Fungsi Isim, Fi’il dan Huruf adalah untuk Menyusun sebuah kalimat.
Dengan kata lain, unsur-unsur yang membentuk kalimat tidak ada lain
adalah ketiga hal tersebut. Persoalannya, apa sesungguhnya kalimat itu?
Bagaimana susunan kata-katanya? Seperti apa saja bentuk-bentuknya?
Pada kali ini, kesempatan kita untuk melanjutkan menjelaskan pertanyaan2
itu dan melanjutkan pembelajaran Bahasa Arab. Pertanyaan2 tersebut
akan kita bahas dalam pokok persoalan mengenai pengertian jumlah
mufidah dan pembagian jumlah mufidah.
Contohnya ْالبُسْ َتانُ َج ِم ْي ٌلyang artinya kebun/taman itu cantik. ُ ْالبُسْ َتانadalah
kata benda (isim) dan ج ِم ْي ٌل َ adalah kata benda (isim). Gabungan dari
dua kata yang memberikan pemahaman sempurna kepada
pendengarnya ini disebut dengan jumlah mufidah dalam bahasa arab,
atau kalimat sempurna dalam Bahasa Indonesia. Kita yang
mendengarnya, tahu maksud dari perkataan tersebut. Beda dengan
kalau orang bilang: “taman”, saja. Atau bilang “cantik”. Tentu kita tidak
paham secara sempurna maksud perkataan orang tersebut, meskipun
dapat kita ketahui arti cantik atau taman dalam kamus atau secara
leksikal.
Namun ada pula yang secara kasat mata (dhohir) tampak sebagai
satu kata, namun sudah dapat dipahami. Contohnya pada kata perintah
(fi’il amr) ia juga termasuk ke dalam jumlah mufidah karena walapun hanya
satu kata. Namun pada dasarnya ia sudah dapat dipahami.
Hal tersebut karena kata “ِ ”م َِن ال َم ْد َر َسةhanya memenuhi 1 syarat saja
yaitu “jumlah” tidak memenuhi syarat kedua yaitu “mufid“. Sehingga “م َِن
”ال َم ْد َر َس ِةtidak termasuk jumlah mufidah, karena masih ambigu (bermakna
ganda). Ketika seseorang mengatakan “ِ ”م َِن ال َم ْد َر َسةmaka muncul pertanyaan
terkait predikatnya, siapa yang dari sekolah?. Jadi jumlah mufidah haruslah
terdiri dari subjek dan predikat. Sehingga dapat dipahami dengan mudah,
lengkap dan sempurna.
Susunan kata yang tidak dapat dipahami, meskipun terdiri dari dua
kata atau lebih, disebut Syibhul jumlah. Kuasi kalimat. Disebut demikian
karena ia mirip atau bahkan serupa dengan kalimat, karena tersusun dari
beberapa kalimat. Tetapi sesungguhnya bukan kalimat atau belum cukup
disebut kalimat karena maksudnya atau pesannya tidak dapat dipahami.
Nah, dari contoh kalimat di atas itu memiliki arti yang belum sempurna,
kita ambil salah satu contoh misalnya "Di atas Meja". Kalimat tersebut
jelas belum bisa dipahami apa maksudnya. Apa yang ada di atas meja?
Oleh sebab itu syibhul jumlah masih membutuhkan kata atau lafadz lain
untuk menyempurnakan agar bisa dipahami oleh pendengar. Misalnya: ِ
َّ َا artinya "Makanan Itu Di atas Meja".
َعلَى ا ْل َم ْك َتب لط َعا ُم