Anda di halaman 1dari 3

Pembuatan Panel Dinding Ukuran 2.

4 m x 2,4 m dengan Bahan


Material Beton Sebagai Solusi Pembangunan Risha yang Efektif dan
Efisien

Secara geografis kepulauan Indonesia merupakan daerah yang rawan


bencana karena termasuk dalam wilayah Pacific Ring of Fire (deretan gunung
berapi Pasifik) yang bentuknya melengkung dari utara Pulau Sumatera - Jawa –
Nusa Tenggara hingga ke Sulawesi Utara. Kepulauan Indonesia juga terletak di
pertemuan dua lempeng tektonik dunia dan dipengaruhi oleh 3 gerakan, yaitu
Gerakan Sistem Sunda di bagian barat, Gerakan Sistem pinggiran Asia Timur dan
Gerakan Sirkum Australia.

Indonesia merupakan satu kawasan yang terletak pada daerah pertemuan


tiga lempeng (triple junction plate convergence) yaitu lempeng Eurasia, lempeng
Samudera Pasifik dan lempeng India-Australia yang masing-masing bergerak ke
barat dan ke utara relatif terhadap eurasia. Dengan demikian Indonesia merupakan
daerah yang secara tektonik sangat labil dan termasuk salah satu pinggiran benua
yang sangat aktif di muka bumi.

Dengan adanya kejadian bencana yang banyak terjadi, pemerintah


melakukan upaya untuk Pengurangan Resiko Bencana (PRB). PRB harus
disosialisasikan pada masyarakat Indonesia. PRB sudah diperkuat dengan
dikeluarkan undang-undang tentang penanggulangan bencana, namun demikian
belum dipahami secara optimal oleh masyarakat. Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikan bencana sebagai
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam, mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor
non-alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan
kemampuan untuk mengatasi masalah bencana belum banyak dilakukan secara
sistematik dan suistanable sehingga korban bencana masih menunjukkan angka-
angka relatif tinggi. Walaupun segala tindakan telah diupayakan oleh pemerintah
untuk menanggulangi Pengurangan Risiko Bencana (PRB), kita harus bisa
mengatasi bencana ini dengan membuat bangunan – bangunan yang tahan
terhadap gempa bumi.
Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk
membuat seluruh elemen struktur menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga tidak
mudah runtuh akibat gempa. Untuk mewujudkannya diperlukan pemilihan
material yang tepat, sambungan elemen yang cukup kuat dan tentunya
pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan. Pemilihan material yang ringan dan
kuat adalah salah satu cara untuk mengurangi besarnya gaya gempa yang dipikul
oleh bangunan. Tidak seperti beban-beban tipe lainnya dimana besarnya beban
tidak dipengaruhi oleh struktur bangunan yang terkena gempa, besarnya beban
gempa sangat dipengaruhi oleh kondisi struktur bangunannya. Ini terjadi karena
beban gempa bekerja melalui lapisan tanah yang bergerak siklis baik dalam arah
horizontal maupun vertikal. Gerakan siklis ini akan menyebabkan bagian bawah
suatu bangunan untuk ikut bergerak mengikuti gerakan lapisan tanah dimana
bangunan tersebut berdiri. Karena bangunan memiliki massa, maka inersia massa
dari bagian atas bangunan memberikan tahanan terhadap pergerakan. Gaya
tahanan inilah yang kita kenal sebagai beban gempa. Sehingga semakin berat
suatu bangunan semakin besar juga gaya gempa yang menimpanya.
Masyarakat memahami bahwa semestinya pengurangan risiko bencana
bagian dari arus utama perencanaan pembangunan yang berkelanjutan.
Masyarakat menjadi sadar bahwa pembangunan menjadi tidak berarti jika bencana
tidak dapat ditanggulangi. Ketangguhan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bencana perlu dibangun untuk menghadapi ancaman bencana yang dapat terjadi
setiap saat. Karena dari itu, rumah yang berbasis instan ini sangat diperlukan
untuk menunjang kehidupan masyarakat pasca bencana gempa bumi. Selain
proses pembangunan nya cepat, pemerintah juga berharap masyarakat masih tetap
tinggal dalam kehidupan yang nyaman dengan harga yang juga terjangkau.

Jika kita perhatikan, material yang umum digunakan pada rumah tinggal
sederhana memiliki massa yang besar dan sifatnya yang getas serta tidak lentur
membuat material ini tidak tahan gempa sehingga memiliki risiko yang besar.
Gambar 1 Bangunan konvensional yang hancur akibat gempa

Dari penjelasan dan fakta diatas maka timbulah ide untuk


merekomendasikan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA) yang siap huni pasca
gempa bumi. Rumah instan dengan material dinding, tiang dan komponen sloof
pondasi yang lebih ringan yang diharapkan dapat meminimalisir risiko yang ada.
Muncul nya ide ini diharapkan mampu menjadi tempat tinggal yang nyaman
dengan mengurangi rasa kekhawatiran akan adanya gempa susulan yang akan
terjadi.

Refrensi :

Unand. Bangunan konvensional tidak tahan terhadap gempa bumi.


http://scholar.unand.ac.id/12554/2/Bab%201.pdf

Walhi. Gerakan Sistem pinggiran Asia Timur dan Gerakan Sirkum


Australia. http://www.walhi.or.id/

Litbang PUPR. Rumah Instan Sederhana Sehat.


http://eproduklitbang.pu.go.id/risha/

Anda mungkin juga menyukai