Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA I

TENTANG

“KONSEP MODEL PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA”

DISUSUN OLEH :

Nama :Cindy Sonia Putri

Nim :1914201011 (KEPERAWATAN 3A)

DOSEN PENGAMPU:

Ns.Amelia Susanti,M.Kep,Sp,Kep.J

PROGRAM PENDIDIKAN S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes ALIFAH PADANG

TA.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,Wr,Wb

Puji syukur kehadiran Allah swt karena atas berkat rahmat dan hidayah-nyalah sehingga
tugs ini dapat diselesaikan.Tanpa pertolongannya mungkin penulis tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Tugas ini disusuan agar pembaca dapat memperluas ilmu dengan judul “KONSEP
MODEL PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA”.Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah KEPERAWATAN JIWA I yang telah
membimbing dan meberikan kesempatan kepada penulis,sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna,untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran,baik dari dosen pembimbing maupun teman-teman atau
pembaca.agar makalah ini dapat lebih sempurna.

Semoga makalah ini dapt memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca,dan
semoga adanya tugas ini Allah swt senantiasa meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah
untuk semuanya.

Wassalamualaikum,Wr,Wb

Padang,12 OKTOBER 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

B.Tujuan penulisan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A.Konsep Model Pelayanan Keperawatan Jiwa Pada Situasi Bencacna

BABA III PENUTUP

A.Kesimpulan

B.Saran
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Bencana alam seringkali tidak terduga dan bencana alam memakan korban jiwa yang
jumlahnya tidak sedikit.sehingga banyak yang tidak siap dalam memperkirakan datangnya
bencana alam.bencana juga merupakan stressor tidak terduga yang dapat mengakibatkan respond
stress dari individu.stress menggambarkan respond manusia terhadap perubahan kehidupan
termasuk lingkungan hidup yang terjadi. profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup
segala kondisi,dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit
melainkan juga dituntut untuk mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana.

kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga bencana dapat dilakukan
oleh profesi keperawatan.perawat yang mayoritas tenaga kesehatan dan berkontribusi pada
pelayanan kesehatan melalui prakrik keperawatan yang bersifat konstan, continue, koordinatif
dan advokatif dengan garapan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam melakukan
pertolongan.perawat jiwa berada dalam posisi kunci dalam membantu proses pemulihan dan
memberikan dukungan pada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan kesehatan jiwa
yang spesifik dan berkolaborasi dengan profesi lainnya.

Tata laksana keperawatan jiwa dalam bencana bukan hanya saat terjadi bencana,namun
jauh kedepan yaitu bagaiman menguatkan katahanan individu setelah kejadian bencana.agar
sttess yang dialami ketika bencana sesegera mungkin dipulihkan karena kondisi stress dapat
memicu masalah fisik lainnya.dengan demikian tata laksana dalam masalah keperawatan jiwa
tidak terlepas dari pemenuhan kebutuhan dasar setiap individu.

B.Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Konsep Model Pelayanan Keperawatan Jiwa Pada Situasi Bencana.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A.Konsep Model Pelayanan Keperawatan Jiwa Pada Situasi Bencana

a) .Defenisi Bencana

Bencana adalah peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak luar (departemen
kesehatan republic Indonesia 2001).

Sedangkan menurut WHO 2002 bencana adalah setiap kejadian yang menyebabkan
kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respond dari luar masyarakat
atau wilayah yang terkena.

Bencana juga dapat didefenisikan sebagai situasi dan kondisi yang terjadi pada kehidupan
masyarakat.tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa mengubah pola kehidupan dari kondisi
kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan jiwa
manusia, merusak struktur social masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar
(Bakornas PBP).

b) .Tahap Bencana
 Pra bencana (preparedness) adalah kondisi tidak ada bencana pada lokasi rawan
bencana seperti daerah pantai, pegunungan, daerah jalur gempa, dan daerah
pinggiran sungai.upaya yang dilakukan pada saat pra bencana adalah
pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan.
 Saat bencana (emergency) adalah kondis ketika bencana sedang terjadi.lama
waktu kondisi ini berbeda-beda.beberapa kondisi yang biasanya menyertai
bencana antara lain:kematian, kerusakan, dan kehilangan harta benda serta
perpisahan dengan orang yang dicintai.tahap saat bencana ini terbagi menjadi
3:Tahap impact,Tahap rescue,tahap recovery.
 Pasca bencana (rehabilitasi) adalah dihitung mulai dari 4 minggu setelah
bencana sampai dengan pemulihan telah terjadi.individu yang mengalami
bencana dipastikan akan mengalami trauma baik fisk maupun
psikologis.perubahan yang terjadi secara tiba-tiba akibat sesuatu kejadian akan
menimbulkan ketidak seimbangan emosi, pikiran dan prilaku yang dapat
mengarah pada kesehatan jiwa.
c) .Fase-fase bencana

Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu
fase pre impact, impact, dan post impact

 Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari bencana.Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
 Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana manusia
sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi
kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
 Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons
fisiologi mulai dari penolakan(denial), marah(angry), tawar-menawar(bargaing),
depresi(depression), hingga penerimaan (acceptance).
d) .Management Bencana
Ada 3 aspek yang mendasar dalam management becana yaitu:
1.respond terhadap bencana
2.kesiapsiaagaan menghadapi bencana
3.mitigasi efek bencana
Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap tindakan
yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan.ada beberapa hal yang bisa
dijadikan pedoman yaitu:
 Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan seperti melakukan
pertolongan medis, pemberian bantuan kebutuhan korban atau menjadi tenaga
relawan.
 Melakukan tindakan yang telah direncanakan
 Evaluasi kegiatan yaitu mengevaluasi hasil dari tindakan yang kita lakukan,karena
evaluasi ini berguna sebagi acuan atau pedoman untuk melakukan kegiatan atau
tindakan yang kita akan lakukan selanjutnya.

e) .Peran keperawatan jiwa dalam menajemen bencana


1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan, baik
itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yangmungkin
akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan.Hal yang paling
urgen dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Mahasiswa
keperawatan bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun
tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama mahasiswa
keperawatan lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana. Pengobatan yang
dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai
dengan profesi keperawatan.

2. Pemberian bantuan

Mahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan
menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti makanan, obat-obatan,
keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung
oleh mahasiswa keperawatan secara langsung di lokasi bencana dengan mendirikan posko
bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalamkegiatan ini adalah pemerataan bantuan di
tempat bencana sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak
akan ada lagi para korban yang tidakmendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang
menumpuk ataupun tidak tepatsasaran.
3. Pemulihan kesehatan mental

Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat kejadianyang
menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang mendalam, ketakutandan kehilangan
berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu- ibu, dan anak-anak yang sedang dalam
massa pertumbuhan. Sehinnga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan
stress berat dan gannguan mental bagi para korban bencana.Hal yang dibutukan dalam
penanaganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa keperawatan. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan
mendengarkan segala keluhan keluhanyang dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan
diberi penyemangat untuktetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah
denganmengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak
anakyang berada pada masa bermain. Mahasiswa keperawatan dapat memdirikan sebuahtaman
bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain
sebagainnya. Sehinga kepercayaan diri mereka akan kembali seperti sedia kala.

4. Pemberdayaan masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana biasanya akan
menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya keaadaan pasca bencana.,akibat
kehilangan harta benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah
dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut
adalah melakukan pemberdayaan masyarakat.Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill
yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Mahasiswa keperawatan dapat melakukan
pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun
LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Bencana alam seringkali tidak terduga dan bencana alam memakan korban jiwa yang
jumlahnya tidak sedikit.sehingga banyak yang tidak siap dalam memperkirakan datangnya
bencana alam.bencana juga merupakan stressor tidak terduga yang dapat mengakibatkan respond
stress dari individu.stress menggambarkan respond manusia terhadap perubahan kehidupan
termasuk lingkungan hidup yang terjadi. profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup
segala kondisi,dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit
melainkan juga dituntut untuk mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap bencana.

perawat jiwa berada dalam posisi kunci dalam membantu proses pemulihan dan
memberikan dukungan pada masyarakat yang memerlukan asuhan keperawatan kesehatan jiwa
yang spesifik dan berkolaborasi dengan profesi lainnya. Tata laksana keperawatan jiwa dalam
bencana bukan hanya saat terjadi bencana,namun jauh kedepan yaitu bagaiman menguatkan
katahanan individu setelah kejadian bencana.agar sttess yang dialami ketika bencana sesegera
mungkin dipulihkan

B.Saran

Sebagai calon tenaga kesehatan mahasiswa keperawatan harus turud andil dalam
membantu menanggulangi akibat yang terjadi pada korban bencana,dan perawat juga harus
memiliki skli dan pengetahuan yang cukup luas agar dalam membantu pasien yang mengalami
gangguan jiwa akibat dari bencana bisa pulih kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Budi Anna Keliat,S.Kp,M.App.sc. Buku Dukungan kesehatan jiwa dan psikososial


:keperawatan jiwa.2018

Ferry Efendi. Buku keperawatan kesehatan dan komunitas

Anda mungkin juga menyukai