isim manshub (yang dibaca nashob) yang menjadi sasaran tindakan (objek).
Maka, jelas sekali, yang dimaksud maf’ul bih menurut arti istilah ialah isim manshub
dimana posisinya menjadi sasaran tindakan si pelaku.
Contoh :
Dalam misal di atas, yang menjadi sasarn perbuatannya (memukul) ialah kata
“kitaaban”, maka kata tersebut menjadi maf’ul bih.
Contoh lainnya :
Dengan dua misal di atas sudah paling jelas sekali untuk mengetahui pembahasan
mengenai maful bih dalam ilmu nahwu.
Lafadz َضَر َبialah fi’il madhi, sementara fa’ilnya ialah dhamir mustatir
(disembunyikan) takdirnya ُهَو, huruf nun-nya ialah lil wiqaayah, sementara huruf
ya-nya ialah ya mutakalim wahdah dimana kedudukannya menjadi maf’ul bih.
Lafadz َضَر َبialah fi’il madhi, fa’ilnya mustatir andai ditakdirkan menjadi ُهَو, dan
huruf ka-nya menjadi maf’ul bih.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
َأَم ْر ُتَك
Contoh:
Kalau maf’ulnya didahulukan maka akan ada yang menyangka bahwa maf’ulnya
adalah yang terakhir.
Contoh:
Contoh:
Apabila ada yang bertanya “kamu bertemu siapa kemarin?” dijawab ()َع ِلًّي ا. Yang
dimaksud adalah:
َقاَبْلُت َع ِلًّيا
1. Fathah
Fathah menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila berbentuk isim mufrad atau jama’
taksir.
Isim mufrad
Jama’ taksir
2. Alif
Alif menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila maf’ulnya berbentuk isim lima.
3. Kasrah
Kasrah menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila berbentuknya jama’ muanats
salim.
4. Ya’
Ya’ menjadi tanda nashab pada maf’ul apabila berbentuk isim tatsniyah atau jama’
mudzakkar salim.
Isim tatsniyah
Contoh:
Kata ( )َهَذ اmerupakan maf’ul bih yang berupa isim isyarah. Irabnya fi mahal marfu’.
Kata ( )َم ْنmerupakan maf’ul bih yang berupa dhamir munfashil. Adapun dhamir kaf (
)َكmerupakan maf’ul yang berupa dhamir muttashil. Irabnya fi mahal marfu