Anda di halaman 1dari 4

Jumlah Mufidah

REF 1
https://passinggrade.co.id/jumlah-mufidah/

Jumlah Mufidah adalah susunan atau gabungan dari beberapa kata yang mempunyai arti
sempurna. Contoh:

ٌ‫ُم َح َّم ُد َم ِريْض‬ ; Muhammad sakit


 ‫األستَا ٌذ َج ِد ْي ٌد‬ ; Seorang guru baru
‫الطَّالِبُ يَ ْكتُبُ َعلَى ال َّسبُّوْ َر ِة‬ ; Seorang murid sedang menulis di papan tulis
  َ‫األ ُخ يَ ْق َرُأ القُرْ آن‬ ; Saudara Lakilaki itu sedang membaca al-Qur’an

Jumlah Mufidah dalam bahasa Arab disebut ‫ َكالَ ٌم‬, atau kalimat sempurna dalam bahasa
Indonesia. Yaitu gabungan dari beberapa kata yang mengandung arti sempurna, terdiri
dari subjek dan predikat (S dan P).

Lafadz  ْ‫اُ ْكتُب‬ disebut satu jumlah sekalipun terdiri dari satu kata, karena mempunyai arti;
Tulislah oleh kamu. Demikian juga lafadz ‫;إ ْق َرء‬ bacalah,  ْ‫;اِجْ لِس‬ duduklah, ْ‫ ;اِ ْس َمع‬dengarkanlah.

Sementara lafadz ‫; ِمنَ ال َم ْد َر َس ِة‬ dari sekolah, sekalipun terdiri dari dua kata, tidak bisa disebut
satu jumlah/ kalimat sempurna karena pengertiannya belum lengkap atau tidak sempurna.

Pembagian Jumlah Mufidah


Jumlah Mufidah terbagi menjadi dua:

1. 1. Jumlah Ismiyyahadalah jumlah yang diawali dengan isim. Seperti;

ٌ‫َعلِ ُّي َم ِريْض‬ ; Ali sakit


‫أحْ َم ُد ُم َسافِ ٌر‬ ; Ahmad adalah seorang musafir
َ‫أبِى يَ ْق َرأ القُرْ آن‬ ; Ayah sedang membaca al-Qur’an

2. Jumlah Fi’liyyahadalah jumlah yang diawali dengan fi’il. Seperti;

‫ض َعلِ ُّي‬ َ ‫َم ِر‬ ; Telah sakit Ali


‫َسافَ َر أحْ َم ُد‬ ; Telah bepergian Ahmad
َ‫يَ ْق َرأ أبِى القُرْ آن‬ ; Sedang membaca Ayahku al-Qur’an

KETERANGAN:

Susunan kalimat sempurna dalam bahasa Arab terdiri dari dua pola:

Baca Juga : Jamak Muannats Salim

1. Kalimat yang tersusun dari Subjek + Predikat. Disebut dengan Jumlah Ismiyyah.
2. Kalimat yang tersusun dari Predikat + Subjek. Disebut dengan Jumlah Fi’liyyah.
Susunan kalimat diatas tidak dikenal dalam istilah bahasa Indonesia. Dalam proses
menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tetap didahulukan subjek daripada predikatnya.
Contoh:

ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬َ َ‫ق‬ ; Rosulullah telah bersabda


ُ‫ت عَاِئ َشة‬ْ ‫خَ َر َج‬ ; Aisyah telah keluar

Sementara, jika mau menterjemahkan ke dalam bahasa Arab,seperti: “ayahku sedang sholat
di mesjid”. Bisa ditulis dengan dua pola, yaitu;

ِ ‫ُصلِّى فِي ال َمس‬


‫ْج ِد‬ َ ‫أبِى ي‬  atau ‫صلِّى أبِى فِى ال َمس ِْج ِد‬
َ ُ‫ي‬

Contoh:
ُ ‫البَي‬                      Rumah itu bagus
‫ْت َج ِم ْي ٌل‬

ٌ‫َاربَة‬
ِ ‫ال َّش ْمسُ غ‬                  Matahari terbenam

‫َب َعلِ ٌّي ِإلَى ال َم ْد َر َس ِة‬


َ ‫ َذه‬   Ali pergi ke sekolah

ٌ‫ةُ َكبِ ْي َرة‬                   Mobil itu besar

ً‫قَطَفَ َز ْي ٌد َورْ َدة‬                Zaid memetik bunga mawar

Pembahasan:

Jika kita lihat contoh-contoh di atas, maka semuanya tersusun dari dua kata, bahkan lebih.
Salah satunya pada contoh pertama, kata pertama  ‘‫ْت‬ُ ‫ ’البَي‬dan kedua ‘‫’ج ِم ْي ٌل‬.
َ Jika kita hanya
ُ
menggunakan satu kata saja misal ‘ ‫البَيْت‬/Rumah’ maka itu tidak memahamkan dan hanya
mempunyai arti tunggal yaitu rumah, satu kata ini tidak cukup untuk memahamkan lawan
bicara kita, begitu juga jika kita hanya menggunakan kata keduanya saja yaitu ‘‫ َج ِم ْي ٌل‬/bagus’,
pasti memunculkan pertanyaan, apa yang bagus? siapa yang bagus? apanya yang bagus?.

Baca Juga ; Tashrif Lughawi dan Istilahi

Maka dari itu kita gabungkan kedua kata tersebut sesuai tata Bahasa Arab yang benar maka
ُ ‫‘ ’البَي‬Rumah itu bagus’, dengan begitu kita sudah paham secara sempurna dan
menjadi ‘‫ْت َج ِم ْي ٌل‬
kalimat tersebut menambah informasi berfaidah yang sempurna bahwa ‘Rumah itu lah yang
bagus’. Begitu juga dengan contoh-contoh kalimat selanjutnya.

Sampai sini kita paham bahwa hanya satu kata saja itu tidak cukup untuk berkomunikasi, tapi
butuh susunan dua kata atau lebih sampai membuat orang yang mendengarkan itu
mendapatkan informasi penting yang lengkap dan utuh.

Adapun contoh kata:


‫قُ ْم‬        ‘Berdirilah!’
ْ‫إجْ لِس‬   ‘Duduklah!’
‫تَ َكلَّ ْم‬      ‘Bicaralah!’

yang secara dhohir kata-kata di atas hanyalah sendirian atau tunggal, tapi sebenarnya kata di
atas sudah cukup memahamkan kepada lawan bicara, karena sebenarnya kata-kata di atas
tidaklah hanya tersusun dari satu kata saja, melainkan sebenernya kata-kata di atas adalah
kalimat yang tersusun dari dua kata, salah satu di antaranya terucap, contoh pada kata di atas
‘‫’قُ ْم‬, kata tersebut terucap tapi yang tidak terucap adalah kata ‘ َ‫ا ْنت‬/kamu’ yang dipahami oleh
pendengar dari percakapan tersirat walaupun tidak diucapkan.

Kaidahnya:

1. Susunan yang memberikan pemahaman secara sempurna atau informasi berfaidah


yang utuh adalah jumlah [kalimat] mufidah [bermanfaat], dan disebut juga dengan
kalam.
2. kalimat yang mufidah terkadang tersusun dari dua kata, bahkan terkadang juga
tersususun lebih dari dua kata, dan setiap kata yang ada pada kalimat tersebut adalah
bagian dari kalimat itu sendiri.

REF 2
https://sahabatmuslim.id/jumlah-mufidah-pengertian-pembagian/

Apa Itu Jumlah Mufidah?


Tentu sahabat muslim di rumah harus mengetahui terlebih dahulu pengertian jumlah mufidah
sebelum membahas pembagiannya. Adapun yang disebut dengan jumlah mufidah adalah
susunan beberapa buah kata yang mempunya makna lengkap atau sempurna, sehingga makna
atau tujuannya dapat dengan mudah dipahami.

Kata ‘jumlah’ sendiri dalam bahasa Arab memiliki arti ‘kalimat’, sedangkan kata ‘mufidah’
berarti ‘berguna’. Sehingga dari gabungan arti kedua kata tersebut secara bahasa dapat
dipahami sebagai kalimat yang bermanfaat (karena memiliki makna dan tujuan yang
terkandung di dalamnya). Istilah ini disebut juga dengan kalam.

Dalam kitab Nahwul Wadhih, pengertian kalam ini didefinisikan dengan:

‫ ويُ َس َّمى َأيضًا كال ًما‬،ً‫التَّرْ ِكيْبُ الَّ ِذ يفيد فائدةً تا َّمةً يُس َّما جملة مفيدة‬

Artinya: Kumpulan kata yang memberikan manfaat secara lengkap disebut jumlah mufidah,
dan disebut juga dengan kalam.

Kaidah Kalam
Gabungan beberapa kata yang memberikan makna sempurna tersebut bisa terbentuk dari
subjek (S) + predikat (P) sebagai kaidah utamanya. Sedangkan fi’il amar atau kata perintah
Contoh:

ْ‫ اُ ْكتُب‬ (tulislah)

Meski tidak menyebutkan subjek dalam kalimat tersebut secara langsung, fi’il amar tersebut
sudah bisa dimengerti maksud dan tujuannya. Jika dirinci dalam bahasa Indonesia, kata
“tulislah” tersebut memiliki arti yang sama dengan kalimat “tulislah oleh kamu”. Kalimat
“tulislah oleh kamu” sudah memenuhi kaidah kalam karena terdiri dari subjek (kamu) dan
predikat (tulis).

Namun, di samping itu terdapat pula gabungan kata yang tidak bisa disebut dengan kalam
oleh sebab tidak sesuai dengan salah satu arti kalam itu sendiri. Karena disebut dengan
jumlah mufidah, tentu sebuah kalimat haruslah memiliki ‘mufidah’ (arti / makna). Sehingga
kalimat yang terbentuk tidak menimbulkan pertanyaan lebih lanjut oleh lawan bicara.

Contoh gabungan kata yang tidak masuk ke dalam golongan kalam adalah sebagai berikut.

‫ ِمنَ ْال َم ْد َر َس ِة‬ (dari sekolah)

Gabungan kata tersebut hanya memenuhi ‘jumlah’, belum memenuhi ‘mufidah’. Gabungan
kata tersebut jika dilontarkan kepada lawan bicara tentu lawan bicara akan bingung dan tidak
mengerti tujuan atau arti yang ingin disampaikan yang akhirnya akan menimbulkan
pertanyaan. Misalnya lawan bicara mungkin akan menanyakan, “siapa yang dari sekolah?”
karena kalam membutuhkan subjek.

Selain itu, gabungan kata yang tidak memiliki mufidah juga sering kali akan menimbulkan
makna yang ambigu, sehingga maksud yang ingin disampaikan tidak bisa tersampaikan
dengan benar.

masuk ke dalam kalam walaupun hanya terdiri dari satu kata saja. Karena pada dasarnya fi’il
amar sudah memenuhi syarat menjadi kalam yakni memiliki subjek dan predikatnya.

https://www.academia.edu/41469927/PEMAHAMAN_JUMLAH_DAN_SELUK-
BELUKNYA_DI_DALAM_BAHASA_ARAB_PADA_KAJIAN_ILMU_NAHWU

Anda mungkin juga menyukai