Anda di halaman 1dari 4

JUMLAH MUFIDAH DAN SYIBHUL JUMLAH

Bahasa Arab 1/PAI-AS, Desember 2021

By. Cipto Sembodo

Pada pertemuan dan pembahasan sebelumnya, kita belajar dan


mengenal jenis-jenis kata (al-kalimah) dalam Bahasa Arab. Secara ringkas
al-kalimah atau jenis-jenis kata dibedakan menjadi tiga kelompok, pertama
adalah Isim,( meskipun cakupan Isim lebih luas untuk lebih mudahnya kita
padankan dengan kata benda) ke-dua yaitu fi’il (kata kerja) dan ke-tiga
yakni huruf yang bermakna, bukan huruf hijaiyyah pembentuk kata.
Pengertian ketiga hal tersebut berikut tanda-tanda untuk mengenali atau
mengindetifikasinya silahkan dilihat pada pertemuan dan pembahasan
sebelum ini.

Fungsi Isim, Fi’il dan Huruf adalah untuk Menyusun sebuah kalimat.
Dengan kata lain, unsur-unsur yang membentuk kalimat tidak ada lain
adalah ketiga hal tersebut. Persoalannya, apa sesungguhnya kalimat itu?
Bagaimana susunan kata-katanya? Seperti apa saja bentuk-bentuknya?
Pada kali ini, kesempatan kita untuk melanjutkan menjelaskan pertanyaan2
itu dan melanjutkan pembelajaran Bahasa Arab. Pertanyaan2 tersebut
akan kita bahas dalam pokok persoalan mengenai pengertian jumlah
mufidah dan pembagian jumlah mufidah.

Pengertian Jumlah Mufidah

Jumlah (‫ )الجملة‬atau bisa disebut juga dengan Kalam ( ُ‫) ال َكاَل م‬


adalah gabungan atau susunan dari beberapa kata (al-kalimah) atau
lafadz (minimal dua atau lebih) yang memiliki arti yang “sempurna” ( ُ‫ُمفِيدَ ة‬
). Maksud “sempurna” artinya dapat dapat dipahami tidak hanya arti
leksikal (kamus) dari masing-masing kata yang menyusunnya tetapi juga
maksud atau tujuannya secara keseluruhan gabungan kata-kata dalam
sebuah kalimat. Mengapa harus dapat dipahami?, sebab ada suatu
kalimat yang tidak dapat dipahami maksudnya/tujuannya, meskipun
dapat diketahui arti leksikalnya. Kata kuncinya adalah “dapat dipahami”
secara lengkap maksud/ pengetiannya. Jadi ketika ada sebuah
kalimat/orang yang sedang berbicara telah selesai maka kita sebagai
pendengar/pembaca akan langsung memahami apa yang ia
katakana/tuliskan.
Secara bahasa istilah jumlah mufidah terdiri dari dua gabungan kata, yaitu
jumlah dan mufidah. “Jumlah” dapat diartikan sebagai “kalimat” dan
mufidah yang artinya “bermanfaat”. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pengertian jumlah mufidah singkatnya adalah suatu kalimat yang
bermanfaat atau memiliki makna maupun arti tersendiri. Jumlah
mufidah/kalimat sempurna biasa juga disebut dengan kalam/ujaran.

Kaidah jumlah mufidah sendiri dapat diambil dari kitab berjudul


nahwul wadhih pada halaman ke 12, yaitu:

Kaidah jumlah mufidah “Susunan kata yang bisa memberikan manfaat


secara lengkap disebut jumlah mufidah, dan disebut juga dengan kalam”
Agar gabungan dari beberapa kata yang didalamnya menjadi
sempurna pada jumlah mufidah dalam Bahasa arab dapat tersusun dari
Isim + Isim, atau Isim + Huruf+Isim atau Fi’il + Isim. Jadi, secara formal,
ada paling tidak dua kata atau lebih dalam satu kalimat yang saling terkait
satu sama lain atau satu kata menjelaskan/dijelaskan oleh kata yang
lainnya.

Contohnya ‫ ْالبُسْ َتانُ َج ِم ْي ٌل‬yang artinya kebun/taman itu cantik. ُ‫ ْالبُسْ َتان‬adalah
kata benda (isim) dan ‫ج ِم ْي ٌل‬  َ adalah kata benda (isim). Gabungan dari
dua kata yang memberikan pemahaman sempurna kepada
pendengarnya ini disebut dengan jumlah mufidah dalam bahasa arab,
atau kalimat sempurna dalam Bahasa Indonesia. Kita yang
mendengarnya, tahu maksud dari perkataan tersebut. Beda dengan
kalau orang bilang: “taman”, saja. Atau bilang “cantik”. Tentu kita tidak
paham secara sempurna maksud perkataan orang tersebut, meskipun
dapat kita ketahui arti cantik atau taman dalam kamus atau secara
leksikal.
Namun ada pula yang secara kasat mata (dhohir) tampak sebagai
satu kata, namun sudah dapat dipahami. Contohnya pada kata perintah
(fi’il amr) ia juga termasuk ke dalam jumlah mufidah karena walapun hanya
satu kata. Namun pada dasarnya ia sudah dapat dipahami.

Contoh fi’il amr (kata perintah) misalnya, ْ‫( ا ُ ْك ُتب‬tulislah), pada


dasarnya kata ْ‫ ا ُ ْك ُتب‬mempunyai subjek dan predikat. Karena jika di pecah
maka artinya sama seperti “Tulislah Oleh Kamu”, “tulis” termasuk predikat
dan “kamu” adalah “subjek”.
Contoh Jumlah Mufidah
Terdiri Dari 2 Kata (Terlihat Seperti 1)
Bacalah! (Bacalah oleh kamu) ‫إ ْق َرء‬
Duduklah! (Duduklah oleh kamu)  ْ ‫اِجْ ل‬
‫ِس‬
Dengarkanlah! (Dengarkan oleh kamu) ْ‫اِسْ َمع‬
Terdiri Dari 2 Kata
Ahmad adalah seorang musafir ‫أحْ َم ُد ُم َسافِ ٌر‬
Rumah itu bagus ُ ‫ال َبي‬ 
‫ْت َج ِم ْي ٌل‬
Matahari terbenam ٌ‫ار َبة‬
ِ ‫ال َّش ْمسُ َغ‬  
Ahmad telah keluar ‫َ خ َرج أحْ َم ُد‬ َ
Contoh Jumlah Mufidah 2 kata
Terdiri Dari 3 Kata
Ayah sedang membaca Al-Qur’an ‫آن‬ َ ْ‫َي ْق َرأ ِأبى القُر‬
Zaid telah memetik bunga mawar  ‫ف َز ْي ٌد َورْ َد ًة‬َ ‫ َق َط‬  
Umar di masjid ‫ُع َم ُر فِيْ ْال َم ْد َر َس ِة‬
Contoh Jumlah Mufidah 3 kata

Apa itu Syibhul Jumlah ( ِ‫) شِ ْب ُه ا ْل ُج ْملَة‬

Syibhu artinya mirip. Maka syibhul jumlah diartikan mirip jumlah.


Kemiripannya adalah kalimatnya juga tersusun dari 2 kata atau lebih.
Namun bedanya adalah apabila jumlah (kalimat) itu susunannya
sempurna dan bisa dipahami maka syibhul jumlah itu susunannya belum
sempurna sehingga belum bisa dipahami dengan baik. 

Contoh dari gabungan kata-kata yang tidak bisa digolongkan sebagai


jumlah mufidah karena tidak memenuhi syarat wajibnya yaitu “mufidah”
(mempunyai makna/arti). Contoh dari 2 kata namun tidak termasuk ke
dalam jumlah adalah misalnya kata “ِ‫”م َِن ال َم ْد َر َسة‬, walaupun pada hakikatnya
terdiri dari dua kata namun tidak dapat disebut sebagai jumlah mufidah.

Hal tersebut karena kata “ِ‫ ”م َِن ال َم ْد َر َسة‬hanya memenuhi 1 syarat saja
yaitu “jumlah” tidak memenuhi syarat kedua yaitu “mufid“. Sehingga “‫م َِن‬
‫ ”ال َم ْد َر َس ِة‬tidak termasuk jumlah mufidah, karena masih ambigu (bermakna
ganda). Ketika seseorang mengatakan “ِ‫ ”م َِن ال َم ْد َر َسة‬maka muncul pertanyaan
terkait predikatnya, siapa yang dari sekolah?. Jadi jumlah mufidah haruslah
terdiri dari subjek dan predikat. Sehingga dapat dipahami dengan mudah,
lengkap dan sempurna.
Susunan kata yang tidak dapat dipahami, meskipun terdiri dari dua
kata atau lebih, disebut Syibhul jumlah. Kuasi kalimat. Disebut demikian
karena ia mirip atau bahkan serupa dengan kalimat, karena tersusun dari
beberapa kalimat. Tetapi sesungguhnya bukan kalimat atau belum cukup
disebut kalimat karena maksudnya atau pesannya tidak dapat dipahami.

Susunan kata Syibhul Jumlah


Susunan kata syibhul jumlah ada 2 kategori yaitu terdiri
dari Dhorof (o‫رف‬oo‫ )ظ‬+ Mudhof Ilaihi (‫اف اليه‬oo‫ )مض‬dan terdiri dari Jar (‫ار‬oo‫)ج‬
+ Majrur (o‫)مجرور‬. Dhorof ialah keterangan tempat atau waktu sedangkan
mudhof ilaihi adalah yang disandarkan padanya. (kata mejemuk).
Adapun jar adalah huruf sedangkan majrur adalah isim yang terletak
setelah huruf jar, umumnya ditandai dengan harakat kasrah pada akhir
kata. Contohnya:

 Syibhul jumlah yang terdiri dari dhorof (keterangan tempat) +


mudhof ilaihi (yang disandarkan): ِ‫ِب ْال َمسْ ِجد‬
َ ‫ َجا ن‬artinya "Di samping
Masjid". ‫جانب‬ adalah dhorof (berupa keterangan tempat)
dan ‫المسجد‬ adalah mudhof ilaihi. Contoh syibhul jumlah yang terdiri
dhorof (keterangan waktu) + mudhof ilaihi : ِ‫ص ْبح‬ ُّ ‫ َبعْ دَ ال‬artinya
"Sesudah Subuh". ‫بعد‬ adalah dhorof (berupa keterangan waktu)
dan ‫الصبح‬ adalah mudhof ilaihi.
 Syibhul jumlah yang terdiri dari jar (huruf) dan majrur : ِ‫َعلَى ْال َم ْك َتب‬
artinya "Di atas Meja". ‫ َعلَى‬ adalah huruf Jar dan ِ‫ا ْل َم ْك َتب‬ adalah
majrur yang mana harakat akhirnya berupa kasroh karena
sebelumnya ada huruf jar. 

Nah, dari contoh kalimat di atas itu memiliki arti yang belum sempurna,
kita ambil salah satu contoh misalnya "Di atas Meja". Kalimat tersebut
jelas belum bisa dipahami apa maksudnya. Apa yang ada di atas meja?
Oleh sebab itu syibhul jumlah masih membutuhkan kata atau lafadz lain
untuk menyempurnakan agar bisa dipahami oleh pendengar. Misalnya: ِ
َّ َ‫ا‬ artinya "Makanan Itu Di atas Meja".
‫ َعلَى ا ْل َم ْك َتب‬ ‫لط َعا ُم‬

Anda mungkin juga menyukai