Anda di halaman 1dari 13

Nama : Rakina Ristiadi

Kelas : 6A
NIM : 1901095022
Kajian Pariwisata

Gunung Krakatau Unsur Wisata Geologi Sejarah

 Latar belakang Sejarah Gunung Krakatau

Krakatau dahulu merupakan kepulauan berupa pegunungan vulkanik aktif yang berada di
selat sunda, antara pulau sumatera dan pulau jawa. Gunung Krakatau sudah ada sejak zaman
purba dan pernah terjadi letusan. Berdasarkan situs wikipedia, catatan mengenai letusan
Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja
Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
” Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan
bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin
dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir
besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula….
Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau
Sumatera “
Berdasarkan catatan teks jawa kuno tersebut, ketinggian krakatau purba diperkiraan setinggi
2000 m. Wikipedia pun mencatat bahwa letusan krakatau purba ini juga dianggap turut andil
atas berakhirnya masa kejayaan Persia purba, transmutasi Kerajaan Romawi ke
Kerajaan Byzantium, berakhirnya peradaban Arabia Selatan, punahnya kota
besar Maya, Tikal dan jatuhnya peradaban Nazca di Amerika Selatan yang penuh teka-teki.
Ledakan Krakatau Purba diperkirakan berlangsung selama 10 hari dengan perkiraan
kecepatan muntahan massa mencapai 1 juta ton per detik. Ledakan tersebut telah membentuk
perisai atmosfer setebal 20-150 meter, menurunkan temperatur sebesar 5-10 derajat selama
10-20 tahun.
Letusan gunung krakatau purba yang terjadi pada ratusan ribu tahun lalu tersebut,
menghancurkan dan menenggelamkan 2/3 bagian krakatau purba. Akibat letusan tersebut,
menyisakan 3 pulau, yaitu Pulau Rakata, Pulang Panjang, dan Pulau Sertung. Pertumbuhan
lava yang terjadi didalam kaldera rakata membentuk 2 pulau vulkanik baru, yaitu Danan dan
Perbuatan.

Pada tanggal 27 Agustus 1883, terjadi letusan mahadahsyat (skala VEI/Volcano Eruption
Index = 6.0) yang menghancurkan 60% tubuh krakatau di bagian tengah sehingga terbentuk
lubang kaldera sepanjang 7 km dan menyisakan 3 pulau kecil, yaitu Pulau Rakata, Pulau
Sertung, dan Pulau Panjang. Letusan krakatau tersebut dapat terdengar hingga 4600
km. Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume
18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras yang
berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri
Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Dampak dari letusan gunung krakatau
adalah tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang dan menimbulkan tsunami.
Aktivitas gunung krakatau dimulai sejak tiga bulan sebelumnya. “Terjadilah letusan yang
amat dahsyat…gumpalan abu menyembur ke udara setinggi 70 kilometer, dibarengi dengan
tsunami. Ombak setinggi 40 meter menyapu habis pantai sebelah Sumatra dan Jawa di
kawasan selat Sunda.
 Daya tarik wisata Gunung Krakatau

Obyek Wisata Gunung Krakatau di Lampung Selatan Lampung merupakan tempat


wisata yang harus anda kunjungi karena pesona keindahannya tidak ada duanya.
Penduduk lokal daerah lampung juga sangat ramah tamah terhadap wisatawan lokal
maupun wisatawan asing.
Kota lampung juga terkenal akan keindahan obyek wisatanya , salah satu contohnya
adalah Obyek Wisata Gunung Krakatau di Lampung Selatan Lampung ini.Krakatau
adalah gunung berapi yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa
dan Sumatera. Gunung berapi ini pernah meletus pada 26 Ogos 1883. Letusannya
sangat dahsyat dan tsunami yang diakibatkannya mengorbankan sekitar 36,000 jiwa.
Sehingga 26 Disember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat.Letusan Krakatau
1883 terjadi di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), yang bermula pada tanggal 26
Agustus 1883 (dengan gejala pada awal Mei) dan berpuncak dengan letusan hebat
yang meruntuhkan kaldera. Pada tanggal 27 Agustus 1883, dua pertiga bagian
Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai, melenyapkan sebagian besar pulau di
sekelilingnya. Aktivitas seismik tetap berlangsung hingga Februari 1884. Letusan ini
adalah salah satu letusan gunung api paling mematikan dan paling merusak dalam
sejarah, menimbulkan setidaknya 36.417 korban jiwa akibat letusan dan tsunami yang
dihasilkannya. Dampak letusan ini juga bisa dirasakan di seluruh penjuru dunia Daftar
isiLetusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap
selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari
bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia
hingga New York.Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah dibandingkan
dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo di
Selandia Baru dan Gunung Katmal di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut
meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat sedikit.
Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup padat,
sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah
laut sudah dipasang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi
informasi sedang tumbuh dan berkembang pesat. Tercatat bahwa letusan Gunung
Krakatau adalah bencana besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah
laut. Kemajuan tersebut, sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang
geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu memberikan penjelasan
mengenai letusan tersebut. Gunung Krakatau yang meletus, getarannya terasa sampai
Eropa.

 SumberDaya wisata Geologi Gunung Krakatau


Geologi

 Morfologi

Kenampakan geomorfologi komplek vulkanik Krakatau terdiri dari dinding kaldera,


bentukan kerucut vulkanik, aliran lava, dataran dan daerah pantai. Morfologi kaldera
dicirikan oleh dinding sangat curam yang terbentuk di bagian utara pulau Rakata dengan
bentuk cekung menghadap ke utara. Morfologi dinding kaldera di pulau Sertung dan
Panjang dibentuk oleh erupsi paroksismal pra-sejarah, sedangkan dinding kaldera Rakata
terbentuk pada saat pembentukan kaldera 1883. Kenampakan morfologi pulau-pulau
tersebut dicirikan oleh topografi bentuk lereng yang dapat dijumpai di sebelah selatan P.
Rakata, sebelah barat P. Sertung dan sebelah timur P. Panjang. Bentuk morfologi lereng
ini terdiri dari perulangan lembah dan punggungan dan di P. Rakata menampakkan pola
radial sedangkan di P. Panjang dan P. Sertung semi-radial. Bagian morfologi ini tersusun
oleh endapan aliran piroklastik hasil erupsi 1883.

Morfologi kerucut vulkanik dijumpai di pulau Rakata dan Anak Krakatau. Kerucut
vulkanik Rakata teramati jelas mulai ketinggian 500 m sampai ke bagian puncak, 813 m
dari muka laut. Bagian puncak Rakata tersusun oleh sumbat vulkanik dan endapan aliran
piroklastik. Kerucut vulkanik Anak Krakatau terdiri atas kerucut vulkanik tua dan kerucut
vulkanik muda yang masih aktif. Kerucut vulkanik tua tidak menunjukkan kerucut yang
sebenarnya karena bagian atas kerucut menghilang oleh erupsi dan meninggalkan dinding
kawah besar dan puncak tertinggi 155,66 m dml. Dinding kawah ini terbuka ke arah
tenggara, tetapi pada 1999 kerucut vulkanik tua dan kerucut aktif menyatu membentuk
kerucut vulkanik besar yang tersusun oleh perlapisan jatuhan piroklastik dan aliran lava.
Sebelum itu, kerucut aktif ini terbentuk di bagian tengah kawah kerucut tua dan puncak
tertingginya pada 1983 adalah 201,446 m. Akibat erupsi yang terjadi secara periodik,
pertumbuhan kerucut muda ini menjadi semakin besar dan menutupi kerucut tua. Pada
tahun 2000, kerucut muda ini mencapai tinggi 300 m dml.

Aliran lava mempunyai morfologi khusus yang terbentuk hampir kesemua arah, terdiri
atas beberapa aliran hasil kegiatan vulkanik tahun 1963, 1972, 1973, 1975, 1979, 1980
(Bronto, 1982), 1988, 1992, 1993 dan 1996 (Sutawidjaja, 1997). Morfologi ini
memperlihatkan berbagai bentuk permukaan kasar yang mencerminkan bongkahan lava
atau "aa" lava, tersebar dalam berbagai ukuran dan umumnya memperlihatkan pola aliran
yang jelas dan membentuk punggungan yang membentang dari sumbernya ke arah pantai.
Banyak dari aliran lava masuk ke laut dan menambah besar pulau tersebut.
Morfologi pedataran menempati bagian timurlaut P. Sertung dan permukaannya di
beberapa tempat tingginya tidak lebih dari 5 m, tersusun atas material vulkanik lepas dan
pasir. Tepi barat dan timurlaut daerah ini seringkali berubah, karena daerah ini mudah
sekali diterpa ombak besar yang menyebabkan abrasi, terutama pada musim angin barat.

 Stratigrafi

Komplek Vulkanik Krakatau terletak sekitar 140 km dari Jalur Tektonik Jawa dimana zona
penunjaman kira-kira 120 km dibawahnya (Zen, 1983). Zen berkeyakinan bahwa zona Sesar
Sumatra tidak menerus ke Jawa melalui Krakatau, tetapi Selat Sunda merupakan kunci antara
penunjaman oblik Jalur Sumatra dan penunjaman frontal Jawa, dan Krakatau terletak diantara
pertemuan zona dua graben dan zona rekahan arah utara-selatan. Effendi, dkk. (1983)
percaya bahwa Komplek Vulkanik Krakatau dikontrol oleh pergerakan tektonik yang
berhubungan dengan Sistem Sesar Sumatra Selatan. Struktur ini ditunjukkan oleh keberadaan
dike dan rekahan di P. Rakata, dan struktur seperti graben di Anak Krakatau. Beberapa dike
mempunyai arah strike 160o/165o dan kemiringan hampir vertikal 80o/90o, dan seluruh dike
tersebut berhubungan dengan Sistem Sesar Sumatra Selatan (Tjia, dkk, 1983). Tjia (1983)
menyatakan bahwa rekahan arah 160o/165o dijumpai sekitar kerucut aktif Anak Krakatau
dan lebih kurang paralel terhadap Sistem Sesar Sumatra Selatan.
Gunungapi Anak Krakatau terletak di dalam Kaldera Krakatau yang terbentuk pada letusan
paroksimal kedua tahun 1883. Awal titik erupsi gunungapi ini terletak pada kedalaman 188
meter di bawah muka laut, muncul di bagian selatan dari kaldera tersebut, serta segaris
dengan Kawah Danan dan Perbuwatan. Stratigrafi di komplek Krakatau terbentuk akibat
aktivitas komplek Krakatau yang dimulai pada periode pembentukan Gunungapi Krakatau
Purba, sampai dengan periode pembentukkan Gunungapi Anak Krakatau.

Geologi Komplek G. Anak Krakatau

Gunung Dempo merupakan gunungapi tertinggi di Sumatera Selatan yang terletak di antara
pegunungan bukit barisan dan Gumai. Puncak tertinggi disebut G. Merapi dengan ketinggian
3173 m dpl ataun 2900 m di atas dataran tinggi Pasumah. Puncak lainnya adalah G. Serpeh
(2863 m), G. Gentengtoi and G. Kumbang (2862 m) yang merupakan sisa kegiatan vulkanik
masa lalu. Pada phase pertama erupsi pusat letusan berada pada arah barat - timur, namun
pada phase kedua pusat letusan berada pada arah timurtenggara - baratbaratlaut. Terdapat 7
kawah di puncak G. Dempo yang dinamai dari yang tertua hingga termuda seperti yang
tertera pada tebel dibawah ini:

Urutan stratigrafi endapan/batuan vulkanik di daerah ini dihasilkan oleh kegiatan erupsi
Krakatau. Kronologi batuan vulkanik di Komplek Vulkanik Krakatau diketahui sebagai
suksesi kegiatan periodik.

Periode I adalah pembentukan gunungapi tunggal, yang disebut sebagai Krakatau purba. Pada
urutan ini dijumpai dua satuan lava yang diselingi endapan jatuhan batuapung. Satuan lava
paling bawah dan lapisan jatuhan batuapung dijumpai hanya di pulau Sertung dan Panjang,
sedangkan lava yang lebih muda dijumpai di pulau Sertung, Panjang dan Rakata. Satuan yang
paling bawah, terdiri atas lava andesit yang tersingkap di bagian selatan P. Sertung dan di
bagian barat P. Panjang. Satuan lava termuda pada Periode I dijumpai di P. Sertung dan P.
Panjang secara jelas menutupi endapan jatuhan piroklastik. Di P. Sertung satuan ini
tersingkap di pantai curam sebelah barat, tersusun dari sekurang-kurangnya tiga aliran lava.
Masing-masing alirannya memperlihatkan breksiasi pada bagian dasarnya dan masif ke
bagian atasnya. Tebal maksimum satuan lava termuda ini 90 m, yang diperkirakan bahwa
lava tersebut dierupsikan secara menerus. Di bagian selatan P. Panjang, satuan lava muda ini
bentuknya melensa dan endapannya menipis ke arah timur. Lapisan tanah (tebal 25-40 m)
terdapat di bagian atas endapan jatuhan piroklastik. Satuan lava muda ini tersingkap di bagian
dasar P. Rakata pada permukaan air laut dengan tebal tidak lebih dari 40 m. Singkapan baik
di pulau ini dijumpai di bagian tengah dinding kaldera dan diterobos oleh beberapa dike
andesitik dan basaltik yang diduga terbentuk bersamaan dengan pembentukan kerucut Rakata
pada Periode ke III. Hasil analisis kimia dari lava tersebut menunjukkan kandungan silika
68,15%. Di atas satuan lava termuda ini terdapat endapan ignimbrit terlaskan dari Periode II.

Peride II adalah periode penghancuran G. Krakatau purba. Peristiwa ini dicirikan oleh
dominannya endapan piroklastika aliran dan jatuhan. Bagian bawah satuan ini terdiri atas
ignimbrit terlaskan dan bagian atasnya ignimbrit tak terlaskan, keduanya dipisahkan oleh
lapisan tanah dan/atau bidang erosi. Beberapa singkapan ignimbrite ini memperlihatkan
endapan ignimbrit, bagian bawah tak terlaskan, bagian tengah terlaskan dan bagian atas tak
terlaskan. Bagian yang terlaskan hanya ditemukan di P. Panjang dan Rakata, sedangkan di P.
Sertung berupa endapan jatuhan piroklastik tak terlaskan. Endapan piroklastik ini
berkomposisi batuapung berukuran lapili berlapis semu, berwarna pink dan pink keputihan,
terpilah baik dan tebalnya beragam. Bagian bawah endapan ini tersingkap di P. Rakata dan
dapat ditelusuri dari bagian tengah dinding kaldera ke arah timur sepanjang pantai curam.
Ketebalan lapisan lk. 15 m dan diduga tidak ada interval waktu lama diantara endapan lava
dan piroklastik. Bagian dasar endapan piroklastik dicirikan oleh lapisan batuapung warna
pink dengan ukuran butir 3 - 8 cm, tak terlaskan, terpilah baik dan mengandung 64,66%
SiO2. Di P. Panjang, satuan piroklastik terlaskan tersingkap di pantai barat dan selatan
dengan ketebalan lk. 25 m. Di pantai barat, endapan jatuhan tak terlaskan terdapat di bagian
dasar dan berubah ke bagian atasnya secara berangsur menjadi terlaskan sebagian. Batas
perubahan yang terlaskan ditandai dengan perubahan warna dari merah kekuningan ke pink.
Penyebaran lateral satuan ini menutupi topografi lama dan tebalnya seragam terawetkan.
Analisis batuapung dari bagian tak terlaskan dan yang terlaskan mengandung 66,31% dan
65,28% SiO2. Satuan aliran piroklastik tersingkap baik di bagian selatan yang diawali dengan
lapisan jatuhan piroklastik, tebal keseluruhan 3,5 m dan diselingi lapisan surge. Lapisan surge
menampakkan struktur dune dalam skala besar dan terdiri atas abu. Permukaan endapan
surge ini tidak teratur, tampaknya terjadi pada saat pengendapan menindih endapan aliran
piroklastik. Aliran piroklastik ini terdiri atas berbagai macam bongkah yang berasal dari
fragmen batuan samping, seperti ignimbrit, andesit juga fragmen magmatis dan bom
kerakroti dengan diamater lebih dari 50 m. Berbagai jenis bongkah pada lapisan ini disebut
endapan bongkah (Stehn, 1929). Endapan aliran piroklastik ini ditindih oleh endapan jatuhan
setebal 2 m. Endapan jatuhan ini berwarna putih dan bagian yang lapuk berwarna putih
kekuningan yang sangat kontras dengan endapan 1883. Bagian yang lapuk ini lapisan tanah
yang berasal dari kegiatan gunungapi Danan, Perbuatan dan Rakata beberapa waktu sebelum
erupsi 1883. Di P. Sertung tidak ditemukan piroklastik terlaskan, hal ini menunjukkan bahwa
kemungkinan pusat erupsi lebih dekat ke Rakata dan Panjang. Endapan jatuhan piroklastik
mempunyai kesamaan ciri dengan lapisan yang tak terlaskan di Rakata dan Panjang. Satuan
ini tersingkap baik sepanjang pantai barat yang curam dan tebalnya beragam antara puluhan
sentimeter sampai lebih dari 2 m. Bagian bawah terdiri atas dua lapisan, lapisan abu mudah
lepas, coklat kemerahan, dan lapisan atasnya berupa batuapung berukuran lapili, warna pink.
Semua endapan terpilah baik dan pori di antara butiran terlihat jelas. Satuan aliran piroklastik
terpisahkan menjadi dua kelompok oleh lapisan tipis jatuhan. Lapisan bawah tidak selaras
dengan piroklastik terlaskan yang ditindihnya. Sering dijumpai tree mold di antara lapisan
jatuhan. Aliran piroklastik mengandung sedikit bongkah-bongkah batuan tua yang terpilah
buruk, dan mengandung batuapung abu-abu dan pink. Hasil analisis batuapungnya 65,31%
SiO2.

Periode III dimulai denga pertumbuhan gunungapi Rakata, Danan dan Perbuatan setelah
pembentukan kaldera pertama. Batuan periode ini hanya tersingkap di P. Rakata, sekurang-
kurangnya terdiri atas lima satuan batuan. Perselingan antara lava andesit basaltis dengan
endapan piroklastik tersingkap di bagian tengah dinding kaldera di P. Rakata. Bagian alas
satuan ini tersusun atas endapan jatuhan lapili skoria yang terpilah baik bercampur dengan
litik, abu dan bom kerak roti yang membentuk struktur bomb sag. Bagian tengah satuan ini
tersusun atas abu putih berlapis baik. Bagian atas satuan ini terdiri atas endapan aliran
piroklastik. Perlapisan lava andesit basaltis umumnya terbreksikan pada bagian alas dan
bagian permukaannya. Salah satu hasil analisis lava adalah 50,08% SiO2. Lapisan lava ini
tebalnya berkisar antara tiga sampai tujuh meter, dan diterobos oleh dike andesitis dan
basaltis. Satuan lava basaltis secara dominan tersusun atas lava basal dan endapan jatuhan
piroklastik. Satuan ini tersingkap baik di Tanjung Hitam dan di pantai timur, sedikitnya 20
lapisan selang seling antara lava basal dan endapan jatuhan skoria, dengan tebal keseluruhan
lebih dari 500 m. Bagian dasar dan atas setiap lapisan lava umumnya terbreksikan, berwarna
merah dan bagian yang masif abu-abu. Endapan jatuhan piroklastik Rakata tersingkap dan
tersebar mulai ketinggian 550 m sampai ke puncak Rakata. Skoria merah kecoklatan, bom
dan lapili terpilah baik dan perlapisan bersusun. Perlapisan tersebut diperkirakan sebagai
hasil erupsi yang menerus dalam waktu singkat. Dike andesitis tersingkap baik di bagian
tengah dinding kaldera Rakata. Dike paling tebal sekitar 5 m dan hasil analisis batuannya
63,02% SiO2. Dike ini mirip dengan batuan Bootsmanrots yang dianggap sebagai sisa
kegiatan G. Danan dengan kandungan SiO2nya 63,80%. Verbeek (1885) berpendapat bahwa
satuan ini merupakan sisa kegiatan G. Danan dan G. Perbuatan. Dike basaltis Rakata
tersingkap baik pada dinding kaldera dan membentuk pola radial ke arah puncak Rakata.
Umumnya dike ini mempunyai ketebalan 1,2 m. Dike-dike ini diduga sebagai kegiatan paling
akhir G. Rakata.

Periode IV adalah periode penghancuran gunungapi Rakata, Danan dan Perbuatan,


diakibatkan oleh pembentukan kaldera tahun 1883 yang menghasilkan endapan khas. Satuan
batuan ini terdiri atas batuapung berupa endapan aliran piroklastik, jatuhan piroklastik dan
surge, menutupi ketiga pulau, Rakata, Panjang dan Sertung. Endapan aliran piroklastik
terpilah buruk, dalam lapisan tertentu dijumpai lapisan bersusun secara normal atau
kebalikannya. Pada tepi laut, singkapannya membentuk dinding terjal yang mencerminkan
bidang erosi air laut. Di P. Panjang, satuan ini terdiri atas batuapung dasitis yang
memperlihatkan perlapisan antara endapan aliran dan jatuhan piroklastika, adakalanya
diselingi endapan surge. Endapan aliran piroklastik terpilah buruk, besar butir lebih dari 20
cm dan sering dijumpai lapisan bersusun terbalik. Satuan aliran piroklastik ini mempunyai
tebal 55 m dan tampaknya terdapat pengelasan awal di beberapa tempat. Endapan jatuhan
piroklastik berlapis baik berupa perlapisan bersusun normal atau kebalikannya. Singkapan
bagus bagi endapan surge terletak di pantai timurlaut yang dijumpai berselingan dengan
endapan jatuhan piroklastik. Di P. Sertung terdapat tiga lapisan endapan jatuhan dan lapisan
tebal endapan aliran piroklastik. Tebal masing-masing endapan jatuhan antara 40 - 50 cm,
terdiri atas batuapung putih berlapis susun. Fragmen litik dijumpai terutama di bagian dasar.
Endapan jatuhan ini merupakan fase awal erupsi 1883. Endapan aliran piroklastik menindih
di atas endapan jatuhan, terdiri atas beberapa subsatuan aliran. Masing-masing subsatuan
terpilah buruk mengandung batuapung kasar pada bagian atas lapisan dan memperlihatkan
lapisan susun terbalik. Ketebalan masing-masing subsatuan berkisar antara 50 cm sampai
lebih dari 2 m. Endapan aliran piroklastik masif dijumpai di pantai selatan, tebal
singkapannya lebih dari 8 m. Di P. Rakata, singkapan endapan piroklastika 1883 dijumpai di
pantai barat dan selatan memperlihatkan gawir terjal. Endapannya terdiri atas aliran
batuapung dasitis mengandung obsidian dan fragmen litik seperti andesit dan pichstone.

Periode V merupakan periode pembangunan gunungapi Anak Krakatau setelah pembentukan


kaldera 1883. Periode ini dimulai dengan kegiatan vulkanik di bawah laut pada 29 Desember
1927. Dua tahun kemudian pada 20 Januari 1929, sebuah dinding kawah terbentuk di sekitar
pusat kegiatan, terdiri atas abu, lapili dan bongkahan-bongkahan lepas. Dinding kawah ini
membentuk sebuah pulau yang dinamakan Anak Krakatau (Stehn, 1929a). Sejak Agustus
1930, gunungapi terbentuk secara permanen di atas muka laut, dan kegiatannya menerus
sampai Oktober 1950. Pada September 1956, sebuah kerucut terbentuk di dalam kawah.
Kegiatan gunungapi Anak Krakatau menghasilkan endapan vulkanik sebagai berikut:
endapan jatuhan piroklastik tua yang umumnya terdiri atas skoria berukuran abu, pasir, lapili
dan bom. Lapisan accretional lapilli sering dijumpai di antara endapan tersebut. Satuan ini
membentuk dinding kawah tua dan ditutupi oleh endapan lava dan piroklastika lebih muda.
Ketebalan satuan ini sekitar 50 m. Endapan jatuhan piroklastika lebih muda membentuk
kerucut baru pada Oktober 1956, terdiri atas skoria berukuran abu, lapili dan bom dan
fragmen litik, menutupi tempat yang luas di pulau ini. Beberapa satuan lava dierupsikan
selama kegiatan Anak Krakatau semenjak lahirnya. Sekurang-kurang 15 satuan leleran lava
derupsikan selama kegiatan Anaka Krakatau berlangsung, terutama berkomposisi andesit
basaltis mengadung olivin-pioksin (Sjarifudin dan Purbawinata, 1983). Mereka berpendapat
bahwa satuan lava ini berfenokris plagioklas, piroksin, olivin dan magnetit dengan masadasar
gelas vulkanik. Ciri khas masadasar tersebut adalah tekstur hialopilitik

Peta Stratigrafi Kompleks G. Anak Krakatau

 Petrologi

Pada prinsipnya mineral-mineral primer baik dari lava maupun bom adalah hampir sama,
tersusun atas augit, hipersten, plagioklas dan sejumlah butiran kecil olivin, dan umumnya
terbentuk dalam masadasar hipokristalin sampai holokristalin. Plagioklas terbentuk sebagai
fenokris dan mikrolit. Sebagai fenokris menguasai antara 53 - 66% dari batuan dan
panjangnya rata-rata 1,4 mm, komposisinya berkisar antara andesin kalsik - labradorit kalsik
(An48-An68) dan rata-ratanya An58. Semua fenokris yang besar dan beberapa yang lebih
kecil menunjukkan zoning progresif dan reversed. Fenokris besar cenderung berkelompok
membentuk tekstur glomeroporfiritik, dan kelompok kecil terdiri atas butiran kecil inklusi
hipersten. Hal ini menunjukkan bahwa hipersten terjadi lebih awal dari pada plagioklas pada
saat kristalisasi magma basaltis. Fenokris yang lebih kecil tersebar secara random pada
seluruh batuan dan bentuknya euhedral, serta umumnya tidak terjadi penzonaan dan relatif
bebas dari inklusi.

Augit terdapat baik sebagai fenokris berukuran sampai 0,8 mm maupun sebagai butiran kecil
dalam masadasar. Fenokris yang merupakan resorbed crystals berjumlah 9 - 19% dalam
batuan atau rata-rata 14% dalam batuan. Inklusi umumnya terdapat dalam fenokris dan
plagioklas. Butiran kecil augit dalam masadasar berdiameter lebih kecil dari 0.01 mm dan
bergabung dengan butiran olivin yang berukuran sama.

Hipersten juga terdapat sebagai fenokris maupun butiran kecil dalam masadasar, berjumlah 2
- 10% atau rata-rata 5% dalam batuan, kenampakannya mirip dengan augit.
Olivin terbentuk sebagai fenokris euhedral sampai subhedral dengan rata-rata panjangnya
0,15 mm, tetapi tidak semua contoh batuan mengandung olivin. Fenokris berjumlah 4%
dalam batuan dan cenderung bergabung dengan augit membentuk kelompok kumulofirik.
Masadasar dicirikan dengan warna coklat kehitaman berjumlah 13 - 22% dalam batuan,
terdiri atas gelas hitam opak dan sejumlah mikrolit kecil dan kristalit plagioklas, hipersten,
augit, magnetit, titanomagnetit dan adakalanya diopsid dan augit-aegirin.

Xenolit terdapat beragam dalam komposisi dan berkisar dari gabro dioritis, mikro-gabro
sampai diabas ofitik, umumnya terbentuk dalam batuan, lava dan bom vulkanik yang
kemungkinan berasal dari bom balistik dari batuan samping.

Petrografi batuapung 1883 terutama dipilih dari endapan aliran piroklastik dan jatuhan
piroklastik. Batuapung ini ditemukan di pulau Rakata, Panjang dan Sertung dengan ukuran
abu, pasir, lapili dan bongkahan. Batuapung dari endapan aliran piroklastik mempunyai
petrografi sederhana, seluruh contoh batuan terdiri atas masadasar gelas vulkanik dengan
fenokris plagioklas, orto-piroksin, klino-piroksin, magnetit dan apatit. Fenokris berjumlah
10% dari batuan, dimana plagioklas mempunyai dua pertiga bagiannya dan selainnya
piroksin dan magnetit. Masadasar gelas vulkanik selalu mengandung mineral apatit dan apatit
ini sering terbentuk sebagai inklusi dalam plagioklas dan piroksin.

 Peta Daerah bahaya Gunung Krakatau

Anda mungkin juga menyukai