Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

FAIL

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah


Bahasa Arab ( NAHWU )

Dosen Pengampuh :
Prof.Dr.Sabaruddin Garancang, M.A

Disusun Oleh :

KUMAR MANDANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Bahasa arab merupakan bahasa yang penting dalam agama islam,


dimana bahasa ini memiliki perbedaan dengan bahasa lainya baik bahasa
Indonesia maupun bahasa inggris. Dalam bahasa ini memiliki kaidah-
kaidah bahasa tersendiri dan berbeda juga dengan bahasa yang lain,
dimana bahasa-bahasa lain lebih bersifat sederhana, dan hal ini berbeda
dengan bahasa arab yang lebih kompleks dalam kaidah kebahasanya.

Kita sebagai calon guru agama islam haruslah memahami kaidah-


kaidah bahasa arab, sehingga lebih memudahkan kita dalam memahami
nash dan hadist, dengan kepahaman terhadap bahasa arab ini juga dapat
memudahkan kita dalam mengajar kelak. Dalam makalah in kami
mencoba mendiskripsikan kaidah bahasa yang disebut dengan Fail, dan
semoga dengan memberikan pendiskripsian ini membuat kita lebih
memahami kaidah bahasa dalam bahasa arab.

2. Rumusan Masalah
1.Apa penegertian dari Fail ?
2. apa saja pembagian-pembagian dalam Fail?
3. apa saja ketentuan – ketentuan dalam fail?

3. Tujuan

1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan Fail.


2. Untuk mengetahui apa pembagian-pembagian dalam fail

3. untuk menentukan ketentuan- ketentuan dalam fail

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fail
Fa‘il menurut bahasa artinya adalah ―pelaku‖, sedangkan menurut ahli
nahwu fa‘il adalah:

ُ ّ‫ان َفا ِػ ُم ْ َُو اإل ْسى ُ ان ًَ ْش ُف ْوعُ ان ًَ ْز ُك ْو ُس َق ْث َهُّ فِؼْ ُه‬


“Fa’il ialah isim yang dibaca rofa’ yang mana fi’ilnya disebut terlebih
dahulu sebelum fa’il”
Contoh:
‫َجاء ُي َح ًَّذ‬
‫ َجا َء‬adalah fi‘il madhi, ‫ ُي َح ًَّذ‬adalah fa‘il (pelaku) yang mana disebut
setelah fi‘il madhi, dan fa‘il dibaca rofa‘, tanda rofa‘nya dhommah
karena termasuk isim mufrod (isim yang menunjukan arti satu)
َ ‫َجاءان‬
ٌ‫طا ِن َثا‬
Lafadz ٌ‫ا‬ َ ‫ ان‬adalah fa‘il (pelaku), dibaca rofa‘, tanda rofa‘nya adalah
ِ ‫طا ِن َث‬
ditambah dengan alif karena termasuk isim tasniyah (isim yang
menunjukan arti dua).
ُ ‫َجاء انطُ ََّّل‬
‫ب‬
ُ ‫ انطُ ََّّل‬adalah fa‘il, dibaca rofa‘, tanda rofa‘nya dhommah karena
Lafadz ‫ب‬
termasuk jamak taksir (isim yang menunjukan arti banyak dan tak
beraturan)
ٌ‫َجاءان ًُ ْس ِه ًُ ْو‬
Lafadz ٌَ‫ ان ًُ ْس ِه ًُ ْو‬adalah fa‘il, dibaca rofa‘, tanda rofa‘nya ditambah huruf
wawu karena termasuk jamak mudzakkar salim (isim yang menunjukan
arti banyak yang dikhususkan untuk lelaki dengan menambahkan huruf
wawu dan nun, atau menambahkan huruf ya dan nun di akhir kata
‫ان ًُ ْس ِه ًَاتُ َجا َء‬
Lafadz ُ‫ ان ًُ ْس ِه ًَات‬adalah fa‘il, dibaca rofa‘, tanda rofa‘nya dhommah karena
termasuk jamak muannats salim (isim yang menunjukan arti banyak yang
dikhususkan untuk perempuan dengan menambahkan huruf alif dan ta di
akhir kata).

Nah, dari kelima contoh fa‘il di atas semuanya dibaca rofa‘, karena
memang fa‘il (subjek/pelaku) dalam Bahasa Arab selamanya HARUS
dibaca ROFA‘, dan ini menjadi kaidah yang paten dan resmi tertulis
dalam ilmu nahwu, kata nadzim:

Fa’il adalah isim yang mutlak dirofa’kan oleh fi’ilnya, dan fi’il (kata
kerja) terletak sebelum fa’il.

Dari pengertian di atas, sudah sangat jelas bahwa fa’il ini


termasuk isim atau kata benda, dan dibaca rofa‘ oleh karena fi‘ilnya
(maksudnya adalah fa‘il dibaca rofa karena ia menjadi fa‘il, dan fa‘il
tidak akan menjadi fa‘il jika tidak ada fi‘il, oleh karena itu, fa‘il dibaca
rofa‘ oleh karena fi‘il).

B. Pembagian Fa’il dan Ketentuanya

َ ‫ )ان‬dan mudhmar
Fa‘il sendiri dibagi menjadi dua, yaitu dhohir ( ‫ظا ِْ ُش‬
(‫ض ًَ ُش‬
ْ ًُ ‫)ان‬, berikut penjelasannya:
َ ‫)ال‬
1. Dhohir (ُ‫ظا ِهر‬

Pembagian fa‘il yang pertama adalah dhohir, dhohir sendiri menurut


bahasa artinya adalah nampak atau jelas, sedangkan menurut istilah fa‘il
dhohir adalah seperti yang disebutkan dalam kitab al-jurumiyah:

‫َياد َ َّل ػَ َهى ُيسَ ًَّاِ ُ ت ِ ََّل َقيّ ِ ٍذ َكضَ ْي ٍذ َو َس ُج ٍم‬


fa’il dhohir adalah lafadz yang menunjukan pada yang disebutkan tanpa
ikatan, seperti lafadz ‫( صَ يْذ‬zaid:nama orang) dan ‫( َس ُجم‬seorang laki-laki).

َ َ‫ق‬
‫او صَ يْذ‬

َ َْ‫ر‬
‫َة ُي َح ًَّذ‬

‫سانَ َة‬
َ ‫انش‬ َ ‫َكح‬
ِ ‫َة َيحْ ًُ ْود‬

َ ‫قَ َشأ َ أَحْ ًَذ ُ ان ِكح‬


‫َاب‬

‫ة‬ َ ‫َجا َء ان‬


ُ ‫طا ِن‬

ُ ‫َجاء انطُ ََّّل‬


‫ب‬

ٌ‫ا‬ َ ‫َة ان‬


ِ َ‫طا ِنث‬ َ َْ‫ر‬

Contoh-contoh di atas sudah sangat jelas tentunya bahwa fa’il dhohir


adalah fa’il yang langsung disebutkan di dalam kalimat, dan langsung
tertuju pada fa’il tersebut, tanpa ada perantara dan tanpa ikatan
apapun.

ْ ‫)الم‬
2. Mudhmar(ُ‫ض َمر‬
Pembagian fa‘il yang kedua adalah mudhmar, mudhmar sendiri
menurut bahasa artinya adalah ‗yang tersembunyi‘, sedangkan menurut
istilah fa‘il mudhmar adalah seperti yang disebutkan dalam kitab al-
jurumiyah:

ٍ‫َيا د َ َّل ػَ َهى ُيحَ َك ّ ِه ٍى َأ ْو ُيخَا َطةٍ َأ ْو غَائِة‬

Fa’il mudhmar adalah lafadz yang menunjukan kepada kata ganti orang
yang berbicara (dhomir Mutakallim), kata ganti orang yang diajak
bicara (dhomir mukhotob), atau kata ganti orang yang tidak ada (dhomir
ghoib, contoh: dia & mereka).

a. Dhomir mutakallim (‫ )الضمير ُالمتكلم‬dibagi menjadi dua, yaitu dhomir


mutakallim wahdah ―ِ‫ ‖ضًيش يحكهى وحذ‬dan mutakallim ma‘al ghoir ‗ ‫يحكهى‬
‫‘يغ انغيش‬.

 Dhomir Mutakallim Wahdah yaitu kata ganti orang yang berbicara


‗mutakallim‘ menunjukan arti satu atau sendiri contohnya ‫أََا‬
(saya), tapi ketika ia menjadi fa‘il pada fi‘il madhi maka diganti
dengan ta‘ ta‘nits yang berharokat dhommah ُ‫ ت‬yang di letakan di
akhir kata, lalu huruf sebelum ta‘ harus disukun, contoh:
 ‫‗ فَح َ َح‬dia telah membuka‗ —> menjadi ُ‫‗ فَحَحْ ث‬saya telah membuka‘.
berikut ini contoh mutakallim wahdah ketika menjadi fa‘il dalam
َ ‫فَحَحْ ــثُ ان ِكح‬
sebuah kalimat lengkap: ‫َاب‬ Saya membuka bukujadi
fa‘il dari contoh di atas adalah huruf ُ‫ ت‬yang berarti dhomir
mutakallim wahdah artinya ―Saya‖
sedangkan ketika menjadi fa‘il pada fi‘il mudhore‘ maka
tambahkan huruf hamzah ‫ أ‬di awal kata, contoh:

َ ‫فَحَحْ ــثُ ان ِكح‬


‫َاب‬ saya telah membuka buku

 Mutakallim ma‘al goiri

yaitu kata ganti orang yang berbicara ‗mutakallim‘ menunjukan


arti sendiri berserta lainnya (maksudnya menunjukan arti orang
banyak), contoh: ٍُ ْ‫( ََح‬kami / kita), tapi ketika ia menjadi fa‘il pada
fi‘il madhi maka diganti dengan nun dan alif yang diletakan di
akhir kata lalu huruf sebelum nun alif berharokat sukun,

contoh:
ُ‫‗ فَت َ َح‬dia telah membuka‗ —> menjadi ‫‗ فَتَحْ نَا‬Kami telah
membuka’. berikut ini contoh mutakallim ma‘al ghoir ketika
menjadi fa‘il dalam sebuah kalimat lengkap:

‫َاب َفحَحْــ َنا‬


َ ‫ ان ِكح‬Kami membuka buku

jadi fa‘il dari contoh di atas adalah huruf ‫ ََا‬yang berarti dhomir
mutakallim ma‘al ghoir artinya ‗kami‗
sedangkan ketika menjadi fa‘il pada fi‘il mudhore‘ maka
tambahkan huruf nun ٌ di awal kata, contoh:
َ ‫ َنــ ْفحَ ُح ان ِكح‬Kami sedang memuka buku
‫َاب‬

b. Dhomir Mukhotob (‫)الضميرُالمخاطب‬


yaitu kata ganti orang yang diajak bicara atau lawan bicara, berikut ini
dhomir mukhotob:

• َ‫ أ َْث‬Kamu (laki-laki)‘ —> ditunjukan untuk seorang mukhotob


laki-laki. ketika menjadi fa‘il dalam fi‘il madhi maka menjadi َ‫ت‬
yang berharokat FATHAH, contoh: َ‫رَ َْثْــث‬ Kamu (laki-laki)
sudah pergi
sedangkan ketika menjadi fa‘il pada fi‘il mudhore‘, maka
tambahkan huruf ta ُ ْْ‫ ج َــز‬Kamu (laki-
diawal kata, contoh: ‫َة‬
laki) sedang pergi
• ِ‫‗ أ َْث‬Kamu (perempuan)‘ —> ditunjukan untuk seorang mukhotob
perempuan. ketika menjadi fa‘il dalam fi‘il madhi maka menjadi ‫ت‬
ِ
yang berharokat KASROH, contoh: ِ‫ رَ َْثْــث‬Kamu (perempuan)
sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa‘il pada fi‘il mudhore‘, maka
tambahkan ta َ‫ ت‬di awal kata, dan tambahkan juga ya dan nun ٍَْ‫ ي‬di
akhir kata, dan huruf sebelum ٍَْ‫ ي‬harus berharokat kasroh, contoh:
ٍَْ‫ ج َــزْ َْ ِثــي‬Kamu (perempuan) sedang pergi
• ‫‗ أ َْح ُ ًَا‬Kamu berdua‘ —> ditunjukan kepada dua orang, baik laki-
laki maupun perempuan. Ketika menjadi fa‘il dalam fi‘il madhi
maka menjadi ‫ج ُ ًَا‬, contoh:
‫رَ َْثْــح ُ َى‬Kamu berdua sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa‘il di fi‘il mudhore, maka tambahkan
ta َ‫ ت‬di awal kata, dan tambahkan juga alif dan nun ٌ‫ ا‬di akhir
kata, contoh:
ِ َ‫ ج َــزْ َْث‬Kamu berdua sedang pergi
ٌ‫ــا‬
• ‫‗ أ َْح ُ ْى‬kalian (laki-laki)‘ —> ditunjukan untuk orang banyak
mukhotob laki-laki, ketika menjadi fa‘il dalam fi‘il madhi maka
menjadi ‫ج ُ ْى‬, contoh:
‫ رَ َْثْــح ُ ْى‬Kalian (laki-laki) sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa‘il di fi‘il mudhore‘, maka tambahkan
ta َ‫ ت‬di awal, dan tambahkan juga wawu dan nun ٌَ‫ ْو‬di akhir kata,
dan beri harokat dhommah sebelum wawu contoh:
ْ ‫ ج َــزْ َْث‬Kalian (laki-laki) sedang pergi
ٌَ‫ُــو‬
• ٍَّ ُ ‫‗ أ َْح‬kalian (perempuan)‘ —> ditunjukan untuk orang banyak
mukhotob perempuan, ketika menjadi fa‘il dalam fi‘il madhi maka
menjadi ٍَّ ُ ‫ج‬, contoh:
ٍَّ ُ ‫ رَ َْثْــح‬Kalian (perempuan) sudah pergi
Sedangkan ketika menjadi fa‘il di fi‘il mudhore‘, maka tambahkan
ta di awal kata, lalu tambahkan nun di akhir kata, contoh:
ٍ‫ج َــزْ َْثْــ‬Kalian (perempuan) sedang pergi
c. dhomir mukhotab (‫)انضًيشانغية‬
dhomir ghoib yaitu kata ganti orang yang tidak ada atau ghoib,
yaitu dia dan mereka. Berikut ini dhomir ghoib:
• ‫‗ ْ َُو‬Dia (laki-laki)‘ —> ditunjukan untuk kata ganti orang yang
tidak ada ‗dia (laki-laki)‘. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya
fi‘il madhi dan fi‘il mudhore‘, pada awal bentuk kedua fi‘il
tersebut sebenarnya sudah mempunyai fa‘il yang
tersembunyi,yaitu ‫‗ ْو‬dia‘.
• َ َْ‫ ر‬DIA (laki-laki) telah pergi
contoh: ‫َة‬
َ َْ‫ ر‬DIA (laki-laki) telah pergi
‫َة‬
ُ ْْ‫ يَز‬DIA (laki-laki) sedang pergi
‫َة‬
• ‫ي‬
َ ِْ ‗Dia (perempuan)‘ —> ditunjukan untuk kata ganti orang yang
tidak ada ‗dia (perempuan)‘. Nah, dalam Bahasa Arab ada namanya fi‘il
ْ
madhi dan fi‘il mudhore‘, ketika fi‘il madhi maka tambahkan ta ta‘nits ‫ت‬
di akhir kata, dan ketika menjadi fa‘il di fi‘il mudhore maka tambahkan
ta berharokat fathah َ‫ ت‬di awal kata . contoh:
ْ َ‫ رَ َْث‬DIA (perempuan) telah pergi
‫ث‬
ُ ْْ‫ جَز‬DIA (perempuan) sedang pergi
‫َة‬

• ‫‗ ُْ ًَا‬Mereka berdua‘ —> ditunjukan kepada dua orang yang tidak


ada atau ghoib, baik laki-laki maupun perempuan, ketika menjadi fa‘il
pada fi‘il madhi maka menggunakan alif di akhir fi‘il, contoh:
‫ رَ َْ َثــا‬Mereka berdua telah pergisedangkan ketika menjadi fa‘il pada fi‘il
mudhore‘ maka menggunakan huruf ya di awal kata dan tambahkan
huruf alif dan nun di akhir kata, contoh:
ِ ‫ َيـزْ َْ َث‬Mereka berdua sedang pergi
ٌ‫ــا‬
• ‫‗ ُْ ْى‬Mereka (laki-laki)‘ —> ditunjukan kepada orang banyak yang
tidak ada atau ghoib untuk laki-laki. ketika menjadi fa‘il di fi‘il madhi
maka tambahkan huruf ‫ وا‬di akhir kata dan ubah harokat akhir menjadi
dhommah, contoh:
ْ ‫ رَ َْث‬Mereka (laki-laki) telah pergi
‫ُــوا‬
sedangkan ketika menjadi fa‘il di fi‘il mudhore‘ maka menggunakan
huruf ya di awal kata dan tambahkan huruf ٌ‫ و‬pada akhir kata, contoh:
ْ ‫يَــزْ َْث‬Mereka (laki-laki) sedang pergi
ٌَ‫ُــو‬
• ٍَُّ ْ ‗Mereka (perempuan)‘ —> ditunjukan kepada orang banyak
yang tidak ada atau ghoib untuk perempuan. ketika menjadi fa‘il di fi‘il
madhi maka beri harakat sukun pada huruf akhir dan tambahkan huruf
nun di akhir kata, contoh:
ٍَ‫رَ َْثْــ‬Mereka (perempuan) telah pergisedangkan ketika menjadi fa‘il di
fi‘il mudhore‘ maka tinggal di beri huruf ya di awal, harokat sukun pada
fa‘ fi‘il, dan beri harakat sukun pada huruf akhir dan tambahkan huruf
nun di akhir kata, contoh:
ٍَ‫يَــزْ َْثْــ‬Mereka (perempuan) sedang pergi

C. Ketentuan-Ketentuan Fa’il

1. Fa‘il selalu marfu‘ dan terletak setelah fi‘il ma‘lum, baik secara
langsung atau tidak. Contoh:

ُ ‫َس َج َغ أَحْ ًَذ ُ ِيٍَ ْان ًَس ِْج ِذ – َس َج َغ ِيٍَ ْان ًَس ِْج ِذ أَحْ ًَذ‬

2. Apabila Fa‘il berbentuk mufrad, mutsana, atau jama‘ maka fi‘ilnya


tetap mufrad. Contoh:

ٌَ‫اٌ – َجا َء ْان ًُ ْس ِه ًُ ْو‬


ِ ًَ ‫َجا َء ْان ًُ ْس ِه ُى – َجا َء ْان ًُ ْس ِه‬

3. Fi‘il dan fa‘il harus sama dalam mudzakkar atau muannatsnya.


Contoh:

ُ‫اط ًَة‬ ْ ‫َجا َء أَحْ ًَذ ُ – َجائ‬


ِ َ‫َث ف‬

4. Boleh tidak sama muannats dan muadzakarnya antara fi‘il dan fa‘il
apabila:
1. Fa‘ilnya muanats yang terpisah dari fi‘ilnya. Contoh:
ِ َ‫سافَ َش أ َ ْي ِس ف‬
ُ‫اط ًَة‬ ِ َ‫ت أ َ ْي ِس ف‬
َ – ُ‫اط ًَة‬ ْ ‫سافَ َش‬
َ
2. Fa‘ilnya berupa isim muanats majazi. Contoh:
‫س‬
ُ ًْ ‫ش‬ َ –‫س‬
َّ ‫طهَ َغ ان‬ َّ ‫ث ان‬
ُ ًْ ‫ش‬ َ
ِ َ‫طهَؼ‬
3. Fa‘ilnya berupa jama‘ taksir. Contoh:
ُ‫ث ْان ًَ ََّلئِ َكةُ – قَا َل ْان ًَ ََّلئِ َكة‬
ِ َ‫قَان‬

5. Wajib mengta‘nitskan fi‘il apabila:Fa‘ilnya berupa isim zhahir


muanats haqiqi. Contoh:

ُ‫اط ًَة‬ ْ ‫س ِْ ُْذ – َجائ‬


ِ َ‫َث ف‬ ُ ‫جَجْ ِه‬

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Fail merupakan isim marfu‘ (yang di baca rofa‘) yang menjadi pelaku
pekerjaan, kedudukan terletak setelah fiil atau syibhulfiil. Dalam fail
terdapat ketentuan ketentuan yang harus kita pahami, seperti apa yang
dipaparkan diatas jika failnya muannast, maka fiinya harus diberi tanda
muannats, sedangakan untuk fiil mudhori‘ menggunakan huruf
mudhora‘ah ta‘. Fail dibagi menjadi dua yaitu isim zhohir dan isim
dhomir. Fail isim zhohir adalah fail yang tidak berupa kata ganti. Fail
isim dhomir adalah fail yang berupa kata ganti baik orang pertama,
kedua, dan ketiga.,
Daftar pustaka

Amiruddin. 1989. Tuntunan Tata Bahasa Arab, Terjemahan Kitab


Mutammimah. Surabaya: Al-Ihsan.
Anwar, Moch. 1995. Revisi Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-
Jurumiyah dan Imrithy Berikut Penjelasan. Cet VI. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai