Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PROJECT

FISIKA KEGUNUNGAPIAN
SEJARAH LETUSAN DAHSYAT GUNUNG KRAKATAU
DAN DAMPAKNYA BAGI PERADABAN MANUSIA

ANGGOTA KELOMPOK
1. RIO AGUSTIAN GILANG FERNANDO 4211420004
2. PUTRI YUNIA LESTARI 4211420015
3. HASNA HANNA PUTRI 4211420042

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
JUNI, 2023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gunung Krakatau adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Selat
Sunda antara pulau Jawa dan pulau Sumatra, Indonesia. Letusan terbesar dan
paling terkenal dari Gunung Krakarau terjadi pada tannggal 26-27 Agustus
1883. Sebelum letusan dahsyat tersebut, Gunung Krakatau memiliki sejarah
akitivitas vulkanik yang sangat signifikan. Gunung Krakatau tercatat pernah
meletus pada tahun 1860, namun letusan tersebut tidak sebesar dan sehebat
yang terjadi pada tahun 1883. Pada tanggal 16 Agustus 1883, letusan Gunung
Krakatau dimulai dengan suara gemuruh yang sangat kuat dan dahsyat.
Letusan ini menghasilkan ledakan yang sangat besar menyebabkan hujan abu
vulkanik yang jatuh di wilayah sekitar gunung. Letusan berlanjut selama lebih
dari 24 jam, menyebabkan gelombang tsunami yang menghancurkan pulau-
pulau di sekitarnya.
Gunung Krakatau juga menyebabkan efek global yang signifikan.
Ledakan tersebut menghasilkan gelombang suara yang terdengar hingga
ribuan kilometer jauhnya, bahkan sampai ke Australia dan Pulai Rodriguez di
Samudra Hindia. Letusan ini juga mempengaruhi iklim global yaitu
menyebabkan penurunan suhu global dan fenomena laingit merah yang
terkenal di seluruh dunia selama beberapa tahun.
Dampak jangka Panjang dari letusan gunung Krakatau juga terasa dalam
peradaban manusia. Tsunami yang terjadi menghancurkan banyak
pemukiman dan infrastruktur pesisir, mengakibatkan hilangnya sumber daya
dan kerugian ekonomi yang besar. Selain itu, abu vulkanik yang tersebar di
atmosfer juga menghambat sinar matahari, menyebabkan penurunan suhu dan
gangguan dalam produksi tanaman. Bencana ini terdampak pada sector
pertanian dan perekonomian daerah sekitarnya.
Namun, letusan Gunung Krakatau juga memberikan dampak dalam jangka
Panjang. Sisa-sisa abu vulkanik juga jatuh ke laut membantu membangun
ekosistem baru di sekitar pulau dan menghasilkan kesuburan tanah yang
tinggi. Pulau-pulau yang terbentuk Kembali juga menjadi habitat bagi spesies
tumbuhan dan hewan yang berkembang biak.
B. Tujuan Masalah
1. Melibatkan upaya untuk memulihkan perekonomian di wilayah yang
terkena dampak letusan Gunung Krakatau
2. Memulihkan dan membangun Kembali infrastruktur yang hancur akibat
letusan Gunung Krakatau
3. Mengurangi resiko bencana di wilayah yang rentan terhadap letusan
Gunung Krakatau
4. Melindungi dan mengembangkan ekosistem yang terpengaruh oleh
letusan Gunung Krakatau
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman vulkanik dan
pengetahuan tentang Tindakan yang harus diambil dalam menghadapi
bencana
6. Mengetahui gejala seismic, gelombang tsunami, dan perubahan iklim
global letusan Gunung Krakatau
7. Melibatkan kerjasama Regional dan Internasional

C. Kajian Pustaka
Letusan Gunung Krakatau tahun 1883 dmencatat dampak signifikan yang
dihasilkan, termasuk gelombang tsunami yang merusak wilayah sekitarnya
dan jangkauan global dari hujan abu vulkanik. Ada beberapa gejala letusan
Gunung Krakatau tentang seismic, gelombang tsunami, gejala vulkanik,
dampa sosial ekonomi dan perubahan iklim global. Indeks Keeksplosifan
Vulkanik (VEI) yang digunakan untuk mengklasifikasi letusan vulkanik
berdasarkan volume material yang dilepaskan dan tingkat eksploitasnya.
Indeks VEI digunakan dalam analisis letusan Gunung Krakatau dan
membandingkannya dengan letusan vulkanik lainnya.
PEMBAHASAN
Gunung Krakatau adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di Selat
Sunda, antara pulau Jawa dan Sumatra, Indonesia. Gunung ini terkenal karena
letusan dahsyatnya pada tahun 1883 yang mengakibatkan salah satu bencana alam
paling mematikan dalam sejarah. Sebelum letusan tersebut, gunung Krakatau
terdiri dari tiga puncak, yaitu Rakata (734 meter), Danan (445 meter), dan
Perboewatan (123 meter), yang membentuk sebuah pulau kecil di tengah Selat
Sunda.
Sebelum letusan dahsyat tahun 1883, Gunung Krakatau memiliki sejarah
aktivitas vulkanik yang beragam. Meskipun letusan 1883 menjadi yang paling
terkenal, gunung ini telah mengalami serangkaian letusan sepanjang sejarahnya.
Aktivitas sebelum letusan tersebut mencakup letusan kecil dan menengah, serta
aktivitas fumarolic dan gempa bumi vulkanik.
Letusan Gunung Krakatau mengakibatkan runtuhnya Sebagian besar pulai
Krakatau dan membentuk kaldera yang luas. Puncak Gunung Krakatau yang dulu
kuat kini hanya tinggal sekitar 30 meter di atas permukaan laut. Letusan Gunung
Krakatau juga menyebabkan tsunami yang mencapai ketinggian lebih dari 30
meter dan merusak pulau-pulau sekitarnya, termasuk pesisr Jawa dan Sumatra.
Tsunami ini juga mempengaruhi pantau-pantai yang jauh seperti Afrika Selatan
dan Bahama.
Dampak jangka panjang letusan Gunung Krakatau mengakibatkan awan debu
dan abu vulkanik yang mencapai atmosfer mengurangi sinar mataharu yang
mencapai permukaan bumi dan mengakibatkan penurunan suhu global selama
beberapa tahun. Hingga saat ini, Gunung Krakatau tetap menjadi gunung berapi
aktif yang dipantau secara ketat oleh para ilmuan untuk memahami aktivitasnya
dan memitigasi anacaman potensi bagi peradaban manusia.
A. Dampak Regional dam Global Letusan Gunung Krakatau
Dampak letusan Gunung Krakatau tidak hanya terbatas pada wilayah
regional, tetapi juga memiliki konsekuensi global yang signifikan. Berikut
adalah beberapa dampak regional dan global yang diakibatkan oleh letusan
tersebut :
a. Dampak Regional
1. Tsunami
Tsunami yang sisebabkan oleh Krakatau mencapai ketinggian
lebih dari 30 meter dan merusak pulau-pulau sekitarnya, termasuk
pesisir Jawa dan Sumatra. Tsunami ini menyapu permukiman pantai
dan menyebabkan ribuan kematian.
2. Kerusakan Fisik
Letusan kratakatu menghancurkan pulau-pulau sekitarnya dan
menyebabkan kerusakan yang parah pada wilayah pesisir. Banyak
kota dan desa hancur total akibat gelombang tsunami dan hujan abu
vulkanik.
b. Dampak Global
1. Perubahan Iklim
Debu dan pertikel vulkanik yang dilepaskan ke atmosfer oleh
letusan Krakatau menyebar ke seluruh dunia. Partikel-partikel ini
menghalangi sinar matahari dan mengurangi radiasi surya yang
mencapai permukaan bumi. Hal ini menyebabkan penurunan suhu
global selama beberapa tahun setelah letusan.
2. Efek Optis
Debu vulkanik di atmosfer menyebabkan perubahan dramatis
dalam pencahayaan langit. Pemandangan matahari terbenam dan terbit
menjadi lebih dramatis dengan warna-warna yang tidak biasa. Efek
optis ini terlihar di banyak wilayah dunia yang menyebabkan
fenomena langi yang menakjubkan.
3. Gangguan Pelayaran
Debu vulkanik yang tersebar di lautan akibat letusan Krakatau
menyebabkan gangguan pada pelayaran di sekitar Selat Sunda. Debu
tersebut dapat menyebabkan kerusakan mesin kapal dan menganggu
navigasi.
B. Pemulihan Ekonomi dan Rekontruksi Infrastruktur Letusan Gunung
Krakatau

Setelah letusan dahsyar Gunung Krakatau, wilayah sekitarnya


mengalami kerusakan parah pada ekonomi dan infrastruktur. Namun, upaya
pemulihan ekonomi dan rekonstreuksi infrastruktur dilakukan untuk
memulihkan kehidupan masyarakat dan membangun kembali wilayah yang
terdampak letusan. Berikut adalah pemulihan ekonomi dan rekontruksi
infrastruktur setelah letusan Gunung Krakatau :

1. Pemulihan Ekonomi
Sector ekonomi di wilayah sekitar mengalami kerugian besar.
Kehancuran infrastruktur, termasuk Pelabuhan dan fasilitas nelayan,
serta kerugian pada sector pertanian dan perikanan, menyebabkan
penurunan produksi dan pendapatan. Namun, melalui batuan dan
upaya pemulihan pemerintah, sejak kerja sama dengan organisasi
bantuan internasional, usaha pemulihan ekonomi dilakukan melalui
program pembangunan Kembali sektor-sektor utama, seperti
pertanian, perikanan, dan pariwisata.
2. Rekontruksi Infrastruktur
Letusan Krakatau menghancurkan Pelabuhan dan infrastruktur
transportasi di wilayah sekitar. Untuk pemulihan konektivitas dan
mendukung aktivitas ekonomi, rekontruksi infrastruktur menjadi
prioritas. Pembangunan kembali pelabuhan, jalan raya, dan jalur
transportasi air merupakan langkah kunci dalam memulihkan
aksesibilitas dan mempercepat rekontruksi wilayah yang terkena
dampak.
3. Bantuan Internasional
Dalam upaya pemulihan dan rekontruksi, bantuan
internasional berperan penting. Negara-negara dan organisasi
internasioal memberikan bantuan dalam bentuk dana, tenaga ahli, dan
sumber daya untuk membantu pembangunan kembali wilayah yang
terkena dampak letusan Krakatau. Bantuan ini berfokus pada
rehabilitas infrastruktur, pembangunan pemukiman, dan dukungan
pada sektor ekonomi.
4. Perencanaan Bencana
Setelah letusan penting untuk melakukan perencanaan bencana
yang lebih baik guna menghadapi ancaman vulkanik di masa depan.
Upaya pemulihan juga melibatkan peningkatan sistem peringatan dini,
pengembangan rencana evakuasi yang efektif, dan Pendidikan
masyarakat tentang Langkah-langkah yang harus diambil dalam
menghadapu ancaman vulkanik.

C. Mitigasi Resiko Bencana dan Konservasi Alam Letusan Gunung


Krakatau

Mitigasi resiko bencana dan konservasu alam merupakan dua aspek


penting yang diperlu diperhatikan setelah letusan Gunung Krakatau. Berikut
adalah penjelasan mengenai mitigasi resiko bencana alam konservasi alam
yang berkaitan dengan letusan Gunung Krakatau :

a. Mitigasi Resiko Bencana


Sangat penting untuk mengimplementasikan langkah-langkah
mitigasi resiko bencana guna mengurangu dampak negatif dari
bencana vulkanik di masa depan. Ini melibatkan :
1. Sistem Peringatan Dini
Pengembangan dan peningkatan sistem peringatan dini
yang efektif menjadi kunci dalam memitigasi resiko bencana.
Sistem ini harus memantau dan mendeteksi aktivitas vulkanik
secara akurat sehingga dapat memberikan peringatan diri kepada
masyarakat yang terkena dampak.
2. Evakuasi dan Pemindahan Penduduk
Pembangunan rencana evakuasi yang efektif dan pelatihan
masyarakat tentang prosedur evakuasi menjadi penting. Selain itu,
perlu dipertimbangkan juga pemindahan penduduk dari daerah-
daerah yang berisiko tinggi ke tempat yang lebih aman.
3. Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Pendidikan dan kampanye kesadaran bencana harus
ditingkatkan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi
ancaman vulkanik. Ini termasuk penyuluhan mengenai tanda-tanda
awal letusan vulkanik, cara bertindak dalam situasi darurat, dan
pentingnya mengikuti instruksi otoritas terkait.
b. Konsevasi Alam
Setelah letusan penting untuk melalukan upaya konservasi alam
untuk memulihkan dan melindungi lingkungan sekitar. Hal ini
meliputi :
1. Rehabilitas Ekosistem
Upaya pemulihan ekosistem yang rusak akibat letusan
harus dilakukan. Ini termasuk penanaman kembali, perbaikan
kualitas tanah, dan perlindungan terhadap flora dan fauna yang
terancam.
2. Pengawasan dan Pemantauan
Perlunya meningkatkan pengawasan dan pemantauan
aktivitas vulkanik serta kondisi lingkungan secara terus menerus.
Hal ini akan membantu dalam mendeteksi perubahan dan
mengambil langkah-langkah konservasi yang tepat.
3. Edukasi Lingkungan
Mengedukasi masyarakat dan wisatawan tentang
pentingnya konservasi alam, etika lingkungan, dan
pengelolaan sumber daya alam menjadi penting. Hal ini dapat
membantu menjaga kelestarian alam dan mengurangi beban
yang berlebihan pada lingkungan setempat.

Upaya mitigasi resiko bencana dan pelestarian alam pasca letusan


Gunung Krakatau penting untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari
ancaman vulkanik yang dapat terjadi di masa depan.
D. Pemahaman Ilmiah Mengenai Ativitas Vulkanik Letusan Gunung
Krakatau

Aktivitas letusan gunung berapi gunung Krakatau memberikan


wawasan yang berharga tentang karakteristik dan proses yang terjadi
selama letusan gunung berapi tersebut. Berikut adalah penjelasan
mengenai aktivitas letusan gunung berapi gunung Krakatau :

1. Pemantauan Aktivitas Vulkanik


Ilmuwan telah melakukan pemantauan aktif terhadap Gunung
Krakatau setelah letusannya pada tahun 1883. Pemantauan ini mencakup
pengamatan visual, pengukuran gas vulkanik, pemantauan deformasi
tanah, serta pemantauan suhu dan kelembaban di sekitar kawah gunung
api. Data yang dikumpulkan dari pemantauan ini membantu dalam
memahami pola dan perilaku aktivitas vulkanik.
2. Analisis Laboratorium
Para ilmuwan juga melakukan analisis laboratorium terhadap material
vulkanik yang dihasilkan oleh letusan Gunung Krakatau. Analisis ini
meliputi komposisi kimia, mineralogi, serta perlakuan sifat fisik dan
geokimia dari material tersebut. Hasil analisis ini memberikan
pemahaman lebih lanjut tentang sumber magma, mekanisme letusan, dan
evolusi gunung berapi.
3. Model Numerik dan Simulasi
Untuk memahami perilaku ledakan Gunung Krakatau, para ilmuwan
menggunakan model numerik dan simulasi komputer. Model ini
memperhitungkan faktor-faktor seperti pergerakan magma, tekanan
akumulasi, dan mekanisme ledakan gunung berapi. Dengan menggunakan
data pemantauan dan parameter fisik, model ini dapat merekonstruksi dan
menjelaskan dinamika letusan.
4. Studi Sejarah dan Catatan Pengamatan
Selain penelitian ilmiah modern, peneliti juga mengkaji catatan sejarah
dan observasi dari saksi mata yang ada pada saat letusan Krakatau tahun
1883. Data ini memberikan informasi berharga tentang peristiwa yang
terjadi selama erupsi, seperti tsunami tinggi, kekuatan ledakan, dan jalur
regional.

E. Kesadaran Masyarakat dan Edukasi Tentang Ancaman Vulkanik


Letusan Gunung Krakatau

Kesadaran masyarakat dan edukasi tentang ancaman letusan gunung


berapi Gunung Krakatau sangat penting untuk meningkatkan persiapan dan
penanggulangan resiko dalam menghadapi bencana vulkanik.kesadaran
masyarakat dan edukasi terkait ancaman letusan gunung berapi gunung
Krakatau dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penyuluhan Kesadaran Bencana


Melalui penyuluhan dan kampanye kesadaran bencana,
masyarakat dapat diberikan informasi yang akurat tentang ancaman
vulkanik dan tindakan yang harus diambil saat menghadapi letusan
Gunung Krakatau. Hal ini meliputi pemahaman tentang tanda-tanda
awal erupsi, langkah-langkah identifikasi, dan cara bertindak dalam
situasi darurat.
2. Kampanye Media dan Informasi Publik
Media massa dan platform komunikasi lainnya dapat digunakan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang ancaman vulkanik
dan bagaimana menghadapinya. Informasi yang jelas dan mudah
dipahami tentang risiko letusan Gunung Krakatau harus disebarkan
secara luas melalui berbagai saluran media.
3. Program Pendidikan dan Pelatihan
Sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan dapat memainkan peran
penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
ancaman vulkanik. Program pendidikan dan pelatihan yang
terintegrasi dengan kurikulum dapat memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk menghadapi bencana vulkanik
secara bijaksana.
4. Partisipasi Masyarakat
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan perencanaan penanggulangan bencana
vulkanik juga penting. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan
tanggap darurat dan latihan pengenalan meningkatkan pemahaman
dan keterlibatan mereka dalam menghadapi ancaman vulkanik.

Melalui kesadaran masyarakat dan edukasi yang efektif tentang ancaman


letusan gunung berapi Gunung Krakatau, diharapkan masyarakat dapat
mempersiapkan diri dengan baik dan mengurangi risiko dalam menghadapi
bencana vulkanik.

F. Kerjasama Regional dan Internasional Dalam Penanggulangan


Bencana Letusan Gunung Krakatau

Kerjasama regional dan internasional dalam penanggulangan bencana


letusan Gunung Krakatau memainkan peran penting dalam memberikan
dukungan, sumber daya, dan pengalaman untuk mengurangi dampak negatif
yang disebabkan oleh bencana tersebut.

1. Pertukaran Informasi dan Koordinasi

Kerjasama regional dan internasional memungkinkan pertukaran


informasi yang cepat dan akurat mengenai perkembangan aktivitas
vulkanik Gunung Krakatau. Ini melibatkan pembentukan jaringan
pemantauan, sistem peringatan dini yang terhubung, dan forum koordinasi
yang memungkinkan pertukaran data dan pemahaman yang lebih baik
tentang ancaman vulkanik.

2. Bantuan Teknis dan Sumber Daya

Kerjasama regional dan internasional memungkinkan pertukaran


bantuan teknis dan sumber daya untuk membantu dalam penanggulangan
bencana letusan Gunung Krakatau. Ini termasuk dukungan dalam hal
logistik, pendanaan, alat pemantauan, peralatan evakuasi, dan tim
penanggulangan bencana yang terlatih.

3. Pelatihan dan Kapasitas


Kerjasama regional dan internasional dapat menyediakan program
pelatihan dan kapasitas bagi negara-negara yang terkena dampak letusan
Gunung Krakatau. Pelatihan ini mencakup pengembangan keterampilan
dalam mitigasi bencana, manajemen evakuasi, pertolongan pertama, dan
rehabilitasi pasca-bencana. Dengan meningkatkan kapasitas lokal,
masyarakat dapat lebih siap menghadapi ancaman vulkanik.

4. Kolaborasi Riset dan Analisis

Kerjasama regional dan internasional dalam penanggulangan


bencana letusan Gunung Krakatau juga melibatkan kolaborasi riset dan
analisis untuk memahami karakteristik letusan, mengembangkan model
prediksi, dan meningkatkan pemahaman tentang proses vulkanik. Dengan
berbagi pengetahuan dan pengalaman, ilmuwan dapat bekerja sama untuk
meningkatkan pemahaman tentang ancaman vulkanik dan
mengembangkan strategi penanggulangan yang lebih efektif.

G. Rencana Tanggap Darurat Untuk Menghadapi Letusan Vulkanik


Gunung Krakatau

Rencana tanggap darurat untuk menghadapi letusan vulkanik


Gunung Krakatau penting dalam mempersiapkan masyarakat dan
meningkatkan keselamatan serta mitigasi resiko. Berikut adalah
penjelasan mengenai rencana tanggap darurat untuk menghadapi letusan
vulkanik Gunung Krakatau

1. Evakuasi dan Penempatan Tempat Perlindungan


Rencana tanggap darurat harus mencakup strategi evakuasi yang
jelas dan rinci untuk mengalihkan penduduk yang berada dalam
jangkauan bahaya langsung letusan Gunung Krakatau. Penempatan
tempat perlindungan yang aman dan terpencil juga perlu
dipertimbangkan untuk mengurangi risiko paparan terhadap material
vulkanik, abu, dan aliran piroklastik.
2. Sistem Peringatan Dini
Rencana tanggap darurat harus mencakup pengembangan dan
implementasi sistem peringatan dini yang efektif untuk memberikan
peringatan dini kepada masyarakat tentang potensi letusan Gunung
Krakatau. Sistem ini harus mencakup pemantauan aktivitas vulkanik
secara real-time, penggunaan sensor dan alat pemantauan, serta
komunikasi yang cepat dan efisien kepada masyarakat.
3. Pelatihan dan Kesadaran Masyaraka
Rencana tanggap darurat harus mencakup program pelatihan dan
kesadaran masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman tentang ancaman vulkanik serta tindakan yang harus
diambil saat terjadi letusan Gunung Krakatau. Pelatihan ini meliputi
prosedur evakuasi, pertolongan pertama, dan mitigasi resiko.
4. Komunikasi dan Koordinas
Rencana tanggap darurat harus memperhatikan komunikasi dan
koordinasi antara berbagai pihak terkait, seperti otoritas pemerintah,
lembaga penanggulangan bencana, dan masyarakat. Koordinasi yang baik
akan memastikan informasi yang akurat dan tepat waktu disampaikan
kepada masyarakat, serta memfasilitasi kerjasama dalam pelaksanaan
rencana tanggap darurat.
KESIMPUAN
1. Letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 merupakan salah satu letusan
vulkanik paling dahsyat dalam sejarah manusia. Dampaknya tidak hanya terasa
secara lokal, tetapi juga secara global.
2. Letusan tersebut mengakibatkan terjadinya gelombang tsunami yang
menghancurkan pesisir sekitarnya, menewaskan ribuan orang, dan merusak
banyak permukiman.
3. Letusan Krakatau menghasilkan kolom abu dan gas yang mencapai ketinggian
atmosfer yang sangat tinggi. Abu vulkanik tersebar di seluruh dunia,
menyebabkan penurunan suhu global dan perubahan iklim sementara.
4. Letusan Gunung Krakatau menyebabkan perubahan signifikan pada lingkungan
sekitarnya, termasuk perubahan topografi pulau dan hilangnya kehidupan.
5. Sejak letusan besar pada tahun 1883, Gunung Krakatau tetap menjadi pusat
aktivitas vulkanik yang terus menerus. Letusan kecil dan aktivitas vulkanik
periodik terjadi sejak itu, memerlukan pemantauan dan mitigasi yang terus-
menerus.
6. Dalam upaya penanggulangan bencana, kerjasama regional dan internasional
sangat penting untuk memantau aktivitas Gunung Krakatau, membangun sistem
peringatan dini yang efektif, dan mengkoordinasikan upaya mitigasi dan tanggap
darurat.
7. Kesadaran masyarakat tentang ancaman vulkanik dan edukasi mengenai tindakan
darurat saat terjadi letusan Gunung Krakatau sangat penting untuk meningkatkan
keselamatan dan meminimalkan dampak negatif.
8. Studi ilmiah dan pemahaman yang mendalam tentang aktivitas vulkanik Gunung
Krakatau terus berlanjut, termasuk pemodelan prediksi letusan, pemantauan
aktivitas seismik, dan penelitian tentang karakteristik geologi dan perilaku
Gunung Krakatau.

Melalui pemahaman yang baik tentang letusan Gunung Krakatau dan dampaknya,
kita dapat meningkatkan kesiapsiagaan, mitigasi resiko, dan keselamatan masyarakat
dalam menghadapi ancaman vulkanik. Penting untuk terus memperbarui pengetahuan
kita melalui penelitian ilmiah dan kolaborasi internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Pratomo, I. (2006). Klasifikasi gunung api aktif Indonesia, studi kasus dari beberapa

letusan gunung api dalam sejarah. Indonesian Journal on Geoscience, 1(4), 209-
227.

Jokowinarno, D. (2009). Identifikasi Garis Pantai Di Provinsi Lampung yang Rawan oleh

Tsunami sebagai Akibat Letusan Gunung Krakatau. Rekayasa: Jurnal Ilmiah

Fakultas Teknik Universitas Lampung, 13(2), 119-130.

Tantri, E. (2014). Letusan Krakatau 1883: pengaruhnya terhadap gerakan sosial Banten

1888. Jurnal Masyarakat dan Budaya, 16(1), 191-214.

Saptono, N. (2021). DAMPAK LETUSAN GUNUNG KRAKATAU 1883 TERHADAP

PERMUKIMAN DI PANTAI BARAT TELUK LAMPUNG: The Impact of the

1883 Krakatau Eruption on the Settlement on West Beach of Lampung

Gulf. Prosiding Balai Arkeologi Jawa Barat, 105-115.

Bronto, S., & Setianegara, R. (2011). Ancaman bahaya letusan gunung api skala besar

dan monogenesis di Indonesia. Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral, 21(1),


29-40.

Self, S., & Rampino, M. R. (2012). The 1883 eruption of Krakatau. Nature, 459(7245),

957-958.

Oppenheimer, C. (2003). Climatic, environmental and human consequences of the largest

known historic eruption: Tambora volcano (Indonesia) 1815. Progress in Physical

Geography, 27(2), 230-259.

Barclay, J., Haynes, K., Mitchell, T., Solana, C., & Fenton, C. (2008). Framing

vulnerability and adaptive capacity assessment: Discussion paper. University


College London.
Thouret, J. C., & Bonadonna, C. (2005). Volcanic hazard assessment: from the subjective

to the objective. Bulletin of Volcanology, 67(8), 735-745.

Kelfoun, K., Costa, A., & Labazuy, P. (2009). On the use of a viscous-turbulent shallow

water model for the 1883 Krakatau eruption. Journal of Volcanology and

Geothermal Research, 186(1-2), 78-90.

Fearnley, C., McGuire, W., & Davies, G. (2012). Standardisation of the Volcano

Awareness Level (VAL) tool for global volcanism. Journal of Applied

Volcanology, 1(1), 5.

Anda mungkin juga menyukai