FISIKA KEGUNUNGAPIAN
SEJARAH LETUSAN DAHSYAT GUNUNG KRAKATAU
DAN DAMPAKNYA BAGI PERADABAN MANUSIA
ANGGOTA KELOMPOK
1. RIO AGUSTIAN GILANG FERNANDO 4211420004
2. PUTRI YUNIA LESTARI 4211420015
3. HASNA HANNA PUTRI 4211420042
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
JUNI, 2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gunung Krakatau adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Selat
Sunda antara pulau Jawa dan pulau Sumatra, Indonesia. Letusan terbesar dan
paling terkenal dari Gunung Krakarau terjadi pada tannggal 26-27 Agustus
1883. Sebelum letusan dahsyat tersebut, Gunung Krakatau memiliki sejarah
akitivitas vulkanik yang sangat signifikan. Gunung Krakatau tercatat pernah
meletus pada tahun 1860, namun letusan tersebut tidak sebesar dan sehebat
yang terjadi pada tahun 1883. Pada tanggal 16 Agustus 1883, letusan Gunung
Krakatau dimulai dengan suara gemuruh yang sangat kuat dan dahsyat.
Letusan ini menghasilkan ledakan yang sangat besar menyebabkan hujan abu
vulkanik yang jatuh di wilayah sekitar gunung. Letusan berlanjut selama lebih
dari 24 jam, menyebabkan gelombang tsunami yang menghancurkan pulau-
pulau di sekitarnya.
Gunung Krakatau juga menyebabkan efek global yang signifikan.
Ledakan tersebut menghasilkan gelombang suara yang terdengar hingga
ribuan kilometer jauhnya, bahkan sampai ke Australia dan Pulai Rodriguez di
Samudra Hindia. Letusan ini juga mempengaruhi iklim global yaitu
menyebabkan penurunan suhu global dan fenomena laingit merah yang
terkenal di seluruh dunia selama beberapa tahun.
Dampak jangka Panjang dari letusan gunung Krakatau juga terasa dalam
peradaban manusia. Tsunami yang terjadi menghancurkan banyak
pemukiman dan infrastruktur pesisir, mengakibatkan hilangnya sumber daya
dan kerugian ekonomi yang besar. Selain itu, abu vulkanik yang tersebar di
atmosfer juga menghambat sinar matahari, menyebabkan penurunan suhu dan
gangguan dalam produksi tanaman. Bencana ini terdampak pada sector
pertanian dan perekonomian daerah sekitarnya.
Namun, letusan Gunung Krakatau juga memberikan dampak dalam jangka
Panjang. Sisa-sisa abu vulkanik juga jatuh ke laut membantu membangun
ekosistem baru di sekitar pulau dan menghasilkan kesuburan tanah yang
tinggi. Pulau-pulau yang terbentuk Kembali juga menjadi habitat bagi spesies
tumbuhan dan hewan yang berkembang biak.
B. Tujuan Masalah
1. Melibatkan upaya untuk memulihkan perekonomian di wilayah yang
terkena dampak letusan Gunung Krakatau
2. Memulihkan dan membangun Kembali infrastruktur yang hancur akibat
letusan Gunung Krakatau
3. Mengurangi resiko bencana di wilayah yang rentan terhadap letusan
Gunung Krakatau
4. Melindungi dan mengembangkan ekosistem yang terpengaruh oleh
letusan Gunung Krakatau
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman vulkanik dan
pengetahuan tentang Tindakan yang harus diambil dalam menghadapi
bencana
6. Mengetahui gejala seismic, gelombang tsunami, dan perubahan iklim
global letusan Gunung Krakatau
7. Melibatkan kerjasama Regional dan Internasional
C. Kajian Pustaka
Letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dmencatat dampak signifikan yang
dihasilkan, termasuk gelombang tsunami yang merusak wilayah sekitarnya
dan jangkauan global dari hujan abu vulkanik. Ada beberapa gejala letusan
Gunung Krakatau tentang seismic, gelombang tsunami, gejala vulkanik,
dampa sosial ekonomi dan perubahan iklim global. Indeks Keeksplosifan
Vulkanik (VEI) yang digunakan untuk mengklasifikasi letusan vulkanik
berdasarkan volume material yang dilepaskan dan tingkat eksploitasnya.
Indeks VEI digunakan dalam analisis letusan Gunung Krakatau dan
membandingkannya dengan letusan vulkanik lainnya.
PEMBAHASAN
Gunung Krakatau adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Selat
Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatra, Indonesia. Gunung ini terkenal karena
letusan dahsyatnya pada tahun 1883 yang mengakibatkan salah satu bencana alam
paling mematikan dalam sejarah. Sebelum letusan tersebut, gunung Krakatau
terdiri dari tiga puncak, yaitu Rakata (734 meter), Danan (445 meter), dan
Perboewatan (123 meter), yang membentuk sebuah pulau kecil di tengah Selat
Sunda.
Sebelum letusan dahsyat tahun 1883, Gunung Krakatau memiliki sejarah
aktivitas vulkanik yang beragam. Meskipun letusan 1883 menjadi yang paling
terkenal, gunung ini telah mengalami serangkaian letusan sepanjang sejarahnya.
Aktivitas sebelum letusan tersebut mencakup letusan kecil dan menengah, serta
aktivitas fumarolic dan gempa bumi vulkanik.
Letusan Gunung Krakatau mengakibatkan runtuhnya Sebagian besar pulai
Krakatau dan membentuk kaldera yang luas. Puncak Gunung Krakatau yang dulu
kuat kini hanya tinggal sekitar 30 meter di atas permukaan laut. Letusan Gunung
Krakatau juga menyebabkan tsunami yang mencapai ketinggian lebih dari 30
meter dan merusak pulau-pulau sekitarnya, termasuk pesisr Jawa dan Sumatra.
Tsunami ini juga mempengaruhi pantau-pantai yang jauh seperti Afrika Selatan
dan Bahama.
Dampak jangka panjang letusan Gunung Krakatau mengakibatkan awan debu
dan abu vulkanik yang mencapai atmosfer mengurangi sinar mataharu yang
mencapai permukaan bumi dan mengakibatkan penurunan suhu global selama
beberapa tahun. Hingga saat ini, Gunung Krakatau tetap menjadi gunung berapi
aktif yang dipantau secara ketat oleh para ilmuan untuk memahami aktivitasnya
dan memitigasi anacaman potensi bagi peradaban manusia.
A. Dampak Regional dam Global Letusan Gunung Krakatau
Dampak letusan Gunung Krakatau tidak hanya terbatas pada wilayah
regional, tetapi juga memiliki konsekuensi global yang signifikan. Berikut
adalah beberapa dampak regional dan global yang diakibatkan oleh letusan
tersebut :
a. Dampak Regional
1. Tsunami
Tsunami yang sisebabkan oleh Krakatau mencapai ketinggian
lebih dari 30 meter dan merusak pulau-pulau sekitarnya, termasuk
pesisir Jawa dan Sumatra. Tsunami ini menyapu permukiman pantai
dan menyebabkan ribuan kematian.
2. Kerusakan Fisik
Letusan kratakatu menghancurkan pulau-pulau sekitarnya dan
menyebabkan kerusakan yang parah pada wilayah pesisir. Banyak
kota dan desa hancur total akibat gelombang tsunami dan hujan abu
vulkanik.
b. Dampak Global
1. Perubahan Iklim
Debu dan pertikel vulkanik yang dilepaskan ke atmosfer oleh
letusan Krakatau menyebar ke seluruh dunia. Partikel-partikel ini
menghalangi sinar matahari dan mengurangi radiasi surya yang
mencapai permukaan bumi. Hal ini menyebabkan penurunan suhu
global selama beberapa tahun setelah letusan.
2. Efek Optis
Debu vulkanik di atmosfer menyebabkan perubahan dramatis
dalam pencahayaan langit. Pemandangan matahari terbenam dan terbit
menjadi lebih dramatis dengan warna-warna yang tidak biasa. Efek
optis ini terlihar di banyak wilayah dunia yang menyebabkan
fenomena langi yang menakjubkan.
3. Gangguan Pelayaran
Debu vulkanik yang tersebar di lautan akibat letusan Krakatau
menyebabkan gangguan pada pelayaran di sekitar Selat Sunda. Debu
tersebut dapat menyebabkan kerusakan mesin kapal dan menganggu
navigasi.
B. Pemulihan Ekonomi dan Rekontruksi Infrastruktur Letusan Gunung
Krakatau
1. Pemulihan Ekonomi
Sector ekonomi di wilayah sekitar mengalami kerugian besar.
Kehancuran infrastruktur, termasuk Pelabuhan dan fasilitas nelayan,
serta kerugian pada sector pertanian dan perikanan, menyebabkan
penurunan produksi dan pendapatan. Namun, melalui batuan dan
upaya pemulihan pemerintah, sejak kerja sama dengan organisasi
bantuan internasional, usaha pemulihan ekonomi dilakukan melalui
program pembangunan Kembali sektor-sektor utama, seperti
pertanian, perikanan, dan pariwisata.
2. Rekontruksi Infrastruktur
Letusan Krakatau menghancurkan Pelabuhan dan infrastruktur
transportasi di wilayah sekitar. Untuk pemulihan konektivitas dan
mendukung aktivitas ekonomi, rekontruksi infrastruktur menjadi
prioritas. Pembangunan kembali pelabuhan, jalan raya, dan jalur
transportasi air merupakan langkah kunci dalam memulihkan
aksesibilitas dan mempercepat rekontruksi wilayah yang terkena
dampak.
3. Bantuan Internasional
Dalam upaya pemulihan dan rekontruksi, bantuan
internasional berperan penting. Negara-negara dan organisasi
internasioal memberikan bantuan dalam bentuk dana, tenaga ahli, dan
sumber daya untuk membantu pembangunan kembali wilayah yang
terkena dampak letusan Krakatau. Bantuan ini berfokus pada
rehabilitas infrastruktur, pembangunan pemukiman, dan dukungan
pada sektor ekonomi.
4. Perencanaan Bencana
Setelah letusan penting untuk melakukan perencanaan bencana
yang lebih baik guna menghadapi ancaman vulkanik di masa depan.
Upaya pemulihan juga melibatkan peningkatan sistem peringatan dini,
pengembangan rencana evakuasi yang efektif, dan Pendidikan
masyarakat tentang Langkah-langkah yang harus diambil dalam
menghadapu ancaman vulkanik.
Melalui pemahaman yang baik tentang letusan Gunung Krakatau dan dampaknya,
kita dapat meningkatkan kesiapsiagaan, mitigasi resiko, dan keselamatan masyarakat
dalam menghadapi ancaman vulkanik. Penting untuk terus memperbarui pengetahuan
kita melalui penelitian ilmiah dan kolaborasi internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Pratomo, I. (2006). Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa
letusan gunung api dalam sejarah. Indonesian Journal on Geoscience, 1(4), 209-
227.
Jokowinarno, D. (2009). Identifikasi Garis Pantai Di Provinsi Lampung yang Rawan oleh
Tantri, E. (2014). Letusan Krakatau 1883: pengaruhnya terhadap gerakan sosial Banten
Bronto, S., & Setianegara, R. (2011). Ancaman bahaya letusan gunung api skala besar
Self, S., & Rampino, M. R. (2012). The 1883 eruption of Krakatau. Nature, 459(7245),
957-958.
Barclay, J., Haynes, K., Mitchell, T., Solana, C., & Fenton, C. (2008). Framing
Kelfoun, K., Costa, A., & Labazuy, P. (2009). On the use of a viscous-turbulent shallow
water model for the 1883 Krakatau eruption. Journal of Volcanology and
Fearnley, C., McGuire, W., & Davies, G. (2012). Standardisation of the Volcano
Volcanology, 1(1), 5.