Anda di halaman 1dari 38

TABLETOP SIMULATION BENCANA ERUPSI GUNUNG BERAPI

Memenuhi Tugas Matakuliah


Keperawatan Kegawat Daruratan
yang dibina oleh ibu Anggun Setyarini, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh Kelompok 2 :

1. Galuh Krismaharani Putri (P17210183077)


2. Nabila Kamelia (P17210193050)
3. Dian Ramadhani (P17210193051)
4. Choiriyah Rohma Wijiasih (P17210193052)
5. Rizqi Gitari Fernanda (P17210193055)
6. Ani Fitria (P17210193056)
7. Anensia Eka Risti (P17210193062)
8. Afif Rahman Maulana (P17210193068)
9. Wiwin Duwis Andayani (P17210193069)
10.Oktarina Nugra Fene Putri (P17210193070)
11.Shinta Nur Diana (P17210193073)
12.Herika Aprilia Candra (P17210193077)
13.Sheila Anggraini (P17210193085)
14.Bramanda Satria Prakasa (P17210193089)
15.Devi Inayatul Khusna (P17210193095)
16.M. Aldy Dhobit Ainur (P17210193097)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN MALANG

Februari 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya saya dapat
menyelesaiakan tugas makalah yang berjudul “Mitigasi”. Walaupun beberapa hambatan yang
saya alami selama proses pengerjaannya, tapi saya berhasil menyelesaikan karya ilmiah ini
tepat waktu.

Dan tidak luput saya sampaikan terimakasih kepada dosen pembimbing, yang telah ikut serta
membantu dan membimbing saya dalam mengerjakan karya ilmiah. Saya ucapkan
terimakasih juga terhadap teman-teman mahasiswa yang sudah ikut memberi kontribusi baik
secara langsung ataupun tidak langsung dalam proses karya ilmiah ini.

Suatu hal yang ingin saya berikan kepada masyarakat atas hasil dari karya ilmiah ini. Karena
itu saya berharap semoga karya ilmiah ini memberikan dampak baik dan berguna bagi kita
semua.

Saya pun menyadari didalam penulisan karya ilmiah ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, maka saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat positif untuk
mencapai sempurnanya karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah  ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca.

Malang, April 2021


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan daerah yang rawan dan beresiko tinggi terhadap bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2014) mengatakan Indonesia rawan bencana
terkait dengan kondisi geografis, geologi, dan hidrologis dan terletak pada pertemuan tiga
lempeng tektonik utama dunia yaitu Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia. Bencana di
Indonesia mengalami peningkatan yang luar biasa, pada tahun 2016 mengalami
peningkatan 35% dari tahun sebelumnya (BNPB, 2016). Badan Nasional
Penanggulangan Bencana menyebutkan salah satu bencana yang sering terjadi di
Indonesia adalah gunung berapi, Indonesia memiliki 127 gunung berapi aktif, dan sekitar
150 sungai, yang melintasi wilayah padat penduduk.
Bencana erupsi gunung berapi yaitu bencana alam yang disebabkan meletusnya
atau pelepasan material dari gunung berapi seperti lava, gas, abu dan lain sebagainya ke
atmosfer bumi ataupun ke permukaan bumi dalam jumlah yang tidak menentu. Erupsi
gunung berapi merupakan salah satu bencana alam yang banyak menimbulkan berbagai
kerusakan dengan total kerugian yang besar seperti pada sektor pemukiman,
infrasetruktur, telekomunikasi, listrik dan energi, serta air bersih. Dampak sebuah
bencana erupsi gunung berapi semakin parah ketika jumlah populasi penduduk di daerah
rawan bencana meningkat, rendahnya tingkat kesiapsiagaan dan mitigasi di tingkat
pemerintahan serta rendahnya kesadaran masyarakat dalam upaya mempersiapkan diri
menghadapi bencana. Kurangnya pengetahuan mengenai cara penyelamatan diri saat
bencana akan turut mempengaruhi keselamatan masyarakat, sehingga perlu adanya
pemberian edukasi kepada masyarakat tentang simulasi bencana erupsi gunung berapi.
Simulasi bencana erupsi gunung berapi adalah proses peniruan langkah-langkah
kesiapsiagaan yang harus dilakukan ketika terjadinya bencana erupsi gunung berapi.
Adanya simulasi bencana erupsi gunung berapi bertujuan untuk memberikan pengetahuan
kepada masyarakat tentang pentingnya kewaspadaan terhadap bencana erupsi gunung
berapi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membuat
makalah tentang simulasi bencana erupsi gunung berapi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagimana struktur organisasi simulasi bencana erupsi gunung berapi?
2. Bagaimakah skenario simulasi bencana erupsi gunung berapi?
3. Apa saja tindakan yang harus dilakukan untuk simulasi bencana erupsi gunung
berapi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tentang simulasi bencana erupsi gunung berapi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui struktur organisasi simulasi bencana erupsi gunung berapi
2. Menggambarkan skenario simulasi bencana erupsi gunung berapi
3. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan pada saat simulasi bencana erupsi
gunung berapi
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai simulasi
bencana erupsi gunung berapi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana yang bermanfaat dalam
mengimplementasikan pengetahuan penulis dalam keperawatan gawat darurat dan
menejemen bencana tentang simulasi bencana erupsi gunung berapi.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori
mengenai keperawatan gawat darurat dan menejemen bencana , bagi peneliti
selanjutya.
3. Bagi Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Jurusan Keperawatan
Salah satu wujud Tri Dharma perguruan tinggi (akademik, penelitian dan
pengabdian masyarakat) dalam bidang keperawatan dan dan menjadi bahan
masukan untuk materi keperawatan gawat darurat dan menejemen bencana.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat dalam
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat tentang simulasi bencana
erupsi gunung berapi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Organisasi

A. Konsep secara umum Table top Simulation


Table top simulation atau simulasi dalam ruang adalah sebuah metode yang dapat
digunakan untuk menguji kesiapsiagaan berbagai elemen terkait penanggulangan bencana,
melalui analisis reaksi peserta uji melalui skenario bencana tertentu. Table top simulation
dilakukan dalam sebuah ruangan pleno maupun kelas terpisah, bahkan dengan kemajuan
teknologi, dapat juga dilakukan oleh peserta uji dengan lokasi berbeda, dengan syarat tidak
mengganggu kelancaran alur komunikasi dan koordinasi.
Simulasi yang juga dikenal dengan uji dalam ruang ini dapat dilakukan pula dengan
berbagai tingkat atau skala uji, baik nasional hingga di di sekolah/masyarakat. Hasil analisis
table top simulation ini dapat digunakan untuk melihat pemahaman peserta uji mengenai
tugas pokok, fungsi, peran, wewenang dan tanggungjawabnya, sebelum, saat dan sesudah
bencana terjadi.
Table top simulation dapat menjadi alat uji yang efektif untuk melihat ada tidaknya
mekanisme penanggulangan bencana yang sistemik untuk tanggap darurat. Apabila peserta
uji merupakan perwakilan yang tepat dari elemen terkait penanggulangan bencana, table top
simulation ini dapat melihat secara cepat apakah mekanisme tersebut dapat membantu upaya
penanggulangan bencana secara cepat dan tepat, serta apakah mekanisme tersebut juga
dipahami oleh siapapun pihak terkait yang diuji, baik di tingkat nasional, provinsi,
kota/kabupaten, hingga desa bahkan sekolah.
Peserta uji table top simulation dapat memanfaatkan pengalaman dan analisis uji
dalam ruang melalui simulasi ini untuk menentukan tindak lanjut yang diperlukan, seperti
peningkatan pemahaman menyeluruh mengenai mekanisme, peran dan tanggung jawab
lembaga terkait, penguatan kapasitas kelembagaan, penguatan koordinasi lintas lembaga dan
elemen terkait, serta dukungan legal formal dari mekanisme sistemik yang dibutuhkan saat
menanggulangi bencana.
Tujuan Table top Simulation
1. Menguji rencana penanggulangan bencana yang sistemik untuk tanggap darurat yang
telah dibuat oleh peserta.
2. Membantu peserta melihat secara cepat dan tepat apakah mekanisme yang telah
dibuat dapat membentu rencana penanggulangan bencana memanfaatkan pengalaman
dan analisis dalam ruang untuk menentukan tindak lanjut yang diperlukan.
3. Mengidentifikasi kekuatan dan kekurangan rencana, kebijakan, prosedur, pembagian
tugas dan tanggung jawab yang sedang diujikan.
4. Menilai system yang sudah tersedia untuk memandu pencegahan, respon, dan
pemulihan.
5. Memfasilitasi pemahaman konsep terhadap prosedur yang disimulasikan

Keuntungan Table top Simulation


1. Dapat membahas masalah secara dalam dan mengembangkan keputusan melalui
masalah yang diberikan oleh fasilitator
2. Table top simulation melibatkan pegawai kunci membahas skenario simulasi dalam
suasana informal
3. Dapat ujian situasi hipotesis tanpa menyebabkan gangguan di masyarakat
4. Efektif dan efisien dalam hal waktu, dana dan sumber daya
5. Sebagai sarana mempererat kerjasama dan koordinasi antara agensSI.

Aturan main Simulasi dalam Ruang (Table Top Simulation)


1. Peserta akan diberikan peran dengan memakai tagging/papan nama peran.
2. Fasilitator akan membacakan skenario simulasi satu per satu dari waktu ke waktu
dengan jeda dan peserta boleh memberikan aksi reaksi dengan mengakat tangan
terlebih dahulu dan fasilitator pendamping membantu peserta menegaskan kembali
apa yang disampaikan oleh peserta.
3. Fasilitator lainnya menuliskan proses/mendokumentasikan proses kedalam kertas
plano sesuai dengan point penting yaitu: komando, koordinasi dan inisiatif.
4. Fasilitator melakukan review aksi dan reaksi peserta yang telah terdokumentasikan,
kemudian memberikan kesimpulan terhadap uji coba ini.
B. Konsep Bencana Gunung Meletus
2.1.1 Bencana Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya magma
dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan (Ruwanto, 2008). Letusan gunung api
merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi ". Hampir
semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan
dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang
sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar
(magma). Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700- 1.200 °C. Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km
atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km (Priambodo,
2009).
Berdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi dua yaitu
bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya tersebut masing-masing
mempunyai resiko merusak dan mematikan (Nurjanah dkk, 2011).
a. Bahaya utama (primer)
Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung terjadi ketika
proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan panas, lontaran
batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.
b. Bahaya ikutan (sekunder)
Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses
peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan
material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim
hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta lumpur
turun ke lembah sebagai banjir bebatuan. Biasanya banjir tersebut dikenal dengan
banjir lahar dingin.

2.1.2 Jenis – jenis Letusan Gunung Meletus


a. Tipe A, magma naik melalui pipa kepundan dan memecahkan kubah yang lama,
kemudian membentuk kubah baru atau lidah lava. Pada fase ini, mulai ada letusan kecil
namun tidak terlalu berbahaya yang menghasilkan awan panas atau Wadus gembel.
b. Tipe B, fase ini sangat umum dan dimulai dengan naiknya magma melalui pipa kepundan
dan memecahkan penutup di atasnya dengan letusan-letusan kecil dan keluarnya lava.
Fase utama akan menghancurkan sebagian puncak gunung api. Pada fase akhir, lava
membentuk kubah atau lidah lava dengan viskositas tinggi atau sangat kental. Awan
panas yang keluar bisa mencapai sekitar 12-14 km dari pusat letusan.
c. Tipe C, letusan dimulai dengan naiknya magma dengan kandungangas yang cukup tinggi.
Ltusan yang terjadi memcahkan pantuup di atasnya dan memlepaskan gas yang
terkandung dan tidak ada aliran yang terbentuk. Biasanya erupsi berlangusng singakat,
setelah tekanan gas berkurang, kubah atau lidah lava terbentuk.
d. Tipe D, merupakan letusan yang paling berbahaya, tanpa aliran lava adanya aliran lava,
puncak gunung api di hancurkan , kaldera terbentuk dan banyak sekali awan panas atau
wedus gembel.

2.1.3 Penyebab Gunung Meletus


a. Peningkatan kegempaan vulkanik
Aktivitas yang tidak biasa pada gunung berapi, seperti frekuensi gempa bumi
meningkat yang mana dalam sehari bisa terjadi puluhan kali gempa tremor yang tercatat
di alat Seismograf. Selain itu terjadi peningkatan aktivitas Seismik dan kejadian vulkanis
lainnya hal ini disebabkan oleh pergerakan magma, hidrotermal yang berlangsung di
dalam perut bumi. Jika tanda-tanda seperti diatas muncul dan terus berlangsung dalam
beberapa waktu yang telah ditentukan maka status gunung berapi dapat ditingkatkan
menjadi level waspada. Pada level ini harus dilakukan penyuluhan kepada masyarakat
sekitar, melakukan penilaian bahaya dan potensi untuk naik ke level selanjutnya dan
kembali mengecek sarana serta pelaksanaan shift pemantauan yang harus terus dilakukan.
b. Suhu kawah meningkat secara signifikan
Pada gunung dengan status normal, volume magma tidak terlalu banyak
terkumpul di daerah kawah sehingga menyebabkan suhu di sekitar normal. Naiknya
magma tersebut bisa disebabkan oleh pergerakan tektonik pada lapisan bumi dibawah
gunung seperti gerakan lempeng sehingga meningkatkan tekanan pada dapur magma dan
pada akhirnya membuat magma terdorong ke atas hingga berada tepat dibawah kawah.
Pada kondisi seperti ini, banyak hewan hewan di sekitar gunung bermigrasi dan terlihat
gelisah. Selain itu meningkatnya suhu kawah juga membuat air tanah di sekitar gunung
menjadi kering.
c. Terjadinya deformasi badan gunung
Peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga menyebabkan perubahan
struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi bagian dalam sepeti dapur
magma yang volume-nya mengecil atau bisa juga saluran yang menghubungkan kawah
dengan dapur magma menjadi tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.
d. Akibat tekanan yang sangat tinggi
Jika sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah terdapat sumbatan,
bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi. Semakin besar
tekanan dan volume magma-nya maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.

2.1.4 Proses Terjadinya Gunung Meletus


Peristiwa vulkanisme sangat berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut
bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat dan sangat panas yang
terdapat dalam perut bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan
banyaknya gas yang terkandung di dalamnya. Adanya aktivitas ini dapat menyebabkan
retakan-retakan dan pergeseran kulit bumi. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh
aktivitas magma yang menyusup ke dalam litosfer (kulit bumi). Penyusupan magma ke
dalam litosfer dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut :
a) Intrusi magma
Instrusi magma merupakan peristiwa menyusupnya magma diantara lapisan batuan, tetapi
tidak mencapai permukaan bumi. Intrusi magma dibedakan sebagai berikut :
1. Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi) yaitu magma menyusup diantara dua lapisan
batuan, mendatar dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.
2. Lakolit yaitu magma yang menerobos diantara lapisan bumi paling atas. Bentuknya
seperti lensa cembung.
3. Gang (korok) yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela
–sela lipatan (korok).
4. Diatermis yaitu lubang (pipa) diantara dapur magma dan kepundan gunung berapi.
Bentuknya seperti silinder memanjang.
b) Ekstrusi magma
Ekstrusi magma merupakan peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan
bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada
retakan pada kulit bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat.

2.1.5 Dampak Terjadinya Gunung Meletus


a. Dampak Negatif
1. Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida
(SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida(NO2), serta debu dalam
bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter).
2. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik,serta makanan
yang terkontaminasi, dan lain-lain.
3. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan pekerjaan
rutin kesehariannya.
4. Timbulnya penyakit pada korban seperti ISPA
5. Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang.
6. Lalu lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu.Bahkan, penerbangan dari
dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu
7. Kebakaran hutan karena terkena laharnya.
8. Sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang menyebabkan pendapatan
bisnis para petani menurun drastis.
9. Sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
10. Sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga menyebabkan tingkat
hunian hotel dari 70 persen turun menjadi 30 persen.
b. Dampak Positif
1. Penambangan pasir mendapatkan pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat
pasir di pinggiran lahar dingin
2. Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah, namun
dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung.
3. Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai bahan
material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
2.1.6 Tanda dan Gejala Bencana Gunung Meletus

1. Suhu di sekitar gunung naik


2. Mata air menjadi kering
3. Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
4. Tumbuhan di sekitar gunung layu
5. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
6. Peningkatan kegempaan vulkanik
7. Peningkatan suhu kawah
8. Peningkatan gelombang magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi pada tubuh
jantung
9. Lempeng-lempeng bumi saling berdesakan dan magma di perut bumi pun mendesak
serta mendorong permukaan bumi dan memicu aktivitas geologis, vulkanik, dan
tektonik
10. Akibat tekanan yang amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari permukaan
bumi sebagai lava

2.1.7 Status Kegiatan Gunung Meletus


a. Aktif-Normal (level 1), kegiatan gunung api baik secara visual,  maupun dengan
instrumentasi tidak ada gejala perubahan kegiatan. Tidak ada gejala tekanan magma.
b. Waspada (level 2), berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumentasi mulai
terdeteksi gejala perubahan kegiatan, misalnya jumlah gempa vulkanik, suhu kawah
(solfatara/fumarola) meningkat dari nilai normal. Aktifitas vulkanik san
seismik/kegempaan gunung sudah meningkat
c. Siaga (level 3), kenaikan kegiatan semakin nyata. Hasil pantauan visual dan seismik
berlanjut didukung dengan data dari instrumentasi lainnya. Letusan dapat menjadi
dalam waktu 2 minggu
d. Awas (level 4), semua data menunjukkan bahwa letusan utama segera menjelang.
Letusan-letusan asap/abu sudah mulai terjadi. Letusan dapat menjadi dalam waktu 24
jam
C. Grafik Struktur Bencana dan Struktur Organisasi

1. Grafik Struktur Bencana

Lereng gunung Ancaman erupsi


merapi merupakan gunung merapi
wilayah yang padat setiap 2-7 tahun
penduduk sekali

Resiko terkena
dampak erupsi
merapi

Manajemen bencana
erupsi gunung merapi
oleh BPBD

Penyuluhan Mitigation Preparedness Response Recovery

Pengurangan Perencanaan Penyelamatan Pemulihan


Pencegahan Persiapan Pertolongan Pengawasan

Mengurangi resiko
dan melindungi
masyarakat dari
dampak erupsi
gunung merapi
2. Struktur Organisasi
No Nama Unit Tugas Bertanggung Jabatan Dalam Instansi Asli Peraturan
. Jawab ke Istansi Asli
2-1 Komandan
2- Komandan 1) Mengaktifkan dan meningkatkan Kepala BPBD Kepala kepolisian Polisi (Polres Peraturan
1-1 Pusat Pengendalian Operasi kota (Sekda) Kota kota) Kepala BNPB
(Pusdalops) menjadi Pos Komando No. 10, 2008
Tanggap Darurat BPBD Peraturan
Kabupaten/Kota/Provinsi atau Kepala BNPB
BNPB, sesuai dengan jenis, lokasi No. 14 2010
dan tingkatan bencana.
2) Membentuk Pos Komando
Lapangan (Poskolap) di lokasi
bencana di bawah komando Pos
Komando Tanggap Darurat Bencana
BPBD Kabupaten/Kota/Provinsi atau
BNPB.
3) Membuat rencana strategis dan
taktis, mengorganisasikan,
melaksanakan dan mengendalikan
operasi tanggap darurat bencana.
4) Melaksanakan komando dan
pengendalian untuk pengerahan
sumber daya manusia, peralatan,
logistik dan penyelamatan serta
berwenang memerintahkan para
pejabat yang mewakili
instansi/lembaga/organisasi yang
terkait dalam memfasilitasi
aksesibilitas penanganan tanggap
darurat bencana.
2- Wakil komandan 1) Membantu Komandan Tanggap Komandan Kepala komandan Militer Peraturan
1-2 Darurat Bencana dalam rayon militer Kota Kepala BNPB
merencanakan, mengorganisasikan, No. 10, 2008
melaksanakan dan mengendalikan Peraturan
komando tanggap darurat bencana. Kepala BNPB
2) Mengkoordinir tugas-tugas No. 14 2010
sekretariat, humas, keselamatan dan
keamanan serta perwakilan
instansi/lembaga.
3) Mewakili Komandan Tanggap
Darurat Bencana, apabila Komandan
Tanggap Darurat Bencana
berhalangan.
2-2 Staf Komandan
2- Sekertaris 1) Menyelenggarakan administrasi Komandan Kepala pelaksana BPBD Kota Peraturan
2-1 umum dan pelaporan BPBD Kepala BNPB
2) Pelayanan akomodasi dan konsumsi No. 10, 2008
bagi personil Komando Tanggap Peraturan
Darurat Bencana. Kepala BNPB
No. 14 2010
2- Hubungan a. Hubungan Masyarakat bertugas dan Komandan Kepala divisi Sekda Peraturan
2-2 masyarakat bertanggung jawab untuk: Humas dan Kepala BNPB
1) Menghimpun data dan informasi kemasyarakatan No. 10, 2008
penanganan bencana yang terjadi. (Kabag Humas & Peraturan
2) Membentuk jaringan informasi Kemasyarakatan) Kepala BNPB
dan komunikasi serta menyebarkan No. 14 2010
informasi tentang bencana tersebut
ke media massa dan masyarakat
luas.
b. Kepala Humas bertanggung jawab
langsung kepada Komandan Tanggap
Darurat Bencana.
Evaluasi dan Pelaporan
Pelaksanaan Penyaluran Bantuan
2- Keselamatan dan 1) Menjamin kesehatan dan Komandan (kosong) (kosong) Perka BNPB
2-3 Keamanan keselamatan seluruh personil No.10, 2008
Komando Tanggap Darurat Bencana Perka BNPB
dalam menjalankan tugasnya. No.14 2010
2) Menjaga keamanan penanganan
tanggap darurat bencana serta
mengantisipasi hal-hal di luar dugaan
atau suatu keadaan yang berbahaya
2- Perwakilan Perwakilan instansi/lembaga bertugas Komandan dan Asisten Sekda Perka BNPB
2-4 Instansi/Lembaga untuk membantu Komandan Tanggap perwakilan administrasi No.10, 2008
Darurat Bencana berkaitan dengan instansi/lembag umum sekda Perka BNPB
permintaan dan pengerahan a (Asisten Adm. No.14 2010
sumberdaya yang dibutuhkan dari Umum Sekda)
instansi/lembaga.
2-3 Liaision Officers (LO)
2- Liaison Officer Membangun komunikasi awal dengan Komandan dan (kosong) (kosong) Perka BNPB
3-1 (LO) Polri pimpinan dengan anggota yang perwakilan No.10, 2008
rencananya akan terlibat dalam kepala
komando TD serta berkoordinasi instansi/lembag
dengan semua unsur komando TD a
dalam rangka penempatan/penugasan
anggota kesatuan.
2- Liaison Officer Membangun komunikasi awal dengan Komandan dan (kosong) (kosong) Perka BNPB
3-2 (LO) TNI pimpinan dengan anggota yang perwakilan No.10, 2008
rencananya akan terlibat dalam kepala
komando TD serta berkoordinasi instansi/lembag
dengan semua unsur komando TD a
dalam rangka penempatan/penugasan
anggota kesatuan.
2- Liaison Officer Membangun komunikasi awal dengan Komandan dan Daftar Dalam daftar Perka BNPB
3-3 (LO) LSM/Ormas kepala BPBD dengan LSM/Ormas perwakilan No.10, 2008
yang rencananya akan terlibat dalam kepala
komando TD serta berkoordinasi instansi/lembag
dengan semua unsur komando TD a
2- Liaison Officer Membangun komunikasi awal dengan Komandan dan Tidak ada dalam Tidak ada Perka BNPB
3-4 (LO) Perencanaan kepala BPBD dengan unsur pelaksana perwakilan daftar dalam daftar No.10, 2008
dan Operasi komando TD perihal koordinasi kepala
sebagai penghubung di bidang instansi/lembag
perencanaan dan operasi tanggap a
daruurat
2- Liaison Officer Membangun komnukasi awal dengan - Tidak ada dalam Tidak ada Perka BNPB
3-5 (LO) kepala BPBD dan unsur pelaksana daftar dalam daftar No.10, 2008
Logistik,peralatan komando TD perihal koordinasi
dan keuangan sebagai penghubung di nbidang
Logistik, peralatan dan keuangan
dalam rangka penanganan terhadap
tanggap darurat.
2-4 Staf umum : Unit Operasi
2- Bidang Operasi Bidang Operasi bertugas dan Komandan Kepala bagian Polisi Perka BNPB
4-1 bertanggung jawab atas semua divisi oprasional No.10, 2008
pelaksanaan operasi penyelamatan dan polisi (Kabag Perka BNPB
evakuasi korban, harta benda, Ops/Pasi Ops) No.14 2010
pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana dengan cepat,
tepat, efisien dan efektif berdasarkan
satu kesatuan rencana tindakan
penanganan tanggap darurat bencana.
2- Unit Kesehatan 1) Mengoptimalkan posko kesehatan Kepala seksi Kepala divisi Dinkesos Perka BNPB
4-2 2) Berkoordinasi dengan satgas operasi kesehatan (dinas sosial & No.10, 2008
pengungsian untuk melaksanakan kesehatan)
tugas pelayanan kesehatan terhadap
pengungsi
3) Berkoordinasi dengan satgas SAR
dan evakuasi dalam membawa
korban menuju RSUD baik korban
luka maupun korban meninggal
2- Unit rehabilitasi 1) Melaksanakan survey daerah yang Kepala seksi Kepala divisi BPBD Perka BNPB
4-3 dan pemulihan kemungkinan akan dilaksanakan operasi rehabilitasi dan No.10, 2008
rehabilitasi dan pemulihan rekonstruksi
2) Merencanakan
rehabilitasi/pemulihan yang akan
dilaksanakan
3) Membantu satgas lainnya dalam
proses pengungsian ke tempat
pengungsian
2- Unit 1) Menjaga kebersihan di lingkungan Kepala seksi Kepala divisi Distarumansa Perka BNPB
4-4 sanitasi/kebersihan tempat pengungsian operasi kebersihan (dinas No.10, 2008
2) Koordinasi dengan perangkat perencanaa tata
kewilayahan tentang rencana tempat ruang , taman
pembungan sampah dan
pembuangan)
2- Unit pengungsi 1) Mempersiapkan lokasi pengungsian Kepala seksi Pasiter Kodim TNI Perka BNPB
4-5 2) Koordinasi dengan perangkat operasi (Perwira Seksi No.10, 2008
kewilayahan tentang kemungkinan Teritorial) Perka BNPB
jumlah pengungsi No.13, 2010
3) Mengatur penepmpatan pengungsi
di tempat pengungsian
2- Unit SAR dan 1) Pergi ke daerah yang terkena Kepala seksi Kepala SAR unit SAR Perka BNPB
4-6 Evakuasi dampak bencana operasi Tomohon No.10, 2008
2) Membawa korban baik yang Perka BNPB
meninggal maupun yang lukaluka No.13, 2010
dari lokasi bencana menuju posko
kesehatan untuk di bawa ke RSUD
3) Berkoordinasi dengan seksi
transportasi tentang pengankutan
korban untuk di bawa ke RSUD
2- Unit Psykologi 1) Memulai menginventarisir warga Kepala seksi Kepala Presidium FKUB (Forum Perka BNPB
4-7 yang akan direhabilitasi psikologi operasi FKUB Kerukunan No.10, 2008
akibat trauma yang ditimbulkan oleh Umat
bencana gunung merapi Beragama)
2) Mebantu satgas pengungsian di
tempat pengungsian
2- Seksi pemadam 1) Sesuai perintah mendatangi lokasi Kepala seksi Kepala pemadam BPBD Perka BNPB
4-8 kebakaran dan memadamkan api di tempat yang operasi kebakaran UPTB No.10, 2008
mengalami kebakaran akibat awan
panas
2) Mensiagakan mobil pemadam
kebakaran di tempat pengungsian
2- Seksi transportasi 1) Menyiapkan alat peralatan dan Kepala seksi Kepala divisi Dishubkominfo Perka BNPB
4-9 personel yang berkaiitan dengan operasi pertanahan (dinas No.10, 2008
tugas transportasi transportasi,in
2) Menempatkan kendaraan evakuasi formasi dan
sesuai dengan perkiraan jumlah komunikasi)
warga yang akan dievakuasi dengan
jumlah kendaraan yang disiapkan
3) Berkoordinasi dengan seksi SAR
dan evakuasi untuk membawa
pengungsi ke tempat pengungisan
2- Seksi nubika 1) Menyiapkan peralatan dan personel Kepala seksi Kepala divisi BLH (instansi Perka BNPB
4- (nuklir, biologi pelaksana peneliti/uji kemungkina operasi AMDAL (analisis lingkungan) No.10, 2008
10 dan kimia) adanya gas beracun di sekitar dampak
kawah/perkampungan warga lingkungan )
2) Menyiapkan masker untuk
masyarakat untuk kemungkinan
adanya gas beracun, asap dan abu.
3) Membuat sosialisasi terhadap warga
tentang bahaya dari gas beracun
2- Seksi komunikasi 1) Mensiagakan petugas komlek dan Kepala seksi Kepala ORARI/RAPI Perka BNPB
4- elektronik melaporkan perkembangan status operasi ORARI/RAPI (asosiasi radio No.10, 2008
11 gunung berapi kepada Dansatgas dan amatir)
Instansi terkait
2) Memaksimalkan alat peralatan
komlek yang digunakan
2- Seksi pendidikan 1) Siapkan lahan/tempat, sarana dan Kepala seksi sekertaris Dinaspora
4- kedaruratan prasarana pendidikan darurat dalam operasi Diknaspora (Dinas
12 radius aman pendidikan dan
2) Siapkan petugas/tenaga pengajar dan olah raga )
bantuan kependidikan
2- Seksi pemakaman 1) Penyiapan lahan untuk lokasi Kepala seksi (Kepala Kantor) Dinas
4- pemakaman operasi keagamaan
13 2) Koordinasi dengan badan terkait
untuk calon lokasi pemakaman masal
2- Kompensasi kehilangan Perka BNPB
4- No.8, 2008
14
2-5 staf umum : seksi perencanaan
2- Seksi perencanaan Bidang Perencanaan bertugas dan Komandan kepala Bappeda Bappeda Perka BNPB
5-1 bertanggung jawab atas pengumpulan, No.10, 2008
evaluasi, analisis data dan informasi Perka BNPB
yang berhubungan dengan penanganan No.14 2010
tanggap darurat bencana serta
menyiapkan dokumen rencana
tindakan operasi tanggap darurat.
2-6 staf umum : seksi logistik dan peralatan
2- Seksi logistik dan 1) Penyediaan fasilitas, jasa, dan komandan (Kabid BPBD Perka BNPB
6-1 perencanaan bahan-bahan serta perlengkapan Kedaruratan & No.18 2010
tanggap darurat. Logistik)
2) Melaksanakan penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian dan
transportasi bantuan logistik dan
peralatan.
3) Melaksanakan penyelenggaraan
dukungan dapur umum, air bersih
dan sanitasi umum.
4) Mengkoordinasikan semua bantuan
logistik dan peralatan dari
instansi/lembaga/organisasi yang
terkait.
2- Seksi peralatan 1) Mensiagakan petugas peralatan Kepala logistik Kepala divisi Bina Dinas PU Perka BNPB
6-2 berat berat pada lokasi yang sudah dan peralatan Marga (Pekerjaan No.18 2010
diperhitungkan sangat diperlukan umum)
2) Melaporkan kesiapan peralatan berat
dan petugasnya kepada badan yang
terkait
2- Seksi 1) Siapkan lahan/tempat sebagai calon Kepala logistik Kepala sub divisi BPBD Perka BNPB
6-3 penggudangan tempat penyimpanan barang bantuan dan peralatan Logistik & No.18 2010
logistik dalam radius aman peralatan
2) Siapkan petugas untuk tangani
administrasi bantuan
3) Siapkan daftar untuk distribusi
bantuan
2- Seksi distribusi 1) Menyiapkan personel untuk Kepala logistik Kepala divisi Dinas Perka BNPB
6-4 logistik mendistribusikan barang dan peralatan sosial Kesehatan & No.18 2010
2) Mendistribusikan logistik dari social
barang bantuan kepada korban
bencana secara tertib dan transparan
3) Membuat perkiraan daerah yang
paling mungkin tertimpa bencana
serta cara pendistribusian logistik
kepada korba
2- Seksi hunian 1) Menyiapkan hunian sementara/MCK Kepala logistik Kepala Divisi Dinas PU
6-5 sementara/MCK di lokasi pengungsian dan peralatan Cipta Karya (Pekerjaan
2) Berkoordinasi dengan seksi Umum)
pengungsian untuk rencana
penyediaan hunian sementara/MCK
diperhitungkan sangat diperlukan
2- Seksi air bersih 1) Melaksanakan survey kebutuhan dan Kepala logistik Direktur Teknik PDAM
6-6 rencana lokasi dan peralatan
pembangungan/penyediaan sarana
prasarana dan petugas pelayanan air
bersih
2) Berkoordinasi dengan seksi lainnya
untuk penyediaan air bersih yang
diperlukan
2- Seksi listrik 1) Penyediaan sarana dan prasarana Kepala logistik Kepala PT. PLN
6-7 dan petugas pelayanan listrik yang dan peralatan
akan digunakan di lokasi
pengungsian
2-7 Staf umum : Bidang Administrasi Keuangan
2- Bidang 1) Melaksanakan semua administrasi Komandan Kepala DPPKAD DPPKAD Perka BNPB
7-1 Administrasi keuangan. No.10, 2008
Keuangan 2) Menganalisa kebutuhan dana dalam Perka BNPB
rangka penanganan tanggap darurat No.14 2010
bencana yang terjadi.
3) Mendukung keuangan yang
dibutuhkan dalam rangka komando
tanggap darurat bencana yang terjadi
2.2 Contoh Kasus

KASUS UMUM

Pada 5 November 2010 Gunung Merapi mengalami erupsi. Erupsi gunung


yang berada di perbatasan Jawa Tengah dan DIY ini terjadi sejak 26 Oktober 2010
dengan beberapa kali memuntahkan material gunung, dimulai pukul 17.02 WIB.
Setelahnya, rangkaian letusan dengan diiringi awan panas dan banjir lahar dingin
terjadi hingga puncaknya pada 5 November 2010. BNPB mencatat, aktivitas gunung
dengan ketinggian 2.930 meter itu meningkat pada 3 November 2010. Awan panas
beruntun terjadi mulai pukul 11.11 WIB hingga 15.00 WIB dengan jarak luncur awan
panas mencapai 9 kilometer dari puncak. Sementara radius aman menjadi 15
kilometer dari puncak Gunung Merapi. Perubahan terjadi pada 4 November 2010.
Erupsi lanjutan meningkatkan jarak luncur awan panas mencapai 14 kilometer dari
puncak. Hingga masuk 5 November 2010 pukul 01.00 WIB, daerah aman ditetapkan
di luar radius 20 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Di hari itu, letusan didahului
dengan suara gemuruh terdengar di Yogyakarta, Magelang, dan Wonosobo. Hujan
kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu
vulkanik pekat turun hingga Purwokerto dan Cilacap. Siang harinya, debu vulkanik
telah mencapai sejumlah wilayah di Jawa Barat.

Kejadian ini menyebabkan kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh


bencana letusan Gunung Merapi tersebut yaitu Rp. 3,56 trilyun. Jumlah nilai
kerusakan adalah Rp. 1,69 trilyun (47%), sedangkan jumlah nilai kerugian adalah Rp.
1,87 trilyun (53%). Nilai kerusakan paling besar dialami oleh sektor perumahan yang
mencapai Rp. 599 milyar (36%), infrastruktur Rp. 582 milyar (35%) dan ekonomi Rp.
403 milyar (24%). Sedangkan untuk kerugian terbesar berturut-turut adalah ekonomi
Rp .1,29 trilyun (69%), lintas sektor Rp. 396,73 milyar (21%) dan perumahan Rp 126
milyar (7%). Kerusakan berat dialami oleh Kabupaten Sleman sebanyak 2.339 unit
rumah di Kecamatan Cangkringan dan Ngemplak. Di Provinsi Jawa Tengah sebanyak
274 unit rumah di Kabupaten Magelang. Selain rusak berat, beberapa rumah juga
mengalami rusak sedang sebanyak 360 unit dan rusak ringan sebanyak 1.571 unit dan
ribuan ternak mati. Peristiwa ini membuat sebanyak 56.414 warga mengungsi dan
15.613 keluarga terdampak.
Setelah menerima informasi bencana yang terjadi, tim-tim emergency mulai
berdatangan, Kendali penanganan bencana Merapi di tangan BNPB dibantu Gubernur
DIY, Gubernur Jateng, Pangdam Diponegoro, Kapolda Jawa Tengah, Kapolda DIY.
Unsur Pemerintah Pusat di bawah Menko Kesra mengkoordinasikan bantuan
Pemerintah Pusat untuk memastikan kelancaran pengerahan bantuan sumberdaya
nasional. TNI di bawah kendali BNPB mengerahkan 1 (satu) Brigade Plus yang
terdiri dari Yon Kes/Yon Zipur/ Yon Marinir/Yon Bekang/Yon Infanteri dengan tugas
utama memberikan layanan kesehatan berupa pendirian rumah sakit lapangan dan
perkuatan serta peningkatan efektivitas rumah sakit yang ada serta membuka dapur
umum secara optimal. Kemudian POLRI membuat Satgas PB di bawah kendali
BNPB Mengerahkan satuan lalulintas seoptimal. Gubernur Jawa Tengah Bibit
Waluyo juga meminta warga agar tidak panik. Tim evakuasi bergegas mengevakuasi
korban di lokasi bencana. Evakuasi diprioritaskan untuk kelompok rentan meliputi
lansia, balita, anak-anak, ibu hamil, dan orang sakit.

Hasilnya, Data Pusdalops Badan Nasional mencatat, per tanggal 27 November


2010 bencana erupsi Gunung Merapi telah mengakibatkan 386 orang meninggal yang
terdiri dari akibat luka bakar dan non luka bakar, 147 rawat inap akibat awan panas.
Kemungkinan korban masih akan terus bertambah. Karena proses evakuasi masih
berlanjut.

Bantuan-bantuan dari PMI dan BNPB di posko-posko evakuasi mulai datang.


TNI di bawah kendali BNPB mengerahkan memberikan layanan kesehatan berupa
pendirian rumah sakit lapangan dan perkuatan serta peningkatan efektivitas rumah
sakit yang ada serta membuka dapur umum secara optimal. Dikarenakan padamnya
sumber listrik ke daerah bencana maka tim relawan harus membuat sebuah kartu
distribusi secara manual. Kebutuhan mendesak yang diperlukan sekarang adalah obat-
obatan, air bersih, masker, pembalut, makanan, minuman, pakaian, sanitasi dan
fasilitas lingkungan.
INFORMASI ASSESMENT

N KETERANGAN DESKRIPSI
O
1. Nama Bapak Bibit Waluyo
2. Jabatan Gubernur
3. Tempat kejadian Gunung Merapi Yogyakarta
4. Berapa jumlah keluarga yang 15.613 keluarga
ada di kota ini
5. Jenis bencana Erupsi Gunung Merapi dengan rangkaian
letusan dan diiringi awan panas serta
banjir lahar dingin
6. Waktu kejadian 5 November 2010
7. Kerugian materi yang Kejadian ini menyebabkan kerusakan dan
diakibatkan kerugian yang ditimbulkan yaitu Rp. 3,56
trilyun. Jumlah nilai kerusakan adalah
Rp. 1,69 trilyun (47%), sedangkan
jumlah nilai kerugian adalah Rp. 1,87
trilyun (53%). Nilai kerusakan paling
besar dialami oleh sektor perumahan
yang mencapai Rp. 599 milyar (36%),
infrastruktur Rp. 582 milyar (35%) dan
ekonomi Rp. 403 milyar (24%).
Sedangkan untuk kerugian terbesar
berturut-turut adalah ekonomi Rp .1,29
trilyun (69%), lintas sektor Rp. 396,73
milyar (21%) dan perumahan Rp 126
milyar (7%). Kerusakan berat dialami
oleh Kabupaten Sleman sebanyak 2.339
unit rumah di Kecamatan Cangkringan
dan Ngemplak. Di Provinsi Jawa Tengah
sebanyak 274 unit rumah di Kabupaten
Magelang. Selain rusak berat, beberapa
rumah juga mengalami rusak sedang
sebanyak 360 unit dan rusak ringan
sebanyak 1.571 unit dan ribuan ternak
mati. Peristiwa ini membuat sebanyak
56.414 warga mengungsi dan 15.613
keluarga terdampak.
8. Jumlah korban Data Pusdalops Badan Nasional
mencatat, per tanggal 27 November 2010
bencana erupsi Gunung Merapi telah
mengakibatkan 386 orang meninggal
yang terdiri dari akibat luka bakar dan
non luka bakar, 147 rawat inap akibat
awan panas.
9. Alasan jumlah korban banyak Karena wilayah/radius dampak bencana
yang dapat menyebar luas.
10. Kebutuhan mendesak Kebutuhan mendesak yang diperlukan
sekarang adalah obat-obatan, air bersih,
masker, pembalut, makanan, minuman,
pakaian, sanitasi dan fasilitas lingkungan.
11. Tindakan yang sudah Evakuasi korban ke tempat yang aman
dilakukan dan direncanakan dan posko pengungsian
12. Jarak dari kota lain terdekat Kurang lebih 29km
13. Fasilitas yang tersedia masih Puskesmas, Rumah sakit, Sekolah, dan
bisa digunakan Layanan pemerintah yang beradius jauh
dari pusat bencana.
14. Contac person Bibit Waluyo (081251xxxxxx)
KORBAN

Korban Hijau (27)

1. Lecet (melepuh) dan abrasi


2. Nyeri tenggorokan, iritasi mata
NB : Rata-rata kasus korban sama

Korban Kuning (50)

1. Korban 1
Luka bakar, sesak nafas, iritasi mata, dislokasi pergelangan kaki kiri,
2. Korban 2
Fraktur pada tungkai bawah kiri, luka bakar, iritasi hidung, sesak nafas
3. Korban 3
Luka bakar, dislokasi pada pergelangan kaki kanan, sesak nafas, iritasi mata
4. Korban 4
Dislokasi siku kiri, luka bakar, melepuh pada punggung tangan kiri, nyeri
tenggorokan
5. Korban 5
Luka bakar, dislokasi pergelangan kaki kanan, sesak nafas, iritasi mata dan hidung
NB : Rata-rata kasus korban sama

Korban Merah (70)

1. Korban 1
Nadi ada, nafas tidak ada, Luka bakar, perdarahan radialis kanan
2. Korban 2
Perdarahan radialis kiri, fraktur tungkai bawah kanan, Luka bakar
3. Korban 3
Luka bakar, Perdarahan radialis kiri, melepuh pada punggung, nadi nafas lemah
NB : Rata-rata kasus korban sama

Korban Hitam (386)

Nafas tidak ada

Nadi tidak ada


NB : Berlaku untuk semua korban Hitam

2.3 Tindakan Simulasi Pra Bencana Erupsi Gunung Berapi


A. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi
bencana. Penyuluhan terkait tanggap bencana erupsi gunung berapi dilakukan
melalui pemberian materi dan video, serta dengan roleplay simulasi
penanggulangan bencana. Tindakan yang dilakukan:
1. Memberikan penjelasan tentang pengertian bencana erupsi gunung berapi.
2. Menjelaskan kepada masyarakat mengenai tanda dan gejala erupsi gunung
berapi
3. Menjelaskan kepada masyarakat mengenai penyebab erupsi gunung berapi
4. Menjelaskan kepada masyarakat mengenai dampak terjadinya erupsi gunung
berapi
5. Menyebarkan informasi terkait tanda-tanda peringatan dini. Bentuk peringatan
dini tergantung pada sifat ancaman. Jika gejala ancaman terdeteksi dengan
baik, penyampaian peringatan dini disampaikan secara bertahap sesuai dengan
aktivitasnya. Jika ancaman bahaya berkembang secara cepat, peringatan dini
langsung menggunakan perangkat keras berupa sirine sebagai perintah
pengungsian.
6. Membuat peta evakuasi bencana dan menyebarkan kepada masyarakat
7. Membuat latihan terkait penanggulangan bencana
B. Mitigasi
Mitigasi merupakan serangkaian upaya mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana.
1. Tetap memantau berita tentang status gunung berapi yang berada di dekat
tempat tinggal, Simak dan ikuti arahan dari petugas berwenang tentang status
dan radius aman dari puncak gunung berapi
2. Mempelajari tahapan proses gunung berapi ketika akan meletus sehingga lebih
siaga dan tahu kapan harus mengevakuasi diri.
3. Hapalkan jalur-jalur evakuasi dan tempat perlindungan yang biasanya sudah
ditentukan oleh pihak berwenang, jika sewaktu-waktu gunung meletus kamu
tidak panik dan kebingungan karena sudah tahu kemana harus menyelamatkan
diri.
4. Diskusikan dengan orang-orang di rumahmu rencana untuk tetap
berkomunikasi selama evakuasi saat erupsi terjadi.
5. Tidak Berada di Lokasi Radius yang Telah Ditentukan. Saat gunung berapi
meletus, pemerintah akan menentukan radius aman dari puncak. Penetapan
radius aman ini dilakukan agar masyarakat mengosongkan daerah yang
dianggap tidak aman. Pada saat Gunung Agung Meletus pada 2017 silam
misalnya, radius amannya mencapai 12 km. Sementara untuk Gunung Merapi
kali ini, radius aman yang berlaku adalah minimal 3 km.
6. Tidak Berada di Lembah dan Daerah Aliran Sungai. Selain mengosongkan
zona bahaya, masyarakat juga diinstruksikan untuk menjauhi daerah aliran
sungai. Hal ini dilakukan guna menjauh dari ancaman banjir lahar yang kerap
terjadi di musim hujan. Banjir lahar itu berisi material vulkanik yang
tercampur dengan air. Material itu kemudian ikut hanyut melalui sungai-
sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
7. Hindari Tempat Terbuka. Menjauhkan diri dari tempat terbuka perlu dilakukan
saat terjadi letusan gunung api. Ini berguna untuk melindungi tubuh dari abu
letusan gunung api, Selain itu selama gunung berapi meletus ancaman material
vulkanik yang lebih besar masih bisa terjadi. Misalnya hujan kerikil yang
terjadi pada letusan besar di tahun 2010. Akan lebih baik berada di dalam
rumah selama kondisi di luar ruangan masih kurang kondusif.
8. Gunakan Masker atau Kain Basah. Penggunaan masker berguna agar saat
bernafas tidak terhirup abu hasil letusan gunung berapi. Abu gunung berapi
memiliki partikel yang kecil sehingga mudah terhirup manusia saat bernafas.
Jika masuk ke paru-paru, abu vulkanik bisa menyebabkan gangguan
pernafasan. Selain itu abu tersebut juga memiliki kandungan yang berbahaya,
seperti sulfat, karbondioksida, dan asam klorida.
9. Memakai Pakaian Tertutup. Mengenakan pakaian tertutup berguna untuk
melindungi tubuh dari abu vulkanik. Abu vulkanik memiliki partikel tajam
yang bisa menyebabkan iritasi kulit dan iritasi mata. Efek kesehatan seperti itu
biasanya hanya bersifat ringan. Namun jika terpapar abu vulkanik secara terus
menerus, maka dampaknya bisa menjadi serius.

C. Preparedness/Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat dan
berdaya guna.
Berikut langkah-langkah kesiapsiagaan letusan gunung api diambil dari
publikasi Safety Sign Indonesia berjudul Panduan Kesiapsiagaan Bencana Alam.
1. Mengenali dan mewaspadai beberapa tanda letusan yang muncul. Beberapa
tanda letusan yang bisa diwaspadai di antaranya peningkatan suhu lereng
gunung, sumber mata air yang mengering, gempa tremor, banyak hewan turun
gunung, dan sering terdengar gemuruh.
2. Menutup pintu dan jendela.
Hal ini dilakukan untuk menghindari hujan abu masuk ke dalam rumah.
3. Mematikan peralatan listrik.
4. Menyiapkan perlengkapan darurat pribadi seperti senter, makanan dan
minuman, kotak P3K, pakaian hangat, dan lain-lain.
5. Ikuti petunjuk dari pihak berwenang bila muncul himbauan untuk mengungsi,
maka segera lah untuk mengungsi.
6. Membentuk tim reaksi cepat
7. Menyebarluaskan informasi terkait masalah kesehatan akibat bencana.
8. Mengajarkan usaha-usaha yang harus diambil oleh individu, keluarga, dan
korban.
9. Mengajarkan teknik menolong korban
10. Menjelaskan bagaimana bertahan dengan perlindungan atau peralatan dan
bahan yang ada sebelum bantuan datang.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan. Letusan gunung api merupakan
bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi ". Hampir semua
kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif, sebab berhubungan dengan
batas lempeng. Berdasarkan kejadiannya, bahaya letusan gunung api dibedakan menjadi
dua yaitu bahaya utama (primer) dan bahaya ikutan (sekunder), jenis bahaya tersebut
masing-masing mempunyai resiko merusak dan mematikan.
c. Bahaya utama (primer)
Bahaya utama letusan gunung berapi adalah bahaya yang langsung terjadi ketika
proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan panas,
lontaran batu pijar, hujan abu lebat, dan lelehan lava.
d. Bahaya ikutan (sekunder)

Bahaya ikutan letusan gunung berapi adalah bahaya yang terjadi setelah proses
peletusan berlangsung. Apabila suatu gunung api meletus akan terjadi
penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas

Maka Dari itu Pentingnya Simulasi bencana erupsi gunung berapi adalah proses
peniruan langkah-langkah kesiapsiagaan yang harus dilakukan ketika terjadinya
bencana erupsi gunung berapi. Adanya simulasi bencana erupsi gunung berapi
bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pentingnya
kewaspadaan terhadap bencana erupsi gunung berapi.
3.2 Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Memanfaatkan penggunaan lahan sesuai dengan fungsinya masing-masing.

b. Agar masyarakat lebih meningkatkan pengetahuan tentang Mitigasi dan


Adaptasi Terhadap Bencana Erupsi Gunung Meletus pihak dari Badan
Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) berperan melakukan penyuluhan
disetiap masyarakat.

2. Bagi Pemerintah

a. Pelaksanaan pencegahan dan kesiapsiagaan bencana memang sudah


terlaksana dengan cukup memuaskan, namun upaya sosialisasi dan edukasi
tentang bahaya erupsi dan bencana alam lainnya harus terus dilakukan
keseluruh lapisan masyarakat, sehingga respon yang diberikan apabila terjadi
bencana Erupsi gunung/ bencana lain bisa lebih baik lagi. Dan resiko yang
timbulkan lebih kecil.

b. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana di tingkat desa maupun


forum-forum yang aktif membahas terkait bencana banjir terutama di desa-desa
yang di dekat daerah Leren Gunung Aktif.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Nasional Penanggulangan Bencana . 2014. Data & Informasi Bencana Indonesia.
(Online), (http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/showdatacard.jsp?clave=2900&nStart=0,
Diakses tanggal 17 April 2021)

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2016. Potensi dan Ancaman Bencana di


Indonesia. (Online), (https://bnpb.go.id/home/potensi, Diakses tanggal 17 April 2021).
http://perpustakaan.bnpb.go.id/repository/BNPB_and_JICA2014_Petunjuk_Teknis_Penyus.p
df

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1353/3/BAB%20II.pdf

https://id.scribd.com/document/391257247/Table-Top-Gunung-Meletus

https://bpbd.banyuwangikab.go.id/

https://www.brilio.net/creator/tindakan-yang-dilakukan-sebelum-saat-setelah-gunung-berapi-
meletus-0a2570.html

https://www.merdeka.com/jateng/5-langkah-mitigasi-bencana-gunung-meletus-lakukan-ini-
saat-erupsi-merapi.html?page=all

Anda mungkin juga menyukai