Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENERBITAN NASKAH SUMBER ARSIP DAN

CITRA DAERAH

GUNUNG KRAKATAU

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

21. Lely sf
22. Listiono
23. Lita fadriyani
24. Lucky Adhi Pradana
25. Maijarinis
26. Maryamah
27. Moh.Ikbal Mahdali
28. Mutia Juwita
29. Naftalia Sulistiawati
30. Nanda Nora Farica
OUTLINE

GUNUNG KRAKATAU

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Arsip Sebagai Sumber

1.4 Aspek Hukum

II. GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Gunung Krakatau

2.2 Munculnya Gunung Krakatau

2.3 Erupsi

2.4 Anak Krakatau

2.5 Dampak Positif dan Negatif Akibat Gunung Meletus

III DAFTAR REFERENSI

IV DAFTAR ARSIP YANG AKAN DISERAHKAN

IV PENUTUP

2
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah telah


diterapkan, Undang-undang tersebut mengamanatkan diterapkannya pelaksanaan
otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini pada hakekatnya adalah sebagai
suatu upaya untuk meningkatkan peran daerah dalam memberikan layanan
masyarakat dalam hal ini citra daerah provinsi Lampung seperti Gunung Krakatau.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana gambaran arsip sumber sejarah gunung krakatau yang ada di


provinsi Lampung?

1.3 Arsip Sebagai Sumber

Arsip sebagai sumber informasi perlu diusahakan kepada masyarakat luas


dapat mengetahui keberadaannya sehingga masyarakat yang membutuhkan dapat
memanfaatkan arsip tersebut untuk berbagai kepentingan seperti pencarian bukti
hukum, penelitian, dan kajian ilmiah melalui penyusunan naskah sumber arsip.

1.4 Aspek Hukum

Aspek hukum dalam penerbitan naskah sumber arsip Gunung Krakatau adalah
sebagai berikut:

1. Undang-undang 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan


2. Undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
3. Permendikbudristek Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
4. Permendikbudristek Nomor 20 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan
Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.

3
II. GAMBARAN UMUM

2.1 Sejarah Gunung Krakatau

Krakatau (atau dengan nama internasional Krakatoa ataupun Rakata) adalah


kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten
Lampung Selatan, tepatnya di perairan Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan
Sumatra.[2] Nama ini juga disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana
(Gunung Krakatau). Gunung Krakatau Purba pernah meletus hebat tahun 535 M yang
menyebabkan terbentuknya Selat Sunda, hilangnya peradaban Pasemah Lampung
dan Salakanegara Banten selama sekitar 20-30 tahun. Ledakan Gunung Krakatau
menyebabkan tsunami, langit gelap, dan cuaca dingin.[3] Pada tahun 1680, pernah
terjadi letusan juga.[3] Peristiwa itu pun masih berlanjut terulang kembali yang
menyebabkan Krakatau sirna karena letusan kataklismik pada tanggal 26-27 Agustus
1883. Pada tahun 2019, kawasan yang sekarang merupakan cagar alam ini memiliki
empat pulau kecil: Pulau Rakata, Pulau Anak Krakatau, Pulau Sertung, dan Pulau
Panjang (Rakata Kecil). Berdasarkan kajian geologi, semua pulau ini berasal dari
sistem gunung berapi tunggal Krakatau yang pernah ada di masa lalu.

Krakatau dikenal dunia karena letusan yang sangat dahsyat pada tahun 1883. Awan
panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai
sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan
Samudra Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai ke Alice Springs, Australia dan
Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai
30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang
Dunia II.

4
Perkembangan krakatau

2.2 Munculnya Gunung Krakatau

Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau
Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang
dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan
basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung
Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata
yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung
Krakatau. Gunung Krakatau pernah meletus pada tahun 1680 menghasilkan lava
andesitik asam. Lalu pada tahun 1880, Gunung Perbuwatan aktif mengeluarkan lava
meskipun tidak meletus. Setelah masa itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau
hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada
Gunung Krakatau. Itulah tanda-tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat
Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang
puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883

2.3 Erupsi

Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada
gunung tersebut. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford

5
Inggris yang juga penulis National Geographic, mengatakan bahwa ledakan itu adalah
yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling
meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai
4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat
itu. Sebelum erupsi, terjadi sejumlah gejala alam yang tak biasa. Perilaku hewan
berubah. Kuda-kuda mengamuk, ayam tidak bertelur, kera dan burung tak nampak lagi
di pepohonan.[4]

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan
Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam
sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai
ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan
volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km.
Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan
Sumatra bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian


Gunung Rakata di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km
dan sedalam 250 meter. Tsunami (gelombang laut) naik setinggi 40 meter
menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini
timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung
kawasan pantai mulai dari Merak di Kota Cilegon hingga Cilamaya di Karawang, pantai
barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatra
Bagian selatan). Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan
harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman
tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat
hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang
jauhnya 7 ribu kilometer.

2.4 Anak Krakatau

6
Sejarah Gunung Anak Krakatau berkaitan erat dengan letusan Gunung Api Krakatau
pada tahun 1883 silam. Faktor utamanya karena terjadi erupsi yang dahsyat. Erupsi
tersebut membuat bagian tubuh Gunung Krakatau hilang dan membentuk Gunung
Anak Krakatau di dalam laut. Gunungapi Anak Krakatau, terletak di Selat Sunda
adalah gunungapi strato tipe A dan merupakan gunungapi muda yang muncul dalam
kaldera, pasca erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau. Pulau
Anak Krakatau adalah pulau vulkanik kecil, anggota dari kepulauan Krakatau, yang
berposisi di antara Pulau Sertung di sisi baratnya dan Pulau Rakata Kecil atau Pulau
Panjang di sisi timurnya yang secara administratif berlokasi di Kecamatan Punduh
Pedada, Kabupaten Lampung. Aktivitas anak Krakatau masih sangat aktif sejak erupsi
tahun 2018.

2.5 Dampak Positif dan Negatif Akibat Gunung Meletus

Gunung berapi merupakan gunung yang sewaktu-waktu bisa meletus. Di Indonesia


terutama di pulau jawa merupakan daerah yang banyak gunung berapinya. Adanya gunung
api ini member pengaruh bagi kehidupan, baik pengaruh positif maupun negatif. Berikut
merupakan penjelasan dampak positif atau manfaat dari gunung berapi :

1. Gunung api mengeluarkan abu vulkanis yang dapat menyuburkan tanah2.


2. Material gunung api berupa batu, kerikil, dan pasir dapat dimanfaatkan untuk bahan
bangunan
3. Magma yang telah membeku di permukaan bumi menyimpan bermacam material
logamatau bahan tambang, seperti emas dan perak
4. Kawasan gunung api bisa di manfaatkan untuk lahan hutan, perkebunan dan
pariwisata

Adapun dampak negative atau kerugian yang disebabkan oleg gunung api adalah :

1. Lava pijar yang bercampur air pada kawah gunning api membentuk lahar panas
yangdapat meluncur menuruni lereng menghancurkan apaapun tak terkecuali
daerah pemukiman.
2. Lava dingin berupa aliran batu, kerikil, dan pasir bertumpuk-tumpuk dipuncak
gunung, pada saat tertentu akan meluncur menuruni daerah yang dilalui dan
menghancurkanapapun yang ada.
3. Apabila gunung berapi dibawah permukaan laut meletus, biasannya diikuti
gelombangtsunami.

7
4. Abu vulkanis yang membumbung tinggi keudara atau yang sering disebut
wedos gembeldapat mengganggu jalur penerbangan.

8
III DAFTAR REFERENSI

1. Arsip Nasional Republik Indonesia. 2005. Naskah Sumber Arsip.


2. Undang-undang 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan
3. Undang-undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
4. Permendikbudristek Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
5. Permendikbudristek Nomor 20 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan
Kearsipan di Lingkungan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi.

9
IV DAFTAR ARSIP YANG AKAN DISERAHKAN

1. Foto-foto gunung krakatau saat erupsi


2. Daftar arsip dari Museum Purbakala Provinsi Lampung

10
V PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

11
12

Anda mungkin juga menyukai