UNIVERSITAS INDONESIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOSAINS PRODI GEOLOGI
Disusun oleh :
DEPOK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
b. Keberagaman Geologi:
Daerah sekitar Gunung Kaba memiliki keberagaman geologi yang tinggi. Gunung
ini adalah stratovolcano yang terbentuk oleh aktivitas vulkanik. Studi geologi di
daerah ini dapat memberikan wawasan mendalam tentang evolusi geologis
wilayah tersebut.
d. Keberagaman Hayati:
Daerah sekitar Gunung Kaba kaya akan keanekaragaman hayati. Dalam kajian
geowisata, dapat ditekankan betapa eratnya hubungan antara bentang alam,
geologi, dan keanekaragaman hayati.
Namun dibalik keindahan itu semua masih ada beberapa permasalahan yang dapat
ditemukan seperti, belum adanya regulasi mengenai batas tarif yang pasti bagi
angkutan dari dan ke Gunung Kaba maupun tarif di sekitar daerah wisata tersebut.
Permasalahan berikutnya yang muncul adalah mengenai aktivitas Gunung Kaba
yang tergolong aktif hingga saat ini mengakibatkan perlu adanya langkah mitigasi
bencana serta studi kelayakan daerah rawan bencana baik pada radius 2 km dari
kawah hingga pada puncak gunung berapi tersebut bagi masyarakat sekitar dan
wisatawan. Kemudian permasalahan yang terakhir adalah kurangnya petunjuk arah
yang jelas serta papan informasi yang atraktif pada saat berada di kawasan wisata
Gunung Kaba.
3. Alasan Daerah Perlu Dikonservasi
TWA Bukit Kaba adalah wilayah yang unik dan seharusnya dilestarikan karena
keanekaragaman hayati yang kaya, termasuk berbagai spesies mamalia, burung, dan
reptil seperti harimau Sumatera, beruang matahari, dan kucing leopard, serta
berbagai macam flora seperti Rafflesia arnoldii dan Garcinia sp. Selain itu, geologi
daerah ini juga unik, dengan pembentukan gunung berapi Qv dan keberadaan kawah
Gunung Kaba, menjadikannya situs penting untuk penelitian geologi dan konservasi.
a. Keanekaragaman Hayati
TWA Bukit Kaba memiliki keanekaragaman fauna baik dari jenis mamalia,
burung, dan reptilia. Beberapa jenis mamalia diantaranya adalah harimau
sumatera (Panthera tigris sumatrae), beruang madu (Helarctos malayanus),
biawak (Varanus salvator), macan dahan (Neofelis nebulosa), babi hutan (Sus
scrofa), kucing hutan (Felis bengalensis), rusa (Cervus unicolor), kijang
(Muntiacus muntjac), tupai (Tupaia sp.), lutung (Presbytis cristata), beruk
(Macaca nemestrina), dan siamang (Hylobates syndactylus. Flora yang tumbuh di
TWA Bukit Kaba antara lain jenis pasang (Querqus sp.), pandan duri (Pandanus
sp.), beringinberinginan (Ficus sp.), bunga padma (Rafflesia arnoldii), bunga
bangkai (Amorphophallus titanum), kempas (Koompassia malaccensis), balam
(Palaquium gupta), manggis-manggisan (Garcinia sp.), laban (Vitex sp), pelawan
(Tristania sp.), bambu (Bamboosa sp.), pisang (Musa sp.), senduduk (Melastoma
sp.), bintangur (Calophyllum pulcherrimum), aren (Arenga pinnata), pinang
(Areca catechu), dan beraneka ragam jenis anggrek alam dan lumut (BKSDA
Bengkulu, 2018).
b. Keanekaragaman Geologi
Geologi dan Tanah Bentang alam perbukitan di TWA Bukit Kaba, terbentuk dari
proses geologi yang menghasilkan formasi geologi yaitu formasi gunung api
quarter (Qv). Formasi gunung api kuarter (simbol Qv) adalah litologi lava
bersusunan andesit sampai basal, tuff, dan breksi lahar dari Bt. Daun (Qvdn).
Gambar 1. Peta Formasi Bentang Alam di TWA Bukit Kaba
Big Idea 3: Earth is a complex system of interactions between rock, water, and life
yang berisikan bahwa bumi terdapat 4 sistem major yaitu geosphere, hydrosphere,
atmosphere, dan biosphere yang saling berinteraksi satu dengan lainnya. Pada
Gunung Kaba, terdapat air terjun batu jelapang, kawah biru, dan lain-lain yang mana
menjelaskan bahwa kenampakan pada situs-situs tersebut diakibatkan karena adanya
pergerakan massa yang memicu pergerakan tektonik dan juga aktivitas gunung
berapi sehingga terbentuklah bentang alam tersebut.
B. Narasi
2. Tatanan Geologi
Situs pertama adalah kawah biru, yang terletak di puncak gunung kaba. Terdapat
kawah yang berwarna biru cenderung hijau toska.
situs kedua bukit hitam, yang terletak di Desa Wisata Air Sempiangi. Bukit hitam di
kawasan itu terbentuk oleh unsur batu hitam galena yang merupakan jenis batuan
mineral. Bukit bebatuan ini terbentuk oleh alam dan tersusun oleh senyawa timbal,
sulfida atau dalam rumus kimia yaitu Pbs.
Situs ketiga Sumber air panas di Desa Air, yang terletak di areal perbukitan Kebun
Teh Kaba Wetan. Menuju ke lokasi pun tidak memerlukan energi ekstra karena TWA
Kaba Wetan berada di jalan poros penghubung antar desa yang kondisi jalannya
sudah diaspal.
Situs keempat, Gua Siyoa, yang terletak di Gua ini berada di perbatasan TWA Bukit
Kaba. Mulut gua ber diameter 1,5 meter. Kedalaman gua itu tidak kurang dari 10
meter.
Situs kelima, air terjun batu jelapang. Terlihat pepohonan asli tanaman hutan masih
dapat dijumpai di kawasan ini. Ditambah, air yang bersumber dari pegunungan TWA
Bukit Kaba.
4. Jelaskan bagaimana situs-situs geologi di atas mendukung konsep geosains
yang ingin kalian komunikasikan?
Situs-situs geologi seperti air terjun dan mata air panas memiliki peran penting
dalam mendukung konsep geosains, khususnya terkait interaksi antara batuan dan
air, serta konsep kehidupan air. Berikut adalah penjelasan mengenai bagaimana
situs-situs tersebut mendukung konsep geosains tersebut:
Dengan demikian, eksplorasi dan studi pada situs-situs geologi seperti air terjun dan
mata air panas dapat memberikan wawasan mendalam tentang kompleksitas
interaksi antara batuan dan air, serta mendukung pemahaman tentang kehidupan air
di lingkungan geologis tertentu. Hal ini konsisten dengan prinsip-prinsip geosains
yang menganalisis dan memahami hubungan dinamis antara geologi dan lingkungan
hidup.
REFERENSI
Anthony, J. W., et al., (1997). Handbook of Mineralogy. Chantilly, VA, US: Mineralogical
Society of America
Wohletz, K. and Heiken, G. (1992) Volcanology and geothermal energy, Berkeley, United
States: University of California Press.
Tim Asisten Praktikum. (2023). Modul Praktikum Geologi Panas Bumi. Depok:
Universitas Indonesia, FMIPA Geologi
Supriatna, J., & Manan, A. (2008). Geological Aspects of Kaba Volcano, Bengkulu, South
Sumatra, Indonesia. Jurnal Ilmu Dasar, 9(2), 119-125.
Setiawan, I., Suhardjono, S., & Risdianto, D. (2018). Assessment of Tourism Potential for
The Development of Tourism Objects of Kaba Mountain in Bengkulu. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 122(1), 012091.
doi:10.1088/1755-1315/122/1/012091.
Kusnadi, D., Nurhadi, M., dan Suparman. (2011). Penyelidikan Terpadu Geologi dan
Geofisika Daerah Kepahiang, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu" (kelompok
program penelitian panas bumi(ed);1st ed). Bidang Energi.
W, M. E. J., Dr. Eng. Ir. Lucas Donny Setijadji, S.T., M.Sc., I., & Dr. Haryo Edi Wibowo,
S.T., M. S. (2022). Geologi Bagian Timur Laut Kompleks Gunung Api Kaba, Provinsi
Bengkulu. Universitas Gadjah Mada.
David Hutahayan, Sp, M.Si. Pesona wisata Bukit Kaba. Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan.