Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

Kajian Sumber Daya Pariwisata


DOSEN PENGAMPU
Drs. Fadiarman, M.Pd

Disusun Oleh:
Aulia Putri Hidayah (1901095045)
6B Pendidikan Geografi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVESITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
Indonesia memiliki aktifitas vulkanis yang tinggi dikarenakan berada pada
kawasan cincin api Pasifik. Indonesia memiliki gugusan gunung api aktif terbanyak
di dunia. Dari waktu ke waktu terdapat gunung api yang meletus dengan
mengeluarkan gas, lava dan abu vulkanis. Volume abu vulkanis yang dihasilkan
tiap letusan gunung api itu beragam dan mempunyai sifat yang cenderung berbeda
(Simkin and Siebert, 1994). Gunung api di Indonesia sebagian besar terbentuk
akibat adanya zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia.
Beberapa gunung api terkenal karena letusannya yang dahsyat diantaranya adalah
letusan Gunung Krakatau (Whittaker and Bush, 1993). Kepulauan Krakatau
merupakan gugusan pulau berupa gunung berapi yang terletak di Selat Sunda. De
Neve (1984) meyatakan, letusan Krakatau purba menyisakan sebagian tubuhnya
yang membentuk Pulau Sertung, Pulau Panjang, dan Pulau Rakata.

Letusan hebat Gunung Krakatau pada tahun 1883, memusnahkan Gunung Api
Danan dan Perbuatan yang tumbuh bersamaan di Pulau Rakata dan menyisakan
kaldera besar di bawah laut. Pada tahun 1930 kerucut baru muncul dari bawah
permukaan laut di tengah-tengah kaldera yang disebut Anak Krakatau (Whittaker
and Bush 1993). Bahan-bahan piroklastik yang dilemparkan pada saat Gunung
Krakatau meletus banyak menutup wilayah Banten dan Lampung, sehingga
berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah di daerah tersebut (Verbeek, 1884).
Letusan Gunung Krakatau yang menyebabkan terjadainya tsunami besar pada
tahun 1883 dan menelan puluhan ribu korban jiwa bukanlah peristiwa erupsi
terbesar gunung api yang tertanam di Selat Sunda ini. Jauh sebelumnya, Gunung
Krakatau Purba pernah meledak dengan amat hebat. Efeknya konon sampai
membelah Pulau Jawa dan melahirkan Pulau Sumatra (Sumatera).

Gunung Krakatau terletak ditengah laut selat sunda yang memisahkan pulau
jawa dan Sumatra atau berjarak kurang lebih 51 km dari bibir pantai Desa
Cikoneng, Anyer, Kab. Serang, Banten. Keberadaan Gunung Krakatau yang
menjadi daya Tarik wisata juga terdapat sejarah kelam dibelakangnya, mengigat
pada tahun 1883 Erupsi Gunung Krakatau menjadi salah satu erupsi paling dahsyat
sepanjang sejarah. Melihat hal tersebut maka perlu dibangun sebuah museum untuk
mengenang bencana alam paling mengerikan yang pernah terjadi dalam sejarah dan
juga untuk memberikan pengetahuan kepada seluruh lapisan masyarakat,
wisatawan tentang sejarah, volkanologi, dan mitigasi bencana.

Museum Gunung Krakatau yang berlokasi di pinggir laut memiliki problem


yaitu ancaman gempa dan tsunami dari aktifitas Gunung Krakatau, Melihat adanya
problem ancaman berupa bencana tsunami terhadap lokasi perancangan maka pada
perancangan museum gunung Krakatau memiliki pendekatan desain Arsitektur
Resilience yang mana bangunan tersebut nantinya mampu bertahan terhadap
bencana tsunami dan Gempa bumi, selain itu bangunan museum juga dapat menjadi
bangunan evakuasi sementara (Shelter) untuk wisatawan dan warga sekitar ketika
terjadi bencana tsunami. Museum didesain dengan ketinggian lebih dari 12m yang
mana bagian rooftop berguna sebagai bukit penyelamat dari bencana tsunami.
Pengujian pada proyek perancangan museum gunung krakatau menggunakan
design guide line yang sudah ditetapkan oleh FEMA untuk bangunan tahan tsunami
dan Bappenas untuk standar bangunan evkuasi.

Daya tarik wisata gunung Krakatau terletak pada sisa-sisa letusannya yang
menghasilkan eksotisme bentangan alam sisa dari letusan dahsyat tersebut.
Ditambah lagi dengan Anak Gunung Krakatau yang masih aktif dan fluktuatif.
Selain itu, tinggi Anak Krakatau yang makin bertambah juga merupakan daya tarik
dari wisata Krakatau ini. Menurut para ahli, tinggi Anak Krakatau bertambah
sekitar 5 cm tiap bulannya. Letusan besar gunung Krakatau memang
menghancurkan sebagian gunung. Namun menghasilkan bentangan alam yang
indah. Pesona kawah besar yang dikelilingi gunung juga merupakan daya tarik
tersendiri bagi wilayah ini. Meskipun tandus, masih banyak flora dan fauna yang
hidup disini. Pesona laut biru membentang juga menjadi daya tarik wisata Gunung
Krakatau, dapat melakukan kegiatan memancing ataupun snorkeling di lautnya
yang jernih.

Perkembangan vegetasi di Krakatau secara keseluruhan, akan sangat


dipengaruhi vegetasi daerah sektiar, termasuk Jawa dan Sumatera sebagai sumber
benih. Penyebaran tumbuhan di di sini bisa melalui manusia yang berkunjung,
satwa, angin, dan juga air. Krakatau tidak perlu ada perubahan status, biarkan saja
sebagai cagar alam. Guna menjamin keberlangsungan proses hunian dan
keberlangsungan vegetasi alam sangat dibutuhkan pengelolaan kawasan yang tepat
sehingga dapat mewadahi semua aspek kepentingan.

Peta Daerah Bahaya Gunung Krakatau


REFERENSI

Evadianti, Y. (2018). Reposisi Brand Dalam Festival Krakatau Oleh Dinas


Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Lampung. PRofesi Humas : Jurnal Ilmiah
Ilmu Hubungan Masyarakat, 2(1), 23. https://doi.org/10.24198/prh.v2i1.10610

http://dspace.uii.ac.id/123456789/24106

Phonna, R. A., & Sugiyanto, D. (n.d.). Gunung api krakatau.

Gunung, K., Krakatau, A., Ibrahim, M. D., Gabe, C. F., & A, A. J. (2016). Tugas
mata kuliah gl3142 volkanologi & geotermal. 12014049.

Anda mungkin juga menyukai