Anda di halaman 1dari 15

Tugas kelompok

Parasat :Keperawatan Bencana

Dosen Pembimbing : Nurdin,S.Kep.,Ners,M.Kep

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

“TTX BENCANA BANJIR”

Disusun Oleh : Kelompok 3 (L3 Keperawatan)

Winda Lestari (P201801090)

Wilda Wikantari (P201801114)

Ardimas (P201801120)

Deliana (P201801062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini
tentang KEPERAWATAN BENCANA ALAM. Dalam penulisan makalah ini kami
merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen kami yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Kendari,1 Mei 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II TINJAUAN LITERATURE

A. Konsep Dasar Bencana

B. Konsep Table Top Exercise (TTX)

BAB III DESKRIPSI KASUS DAN SKENARIO

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana adalah suatu insiden atau rangkaian insiden yang mengancam
dan menggangu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang ditumbulkan
oleh faktor alam dan atau faktor non alam juga faktor manusia sebagai
akibatnya menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Perka BNPB No. 02 Tahun
2012). Menurut Undang-undang Nomor 24 tahun (2007) tentang
penanggulangan bencana, bencana dibagi menjadi 3 jenis, yaitu bencana
alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Dalam Hein & Schubert, (2020)
bencana dapat melanda wilayah mana pun khususnya wilayah perkotaan
yang memiliki resiko lebih tinggi dan kompleks. Atmosfer bumi selalu
mengalami perubahan dari waktu - kewaktu. Hujan terkadang turun dalam
intensitas yang tidak normal. Jika intensitasnya terlalu besar dapat
menyebabkan banjir. Fenomena tersebut lebih dikenal dengan istilah
perubahan iklim. Perubahan iklim salah satunya ditandai dengan musim tak
menentu di Indonesia. Sadar Indonesia menjadi wilayah rawan bencana,
Pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban dan tanggung jawab dalam
mengantisipasi terjadinya bencana sebelum atau setelah terjadinya bencana
yakni berupa mitigasi bencana, tanggap darurat dan rehabilitasi pasca
bencana. Indonesia memiliki resiko tinggi akan terjadi bencana alam.
Hal ini disebabkan banyak hal, mulai dari kondisi alam sampai
kesalahan manusia itu sendiri. Secara geologis, klimatologis, dan geografis,
wilayah Indonesia tergolong rentan bencana. Hujan di atas normal bertempo
lama, didukung kemiringan bukit, dan terbatasnya tutupan lahan menimbulkan
gerakan-gerakan tanah. Tatanan geologi di Indonesia yang menjadikan
permukaan alam Indonesia bergunung-gunung dan berlembah dengan
berbagai sungai menyebabkan potensi untuk mengalami banjir bandang,
longsor dan erosi. Banjir bandang merupakan salah satu jenis bencana alam
yang sering (60%) terjadi di Indonesia. Banjir bandang pada umumnya terjadi
di wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih banyak
dibanding dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Meningkatnya intensitas
terjadinya bencana di Indonesia mendorong setiap pihak yang berkepentingan
untuk lebih mewaspadai dan menata manajemen penganggulangan bencana
yang terjadi. Maka dari itu perlunya kegiatan tertentu sebagai peringatan dini
sebelum terjadi bencana, salah satunya bencana banjir. TTX atau Table Top
Exercise menjadi salah satu kegiatan yang dapat dilakukan sebagai
peringatan dini bencana banjir. Table Top Exercise adalah simulasi yang
dirancang untuk menguji kemampuan teoritis dari suatu kelompok untuk
menanggapi situasi. Salah satu keuntungan besar Table Top Exercise adalah
dapat memungkinkan orang untuk menguji suatu situasi hipotesis tanpa
menimbulkan gangguan di masyarakat. Table Top Exercise dapat juga di
jadikan sebagai model komunikasi kesiapsiagaan bencana.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar fase kesiapsiagaan dan fase tanggap respon?
2. Apa definisi dari TTX atau Table Top Exercise ?
3. Apa tujuan di adakannya TTX atau Table Top Exercise ?
4. Apa saja dampak dari TTX atau Table Top Exercise ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar kesiapsiagaan dan fase tanggar respon
2. Untuk mengetahui definisi TTX atau Table Top Exercise
3. Untuk mengetahui tujuan dari TTX atau Table Top Exercise
4. Untuk mengetahui dampak TTX atau Table Top Exercise
D. Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang
positif baik bagi pembaca. Memberikan pengetahuan tentang TTX atau Table
Top Exercise, tujuan TTX, dan pengaplikasian di daerah yang rawan akan
bencana salah satunya bencana banjir.
BAB II

TINJAUAN LITERATURE

A. Konsep Dasar Bencana


1. Fase kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah


yang tepat guna dan berdaya guna (Undang-Undang No. 24 Tahun 2007,
2007).

Kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan yang memungkinkan


pemerintah, organisasi, keluarga, dan individu untuk mampu menanggapi
suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna untuk mengurangi
kerugian maupun korban jiwa. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan
adalah penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan
sumber daya dan pelatihan personil. Konsep kesiapsiagaan yang
digunakan lebih ditekankan pada kemampuan untuk melakukan tindakan
persiapan menghadapi kondisi darurat bencana secara cepat dan tepat.

Tujuan dari fase kesiapsiagaan yaitu untuk meningkatkan


kesadaran dan kewaspadaan masyarakat teradap bencana dengan cara
membangun semua partisipasi semua pihak.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan


dalam menghadapi bencana diantaranya adalah:

1. Pelatihan mengenai bagaimana menyelamatkan diri sendiri dan


orang disekitar kita saat terjadi bencana.
2. Koordinasi terkait antara pihak-pihak terkait, siapa melakukan apa
saat keadaan darurat, serta upaya evakuasi ke tempat aman.
3. Menyiapkan perlengkapan darurat saat terjadi bencana.
4. Bagaimana memberikan pertolongan pertama pada orang yang
terluka saat terjadi bencana.
5. Upaya-upaya yang dilakukan untuk pemulihan secara cepat, terutama
pemulihan mental.
2. Fase Tanggap Darurat (Response)

Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan


dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan. Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsian dan pemulihan saran prasarana. Berikut
beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap tanggap darurat,
diantaranya yaitu:

1. Pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumberdaya.


2. Penentuan status keadaan darurat bencana.
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
4. Pemenuhan kebutuhan dasar.
5. Pelindungan terhadap kelompok rentan.
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
B. Konsep Table Top Exercise (TTX)
1. Definisi TTX atau Table Top Exercise
Table top exercise (TTX) atau gladi meja adalah penerapan model
mitigasi bencana komunikasi untuk mengurangi risiko bencana atau table top
exercise (TTX) atau gladi meja (TTX) adalah suatu latihan dalam bentuk
diskusi pada level pengambil keputusan dari tiap-tiap instansi yang berfungsi
membahas kasus atau permasalahan dalam operasi penanganan bencana
berdasarkan skenario latihan guna meningkatkan pemahaman tentang SOP,
bukupetunjuk,serta tugas dan tanggung jawab masing-masing.
TTX merupakan simulasi dalam ruang yang dapat digunakan untuk
menguji kesiapsiagaan berbagai elemen terkait penanggulangan bencana,
melalui analisis reaksi dari peserta latihan melalui penyelesaian skenario
bencana tertentu. TTX dilakukan dalam sebuah ruangan pleno maupun kelas
(Sandstrom et al., 2014). Sandstrom et al. (2014) menambahkan TTX
merupakan konsep sederhana dan sistematis dimana peserta didik dapat
berlatih sesuai dengan perannya masing-masing dengan memberikan
pandangan atau visi terjadinya keadaan bencana yang sesungguhnya.
Sasaran peserta pelatihan harus memiliki kemampuan teknis sesuai
dengan bidang masing-masing yang bersinergi dengan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) lainnya pada skenario tertentu. Selain itu, dapat
menguji rencana kontinjensi atau System Operating Procedure (SOP), serta
dapat menguji peralatan baru sebelum digunakan. Pada penelitian ini,
sasaran pelatihan adalah untuk menguji Dokumen Rencana Kontinjensi erupsi
Gunung Sinabung.
Model komunikasi bencana melalui pelatihan TTX dapat dijelaskan
melalui konsep komunikasi bencana. Manajemen komunikasi bencana
merupakan upaya yang komprehensif untuk mencegah dan mengurangi risiko
bencana dengan mengelola proses produksi pesan-pesan atau informasi
tentang bencana, penyebaran pesan dan penerimaan pesan dari tahap
prabencana, saat terjadi bencana dan pascabencana (Lestari, Prabowo &
Wibawa, 2012). TTX merupakan salah satu pelatihan yang dapat mengurangi
risiko bencana. Pada TTX dilakukan simulasi pembagian peran berbagai
kelompok masyarakat maupun pemerintah sesuai kapasitas setiap kelompok.
Setiap kelompok dikoordinasi oleh satu opinion leader yang mengelola proses
produksi pesan dan menyebarkan, serta menerima umpan balik dari kelompok
lain.
Model proses produksi pesan berfokus pada proses yang diawali dari
pengirim pesan, proses encoding (saat pengirim pesan mengolah pesan
dalam pikiran), dan decoding (proses pengolahan pesan oleh penerima yang
terjadi pada saat pesan diterima). Beberapa komponen penting dalam proses
komunikasi yaitu: pengirim, pesan, saluran, dan penerima dan adanya
feedback atau umpan balik. Proses komunikasi bencana tersebut relevan
dengan model komunikasi
2. Tujuan Di Adakannya TTX Atau Table Top Exercise
Tujuan TTX adalah agar pesan dari seseorang (pimpinan) atau
sekelompok orang (masyarakat) kepada orang lain baik pribadi, kelompok,
publik, atau secara massal berkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan,
baik lingkungan fisik, maupun sosial (Lestari et al., 2016).
Tujuan dari ruang latihan gladi meja adalah memvalidasi pikiran atau
ide, dari prosedur, rencana kontinjensi, rencana operasi, perjanjian kerjasama
dalam, dan lainnya; tetapi juga bertujuan untuk memecahkan masalah dalam
menjalankan perencanaan dan prosedur untuk menghasilkan umpan balik
untuk evaluasi dan revisi rencana kontinjensi.
Tujuan lain implementasi dalam TTX yaitu, untuk melihat peranan
kontrol dan koordinasi antar pemilik kekuasaan. Pihak pihak yang terlibat
dalam proses penanggulangan bencana perlu memiliki komunikasi
kompetensi dalam koordinasi. Kemampuan berkomunikasi secara teknis,
jenis-jenis kemampuan konseptual dengan bidang masing-masing yang
bersinergi dengan sektor lain. Sasaran yang diberikan pelatihan dapat
memberikan tes terhadap konsep rencana kontinjensi dan standar agar pihak-
pihak yang terlibat dapat mengelola pengurangan risiko bencana dari Gunung
Sinabung. Komunikasi dan koordinasi merupakan aspek penting dalam
pelatihan
3. Dampak Dari TTX Atau Table Top Exercise
Dampak positif dilaksanakannya TTX yaitu :
1. Efektif dan efisien dalam hal waktu, dana dan sumber daya
2. Metode efektif untuk menguji rencana, kebijakan dan prosedur
3. Sebagai sarana mempererat kerjasama dan koodinasi antara agensi.
Sedangkan dampak negatifnya antara lain :
1. Realisasi latihan kurang tercapai
2. Hanya menguji software/piranti lunak.
BAB III

DESKRIPSI KASUS DAN SKENARIO

A. Tema Table Top


Banjir Jakarta yang menyebabkan kerugian puluhan juta rupiah serta
menimbulkan korban jiwa.
B. Jumlah Korban
1. Prioritas 2-KUNING
Terdapat 2 pasien luka-luka
2. Prioritas 0-HITAM
Terdapat 10 orang dinyatakan meninggal
C. Sektor
BNPB,BMKG
D. Deskripsi Bencana
Musim hujan yang melanda negeri membuat beberapa daerah yang
sudah berhari-hari diguyur hujan terkena bencana banjir. Luapan air sungai
dan ketidakmampuan gorong-gorong maupun selokan karena tersumbat
sampah membuat banjir yang tak kunjung surut hingga hari ini. Selain banjir,
daerah perbukitan juga mengalami longsor sehingga banyak jalan yang
terpaksa ditutup karena khawatir membahayakan masyarakat yang melintasi
jalan tersebut.
Pada Minggu (05/01) pagi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) mengeluarkan peringatan dini, yang ditindaklanjuti oleh BNPB
dengan mengeluarkan imbauan, khusunya bagi warga di Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, Bekasi dan sekitarnya. Dengan prediksi adanya hujan
ekstrem untuk beberapa waktu ke depan, ada kemungkinan air akan naik.
Bedasarkan penuturan seorang pelajar yang baru saja pulang ke kampung
halamannya, hujan lebat yang tidak kunjung berhenti menyebabkan ia dan
keluarganya harus mengemas barang-barang yang penting dan berharga
sebagai persediaan dan terpaksa pindah karena rumahnya terendam banjir.
Mereka terpaksa dipindahkan oleh pasukan penyelamat bencana dengan
menggunakan sampan dan bot. Mereka bersyukur karena para penduduk
kampung dievakuasi dengan selamat. Penduduk sempat merasa sedih karena
melihat seluruh kampungnya telah terendam air. Mereka hanya mampu
berdoa agar banjir yang menenggelamkan rumah mereka segera surut
sehingga mereka dapat kembali ke rumah mereka masing-masing dan
menjalani aktivitas seperti biasa.
Selama berada di tempat pengungsian, mereka dibekali dengan
beragam barang keperluan oleh pemerintah dan para donatur seperti
makanan, air, obat-obatan, dan pakaian. Para ibu dan gadis bersama-sama
memasak makanan. Namun, anak-anak tampak bosan karena mereka tidak
bisa leluasa bermain. Tempat pengungsian yang disediakan sangat sempit
dan hanya bisa digunakan untuk tidur. Pasokan air dan layanan kakus juga
kurang memadai sehingga banyak anak-anak yang sakit diare karena tempat
pengungsian tidak bersih. Ketua kelompok pengungsian sudah mengajukan
permintaan layanan kesehatan dan kebersihan namun belum direspon pihak
pemerintah.
Selama seminggu mengalami bencana banjir dan tinggal di tenda
pengungsian, akhirnya keadaan kembali pulih. Setelah seminggu, air banjir
surut. Para penduduk merasa senang karena bisa kembali kerumah mereka
meskipun keadaannya begitu kotor dengan sampah dan lumpur. Banyak harta
benda seperti kereta, binatang ternakan dan tanam-tanaman yang musnah.
Akhirnya mereka bergegas membersihkan rumah mereka dengan bantuan
semprotan air dari dinas kebersihan setempat. Bencana banjir yang melanda
kampung mereka meninggalkan kenangan pahit bagi semua penduduk
kampung. Mereka berdoa agar kejadian itu tidak lagi terjadi dan pemerintah
memperkuat tanggul dan sarana pencegahan bencana banjir.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), kerugian nasional akibat bencana tersebut rata-rata sekitar
Rp 30 triliun. Hanya dalam kurun waktu lima hari, banjir, longsor, dan puting
beliung melanda 20 kabupaten/kota di Indonesia. Data sementara dari BNPB,
10 orang meninggal, 4 orang hilang, 2 luka-luka, 100 rumah rusak, dan
ratusan rumah terendam banjir.
Faktor manusia memang lebih banyak menyebabkan banjir. Kurang
pedulinya masyarakat terhadap lingkungan dengan membuang sampah
sembarangan dan penebangan pohon secara tidak bertanggung jawab adalah
faktor klasik yang tidak juga kunjung hilang. Pencegahan telah dilakukan
pemerintah dengan membangun DAM pengendali di bagian hulu sungai dan
resapan agar air tak terlalu cepat turun dalam waktu bersamaan ke daratan.
Air di dalam dam pengendali harus dimasukkan ke tanah secara intensif.
Namun, perbaikan dan pembangunan harus juga seimbang dengan
kepedulian masyarakat kepada alam itu sendiri. Lingkungan adalah bagian
dari hidup kita. Maka, sudah sepatutnya kita turut menjaga lingkungan kita
agar selalu bersih. Penanganan dan daur ulang sampah harus digalakkan.
Selain itu, penanaman pohon juga harus terus dilakukan dan dirawat.
Scene 1 :Turunya Hujan Lebat
Musim hujan yang melanda negeri membuat beberapa daerah yang
sudah berhari-hari diguyur hujan terkena bencana banjir. Luapan air sungai
dan ketidakmampuan gorong-gorong maupun selokan karena tersumbat
sampah membuat banjir yang tak kunjung surut hingga hari ini.
Scene 2: Peringatan Dini Dari BMKG
Pada Minggu pagi 5 Januari 2020 BMKG mengeluarkan peringatan dini,
yang ditindaklanjuti oleh pihak BNPB dengan mengeluarkan himbauan,
khususnya bagi warga di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi dan
sekitarnya.
Agus Wibowo(Jubir BNPB): Ke depan masih ada potensi hujan ekstrem.
Kami himbau, warga yang masih terkena banjir untuk tetap berada di
pengungsian khususnya di daerah daerah dimana air masih tinggi. Kemarin
kami ke Perumahan Pondok Jati Asih, Bekasi. Disana masih ada genangan
air setinggi 60 cm.
Scene 3 :Proses Evakuasi
Ketua BNPB meminta warga yang tinggal di daerah aliran sunggai di
untuk mengungsi di tempat yang aman.
Bedasarkan penuturan seorang pelajar yang baru saja pulang ke
kampung halamannya, hujan lebat yang tidak kunjung berhenti menyebabkan
ia dan keluarganya harus mengemas barang-barang yang penting dan
berharga sebagai persediaan dan terpaksa pindah karena rumahnya
terendam banjir. Mereka terpaksa dipindahkan oleh pasukan penyelamat
bencana dengan menggunakan sampan dan bot.
E. Kondisi Korban
Selama seminggu mengalami bencana banjir dan tinggal di tenda
pengungsian, akhirnya keadaan kembali pulih. Setelah seminggu, air banjir
surut. Para penduduk merasa senang karena bisa kembali kerumah mereka
F. Peta Bencana
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah suatu insiden atau rangkaian insiden yang mengancam
dan menggangu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang ditumbulkan
oleh faktor alam dan atau faktor non alam juga faktor manusia sebagai
akibatnya menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis TTX merupakan simulasi dalam
ruang yang dapat digunakan untuk menguji kesiapsiagaan berbagai elemen
terkait penanggulangan bencana, melalui analisis reaksi dari peserta latihan
melalui penyelesaian skenario bencana tertentu.
B. Saran
Diharapkan perawat ataupun ti medis lain lebih benar dan terstruktur
dalam bekerja dalam situasi apapun dan dapat memberikan contoh terhadap
masyarakat agar proses gawat darurat atau bencana alam terjadi tim
kesehatan maupun masyarakata bisa saling membantu untuk proses
penanggulangan bencana terutama korban akibat bencana.
Untuk masyarakat sebaiknya dibentuk sebuah organisasi untuk
mengambil tindakan-tindakan awal dan mengatur peran serta masyarakat
dalam penanggulangan banjir
DAFTAR PUSTAKA

Lestari puji,Eko teguh paripurna,dkk.2019.Model Komunikasi Bencana “Table


Top Exercise” Dalam Pengurangan Resiskso Bencana.jurnal penelitian
komunikasi : Vol 22 No 1

Anwar,Herryzal Z,dkk.2013.Menggapai Cita-Cita Masyarakat Tangguh Bencana


Alam Di Indonesia.Bandung.andira lipi

Agustino,L.2008.Dasar-Dasar Kebijakan Public.Bandung:Alfabeta

Coburn,A.W.,dkk.Mitigasi Bencana Banjir.Vol 2:UNDP

Anonym.2008.Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan
Bencana.Jakarta :BNPB

Anda mungkin juga menyukai