Anda di halaman 1dari 2

Fakta Dibalik Meletusnya Gunung Krakatau 1883

yang Menelan Ribuan Korban Jiwa

Penulis: Tiyas Septiana

Pada saat ini, status Gunung Anak Krakatau sudah dinaikkan ke tingkat Level 3 atau Siaga
per tanggal 24 April 2022. Berkaitan dengan meningkatnya aktivitas Gunung Anak
Krakatau, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), melalui Instagram-
nya, melarang masyarakat, pengunjung, wisatawan, dan pendaki untuk mendekati gunung
yang terletak di tengah Selat Sunda ini dalam radius 5 km dari Kawah Aktif.

Jauh sebelum peristiwa ini, terjadi letusan yang dahsyat di Gunung Krakatau yang
merupakan cikal bakal dari Gunung Anak Krakatau.  Gunung Krakatau merupakan salah
satu gunung berapi yang terkenal di dunia dan memiliki catatan sejarah erupsi yang
panjang.

Dikutip dari Encyclopedia Britannica gunung ini terletak di Selat Sunda, diantara Pulau
Jawa dan Pulau Sumatera serta terletak di sepanjang lempengan tektonik Indo-Australia
dan Eurasia. Salah satu erupsi gunung Krakatau yang paling terkenal terjadi pada tahun
1883 dimana erupsi tersebut merupakan yang terbesar hingga berpengaruh ke banyak
negara di dunia.

Kedahsyatannya bahkan membuat suhu bumi turun hingga beberapa tahun setelah letusan
terjadi. Simak beberapa fakta menarik erupsi Gunung Krakatau tahun 1883 di bawah ini,
dirangkum dari Mental Floss dan Live Science.

Tanda-tanda erupsi sudah terasa sejak bulan Mei

Erupsi Gunung Krakatau terjadi pada 27 Agustus 1883. Namun, tanda-tandanya sudah
tampak sejak bulan Mei di tahun yang sama. Sebelumnya Gunung ini “tertidur” selama
200 tahun lamanya. Setelah sekian lama tertidur, Gunung Krakatau mulai menampakkan
aktivitas vulkaniknya pada 20 Mei 1883. Pada saat itu, awan abu mulai tampak hingga
ketinggian 11 km di atas pulau. Guncangan terasa hingga ke Batavia (Jakarta) yang
berjarak hampir 50 km lebih dari Gunung Krakatau.

Letusannya terdengar hingga ribuan kilometer

1
Gunung Krakatau mulai meletus pada 26 Agustus 1883. Pada saat meletus, awan abu
membumbung tinggi hingga ketinggian 35 km. Erupsi terparah terjadi keesokan harinya
tepatnya pada tanggal 27 Agustus 1883. Gunung Krakatau meletus sebanyak 4 kali selama
4.5 jam. Letusan tersebut dimulai pukul 5.30 pagi. Letusan yang dihasilkan sangat hebat.
Saking hebatnya, letusan Gunung Krakatau bahkan terdengar hingga negara lain yaitu Sri
Lanka dan Australia. Letusan yang terakhir tercatat menjadi letusan yang terhebat yang
terjadi pukul 10.02 pagi. Kekuatannya bahkan melebihi bom atom yang dijatuhkan di
Hiroshima.

Menyebabkan tsunami besar

Karena letusannya yang besar, guncangan yang terjadi juga sangat dahsyat. Guncangan
saat letusan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami besar yang menyapu wilayah di
sekitarnya. Ketinggian tsunami pada saat itu mencapai 36 meter lebih. Korban jiwa dari
letusan Gunung Krakatau sebanyak 36,417 jiwa dimana 90 persen diantaranya meninggal
akibat hantaman tsunami.

Memuntahkan debu hingga belasan kubik kilometer

Selain magma, letusan gunung juga mengeluarkan abu. Abu letusan Gunung Krakatau
pada saat itu mencapai 17 kubik kilometer. Tidak hanya di Indonesia, abu tersebut tersebar
hampir ke seluruh bagian di dunia. Saking banyaknya abu yang dikeluarkan, Matahari
sampai tidak terlihat selama 3 hari di sekitar area gunung akibat tertutup abu.

Suhu bumi turun hingga beberapa tahun

Banyaknya debu yang dimuntahkan saat letusan Gunung Krakatau mampu menutupi
atmosfer Bumi. Hal ini menyebabkan suhu bumi turun hingga 1,2 derajat Celcius. Suhu
tersebut bertahan hingga 5 tahun setelah letusan terjadi. Setelah letusan yang hebat
tersebut, Gunung Krakatau kembali tenang.

Pada tahun 1927, beberapa nelayan menemukan aktivitas vulkanik di bekas letusan
Gunung Krakatau. Dalam waktu beberapa minggu saja, puncak gunung baru terbentuk.
Dalam setahun gunung tersebut membentuk sebuah pulau kecil yang kemudian dinamai
Pulau Anak Krakatau. 1

1
Nama: Arif Mahmuda
Kelas: XII TKIN 2

Anda mungkin juga menyukai