Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Gunung Krakatau

Pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di selat Sunda yang
akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kawah besar yang disebut
gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari dari gunung Krakatau yang
meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik. Catatan mengenai
letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul
Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Pakar
geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa dalam
teks tersebut gunung Krakatau Purba disebut gunung Batuwara, yang tingginya
mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkar pantainya mencapai 11
kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang
diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki. Akibat dari ledakan tersebut, tiga perempat
tubuh Krakatau Purba hancur dan menyisakan kawasan besar (kaldera) di selat
Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang
dan Pulau Sertung. Letusan ini juga menyebabkan perubahan iklim global. Dunia
sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi
atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu
tampak di langit Norwegia hingga New York. Penyakit sampar bubonic terjadi karena
temperatur mendingin, sebesar 5-10 derajat selama 10-20 tahun.
Setelah meletusnya gunung Krakatau Purba, munculah gunung Krakatau
yang awalnya pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa gunung
Krakatau Purba. Terdapat dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang kemudian
memunculkan dari tengah kawah bernama gunung Danang, gunung Perbuwatan
yang kemudian menyatu dengan gunung Krakatau. Persatuan tiga gunung inilah
yang disebut gunung Krakatau. Gunung Krakatau meletus pada tahun 1680, Setelah
itu, tidak ada lagi aktivitas vulkanis di Krakatau hingga 20 Mei 1883. Pada hari itu,
setelah 200 tahun tertidur, terjadi ledakan kecil pada Gunung Krakatau. Itulah tanda-
tanda awal bakal terjadinya letusan dahsyat di selat Sunda. Ledakan kecil ini disusul
dengan letusan-letusan kecil yang puncaknya terjadi pada 26-27 Agustus 1883.
tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada gunung tersebut. Menurut seorang ahli geologi
Simon Winchester mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara
letusannya bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu. Ledakan
tersebut telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18
kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencapai 80 km. Benda-benda keras
yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan, Sumatera bahkan
sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru. Letusan itu
menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung
Rakata di mana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan
sedalam 250 meter. Gelombang air laut naik setinggi 40 meter menghancurkan
desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan
hanya karena letusan tetapi, juga longsoran bawah laut.
Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295
kampung kawasan pantai mulai dari Merak hingga Cilamaya di Karawang, pantai
barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan serta Sumatera bagian
selatan, bahkan gelombangnya merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat
Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer. Keesokan
harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung
pedalaman tidak lagi melihat matahari.
pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun setelah meletusnya gunung
Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak Krakatau. Anak Krakatau
mulai aktif kembali sejak 20 januari 1930 hingga sekarang. Kecepatan pertumbuhan
tingginya sekitar 0.5 meter per bulan. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan
oleh material yang keluar dari Anak gunung Krakatau sekitar 230 meter dibawah
permukaan laut.
Aktivitas Anak Krakatau terakhir terjadi pada 22 desember 2018. Akibat dari erupsi
tersebut, terjadi Tsunami di selat Sunda yang menghantam Banten dan Lampung.
Unsur kebahasaan

1. Kalimat simpleks/ kalimat tunggal


Contoh: Letusannya menghancurkan gunung Danang.
S P O

2. Kalimat kompleks/ kalimat majemuk (majemuk setara)


Contoh: Tsunami tersebut timbul bukan hanya karena letusan,
S P Ket. Predikat
melainkan juga karena Longsoran bawah laut
Ket. Predikat

3. Konjungsi (konjungsi subordinatif atribut)


Contoh: Akibat dari erupsi tersebut, terjadi Tsunami di selat Sunda yang
menghantam Banten dan Lampung.

4. Nominalisasi
Contoh: -Konfiks: persatuan, pertumbuhan, kecepatan

-Sufiks: Ledakan, Dorongan,


-Prefiks: Sebagian
5. Kata rujukan
Contoh: - Gunung ini di susun dari bebatuan andesitic.
- Pada hari itu, setelah 200 tahun tertidur ledakan kecil.
- Akibat erupsi tersebut , terjadi tsunami di selat Sunda yang
Menghantam Banten dan Lampung.

6. Nomina
Contoh: frase nomina modifikatif
- Gunung Krakatau

Kelompok 4:
- Anggitia Safitri P
- Didi Ridy
- Erma Ngayuni W
- Maharani L
- Sashy Kirono

Anda mungkin juga menyukai