Di susun oleh:
Yesi Fitriyani ( 2386230076)
Reni wahyuni ( 2386230066)
Siti lailatul khasanah( 2386230075)
PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS NURUL HUDA
2023
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr.,Wb.,
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
baik dan tanpa suatu kendala apapun.
Tidak lupa juga kami mengucapkan Terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah “Bahasa Arab", Bpk. Muhammad Saiful Amin, M.Pd.I. yang telah
membimbing dan memberi arahan dalam penyelesaian tugas makalah “Al
jumlah”.Begitu pula kepada teman -teman seperjuangan yang telah memberi
masukan dan arahan kepada kami selama menyelesaikan makalah ini.
Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Karenanya kami sangat menerima kritik serta saran
yang membangun dari para pembaca agar kami dapat menulis makalah lebih
baik lagi pada kesempatan berikutnya.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
terutama bagi Mahasiswa/i Universitas Nurul Huda Fakultas Agama Islam.
Sekian dari kami, kami ucapkan terimakasih.
WassalamualaikumWr.,Wb.,
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.latar Belakang
Dalam perjalanan dewasa ini, kita senantiasa di buat bingung oleh pengertian-
pengertian dari bahasa arab Al- Qur’an dan Hadits yang memakai
atau menggunakan bahasa Arab standar sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasaArab. Bahasa Arab adalah Bahasa Al-
Qur’an. Salah satu pembahasan dalamilmu nahwu yang sangat mendasar
adalah mubtada’ dan khabar. Sebaiknya
mengetahui terlebih dahulu mengenai suatu kalimat, baik kalimat
sempurnamaupun tidak. Dalam bahasa arab kalimat terbagi menjadi dua, yaitu
JumlahIsmiyah, adalah kalimat yang didahului oleh isim, yang berada di awal
kalimattersebut dinamakan Mubtada dan bagian yang melengkapinya di
namakanKhabar yang
mana hukum nya dalam I’rab harus mengikuti Mubtada. DanJumlah Fi’liyah,
yaitu kalimat yang di dahului oleh fi’il.
Sebagaimana yang kita ketahui, mubtada’ dan khabar salah
satu unsurterpenting dalam konteks bahasa arab. Mubtada dan Khobar adalah
bentukkalimat yang saling berkaitan satu sama lainnya, sehingga belumlah
menjadikalimat yang sempurna jikalau mubtada belum dilengkapi oleh khobar.
Didalam Bahasa Arab, keberadaan nominal menjadi sangat mutlak karena
dalam penggunaan bahasa arab, kita senantiasa menggunakannya. Adapun con
tohdari nominal yang seringkali digunakan adalah mubtada’ dan khobar. Akan
tetapi dalam perjalanan dewasa ini, kita sentiasa dibuat bingung oleh
pengertian-
pengertian dari bahasa arab, apa itu mubtada’ dan bagaimanakah
khabar itu, senantiasa menjadi pertanyaan bagi kita para pemuda yang
baru belajar bahasa arab. Pola Struktur kalimat bahasa Arab pada
dasarnya terdiriatas dua pola, yaitu jumlah ismiyah atau
PEMBAHASAN
Dari contoh di tas huruf jar ialah فىdan علdan kata selanjutnya barulah
majrur. Mengapa begitu? Karena salah satu dari tanda majrur sendiri
adalah memiliki harakat kasrah pada akhir katanya.
Secara umum syibhul jumlah dibagi menjadi 2, yaitu syibhul jumlah yang tersusun dari
harfun jar (huruf jar) dan isim serta syibhul jumlah yang tersusun dari dzorof dan isim.
1. Jar Majrur
Berdasarkan susunannya syibhul jumlah jar majrur merupakan pembagian dari syibhul
jumlah yang pertama.
Dimana susunannnya adalah huruf jar + isim. Huruf jar dapat membuat isim yang ada
setelahnya menjadi berharokat kasroh. Sehingga apabila suatu isim didahului oleh huruf
jari maka diakhir katanya akan berharokat kasroh.
Contoh:
فى المنز ل
Di dalam rumah)
على المكت ب
(Diatas Meja)
Dhorof Majrur
Dhorof adalah suatu kata yang digunakan untuk menunjukkan keterangan waktu maupun
tempat.
Dhorof dapat dibagi menjadi 2, yaitu: dhorof zaman dan dhorof makan.
Dhorof zaman adalah suatu kata yang menunjukkan keterangan waktu, sedangkan
dhorof makan adalah kata yang menunjukkan keterangan tempat.
صب ح
ُ بعَدََ ال
(Setelah Shubuh
ا َمامََ ََ الفَص ل
Susunan dhorof dan isim juga dapat dikenal dengan susunan syibhul jumlah.
Jumlah dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai susunan yang terdiri dari dua kata
atau lebih dan terpenting adanya subjek dan juga predikat. Sedangkan dalam ilmu
bahasa Arab jumlah dikenal dengan kalimat ( )الكالمyaitu susunan kata atau lafadz yang
mempunyai arti sempurna ( ُ ) ُم في َدة. Baca Juga: Pembagian Isim Berdasarkan Jumlahnya!
ََ ََ ا َلَْ ُج ْملةdalam bahasa arab terbagi menjadi dua yakni Jumlah Fi’liyah ( )الجملة الفعليةdan
Jumlah Ismiyah ()الجملة االسمة. mari kita bahas secara mendalam dari keuda jumlah
tersebut
A. Jumlah Ismiyah
Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata
benda). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang
terdiri dari mubtada’ dan khabar. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah
dan terletak diawal jumlah. Sifat dari mubtada' adalah harus berupa isim
ma'rifat. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar
menjadi kalimat yang sempurna. Dengan kata lain, mubtada’ adalah subyek,
Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila
pula apabila mubtada’ berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus
isim mufrod.
ٌ َُُأسُُ تاذ
ْ ٌُُ = زَ ْي ُد Zaid adalah seorang guru.
baru
• Mubtada’
Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah (kalimat).
Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat. Isim ma’rifat adalah isim (kata benda) yang
menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Adapun yang termasuk isim
Dhamir atau "kata ganti" ialah isim yang berfungsi untuk menggantikan atau
َ = أنَاsaya
Isim isyaroh adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam
bahasa Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”. Contoh : = هذََْ اini
Isim ‘alam adalah isim yang menunjukkan arti nama, baik nama manusia ataupun
selain manusia.
Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.
6) Isim Maushul
• Khabar
Tanda Rofa’ pada isim adalah dhommah, wawu, alif, dan nun
Yang di maksud Isim Ma’rifat adalah Isim yang sudah jelas maknanya.
Isim nakiroh adalah isim yang maknanya tidak jelas atau masih umum. Tanda
Contoh: ي ف
ْ َْ ِ = البِلََْ طَْ نظlantai itu bersih
d. Mubtada’ dan khobar harus bersesuaian dalam hal muannas dan muzakar
Jumlah Fi’liyah
diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari fi’il (kata kerja)
yang terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang
dan yang akan datang). Fa’il (subjek) adalah isim yang terletak setelah fi’il
Apabila fa’il berbentuk muannas, maka fi’il juga harus muannas. Begitu juga
apabila berbentuk musanna (ganda) ataupun jamak (banyak), maka fi’il harus
objek atau maf’ul bih. Obyek tidak harus ada dalam jumlah fi’liyah,
karena ada fi’il yang menuntut obyek dan ada yang tidak menuntut
obyek.
pelajaran
maf’ul yang disebut sebagai fi’il muta’addi dan terkadang pula tidak
membutuhkan yang disebut sebagai fi’il laazim karena maf’ul bukanlah syarat
mutlak terbentuknya jumlah fi’liyah. Juga terdiri dari fi’il dan naibul fa’il,
: ق ا م رجا ل
1. َّ س
َالتال َميْذ ُ الَ ُم ُْ َد
َ ِّرس د ََّر َّ ِّرس
َالتال َميْذ ُ س ال ُم ُْ َد
َ د ََّرSeorang guru mengajar
muridmurid
2 َّ سا
َالتال َميْذ َ الَ ُم ُْ َد ِّر
َ سا ن د ََّر َّ سا ن
َالتال َميْذ َ د ََّرDua orang guru mengajar
َ س ال ُم ُْ َد ِّر
muridmurid
3 َ َّ
َالتال ميْذ سوا
ُ ِّرسونَ د ََّر
ُ الَ ُم ُْ َد َّ َِّرسون
َالتال َميْذ ُ َ د ََّرBeberapa orang guru mengajar
س ال ُم ُْ َد
murid- murid
5 َّ َ ستا
َالتال َميْذ َ الَ ُم ُْ َد ِّر
َ ستا َ ن د ََّر َ َّ ستا َ ن
َالتال ميْذ َ د ََّرDua orang guru(pr) mengajar
َ ست ال ُم ُْ َد ِّر
murid-murid
6 َ َّ َساتُ د ََّرسْن
َالتال ميْذ َ الَ ُم ُْ َد ِّر َّ ُسات
َالتال َميْذ َ ست ال ُم ُْ َد ِّر
َ د ََّرBeberapa orang guru(pr)
mengajar murid- murid
1. َّ ِّرس
َالتال َميْذ ُ الَ ُم ُْ َد
ُ ِّرس يُ َد َالتال َميْذ ُ ِّرس الْ ُم َد
َّ ِّرس ُ يُ َدSeorang guru mengajar murid-murid
2 َّ سا ن
َالتال َميْذ َ الَ ُم ُْ َد ِّر
َ سا ن يُ َد ِّر َّ سا ن
َالتال َميْذ ُ يُدDua orang guru mengajar murid-murid
َ ِّرس ال ُم ُْ َد ِّر
3 َّ َِّرسون
َالتال َميْذ ُ ِّرسونَ يُ َد
ُ الَ ُم ُْ َد َّ َِّرسون
َالتال َميْذ ُ ِّرس ال ُم ُْ َد
ُ يُ َدBeberapa orang guru mengajar murid-
murid
4 َّ ِّرس
َالتال َميْذ ُ َُُالَ ُم ُْ َد ِّرسةُ تد التال َ ِّرس الْ ُم َد ِّر
َّ ُُ ٌٌُُسة ُ َُُ تدSeorang guru (pr) mengajar muridmurid
ََميْذ
6 َ َّ َساتُ يُ َد ِّرسْن
َالتال ميْذ َ الَ ُم ُْ َد ِّر َ ِّرس ال ُم ُْ َد ِّر
ساتُ الت َّل ُ َُُ تدBeberapa orang guru(pr) mengajar
murid- murid
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah Ismiyah adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan isim (kata benda). Jumlah
ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari mubtada’ dan
khabar.
2. Mubtada’ adalah subyek pada jumlah ismiyah dan terletak diawal jumlah. Sifat dari
mubtada' adalah harus berupa isim ma'rifat
3. Khobar adalah isim yang berfungsi untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang
sempurna.
4. Mubtada’ dan Khobar harus sama dalam hal bilangan dan jenisnya. Apabila mubtada’nya
isim mudzakar (laki-laki), khobarnya harus isim mudzakar. Begitu pula apabila mubtada’
berupa isim mufrod (kata tunggal), khobarnya juga harus isim mufrod.
5. Sifat dari mubtada’ yaitu harus isim ma’rifat, adapun yang termasuk isim ma’rifat adalah
sebagai berikut : Isim yang diawali dengan alif lam, Isim Dhomir (Kata Ganti), Isim Isyaroh
(Kata Tunjuk), Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda), Isim nakiroh yang disandarkan pada
6. Jumlah fi’liyah (kalimat verbal) adalah jumlah (kalimat) yang diawali dengan fi’il (kata
kerja). Jumlah ismiyah juga dapat diartikan sebagai susunan kalimat yang terdiri dari fi’il
(kata kerja
B. Saran
Setelah mempelajari teori tentang Jumlah Ismiyah dan Jumlah Fi’liyah, diharapkan kepada
para pembaca agar mengetahui secara teoritis tentang Jumlah Ismiyah dan Jumlah
Fi’liyyah, dan mampu menerapkan dikalangan masyarakat, atau dimanapun kita berada.
Disarankan pula kepada para pembaca agar terus menerus mempelajari ilmu-ilmu dalam
menggunakan bahasa arab, karena Umar bin Khattab Radhiyallohu ‘Anhu pernah berkata:
“Belajarlah bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab itu adalah bagian dari
agama kalian”. Selain itu, Imam Syafi’i pernah berkata : “Wajib bagi setiap muslim
mempelajari bahasa Arab dengan mengerahkan kemampuannya, hingga ia dapat
bersyahadat dengannya, dapat membaca al-Qur’an dengannya, dapat mengucapkan
dzikir-dzikir yang diwajibkan baginya (dalam shalat) berupa takbir, tasbih, tasyahud
dan lain-lainnya.” (Ar-Risalah 48-50, Ithaful Ilfi hal. 15)
DAFTAR PUSTAKA
http://arabiasamawa.blogspot.co.id/2013/01/jumlah-filiyah.html
http://ilmislam.blogspot.co.id/2010/10/tata-bahasa-arab-1-jumlah-ismiyah.html
http://pgmickudus.blogspot.co.id/2013/12/makalah-jumlah-fi.html
http://firdanizha.blogspot.co.id/2015/05/jumlah-filiyah.html
http://sulufiyyah.blogspot.co.id/2009/11/mubtada-dan-khobar.html http://huda-
hudaazizahcaem.blogspot.co.id/2012/05/jumlah-ismiyah-dan-jumlahfiliyah.html
http://islamiceducation001.blogspot.co.id/2015/09/jumlah-dalam-bahasa-arab.html
http://annisa-mardhotilla.blogspot.co.id/2012/02/bahasa-arab-fiil.html