Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH BENCANA DI DUNIA

BENCANA ALAM

OLEH :
FIRLIANA TRIWIDYANTI
NIM 2111016

DOSEN PENGAMPU :
MERINA WIDYASTUTI, S.KEP.,NS., M.KEP

PROGRAM S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TAHUN ANGKATAN 2022/2023
SEJARAH BENCANA DI DUNIA
SEJARAH LETUSAN
Komplek Krakatau terdiri dari empat pulau, Rakata, Sertung, Panjang dan Anak Krakatau.
Ketiga pulau pertama adalah sisa pembentukan kaldera, sedangkan Anak krakatau tumbuh mulai
20 Januari 1930.
Letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 dianggap kejadian terbesar dalam sejarah letusannya,
melontarkan rempah vulkanik dengan volume 18 km3, tinggi asap 80 km dan menimbulkan
gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 m di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan
Lampung. Walaupun belum ada kota-kota besar disepanjang pantai tersebut seperti sekarang,
tetapi 297 kota kecil (kota kecamatan) hancur disapu tsunami dan menewaskan 36.417 jiwa.
Diperkirakan 2000 orang tewas di Sumatera bagian selatan oleh "abu panas" dan terdapat bukti
nyata bahwa piroklastik mencapai jarak tersebut. 3150 jiwa tewas diarah piroklastik ini, pada
pulau-pulau antara Krakatau dan Sumatera.
Krakatau diketahui dalam sejarah pada saat terjadi letusan besar pada 416 SM, yang
menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera (Judd, 1889), kemudian De Neve (1981)
memperoleh keterangan bahwa sebelum terjadi paroksismal kedua, beberapa letusan terjadi pada
abad 3, 9, 10, 11, 12, 14, 16 dan 17 yang diikuti dengan pertumbuhan kerucut Rakata, Danan dan
Perbuatan. Kegiatan vulkanik tersebut berhenti pada tahun 1681.
Setelah beristirahat lk. 200 tahun, Krakatau kembali memperlihatkan kegiatannya yang diawali
dari beberapa letusan G. Danan dan G. Perbuatan. Pada 20 Mei 1883 letusan G. Perbuatan
berkomposisi basaltis mengawali letusan paroksismal pada 27 Agustus 1883 yang berkomposisi
dasit (SiO2 = 64-68%)(Neumann van Padang, 1951). Letusan paroksismal terjadi pada hari
Minggu 27 Agustus 1883 pada pukul 04.00-06.41 dan 10.00 waktu setempat. Suara letusan
terdengar sejauh 4.500 km, tinggi asap 80 km, energi yang dikeluarkan 1 X 1025 erg. Tsunami
terjadi 30 menit setelah letusan kataklismik dengan tinggi gelombang 30 m di pantai barat
Banten dan pantai selatan Lampung.
Krakatau tenang kembali mulai Februari 1884 sampai Juni 1927, ketika pada 11 Juni 1927 erupsi
yang berkomposisi magma basa muncul di pusat komplek Krakatau, yang dinyatakan sebagai
kelahiran G. Anak Krakatau. Akibat letusan-letusannya, G. Anak Krakatau tumbuh semakin
besar dan tinggi, membentuk kerucut yang sekarang mencapai tinggi lk. 300 m dari muka laut.
Di samping menambah tinggi kerucut tubuhnya, juga memperluas wilayah daratannya.
Catatan sejarah kegiatan vulkanik G. Anak Krakatau sejak lahirnya 11 Juni 1930 hingga 2000,
telah mengadakan erupsi lebih dari 100 kali baik bersifat eksplosif maupun efusif. Dari sejumlah
letusan tersebut, pada umumnya titik letusan selalu berpindah-pindah di sekitar tubuh
kerucutnya. Waktu istirahat berkisar antara 1 - 8 tahun dan umumnya terjadi 4 tahun sekali
berupa letusan abu dan leleran lava. Kegiatan terakhir G. Anak Krakatau, yaitu letusan abu dan
leleran lava berlangsung mulai 8 Nopember 1992 menerus sampai Juni 2000. Jumlah letusan per
hari tercatat oleh sesimograf yang ditempatkan di Pos PGA Pasauran, sedangkan jumlah material
vulkanik yang dikeluarkan selama letusan tersebut lk. 13 juta m3, terdiri dari lava dan material
lepas berkomposisi andesit basaltis.
Tabel kegiatan vulkanik G. Krakatau :
 

1680
Mei 1680 sampai Mei 1681, letusan abu disertai leleran lava.
- 1681
1883 20 Mei 1883 kegiatan diawali dari G. Perbuatan, letusan abu dan semburan uap mencapai tinggi 11 km
suara dentumannya terdengar sejauh 200 km. Pada Juni kegiatan vulkanik juga terjadi di G. Danan. Eru
paroksisma terjadi pada 26 - 28 Agustus. Setelah pukul 13.00, 26 Agustus beberapa erupsi terjadi dan
mencapai puncaknya pada Minggu 27 Agustus, pukul 10.02 dan pada pukul 10.52 dentumannya terdeng
di Singapura dan Australia. Erupsi ini menyemburkan batuapung dan abunya mencapai tinggi 70-80 km
endapannya menempati area 827.000 km2. Runtuhan tubuh gunungapi ini menyebabkan tsunami denga
tinggi gelombang rata-rata 20 m menyapu pantai-pantai di Selat Sunda dan baratlaut Jawa, serta
menyebabkan 36.417 koban jiwa. September dan Oktober letusan freatik.
1884 Februari, letusan freatik merupakan kelanjutan dari Oktober 1883.
1898 -
1927 29 Desember, kegiatan vulkanik baru terjadi di pusat kaldera, timurlaut dasar kaldera pada kedalaman 1
m dan dinyatakan sebagai kelahiran G. Anak Krakatau. Kawah baru ini satu garis dengan kawah-kawah
Danan dan Perbuatan sebelumnya. Rentetan kegiatan erupsi berlanjut hingga 1930, sebagai berikut :
1928 5 Februari, 25 Maret, 2 Juni, 6-13 Juli, 25 Agustus-4 September, 4-26 Nopember, 11-20 Desember.
1929 12 Januari-18 Februari, 6-13 Maret, 8-20 Juni, 25 Juli-25 Agustus, 19 September-7 Oktober, 7-23
Desember.
1930 14-28 Januari, 10 Maret-5 April, 30 April-15 Mei, 2 Juni-15 Agustus.
1931 Terjadi danau kawah, erupsi abu mencapai tinggi 2400 m dan erupsi samping pada 23-26 September, 5-
Nopember, 5-21 Desember.
1932 12-17 Februari erupsi lanjutan dari tahun sebelumnya.
1933 Erupsi di danau kawah pada 16 Januari-25 Mei, 10-17 Juni, 5-6 Juli, 5 September-5 Oktober, 10
Nopember-6 Desember.
1934 Kegiatan lanjutan dari tahun sebelumnya pada 6-26 Januari, selama Maret, 5-12 Mei, 7-9 Juni. Pada
periode ini salah satu erupsinya mencapai tinggi 6800 m.
1935 Erupsi abu dan erupsi freatik di danau kawah, ukuran danau kawah mencapai 275 X 250 m2, kegiatan
terjadi pada 4-14 Januari, 6 Februari-6 Mei dan 25 Mei-12 Juli.
1936 Erupsi abu pada 13 Oktober dan selama Nopember tinggi tiang abu berkisar antara 100 - 300 m.
1937 Erupsi di danau kawah terjadi pada 6 Agustus-21 September tinggi abu antara 2000-2600 m, kemudian
pada 17-23 Nopember erupsi-erupsi kecil pada kawah baru di bagian baratdaya.
1938 Erupsi abu dan erupsi freatik di danau kawah berlangsung hingga 1940. Kegiatan terjadi pada 4 Juli-29
Agustus, 12-14 September, 2 Oktober, 7 Nopember, 8-9 Desember.
1939 15-27 Januari, 20 Maret, 1 Juni-4 Agustus, 23-25 September, 13 Desember sampai
1940 9 Januari, 3-10 Februari, 1 Maret-15 Mei, dan 10 Juni-2 Juli. Pada Juni tinggi letusan mencapai 1000-40
m.
1941 Erupsi di danau kawah pada 28 Januari-12 Februari
1942 Erupsi di danau kawah pada 29-30 Januari.
1943 Erupsi di danau kawah.
1944 Erupsi di danau kawah.
1945 Erupsi di danau kawah.
1946 Erupsi di danau kawah pada 25 Juli dan selama Desember.
1947 Erupsi di danau kawah selama April.
1948 Erupsi di danau kawah.
1949 Erupsi di danau kawah pada 12 Mei.
1950 Erupsi di danau kawah pada 3-7 Juli.
1952 Erupsi di danau kawah pada 10-11 Oktober, terbentuk kerucut baru dengan danau kawah bergaris tenga
440 m.
1953 Erupsi abu di danau kawah pada 20-23 September, tinggi kerucut mencapai 116 m.
1958 Erupsi di danau kawah, tanggalnya tidak diketahui.
1959 Erupsi di danau kawah selama Juni-Juli. Kegiatan erupsi terdiri atas 4 fase: 1. Erupsi abu hitam, 2. Erup
abu dan gas dengan tiang asap setinggi 500 m, 3. Erupsi abu setinggi 1000 - 1500 m, dan 4. Erupsi abu
hitam.
1960 Kegiatan erupsi lanjutan dari tahun sebelumnya, terjadi pada 12-13 Januari, tinggi asap mencapai 1000
1961 Kegiatan erupsi tidak diketahui tanggalnya, melenyapkan danau kawah bulan sabit dan leleran lava men
kawah dan dan bibir kawah bagian timur.
1963 Leleran lava menembus laut melalui pematang baratdaya kawah dan membentuk seperti kipas.
1968 Erupsi freatik selama September.
1972 Erupsi abu menerus mencapai tinggi 1600 m. Saksi mata mengamati kejadian erupsi pada 26 Juni, 21-2
- 1973 Desember dan 29 Desember 1972. Kagiatan erupsi menerus hingga Januari 1973 dan diakhiri leleran la
ke arah selatan, baratdaya dan barat, menembus laut sehingga memperluas daratan.
1975 Erupsi abu selama tahun ini dan diakhiri dengan leleran lava ke arah barat- baratlaut.
1979 Erupsi abu hampir selama tahun ini dan diakhiri dengan leleran lava ke arah baratdaya.
1981 Erupsi abu sejak Februari hingga Juli, dan diakhiri dengan leleran lava ke arah selatan menindih lava 19
1973.
1984 Erupsi abu terjadi pertengahan tahun dan tidak diketahui tanggalnya.
1988 Erupsi abu pada 16-18 Maret membentuk kawah baru di lereng selatan dan kegiatannya diakhiri dengan
leleran lava yang terbatas pada lereng selatan.
1992 - Erupsi abu terjadi pada 8 Nopember, kegiatannya dimulai dengan peningkatan kegempaan vulkanik seja
2000 Agustus. Kegiatan erupsi menerus sampai tahun 2000 setiap hari atau setiap beberapa menit,
menyemburkan abu dengan tinggi rata-rata 400 - 800 m dan leleran lava. Leleran lava terjadi pada
Nopember-Desember 1992, Februari 1993, April-Mei 1993, Juni 1993, Januari 1996, Juni 1996 dan Jul
1996. Leleran lava tersebut umumnya mencapai laut, sehingga menambah daratan pulau tersebut.
Perhitungan material yang disemburkan selama itu berupa lava dan material lepas adalah 22 juta m3 dan
penambahan daratan 380.000 m2. Tinggi G. Anak Krakatau mencapai 305 m dml.
2001 Erupsi abu tipe strombolian pada 5 Juli.
2005 Pada 24 - 26 September 2005, Terjadi peningkatan jumlah kegempaan.
2007 Pada 20 - 22 Oktober 2007 aktivitas kegempaannya kembali meningkat. Pada 23 Oktober 2007 terjadi
letusan abu setinggi 200m. Hasil pengamatan visual pada 25 Oktober 2007 (Patria dkk, 2007), terdapat
 
lubang letusan baru di dinding selatan G. Anak Krakatau.
2008 Pada 1 - 20 April terjadi peningkatan aktivitas. Hasil pengamatan langsung ke G. Anak Krakatau 15-16
April 2008 menunjukkan bahwa terjadi letusan abu yang disertai lontaran material pijar, berlangsung tia
selang 5 - 15 menit dengan ketinggian berkisar 100 - 500 meter. - -
2010
2011 Mulai 10 Oktober 2010, terjadi letusan abu yang disertai lontaran material pijar dengan ketinggian asap
berkisar 100 1700 m dan berlangsung setiap hari sampai saat ini.

Letusan G. Anak Krakatau diambil dari P. Rakata (arah selatan) tinggi G. Anak Krakatau 305 m
dpl, dijadikan acuan untuk mengukur tinggi asap letusan
Tsunami akibat erupsi Krakatau 1883
Tsunami dapat terjadi akibat gempabumi tektonik, erupsi gunungapi bawah laut, longsoran di
dasar laut, aliran piroklastika/lahar masuk ke laut. Dari 106 kejadian tsunami, umumnya berasal
dari kegiatan gunungapi, terutama akibat erupsi gunungapi bawah laut, atau gempa tektonik yang
disertai erupsi gunungapi.
Erupsi Krakatau 1883 menyebabkan hilangnya dua gunungapi (Danan dan Perbuatan) dan
sebagian G. Rakata. Erupsi ini menyebabkan tsunami yang menyapu kota-kota kecil di sepanjang
pantai Banten dan Lampung Selatan, termasuk kota Teluk Betung. Di Teluk Betung, gelombang
pasang air laut mencapai tinggi 20 m. Sebuah kapal, "The Berouw" yang berada di Pelabuhan
Teluk Betung saat itu, terlempar sejauh 3.300 m ke dalam hutan. Furneaux, 1964 memperoleh
keterangan bahwa dentuman Krakatau terdengar di Teluk Betung sesaat setelah pukul 10.00 dan
gelombang pasang mencapai kota Teluk Betung pukul 11.03, mengakibatkan kerusakan berat
kota Teluk Betung dan memakan korban lk. 5000 jiwa, diantaranya 3 orang kebangsaan Eropa
dan 2.260 orang penduduk setempat.
Kota Merak yang terletak di semenanjung Banten, dilanda gelombang pasang setinggi 30 m dan
40 m. Gelombang pasang ini juga menyapu Teluk Semangko sesaat setelah memporak
porandakan Teluk Betung dan gelombangnya tidak setinggi yang ke arah Teluk Lampung, tetapi
cukup menghancurkan sepanjang garis pantai dan merusak banyak perkampungan dan korban
jiwa, diantaranya 2.500 penduduk tewas di kampung Benewani, 327 hilang di Tanjungan dan
Tanot Baringin dan 244 jiwa di Beteong. Gelombang pasang setinggi 13,6 m juga melanda
mercusuar Bengkulen yang terbuat dari beton dan menewaskan 10 orang yang sedang bekerja.
Di daerah Banten, seluruh pantainya terlanda gelombang pasang, banyak perkampungan terlanda
gelombang dan menewaskan penduduk termasuk seorang pastur di Prince island. Di Tangerang,
gelombang pasang setinggi orang melanda perkampungan, dan dalam beberapa menit gelombang
balik menghanyutkan penduduk, binatang, perumahan dan pepohonan. Pada peristiwa ini tercatat
1.974 penduduk setempat dan 46 kebangsaan Asia penduduk Karanghantu tewas.
Gelombang pasang yang meninggalkan Krakatau pada pukul 10.00 merambat dalam waktu 2
jam 30 menit mencapai Jakarta, yang berjarak 169 km. Air laut naik secara cepat dari mulai
pukul 11.30 dan pukul 12.15 gelombang pasang besar menyapu pantai Jakarta melebihi
maksimum pengukur tinggi gelombang. Air surut lagi pukul 02.48 sore sehingga pengukur tinggi
gelombang dapat terbaca kembali. Di Tanjung Priuk tinggi gelombang laut saat itu rata-rata 3 m
dalam beberapa menit. Dalam peristiwa ini tercatat 300 orang nelayan tewas dan satu
perkampungan Cina hancur.
Gelombang tsunami akibat erupsi Krakatau ini juga bergerak ke arah barat menuju Samudera
Hindia mencapai semenanjung Good Hope, kemudian ke arah utara menuju menuju Samudera
Atlantik. Gejala tsunami ini ditemukan di Cape Town (13.032 km) dan hampir teramati di
seluruh pantai di sekitar Samudera Hindia dan Samudera Atlantik. Pengukur tinggi gelombang di
Pelabuhan Cape Horn (14.076 km) dan Panama (20.646 km) menunjukkan adanya gelombang
pasang dengan kecepatan rata-rata 720 km per jam, bahkan dilaporkan bahwa tsunami ini
mencapai Selat Inggris yang berjarak 19.873 km dari Krakatau.

Anda mungkin juga menyukai