MUCHAMMAD DANI SATRIA 21100112130062 Email : muchamdani@gmail.com JURUSAN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSTIAS DIPONEGORO, SEMARANG Jl. Prof. Sudharto,SH,Tembalang, Semarang
ABSTRACT Krakatau is a volcanic island situated in the Sunda Strait between the islands of Java and Sumatra in Indonesia. The name is also used for the surrounding island group and the volcanoes as a whole. The Krakatoa volcanoes erupted and exploded in 1883, causing massive tsunamis and killing an estimated 36,417 people, while simultaneously destroying over two-thirds of Krakatoa island. Currently, what had been the northern-most of the three pre-1883 Krakatoa volcanoes, Perboewatan, has re-emerged from the ocean, and is the principal force in the on-going formation of a new island, Anak Krakatau, or "Child of Krakatoa". It is a volcanic shaped strato. Keyword : Anak Krakatau, Krakatau
PENDAHULUAN
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatra. Nama ini pernah
disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang
METODOLOGI
Penyusunan paper ini dilakukan dengan metode tinjauan pustaka, yaitu mengumpulkan datadata sekunder berupa artikel, modul, handout dan bentuk tulisan lainnya mengenai Gunung Anak Krakatau dan pembentukannya, proses
diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia. Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia, dan Pulau Rodrigues dekat
tektonik lempeng, serta mengenai gunung api tipe strato yang didapat dari internet.
menganalisa data-data yang ada dan menginterpretasikannya diperoleh suatu sehingga kesimpulan
Krakatau Purba diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang
PEMBAHASAN
George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung
Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer. Akibat ledakan yang hebat itu, Melihat kawasan Gunung tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik
Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883.
terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu. Letusan itu menghancurkan
Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang tersusun dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung
Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau. Pada 20 Mei 1883, setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tandatanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di Selat Sunda. Ledakan kecil ini kemudian disusul dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883. Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, ledakan tepat pada jam 10.20, terjadi tersebut.
dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter
menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut. Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah
meletusnya
Gunung
Krakatau,
muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 20 inci per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki dan lebih lebar 40 kaki. Catatan lain menyebutkan
gunung
Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa
ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang dalam paling sejarah
penambahan tinggi sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung maka dalam waktu 25 tahun penambahan tinggi
meluluhlantakkan
anak Rakata mencapai 7.500 inci atau 500 kaki. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak
Bersistem konduit, yaitu bukaan yang dilalui magma dari dapur magma, material dierupsikan melalui konduit tersebut. Saat istirahat terjadi erosi yang menghancurkan kerucut, setelah kerucut terkelupas, magma mengeraskannya, mengisi konduit dan celah, mengurangi laju erosi.
Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung Krakatau sebelumnya
memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut. Menurut bentuknya Anak
Krakatau merupakan gunung dengan bentuk gunung api strato. Gunung api tipe strato adalah gunung api yang berbentuk kerucut atau kerucut terpancung yang tersusun atas
gunungapi dan batuan gang. Anak Krakatau terletak di Selat Sunda antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatra. Lokasi ini termasuk ke dalam Zona Cincin Api (Ring of Fire) yang merupakan daerah yang menjadi jalur persebaran gunung api di dunia. Zona ini terbentuk akibat adanya pergerakan tektonik lempeng yang salah satunya mengakibatkan tumbukan antara lempeng benua dengan lempeng samudra. Salah satu akibat dari tumbukan ini adalah munculnya barisan gunung api di sepanjang zona tumbukan (zona subduksi) seperti munculnya Gunung Krakatau. Kemunculan Anak Krakatau yang sempat menghilang dan diawali
perlapisan atau perselingan antara aliran lava dan endapan piroklastika. Bentuk gunungapi ini sangat umum dijumpai di Indonesia. Morofologi gunungapi strato lerengnya berundak, kerucut simetri dan tubuh besar dapat setinggi 3 km. Tubuhnya tersusun atas perselingan lava, abu gunung api, sinder, blok dan bom. Kawah terletak di puncak, berpusatnya kepundan atau
kelompok kepundan. Lava mengalir melalui zona rekahan; pada dinding kawah atau lereng. Beberapa lava membeku pada rekahan membentuk
dari adanya Gunung Krakatau Purba kemudian Gunung Krakatau lalu baru terbentuk Anak Krakatau tidak lain disebabkan karena adanya
maupun endapan piroklastik yang akan terus membentuk Gunung Anak Krakatau.
KESIMPULAN
Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda merupakan gunung yang dahulu merupakan Gunung kemudian Krakatau meletus Purba yang
Samudra Hindia. Tumbukan kedua lempeng ini menyebabkan terjadinya aktivitas volkanisme pada zona
membentuk
subduksi sehingga meskipun Gunung Krakatau Purba telah hancur ia dapat membentuk Begitu juga Gunung setelah Krakatau. Gunung
Krakatau meletus hingga hancur dan menghilang, akibat aktivitas tektonik di bawahnya masih berlangsung maka aktivitas volkanisme Krakatau tetap berlangsung sehingga mampu membentuk Gunung Anak Krakatau. Selain karena proses tektonik, pertumbuhan Anak Krakatau juga dipengaruhi oleh bentuk dari gunung itu sendiri yaitu tipe strato. Pada tipe strato tubuh gunung tersusun atas perlapisan atau perselingan antara aliran lava dan endapan piroklastika dari hasil erupsi atau aktivitas
bawahnya yang masih berlangsung sebagai tektonik akibat dari tumbukan dan
Lempeng
Eurasia
REFERENSI
http://en.wikipedia.org/wiki/Krakato a, diakses pada Kamis, 13 Desember 2012, 15.18 http://id.wikipedia.org/wiki/Krakatau , diakses pada Kamis, 13
volkanisme gunung itu sendiri. Jadi seelama aktivitas maka volkanisme akan terjadi
berlangsung,
=blog&Itemid=32,
diakses
pada Kamis, 13 Desember 2012, 15.18 GUNUNG API - Direktori File UPI dalam file.upi.edu/.../HANDOUT_G UNUNGAPI.pdf, diakses
pada Kamis, 13 Desember 2012, 15.18 Tipe Gunungapi Komposit (Strato) Sifat Gunungapi Strato, Tipe dalam