Anda di halaman 1dari 5

Jumlah yang dimaksud di sini adalah bahasa arab yang artinya kalimat.

Jadi, teman teman jangan


terkecoh ya. Jumlah dalam bahasa Indonesia memiliki makna yang merujuk pada sebuah angka,
namun di sini bermakna kalimat atau lafadz. Jika disebut jumlah maka yang dimaksud adalah jumlah
mufidah (kalimat sempurna). Sehingga susunan kalimatnya terdiri dari 2 kata atau lebih.

Jumlah (‫ )الجملة‬atau bisa disebut juga dengan Kalam ( ُ‫ ) الَكاَل م‬adalah susunan kata atau lafadz ( ُ‫) َك ِلَم ة‬
yang mempunyai arti sempurna ( ُ‫) ُمِفيَد ة‬. Jadi ketika orang yang sedang berbicara telah selesai maka
kita sebagai pendengar akan langsung memahami apa yang ia katakan.

Jumlah atau kalam terbagi menjadi 2 yaitu Jumlah Fi'liyah ( ٌ‫ ) ُج ْم َلٌة ِفْع ِلَّية‬dan Jumlah Ismiyah ( ٌ ‫ُج ْم َلٌة‬
‫ِاْس ِم َّية‬
1. Mengenal Jumlah Fi'liyah ( ‫)جملة فعلية‬

Jumlah fi'liyah adalah susunan kata atau kalimat sempurna yang diawali dengan fi'il ( ٌ‫) ِفْع ل‬. Fi'il
artinya kata kerja atau kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang terjadi. Apabila ada
fi'il atau kata kerja maka harus ada faa'il ( ٌ‫) َفاِع ل‬. Apa itu Fa'il? Fa'il artinya pelaku bisa berupa nama
orang atau berupa dhomir. Contohnya:

 َ‫ َكَتَب َع ِلُّي َالَّدْر س‬artinya "Ali Telah Menulis Pelajaran"


 َ‫ َيْكُتُب َع ِلُّي َالَّدْر س‬artinya "Ali Sedang Menulis Pelajaran atau Ali Akan Menulis Pelajaran"
 َ! َ‫ َيا َع ِلُّي ُاْكُتْب َالَّدْر س‬artinya "Hai Ali, Tulislah Pelajaran itu!"

Itulah pengertian dari jumlah fi'liyah. Adapun Fi'il (‫ )فعل‬ada bermacam macam dan memiliki
pengertian masing masing. Agar teman teman bisa menyusun jumlah fi'liyah dengan sempurna maka
wajib tahu apa saja fi'il itu. Silakan baca artikel kami yang berjudul pengertian dan macam macam fi'il
dalam kaidah nahwu.

2. Mengenal Jumlah Ismiyah ( ‫)جملة اسمية‬


Jumlah Ismiyah adalah kalimat sempurna yang diawali dengan isim (kata benda, nama orang),
kalimat sempurna tersebut tersusun dari mubtada' dan khobar. Dalam bahasa arab, mubtada'
bertugas sebagai subyek yang mana ia harus memiliki beberapa karakter atau sifat yakni tanda
i'robnya berupa rofa' dan harus ma'rifat (kata khusus atau spesifik alias bukan umum) contohnya
berupa nama orang, dhomir atau kemasukan huruf alif dan lam.

Sedangkan khobar menjadi predikat yang tugasnya memberi keterangan atau menjelaskan keadaan
mubtada' (subyek). Khobar juga memiliki karakter atau sifat yaitu harus nakiroh (kata umum) dan
tanda i'robnya juga berupa rofa'. Karena khobar wajib mengikuti mubtada'.

Jadi ketika mubtada' berupa mudzakkar (laki laki) maka khobar juga harus mudzakkar (laki laki), jika
mubtada' mufrad (sendiri atau satu) maka khobar juga harus mufrad, jika mubtada'
berupa mutsanna (dua) maka khobar juga harus mutsanna, jika mubtada' jamak (lebih dari 2) maka
khobar harus jamak juga, begitu seterusnya. Contohnya:
 ٌ‫ َاْلَو َلُد َم اِهر‬artinya "Anak Laki Laki Itu Pandai". ُ‫ َاْلَو َلد‬sebagai mubtada' (subyek) berupa isim
mufrad yang kemasukan alif lam dan ٌ‫ َم اِهر‬sebagai khobar (predikat) berupa mufrad (bersifat
satu) karena kata ‫ الولد‬bersifat satu orang, maka khobarnya harus bersifat satu juga (mufrad).
 َ‫ َنْح ُن ُمَع ِّلُم ْو ن‬artinya "Kami Adalah Pengajar atau Guru". ُ‫ َنْح ن‬sebagai mubtada' (subyek) berupa
isim jamak dalam bentuk dhomir dan َ‫ ُم َعِّلُم ْو ن‬sebagai khobar (predikat) berupa jamak juga.
 ٌ‫ ُمَحَّم ٌد َطاِلب‬artinya "Muhammad Adalah Seorang Murid". ‫ محمد‬sebagai mubtada' berupa isim
nama orang berjumlah 1 dan ‫ طالب‬sebagai khobar. Karena "Muhammad" nama untuk 1 orang
maka khobarnya berupa mufrad (bersifat satu atau sendiri).

Alhamdulillah telah selesai pembahasan kita terkait jumlah (kalimat) dan pembagiannya. Semoga
sampai di sini teman teman sudah bisa memahaminya. Apabila masih belum paham, silakan bertanya
melalui kolom komentar. Selanjutnya kita akan membahas syibhul jumlah.

Mengenal Syibhul Jumlah ( ِ‫ ) ِش ْبُه اْلُج ْم َلة‬Dalam Kaidah Nahwu


Syibhu artinya mirip. Maka syibhul jumlah diartikan mirip jumlah. Kemiripannya adalah kalimatnya
juga tersusun dari 2 kata atau lebih. Namun bedanya adalah apabila jumlah (kalimat) itu susunannya
sempurna dan bisa dipahami maka syibhul jumlah itu susunannya belum sempurna sehingga belum
bisa dipahami dengan baik.

Susunan kata syibhul jumlah ada 2 kategori yaitu terdiri dari Dhorof (‫ )ظرف‬+ Mudhof Ilaihi ( ‫مضاف‬
‫ )اليه‬dan terdiri dari Jar (‫ )جار‬+ Majrur (‫)مجرور‬. Dhorof ialah keterangan tempat atau waktu
sedangkan mudhof ilaihi adalah yang disandarkan padanya. Adapun jar adalah huruf sedangkan
majrur adalah isim yang terletak setelah huruf jar, umumnya ditandai dengan harakat kasrah pada
akhir kata. Contohnya:

 Syibhul jumlah yang terdiri dari dhorof (keterangan tempat) + mudhof ilaihi (yang
disandarkan): ِ‫ َج ا ِنَب اْلَم ْس ِج د‬artinya "Di samping Masjid". ‫ جانب‬adalah dhorof (berupa
keterangan tempat) dan ‫ المسجد‬adalah mudhof ilaihi. Contoh syibhul jumlah yang terdiri
dhorof (keterangan waktu) + mudhof ilaihi : ِ‫ َبْع َد الُّص ْبح‬artinya "Sesudah Subuh". ‫ بعد‬adalah
dhorof (berupa keterangan waktu) dan ‫ الصبح‬adalah mudhof ilaihi.
 Syibhul jumlah yang terdiri dari jar (huruf) dan majrur : ِ‫ َع َلى اْلَم ْك َتب‬artinya "Di atas
Meja". ‫ َع َلى‬adalah huruf Jar dan ِ‫ اْلَم ْكَتب‬adalah majrur yang mana harakat akhirnya berupa
kasroh karena sebelumnya ada huruf jar.

Nah, dari contoh kalimat di atas itu memiliki arti yang belum sempurna, kita ambil salah satu contoh
misalnya "Di atas Meja". Kalimat tersebut jelas belum bisa dipahami apa maksudnya. Apa yang ada di
atas meja? Oleh sebab itu syibhul jumlah masih membutuhkan kata atau lafadz lain untuk
menyempurnakan agar bisa dipahami oleh pendengar. Misalnya: ِ‫ َالَّطَع اُم َع َلى اْلَم ْك َتب‬artinya "Makanan Itu
Di atas Meja"

Mengapa Ta’alluq Syibhul Jumlah Penting ?

Syibhul jumlah adalah tarkib (struktur) yang terdiri dari dua kata atau lebih, tetapi tidak bisa
digolongkan ke dalam murokkab isnadi.
Ia dinamakan syibhul jumlah karena susunannya menyerupai (‫ )ِش ْبٌه‬bentuk suatu kalimat (‫)ُج ْم َلٌة‬,
yakni sama-sama terdiri dari dua kata (jumlah/kalimat juga terdiri dari 2 kata yakni fi’il & fa’il atau
mubtada & khabar). Syibhul Jumlah dapat berupa murokkab idhofi, bayani atau athafiy

Bedanya adalah syibhul jumlah ini belum memberikan makna yang lengkap atau belum mufid
seperti jumlah mufidah (kalimat lengkap)

Misalnya `‫( إلى المدرسة‬ke sekolah) berpotensi menimbulkan kebingungan si pendengar. Untuk
itulah syibhul jumlah perlu dilengkapi dan dikaitkan dengan unsur kata pokok lainnya dalam
kalimat misalnya :
‫ذهبُت `إلى المدرسة‬
Aku telah pergi ke sekolah
Untuk itulah, setiap syibhul jumlah, sebisa mungkin diupayakan agar memiliki ta’alluq/keterikatan
dengan lafazh lainnya dalam contoh jumlah tersebut.

Syibhul jumlah tersebut bisa memiliki ta’alluq kepada fi’il, isim fi’il, isim musytaq, mashdar atau
isim jamid mu’awwal bil musytaq.

Yang dimaksud dengan Ta’alluq secara sederhana adalah hubungan keterkaitan antara syibhul
jumlah dengan komponen kata lainnya dalam kalimat.

Ta’alluq atau ta’aluq, ‫ َت َع ُّلق‬artinya bergantung, hubungan atau keterkaitan. Sementara muta’llaq,
‫ ُم َت َع َّل ق‬atau kadang diucapkan muta’allaq bihi adalah tempat yang dijadikan kebergantungan.
Ta’aluqnya zharaf dan jar majrur ini harus kepada muallaq yang berupa fi’il atau syibh fi’il.

Untuk lebih mudah memahami ta’aluq dan mutaalaq, mari praktik menggunakan contoh bahasa
Indonesia terlebih dahulu, kemudian ke bahasa Arabnya.

Contoh zharaf, ta’aluq dan muta’alaq-nya adalah: Saya duduk di bawah pohon.
 Kata ‘di bawah pohon’ ini namanya zharaf ia menunjukkan keterangan tempat.
 Kata ‘duduk’ ini disebut muta’allaq, ia menunjukkan kejadian atau pekerjaan
 Hubungan atau keterkaitan antara ‘di bawah pohon’ dengan ‘duduk’ ini namanya
ta’aluq.

Dalam i’rob yang dipelajari, tidak selalu ta’alluq ini disertakan, terutama pada kitab-kitab I’rab
yang ringkas. Adapun jika ditambahkan maka tentu akan lebih baik karena akan
menyempurnakan dan memudahkan dalam memahami makna dan konteks kalimat, karena
itulah kita sering menemukan kalimat muta’allaq dalam kitab-kitab I’rab yang tebal seperti at
Tafshil fii I’raabi Aayaati at Tanzil, bahkan ulama bisa berbeda pendapat terkait ta’alluq suatu
bagian ayat di al Quranul Kariim,

Daftar Isi sembunyikan

A. Jumlah pada Kaidah Nahwu


B. Syibhul Jumlah pada Kaidah Nahwu
A. Jumlah pada Kaidah Nahwu
Jumlah dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai susunan yang terdiri dari dua kata atau lebih
dan terpenting adanya subjek dan juga predikat. Sedangkan dalam ilmu bahasa Arab jumlah
dikenal dengan kalimat (‫ )الكالم‬yaitu susunan kata atau lafadz yang mempunyai arti sempurna ( ُ
‫) ُمِفيَدة‬. Baca Juga: Pembagian Isim Berdasarkan Jumlahnya!

‫ َاْلُج ْم َلَة‬dalam bahasa arab terbagi menjadi dua yakni Jumlah Fi’liyah ( ‫ )الجملة الفعلية‬dan Jumlah
Ismiyah (‫)الجملة االسمة‬. mari kita bahas secara mendalam dari keuda jumlah tersebut:

1. Jumlah Fi’liyah

Memiliki pengertian yakni susunan kata yang membentuk kalimat sempurna dan pasti di awali
dengan fiil atau kata kerja. ‫ ِفْعل‬Menunjukkan makna pekerjaan yang sedang berlangsung dan
biasanya jika ada fi’il maka akan di iringi dengan fa’il atau pelaku. Fail sendiri bisa berupa nama
orang atau pun dhomir (kata ganti yang digunakan untuk mengganti nama atau seseorang yang
maknanya sama).

Contoh jumlah fi’liyah yang mudah sobat pahami:


• ‫ ذ هبت فا طمة‬artinya Fatimah telah pergi
• ‫يذ هب ا حمد‬artinya Ahmad sedang pergi

2. Jumlah Ismiyah

Jumlah ismiyah merupakan kalimat sempurna yang dimulai dengan isim atau kata benda dan
nama orang. Nah untuk membentuk kalimat sempurna tentu akan tersusun dari mubtada dan
khabar.

Contoh jumlah ismiyah yang mudah sobat pahami


• ‫ ا ن لبا طل مخنو ل‬artinya sesungguhnya kebatilan itu tidak memperoleh pertolongan
• ‫هذ ا كتا ب‬Artinya ini adalah buku
• ‫ ز يد مد ر س‬Artinya Zaid adalah seorang guru
B. Syibhul Jumlah pada Kaidah Nahwu
Secara bahasa syibhul memiliki arti mirip. Kemiripan yang dimaksud ialah juga terdiri dari 2 kata
atau lebih akan tetapi belum bisa memberikan makna yang sempurna.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ‫ شبه الجملة‬yakni susunan kata yang mirip dengan jumlah atau
kalimat akan tetapi jumlah disini belum tersusun secara sempurna sehingga makna juga belum
dapat dipahami dengan baik.

Syibhul jumlah sendiri terdiri dari 2 yakni Zharaf (menunjukkan keterangan waktu atau tempat) +
Mudhof Ilaihi (sesuatu yang disandarkan kepadanya) dan Jar (huruf) + Majrur (isim yang
letaknya setelah huruf jar).

Contoh Zharaf + Mudhof Ilaih


• ‫( فؤ ق ا اشجر ة‬fawqa asy-syahrati) artinya di atas pohon
• ‫( قبل ا اظهر‬qabla azh-zhuhri artinya sebelum zhuhur
Dari kedua contoh di atas kata ‫ فؤ ق‬dan ‫ قبل‬menunjukan posisi sebagai zharaf sedang kata
selanjutnya menunjukan mudhof ilaihi.

Contoh Jar + Majrur


• ‫( فى ا امنز ل‬fi al-manzili) artinya di dalam rumah
• ‫‘( عل ا امالتب‬ala al-maktabi) artinya di atas meja

Dari contoh di tas huruf jar ialah ‫ فى‬dan ‫ عل‬dan kata selanjutnya barulah majrur. Mengapa begitu?
Karena salah satu dari tanda majrur sendiri adalah memiliki harakat kasrah pada akhir katanya.

Beberapa huruf jar di antaranya (sejak) ‫ منذ‬,(sejak) ‫ مذ‬,(seperti) ‫ ك‬,(untuk) ‫ ل‬,(dengan) ‫ب‬
,(sedikit/jarang) ‫ر ب‬, (di dalam) ‫ فى‬,(dari) ‫ عن‬,(di atas) ‫عل‬,(ke) ‫ الى‬,(dari) ‫من‬.

Anda mungkin juga menyukai