Anda di halaman 1dari 14

CONTOH SOAL PELAT SATU ARAH

Diketahui pelat lantai seperti pada gambar dibawah ditumpu bebas pada tembok bata, menahan
beban hidup 150 kg/m2dan finishing penutup pelat (tegel,spesi,pasir urug) sebesar 120
kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering. Mutu beton fc’ = 20 MPa, Mutu baja fy =
240 MPa (Polos).

Ditanyakan : Tebal Pelat dan Penulangan yang diperlukan.

Penyelesaian:
1. Tentukan tebal pelat (berkenaan syarat lendutan).
Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan pelat ditumpu
bebas pada dua tepi adalah :
hmin =
Tebal pelat ditentukan h = 0,14 m (= 140 mm).

2. Penghitungan Beban-Beban yang terjadi.

qu = 1,2 qd + 1,6 q1
qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,40 = 0,336 t/m2
qd dari finishing penutup lantai = 0,120 t/m2
+
Total beban mati qd = 0,456 t/m2
Beban hidup q1 = 0,150 t/m2
Beban berfaktor qu = 1,2 x 0,456 + 1,6 x 0,150
= 0,7872 t/m2

3. Penghitungan Momen-Momen yang terjadi


Dengan menggunakan koefisien momen, didapat :
Pada lapangan, Mu = 1/8 qu L2 = 1/8 x 0,7872 x 3,62
= 1,2753 tm
Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga)
Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62
= 0,4251 tm
4. Penghitungan Tulangan
Tebal pelat h = 140 mm
Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3).
Ditentukan diameter tulangan  p = 10 mm
Tinggi efektif d = h – p – ½  p
= 140 – 20 – ½ . 10 = 115 mm
b. Tulangan Tumpuan

c. Tulangan Pembagi
5.Gambar Sketsa Penulangan
LATIHAN SOAL (Pelat 2 arah)
-data yang diketahui sebgai berikut

-175
CONTOH PERHITUNGAN PENULANGAN ATAP PELAT
Perilaku pelat ditentukan dari perbandingan bentang pelat yang lebih panjang dengan bentang
yang lebih pendek dalam satu panel yang ditinjau. Sedangkan kondisi tumpuan pelat diasumsikan
terjepit elastis, karena pelat yang direncanakan monolit terhadap balok dengan pemikul yang tidak
terlalu kaku. Besar momen-momen lapangan dan tumpuan didapatkan berdasarkan Peraturan
Beton Indonesia tahun 1971 (PBI 1971), pada tabel untuk pelat persegi yang menumpu pada
keempat sisinya akibat beban terbagi rata. Tabel momen untuk pelat 2 arah dapat dilihat pada
lampiran Bab III. Dengan demikian perhitungan penulangan pelat adalah sebagai berikut:

Dimana:
ly = 6000 mm lx = 4000 mm ly/lx = 6000/4000=1,5 < 2
Maka pelat tersebut merupakan pelat 2 arah. Berdasarkan nilai ly/lx yang telah diperoleh, maka
dapat digunakan tabel 1.3.2 PBI 1971, untuk mencari nilai koefisien momen (X) yang dipakai
dalam menghitung nilai momen arah x (Mlx) dan momen arah y (Mly), dengan nilai koefisien
tersebut adalah sebagai berikut:
Xx = 36
Xy = 36
Nilai momen yang bekerja pada pelat adalah sebagai berikut:
Mlx =
 = -Mtx
 = 0,001 . qu . Lx2 . Xx
 = 0,001. 417,2. (4)2. 36
 = 240,31 kgm
Mly =
 = -Mty
 = 0,001 . qu . Ly2 . Xy
 = 0,001. 417,2.(6)2. 36
 = 540,69 kgm
Penulangan pelat dihitung sebagai berikut:
1) Penulangan arah X
Mu = 240,31 kgm = 2403072 Nmm
L = 4 m > 3,5 m, maka d dihitung sebagai berikut:
d = h – 30 = 100 – 30 = 70 mm
As = Mu / θ.γ.d. fy = 2403072 / 0,8.0,925.70.400 = 115,98 mm2
Diameter tulangan yang digunakan Ø12.
Astul = 1/4 π d2 = (1/4 π (12)2)= 113,04 mm2
Jumlah tulangan yang digunakan adalah:
n = As / Astul = 115,98 / 113,04 = 1,03 ≈ 2 buah
Aspakai = As. Jumlah tulangan = 115,98 . 2 = 231,96 (per meter lebar pelat)
Pengecekan terhadap rasio penulangan:
ρ = Aspakai / b.h = 231,96 / 1000.70 = 0,0039
ρmin = 0,0035 ρmax = 0,0163
ρmin = 0,0035 < ρ = 0,0039 → Ok
ρ = 0,0039 < ρmax = 0,0163 → Ok

Pengecekan terhadap momen nominal:


Tinggi balok persegi ekuivalen
a = 2,73 mm
ØMn = Ø. As. fy. (d – a/2) = 0,8. 115,98. 400.(70 – "2,73 /2)" = 2547291,936 Nmm
ØMn = 2547291,936 Nmm > Mu = 2403072 Nmm → Ok

Nilai Ø diambil berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
[RSNI 03-2847-2002], dimana faktor reduksi kekuatan atau Ø = 0,8. Asumsi diameter tulangan
adalah 12 mm dan jumlah tulangan tiap 1000 mm adalah 4, sehingga jarak tulangan dapat
dihitung sebagai berikut:
jarak tulangan, S = 1000/2 = 500 mm
Maka diambil tulangan d12-500 mm.

2) Penulangan arah Y

Mu = 540,69 kgm = 5406900 Nmm

d = 100 – 30 = 70 mm
As = Mu / θ.γ.d. fy = 5406900 / 0,8.0,925.70.400 = 260,95 mm2
Diameter tulangan yang digunakan d12.
Astul = 1/4 π d2 = 1/4 π (12)2 = 113,04 mm2

Jumlah tulangan yang digunakan adalah:


n = As / Astul = 260,95 / 113,04 = 2,31 ≈ 3 buah
Aspakai = As. Jumlah tulangan = 260,95 . 3 = 782,85 mm2 (per meter lebar pelat)

Pengecekan terhadap rasio penulangan:

ρ = Aspakai / b.h = 782,85 / 1000.70 = 0,0111


ρmin = 0,0035 ρmin = 0,0163
ρmin = 0,0035 < ρ = 0,0111 → Not Ok
ρ = 0,0111 < ρmax = 0,0163 → Ok

Persyaratan rasio penulangan memenuhi persyaratan terhadap ρmax, tetapi tidak memenuhi
persyaratan ρmin, maka digunakan nilai ρ sebagai berikut:
ρbaru = ρmin = 0,0035
Pengecekan terhadap momen nominal:

Tinggi balok persegi ekuivalen

a = 6,14 mm
ØMn = Ø. As. fy. (d – a/2) = 0,8. 260,95. 400.(70 – "6,14 " /2) = 5588922,72 Nmm
ØMn = 5588922,72 Nmm > Mu = 5406900 Nmm → Ok

Nilai Ø diambil berdasarkan Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
[RSNI 03-2847-2002], dimana faktor reduksi kekuatan atau Ø = 0,8. Asumsi diameter tulangan
adalah 12 mm dan jumlah tulangan tiap 1000 mm adalah 4, sehingga jarak tulangan dapat
dihitung sebagai berikut:

jarak tulangan, S = 1000/2 = 500 mm


Maka diambil tulangan d12-500 mm.

3) Perhitungan tulangan pembagi

Tulangan pembagi merupakan tulangan yang diletakan sejarak 0,25Ln dari tepi balok.
Tulangan ini dihitung berdasarkan luas tulangan minimum yang dibutuhkan.

Asmin = ρmin . b. d = 0,0035.1000.70 = 245 mm2


n = As / Astul = 260,95 / 113,04 = 2,31 ≈ 3 buah

Aspakai = As. Jumlah tulangan = 113,04 . 3 = 339,12 mm2 (per meter lebar pelat)
Asumsi diameter tulangan adalah 12 mm dan jumlah tulangan tiap 1000 mm adalah 4, sehingga
jarak tulangan dapat dihitung sebagai berikut:

jarak tulangan, S = 1000/2 = 500 mm


Maka diambil tulangan d12-500 mm.
Detail Penulangan Pelat Atap

Anda mungkin juga menyukai