Anda di halaman 1dari 8

TUGAS KELOMPOK LAB

“DISASTER MANAJEMEN”

OLEH KELOMPOK F :

MEILINIA RAMADHANI PO713201181125

MUH YUSRIL PO713201181126

MUTMAINAH PO713201181127

NOSKE NOVIANTI PO713201181128

NUR FADILAH SULTAN PO713201181129

NUR HUDA PO713201181130

NUR ISMA ARSYAD PO713201181131

NUR SYAVILLA ANWAR PO713201181132

NURFAIZAH PO713201181133

NURUL AULIA MAULIANI PO713201181135

NURUL HIKMAH BAKRI PO713201181136

PUTRI NUR HALIZA PO713201181138

RAHMI NUR MAULIANI .M PO713201181139

RAMLAH PO713201181140

RIMA SELVIA PO713201181141

RIZKY DWI ANGGRAENI PO713201181142

SARMILA PO713201181143

SRI YULIANTI NINGSIH PO713201181144

SITI NURDIANA PO713201181145


SYAH KURNIANTI MAHMUD PO713201181146

TAUFIQURRAHMAN PO713201181147

VIRA PRATAMA MASSOLO PO713201181148

WIWI ASTUTI PO713201181150

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

PRODI D3 KEPERAWATAN

2020
Mekanisme Pelatihan TTX

Gambar Sturktur Organisasi TTX


Sesi 1 Pembekalan/Academic Session (AS)

Memberikan informasi terkait materi dan mekanisme latihan kepada peserta. Beberapa
materi diberikan sebagai referensi oleh para narasumber (Subject Matter Expert/SME) yang
ahli dibidangnya.

Sesi 2 Pelatihan/TTX Session


Agenda Pelaksanaan berisi:
a. Pengantar dari Direktur latihan.
TTX merupakan simulasi dalam ruang yang dapat digunakan untuk menguji
kesiapsiagaan berbagai elemen terkait penanggulangan bencana, melalui analisis
reaksi dari peserta latihan melalui penyelesaian skenario bencana tertentu. TTX
dilakukan dalam sebuah ruangan pleno maupun kelas (Sandstrom et al., 2014).
Sandstrom et al. (2014) menambahkan TTX merupakan konsep sederhana dan
sistematis dimana peserta didik dapat berlatih sesuai dengan perannya masing-
masing dengan memberikan pandangan atau visi terjadinya keadaan bencana yang
sesungguhnya.

b. Penyampaian tujuan dan sasaran latihan :


Tujuan dari ruang latihan gladi meja adalah memvalidasi pikiran atau ide, dari
prosedur, rencana kontinjensi, rencana operasi, perjanjian kerjasama dalam, dan
lainnya; tetapi juga bertujuan untuk memecahkan masalah dalam menjalankan
perencanaan dan prosedur untuk menghasilkan umpan balik untuk evaluasi dan revisi
rencana kontinjensi. Gladi meja (TTX) adalah suatu latihan dalam bentuk diskusi pada
level pengambil keputusan dari tiap-tiap instansi yang berfungsi membahas kasus atau
permasalahan dalam operasi penanganan bencana berdasarkan skenario latihan guna
meningkatkan pemahaman tentang SOP, buku petunjuk, serta tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
Sasaran peserta pelatihan harus memiliki kemampuan teknis sesuai dengan
bidang masing-masing yang bersinergi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) lainnya pada skenario tertentu. Selain itu, dapat menguji rencana kontinjensi
atau System Operating Procedure (SOP), serta dapat menguji peralatan baru sebelum
digunakan. Pada penelitian ini, sasaran pelatihan adalah untuk menguji Dokumen
Rencana Kontinjensi erupsi Gunung Sinabung.

c. Penyampaian tata tertib kegiatan selama latihan.


d. Perencanaan skenario
e. Pelaksanaan skenario latihan :

Rencana Operasi Latihan (ROL) berisi :

a. Move/fase setiap permasalahan/isu yang akan dilatihkan/ didiskusikan, pertanyaan


tanggapan yang diharapkan dan referensi yang digunakan sebagai rujukan.
 Fase/Move 1 (Tahapan Informasi).
Posko Pemantau mengirimkan informasi peringatan dini atau bencana yang
akan/telah terjadi kepada Pemerintah daerah.
Informasi Meliputi :
Kondisi Fisik :
Rumah dan gedung hancur, sehingga jalan dipenuhi runtuhan material, Bangunan
pelindung hancur, Jalan dan jembatan hancur, Listrik, air minum dan sarana
komunikasi hancur, Infrastruktur Sistim Peringatan Dini Tsunami masih berfungsi
tapi tidak efektif
Kondisi Manusia :
Hanya sedikit manusia yang terperangkap pada gedung & bangunan yang rusak,
Hanya sedikit manusia yang panik karena jalan-jalan tertutup runtuhan bangunan
roboh, Masyarakat menjadi terisolasi karena putusnya akses jalan dan jembatan
Pertanyaan selama simulasi Meliputi :
 dampak yang terburuk bila bencana terjadi, dan arah dari rencana kontinjensi
apabila dampak terburuk itu terjadi ?
 Bagaimana persiapan yang harus dilakukan sebagai peringatan dini bencana ?
 Siapa saja sasaran untuk meningkatkan pengetahuan atau pendidikan tanggap
bencana teratas?
 Upaya mitigasi bencana apa saja agar meminimalisir resiko terjadinya
kerugian?
 Fase/Move 2 (Tahap Siaga).
Posko Pemantau mengirimkan informasi perkembangan situasi kepada Pemda dan
Pusdalops BPBD/TNI/POLRI dan masyarakat.
 Mitigasi Non-Struktural Pelatihan kesiapsiagaan masyarakat :
Perlindungan diri saat goncangan gempa : gerakan duck, cover, hold, Setelah
goncangan reda, “Evakuasi Gempa” ke tempat terbuka hindari bangunan yang
membahayakan, Antisipasi gempa susulan dengan menghindari bangunan
maupun infrastruktur yang membahayakan, Mencari informasi potensi tsunami
bila gempa dirasakan cukup kuat ke Institusi terkait (Pusdalops BPBD)

 Fase/Move 3 (Status Tanggap Darurat).


Bupati/Walikota menyatakan Status TD dan menunjuk Komando Tanggap
Darurat dan Komando TD menyiapkan dan membuat struktur komando dalam
menghidupkan rencana Operasi dengan dasar Rencana Kontinjensi.
 Capacity Building aparat pemerintah daerah :
Mencari informasi potensi tsunami ke institusi yang terkait (BMG), dengan
sistem peringatan dini yang berfungsi tapi tidak efektif, Pelatihan mengenai
bagaimana cara menyampaikan peringatan dini tsunami ke masyarakat, Tim
Reaksi Cepat (TRC) perlu dilatih, Pembentukan Kelompok Tugas-kelompok
tugas yang terkait

 Fase/Move 4 (Mobilisasi Sumberdaya).


Komando Tanggap Darurat melalui Posko TD mengerahkan sumber daya atas
arahan Bupati/Walikota untuk mobilisasi sumber daya ke lokasi bencana dalam
operasi Tanggap Darurat.

 Fase/Move 5 (Demobilisasi/Pengakhiran)
Komando Tanggap Darurat melaporkan kondisi di lapangan tentang akses
transportasi, evakuasi dan penyelamatan, lokasi pengungsian, kelompok rentan,
kesehatan, keamanan, ekonomi dan lain-lain untuk pencabutan Status Tanggap
Darurat.

Sesi 3 Evaluasi/ After Action Revief (AAR)

Tim Evaluasi/AAR menyampaikan hasil kompilasi evaluasi sesuai alokasi waktu. Oleh
karena keterbatasan waktu, dalam sesi ini tim evaluasi hanya menyampaikan hal-hal
kunci/prioritas sedangkan penjelasan detail akan disampaikan tidak lebih dari seminggu
setelah TTX diselenggarakan.

Analisis Data
Setelah data terkumpul dilakukan identifikasi data dan evaluasi hasil pelatihan. Hasil
evaluasi ditulis pada hasil penelitian kemudian dilakukan pembahasan sesuai dengan
teori dan konsep komunikasi bencana.
Teknik Pengumpulan Data
Selain melalui FGD dan pelatihan TTX, wawancara juga dilakukan untuk menambah data
yaitu dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

TABLE TOP EXERCISE

Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) bersama SKPA duduk


bersama membahas Skenario TTX Gempa dan Tsunami, hari ini tanggal 21
November 2018 bertempat di Aula lantai dua BPBA, Banda Aceh. Diskusi ini dihadiri
oleh Pusdalops BPBA, Pusdalops BPBD, Satpol-PP-WH, Dinas perhubungan,
BMKG, KODAM IM, POLDA, BASARNAS, Dinas Kesehatan, DAMKAR,Dinas
Sosial, RAPI dan forum PRB Aceh. TTX adalah salah satu metode dalam pelatihan
yang bertujuan untuk melakukan pendalaman dan klarifikasi serta verifikasi terhadap
produk perencanaan kedaruratan yang kita miliki. Metode latihan ini menggunakan
metode diskusi yang mendalam berdasarkan skenario permasalahan yang telah
dirancang oleh Tim Perancang. Skenario yang dikembangkan adalah ancaman
bencana gempa bumi dan tsunami.
Pada kesempatan ini BPBA bermaksud mengajak seluruh SKPA terlibat
dalam hal jalur evakuasi masyarakat yakni dalam mengendalikan arah evakuasi dan
mengontrol keamanan ketika evakuasi tengah diupayakan agar evakuasi berjalan
efektif dan efisien sampai ke titik evakuasi akhir (TEA) yang telah ditetapkan. Ada 4
TEA di Banda aceh yakni stadion lhong raya (kec. Bandaraya), komplek tvri (kec.
Darul imarah), kec. Kroeng barona jaya kayee leu kec. Ingin jaya.
Kepala Pelaksana BPBA, H. T. Ahmad Dadek berharap dengan adanya
diskusi ini akan jelas ke depan peran masing-masing SKPA dalam proses evakuasi
ketika bencana terjadi. Point utama nya adalah selamatkan diri terlebih dahulu yakni
penyelamatan diri dengan melakukan segitiga kehidupan.
"Masyarakat akan merasa aman hanya dengan melihat petugas berseragam
bersiaga dan bersiap di jalan-jalan untuk memandu evakuasi ketika bencana terjadi.
Mereka akan berfikir bahwa negara ini ada yang menjaganya"jelas Dadek. Beliau
juga mengatakan jika skenario TTX ini sudah rampung dan efisien maka akan
diujicoba pada tanggal 26 November 2018 nanti yakni pada agenda rutin Pusdalops
BPBA membunyikan sirene Tsunami tepat pada pukul 10 pagi tiap tanggal 26 tiap
bulannya.
Adapun skenario +1 sampai +5 menit pasca gempa adalah Kepala
Pelaksana (Kalak) BPBA memastikan kesiapan penyelamatan alat dan perangkat
Pusdalops. Selanjutnya beliau akan memastikan pemandu evakuasi mandiri (Dishub,
Polda, TNI, Satpol PP, SAR, RAPI, Tagana, BPBD, Damkar, Forum PRB, Media
cetak dan elektronik). Seterusnya Pusdalops memastikan dengan BMKG terkait
informasi awal gempa terjadi. Setelah BMKG menganalisa gempa maka memberikan
informasi ke pada Kalak BPBA maka beliaupun mengintruksikan aktivasi sirene
kepada petugas Pusdalops atau petugas piket pada hari tersebut.(HJ).

Anda mungkin juga menyukai