Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI

KEPERAWATAN BENCANA PSIKOSOSIAL


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DALAM BENCANA

OLEH :
FIRLIANA TRIWIDYANTI
NIM. 2111016

DOSEN PENGAMPU
FAHRULRIZZAL, NS., M.KEP

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
KONDISI BENCANA
1. Jenis Bencana
Banjir
2. Dampak Yang Ditimbulkan
Dampak yang pertama yang pertama yaitu kerugian materiel seperti rumah-rumah
masyarakatbyang terpendam air terdapat perabotan rumah tangga didalamya yang
menyebabkan rusak maupun hanyut.
Dampak yang kedua yaitu masyarakat itu sendiri tidak dapat beraktifitas seperti
siadakala, seperti bekerja dan bersekolah karena lingkungan terendam banjir beberapa
siswa diliburkan dan para pekerja izin tidak bisa bikerja karena terhambatnya akses
yang tergenang air yang cukup tinggi.
Dampak yang ketiga yaitu kurangnya persediaan makan, karena akses jalan tergenang
air dan beberapa masyarakat biasanya menjual makanan atau bahan bahan pakan
karena adanya banjir sehingga mereka tidak dapat berjualan seperti biasa yang
membuat beberapa masyarakat pun kekurangan bahan pakan.
Dampak yang keempat yaitu tercemar dan rusaknya lingkungan, seperti beberapa
masyarakat yang notabene memiliki beberapa persawahan, perkebunan, peternakan
rusak karena tergenang air yang volumenya cukup besar.
3. Jumlah Korban
Untuk ketinggian banjir dibawah 1 meter kemungkinan tidak ada korban jiwa, hanya
saja biasanya masyarakat terkena pecahan kaca yang apabila jalan tidak terlihat
karena tergenang air .
4. Masalah Kesehatan Yang Mungkin Muncul (Fisik Dan Jiwa)
Untuk masalah Kesehatan beberapa masyarakat ada mengalami gatal gatal karena
kurang air bersih. Biasanya juga masyarakat mengalami rang pada kaki karena terlalu
lama terendam air.
Untuk Kesehatan jiwa banyak masyarakat mengelum karena mereka tidak dapat
bekerja atau beaktifitas seperti biasa.
5. Penanganan Dan Layanan Selama Bencana Yang Ada
Banyak beberapa masyarakat dari luar desa yang memberikan bantuan baik berupa
makanan cepat saji maupun bahan makan mentah. Untuk pelayanan Kesehatan pada
saat bencana di daerah saya tidak ada selama kejadian banjir itu berlangsung. Tetapi
setelah bencana banjir tersebut surut dan lingkungan mulai membaik dalam artian
askes dalan sudah dapat digunakan masyarakat mendapatkan arahan untuk segera
memeriksakan diri ke puksesmas desa.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DALAM SITUASI BENCANA

Tindakan keperawatan jiwa akan efektif bila dilakukan sesuai dengan kebutuhan penyintas pada
tiap tahap bencana. Berikut ini adalah tahapan bencana

a. Pra bencana (Preparedness)


Kondisi non bencana adalah kondisi tidak ada bencana pada lokasi rawan bencana seperti daerah
pantai atau pegunungan, daerah jalur gempa, daerah pinggiran sungai, lokasi pemukiman padat,
gedung-gedung tinggi dan lain lain. Upaya yang dilakukan selama pra bencana adalah pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan

Perilaku yang muncul Menerima VS Menyangkal


Peran dari relawan Persiapan, melatih masyarakat,
meningkatkan pengetahuan masyarakat
Peran tenaga kesehatan jiwa profesional Merencanakan kesiagaan, latihan
simulasi keadaan darurat bencana, melatih
tenaga kesehatan setempat, meningkatkan
pengetahuan mitigasi, kolaborasi dengan
pemerintah setempat yang berwenang,
menginformasikan kebijakan yang dapat
dipertanggung jawabkan, menyusun tim
pertolongan pertama dengan terstruktur,
membangun sistem peringatan dini bencana
b. Saat Bencana (Emergency)
Kondisi bencana adalah ketika bencana benar-benar sedang terjadi. Lama waktu kondisi ini
berbeda-beda. Beberapa kondisi yang biasanya menyertai bencana antara lain adalah kematian,
kerusakan dan kehilangan harta benda, serta perpisahan dengan orang yang dicintai. Tahapan
saat bencana ini terbagi menjadi 3:

Tahapan Impact, yaitu 0-48 jam setelah kejadian bencana


Tujuan Bertahan dalam kondisi bencana, komunikasi
intensif
Perilaku yang muncul Agresif/pasif, pasrah, menyerah, dil

Peran dari relawan Memberikan pertolongan, melindungi,


evakuasi dan pengungsian
Memberikan pendampingan orientasi kejadian
- Memfasilitasi komunikasi dengan keluarga,
teman, maupun komunitas

-Mengkaji lingkungan dari kemungkinan


ancaman bahaya

Melakukan pertolongan pertama pada


psikologis

(Psychological First Aid/PFA)*


-Mempertahankan dukungan dan menunjukkan

kehadiran bagi mereka yang mengalami distres

-Menjaga agar keluarga dapat tetap bersama


-Memberikan informasi adekuat yang
dibutuhkan penyintas

-Melindungi penyintas dari kemungkinan


bahaya

- Mengurangi dampak perubahan fisiologis


Monitor dampak bencana terhadap lingkungan
- Mengobservasi dan mendengarkan korban
yang paling terpengaruh

- Meningkatkan kapasitas organisasi dan


caregiver untuk menyediakan apa yang
diperlukan untuk membangun kembali struktur
komunitas, mendorong pemulihan/ketahanan
keluarga, dan menjaga masyarakat.
BAB 3
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DALAM BENCANA
Salah satu peran penting perawat jiwa dalam kondisi bencana adalah
melakukanmental yang tidak hanya berbasis pada layanan yang diberikan di rumah
sakitnamun lebih mengarah pada layanan yang diberikan di area komunitas yang
sifatnyaintervensi psikososial. Intervensi psikososial merupakan pemberian layanan
kesehatan lebih informal. Intervensi ini berupaya untuk mendekatkan psikologi dan psikiatri
dalam kehidupan sehari hari dan meberikan layanan kepada kelompok-kelompok yang ada
di masyarakat baik yang mengalami masalah psikiatri (gangguan jiwa berat), yang
berisiko, maupun yang sehat

Intervensi psikososial yang diberikan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan


dankemandirian penyintas dengan gangguan jiwa berat. Bagi kelompok yang berisiko
tidakmenjadi gangguan jiwa, dan bagi kelompok sehat tidak menjadı berisiko
mengalamimasalah mental (CMHN, 2005). Intervensi psikososial selain diberikan
kepadamasyarakat yang menjadi penyintas, namun juga diberikan kepada relawan atau
tenagakesehatan yang memberikan pertolongan kepada penyintas.

Dalam situasi bencana ketrampilan mengenai intervensi krisis juga menjadi hal
pentingyang harus dikuasai oleh perawat. Intervensi krisis merupakan terapi jangka
pendekyang berfokus pada penyelesaian masalah segera. Biasanya dibatasi menjadi 6
minggu.Tujuan dari intervensi krisis adalah mengembalikan seseorang kepada level fungsi
prakrisis. Bagi seorang perawat penting untuk diingat bahwa budaya mempengaruhi
prosesintervensi krisis dengan kuat, termasuk gaya komunikasi dan respons pekerja krisis.

Langkah pertama dan intervensi krisis adalah pengkajian. Pada saat pengkajian,
datatentang terjadinya bencana dan efeknya pada klien harus dikumpulkan. Data
tersebutdapat digunakan untuk mengembangkan tindakan keperawatan. Walaupun situasi
krisismerupakan fokus dari suatu pengkajian, perawat dapat mengidentifikasi masalah yang
lebih bermakna dan sangat lama. Individu dengan masalah psikologis yang telah ada
sebelumnya dapat memiliki masalah kesehatan yang lebih berat pada pasca bencana.
Sebagai contoh, seseorang dengan gangguan jiwa beratakan membutuhkan pertolongan
untuk meyakinkan akses terhadap pengobatan dan sabilitas perawatan mereka (Milligan dan
McGuinness, 2009). Untuk mengidentifikasi kejadian presipitasi, perawat harus
mengeksplorasi kebutuhan klien, kejadian yang mengancam kebutuhan tersebut, dan waktu
saat gejala muncul.

Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah perencanaan dan implementasi.


Alternatif penyelesaian masalah di eksplorasi dan langkah-langkah untuk pencapaian
penyelesaian diidentifikasi. Adapun secara umum implementasi yang diberikan pada
intervensi yaitu manipulasi lingkungan, dukungan umum, pendekatan kelompok besar,
pendekatan individu. Perawat jiwa harus kreatif dan fleksibel mencoba berbagai teknik yang
berbeda. Teknik ini haruslah aktif, focus dan eksploratif yang dapat mencapai target
intervensi. Beberapa dari teknik ini mencakup katarsis, klarifikasi, memberikan saran,
penguatan perilaku, dukungan terhadap sikap defensive, peningkatan harga diri dan
mengeksplorasi penyelesaian masalah.

Katarsis merupakan pelepasan perasaan yang terjadi ketika klien berbicara tentang
area emosional. Klarifikasi digunakan ketika perawat membantu mengidentifikasi
hubungan antara kejadian, perilaku dan perasaan. Pemberian saran dapat mempengaruhi
seseorang untuk menerima suatu ide atau keyakinan. Dalam intervensi krisis klien
dipengaruhi perawat sebagai seseorang yang percaya diri, tenang, berpengharapan, empati
yang dapat menolong, dengan mempercayai perawat dapat menolong klien akan merasa
lebih optimis dan tidak ansietas. Penguatan perilaku terjadi ketika kesehatan, perilaku
adaptif klien dikuatkan olehperawat, dengan menguatkan respons positif klien tersebut.
Dukungan defensive terjadi ketika perawat mendorong menggunakan defensive yang sehat
dan mengabaikan yang bersifatmaladaptive. Meningkatkan harga diri sesungguhnya
merupakan teknik yang penting. Perawat harus menyatakan bahwa klien merupakan
manusia yang berharga melalui mendengarkan dan menerima perasaan klien, menghargai
klien, dan memuji usaha klien dalam mencari pertolongan. Eksplorasi solusi merupakan
tindakan mengkaji altermatif cara untuk menyelesaikan masalah dengan segera. Tabel
dibawah ini menjelaskan intervensi keperawatan untuk menolong individu dan
keluargamenghadapi stress akibat krisi
BAB 4
PENUTUP
1. Simpulan
Jadi, kita sebagai perawat harus memiliki kompetensi untuk bisa beradaptasi dengan
situasi bencana. Kompetensi berarti tindakan nyata pada peran tertentu dan 5 situasi
tertentu. Kompetensi dijelaskan juga sebagai kombinasi dari pengetahuan, keterampilan
dan perilaku yang dibutuhkan dalam sebuah pekerjaan. Tingkat pengetahuan yang ukup
dan keahlian yang memadai mengenai manajemen bencana disemua aspek dan fase bencana
merupakan hal yang sangat mempengaruhi kompetensi perawat dalam menghadapi
bencana. Sebagai kelompok terbesar dari tenaga kesehatan, perawat harus
mengembangkan kompetensi dalam tanggap darurat penanggulangan bencana.
Bagaimanapun pendidikan tentang bencana sangat dibutuhkan oleh semua perawat.

2. Saran
Saran penulis kepada pembaca yaitu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Arthaeski, Ni Putu Dewi. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pemberian Terapi


Relaksasi Lima Jari Untuk Menurunkan Ansietas Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis Yang Sedang Dilakukan Hemodialisa Di Rsud Sanjiwani Gianyar Tahun
2019. Diploma thesis. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan
Keperawatan.
Keliat, Prof. Dr Budi Anna & Marliana, Ns. Thika. (2018). Dukungan Kesehatan Jiwa
dan Psikososial (Mental Health and Psychological Support): Keperawatan
Jiwa Fakultas Keperawatan. Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai