبي عمرو‬: Maka (benda) ini dari ayahnya Amar
2. Isim Tatsniyah
47
‫ فهو يجيئ من القريتين‬: Dia (laki-laki) datang dari dua kampung
3. Jama’ Mudzakkar Salim
‫ سرينا بالمسلمين‬: Kami berjalan dengan orang-orang muslim
c. Fathah: menjadi tanda i’rob khofadh dalam satu tempat:
1. Isim Ghoiru Munshorif
a. Isim Ghoiru Munshorif adalah isim yang tidak boleh
menerima tanwin di akhir kalimatnya.
b. Isim Ghoiru Munshorif sebagai berikut:
1. Nama yang di akhirnya terdapat alif dan nun, seperti:
ُ
‫ عثمان‬,‫غفران‬ ُ
,‫فرمان‬ ُ
,‫لقمان‬
2. Isim yang mengikuti wazan af’ala (‫ )أفعل‬seperti ‫أحم > ُد‬
(nama orang), ‫( أحضر‬warna hijau), ‫( اكب ُر‬Maha Besar)
3. Nama orang yang diakhiri dengan ta’ marbuthoh, seperti
ُ‫( طلحة‬nama laki-laki), ُ‫( ُم ِغيرة‬nama laki-laki), ‫( فاطمة‬nama
perempuan), ُ‫( خد يجة‬nama perempuan), ُ‫( حمزة‬nama laki-
laki).
4. Nama dari ajami, seperti , ‫ يعق>وب‬, ‫ إس>حاق‬, ‫ إس>ماعيل‬, ‫إبرهيم‬
‫ أيّوب‬, ‫ يوسف‬dan lain-lain.
5. Isim Jama’ Taksir Shigot Muntahal Jumu’ (‫ص>>يغة منتهى‬
‫)الجموع‬, yakni isim jama’ taksir yang mengikuti wazan
‫ فوا ِع ُل‬atau wazan ‫ مفاعل‬, ‫ مفاعيل‬dan wazan-wazan shighot
muntahal jumu’ yang lain. Contoh: ‫ مضارب‬,‫ فواتح‬,‫مناصير‬
2. Isim Ghoiru Munshorif seperti yang disebutkan di atas,
apabila dihukumi makhfudh (khofadh), maka tanda khofadh-
48
nya dengan fathah jika tidak diberi alif lam di depannya.
Contoh:
‫ أنا من مساج َد‬: Saya dari beberapa masjid
‫ مررت بأحم َد‬: Saya berjalan bertemu dengan Ahmad
‫لقمان‬
َ ‫ هذا من‬: Ini (benda) dari Luqman
َ‫ عن عائشة‬: Dari ‘A’isyah
3. Apabila isim Ghoiru Munshorif itu diberi alif lam, maka
dihukumi makhfudh dengan kasroh. Contoh:
‫األخضر‬
ِ ‫ب‬
ِ ‫ من الثو‬: Dari Baju yang berwarna hijau
‫الى المنازل‬ : Ke rumah-rumah
‫من المغيرة‬ : Dari al-Mughiroh

B.Isim-isim Yang Dihukumi Makhfudh


1. Isim Yang Kemasukan Huruf Khofadh
Kalimat isim yang dihukumi makhfud apabila kemasukan salah
satu dari huruf khofadh. Contoh:
‫ من المدرسة‬: Dari Madrasah
‫ الى المعهد‬: Ke Pondok
‫ بالمسلمين‬: Dengan orang-orang muslim
‫ اكتُبْ بالقلمين‬: Tulislah dengan dua pulpen!
‫ سرينا بأبي بكر‬: Kami berjalan bertemu dengan Abu Bakar
‫ عن ابراهيم‬: Dari Ibrohim
‫ رب رجل كريم‬: Banyak lelaki yang mulia
2. Idhofah
49
a. Pengertian Idhofah
Idhofah adalah penggabungan dua isim menjadi satu, dalam
bahasa Indonesia contohnya adalah “kamar mandi” yang
berasal dari dua kata yaitu “kamar” dan “mandi”. Contoh:
‫ كتاب األستا ِذ‬: Kitabnya Ustadz
Lafadz ‫ كت>>اب‬disebut dengan mudhof. Hukumnya isim yang
menjadi mudhof tergantung dari amil sebelumnya (bisa marfu’
atau manshub).
Lafadz ‫ األس>>تا ِذ‬disebut mudhof ilaih. Hukumnya isim yang
menjadi mudhof ilaih harus makhfudh (khofadh).
b. Syarat Idhofah
1. Isim yang menjadi mudhof tidak boleh menerima alif lam
atau tanwin.
2. Isim yang menjadi mudhof ilaih harus dihukumi makhfudh.
Contoh:
‫الحبر هذا‬
ِ ‫ قلم‬: Ini spidol
ُ
‫رأيت‬ ‫ بيت المؤمنين‬: Saya melihat rumahnya orang mu’min
‫ ولد أبيك زيد‬: Zaid adalah anak ayahmu
ُ‫ بنت األبوين فاطمة‬: Fathimah adalah anak papi mami
3. Isim Tabi’ lil Makhfudh
a. Na’at
‫ من الطالبين الناجحين‬: Dari santri-santri yang sukses
b. Athof
‫ من زيد و أبي بكر‬: Dari Zaid dan Abu Bakar
50
c. Taukid
‫ مررت بالطالبين كلِّهم‬: Saya lewat, bertemu dengan santri-santri,
seluruhnya
d. Badal
‫ ذالك من زيد أخي مح ّمد‬: Itu dari Zaid, Saudara Muhammad

51
BAB I’ROB JAZM
A.Tanda-tanda I’rob Jazm
Suatu kalimat dapat dihukumi majzum (dibaca jazm) apabila
terdapat dua tanda-tanda sebagai berikut:
1. Sukun (‫)السكون‬
2. Hadzfu (‫)الحذف‬
a. Sukun: menjadi tanda i’rob jazm dalam satu tempat, yaitu:
1. Fi’il Mudhori’ yang tidak bersambung dengan Syai’, contoh:
‫ لم يرق ْد‬: Dia (laki-laki) belum tidur
ْ‫ ل ّما أغتسل‬: Aku belum mandi
b. Hadfu (Membuang), ada dua: yaitu
1. Hadzfun Nun (membuang nun), menjadi tanda i’rob jazm
bagi Fi’il Mudhori’ yang bersambung dengan syai’ (af’alul
khomsah), contoh:
‫ لم يجلسا‬: Mereka berdua belum duduk
‫ ل ّما يتعلّموا‬: Mereka (laki-laki banyak) belum belajar
2. Hadfu Harfil illat (membuang huruf illat) menjadi tanda bagi
Fi’il Mudhori’ mu’tal akhir (‫)المعت ّل األخر‬.
Fi’il Mudhori’ mu’tal akhir adalah fi’il mudhori’ yang di
akhirnya berupa huruf illat yang tiga (‫ ياؤ‬,‫ واو‬,‫)الف‬
contoh:
‫يرم‬
ِ ‫ لم‬: Dia (laki-laki) tidak melempar

52
Asalnya adalah ‫>رمي‬
ْ >‫ ي‬, kemudian ya’-nya dibuang (hadzfu)
karena dihukumi majzum.
ُ ‫ لم يد‬: Dia (laki-laki) tidak memanggil
‫ع‬
Asalnya adalah ‫>دعو‬
ْ >‫ ي‬kemudian wawu-nya dibuang (hadzfu)
karena dihukumi majzum.
‫ ل ّما ير َعى‬: Belum merumput
Asalnya adalah ‫ ي>>ر َعى‬kemudian alif-nya dibuang (hadzfu)
karena dihukumi majzum.
B.Fi’il yang dihukumi majzum
Fi’il mudhori’ yang dihukumi majzum apabila kemasukan amil-
amil jazm, seperti: ‫ ال َّما‬, ‫ ل ّما‬, ‫ لم‬dan lain-lain. Contoh: ْ‫ لم يضرب‬,

(08- 08-2018)

‫واهلل سبحانه و تعالى أعلم‬

53
54
55
56

Anda mungkin juga menyukai