Anda di halaman 1dari 9

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8

Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

GEO-PINTAR (GEOPARK AS INTEGRATED AND SMART TOURISM): KONSEP


PARIWISATA MODERN GUNUNG SEWU SEBAGAI GLOBAL GEOPARK
NETWORK DALAM MENYONGSONG MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
Maghfira Abida1* Ayip Mukhlis2 Eka Nofiana Khumaeroh1, Alifan Cahyana3, Eka Dhamayanti1
1

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.


Jurusan Geografi dan Ilmu Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.
3
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.
*corresponding author: maghfiraabida@gmail.com
2

ABSTRAK
Geopark adalah sebuah kawasan dengan fenomena-fenomena geologi, arkeologi, ekologi dan bahkan
budaya yang mengagumkan. Dalam geopark setidaknya harus terkandung 3 unsur penting yaitu:
Education, Economic, and Conservation. Salah satu geopark yang telah ada di Indonesia adalah
Geopark Gunung Sewu. Kondisi keunikan tersebut terekspresikan dengan berbagai potensi baik dari
sisi biodiversity, geodiversity, dan culture wisdom. Namun, disadari bahwa sistem tatanan masyarakat
seolah belum siap untuk mengoptimalkan potensi geopark tersebut. Maka disusunlah sebuah
rancangan, Geo-PINTAR untuk membangun sistem yang mengintegrasikan seluruh site pariwisata di
Geopark Gunung Sewu baik secara infrastruktur dan transportasi, edukasi dan keilmuan, manajemen
kelembagaan dan perekonomian. Hal ini ditujukan untuk mengakselerasi kawasan Gunung Sewu
dalam Global Geopark Networking sebagai pemicu peningkatan pariwisata, ekonomi, dan ilmu
pengetahuan untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

I.

sampai ke Timur, dimulai dari Pantai


Parangtritis hingga Teluk Pacitan. Luasnya
mencapai 126.000 hektar dan mencakup 3
provinsi yakni Kabupaten Gunungkidul Daerah
Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Wonogiri
Jawa Tengah, dan Kabupaten Pacitan Jawa
Timur (Yuwono, 2011).

PENDAHULUAN

Geopark merupakan sebuah konsep baru yang


dicetuskan oleh UNESCO pada awal tahun
2000-an yang kemudian pada tahun 2004
ditindaklanjuti dengan didirikannya Global
Geopark Network (GGN). Menurut UNESCO,
Geopark adalah sebuah kawasan dengan
fenomena-fenomena geologi mengagumkan,
tidak hanya geologi, akan tetapi juga meliputi
arkeologi, ekologi, dan budaya. Geopark
merupakan konsep untuk menyejahterakan
masyarakat lokal berbasis konservasi warisan
geologi (geoheritage). Dalam Geopark
setidaknya harus terkandung 3 unsur penting
yaitu: Education, Economic & Conservation.
Berdasarkan hal diatas Gunung Sewu memiliki
semua potensi untuk dijadikan kawasan
Geopark berkelas dunia.

Kabupaten Gunungkidul memiliki luas wilayah


1.485,36 km2 atau 46,63% dari luas wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
terdiri dari 18 kecamatan serta 144 desa.
Gunungkidul merupakan bagian dari kawasan
bentang alam karst tropis yang fenomenal
yaitu Gunung Sewu yang membentang
sepanjang 120 km dari Pantai Parangtritis
selatan Yogyakarta hingga Teluk Pacitan, Jawa
Timur. Kawasan Geopark Gunung Sewu sendiri
terdiri dari 33 situs, yang 30 situs geologi dan 3
situs non geologi. Wilayah kabupaten
Gunungkidul memiliki banyak potensi,
diantaranya sebagai objek ekowisata hutan &
alam pegunungan, agrowisata pertanian,
wisata pantai, goa, variasi flora dan fauna,
keunikan budaya dan kehidupan masyarakat
lokal serta budaya sejarah.

Gunung Sewu merupakan bagian dari zona


pegunungan selatan Jawa yang terbentuk dari
pengangkatan batuan karbonat berumur
Miosen (25 juta tahun lalu) yang kemudian
larut membentuk bentang alam karst. Luas
kawasan Gunung Sewu terbentang dari Barat
9

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Pemaparan diatas melandasi pengajuan
Gunungkidul yang merupakan bagian dari
kawasan Geopark Gunung Sewu menjadi
Global Geopark Network kepada Organisasi
Pendidikan,
Ilmu
Pengetahuan
dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
yakni UNESCO beberapa waktu lalu. Namun,
Saat ini Geopark Gunungkidul
belum
memenuhi standar dan persyaratan UNESCO
sehingga belum berhasil menjadi bagian dari
GGN (Global Geopark Network).

II. LOKASI
DAN
PENELITIAN

berbasis etno-konservasi sebagai konsep


pelestarian sumberdaya alam yang
bersandar pada sistem pengetahuan lokal
seperti itu, sudah menjadi bagian dari
budaya Gunungkidul secara turuntemurun.
Dari sisi arkeologi, kekompleksan kawasan
karst Gunungkidul membuka peluang untuk
penelitian terhadap sejarah perkembangan
masyarakat karst dan situs-situs yang
ditinggalkan. Bentuk situs arkeologi yang
dominan di Gunungkidul adalah situs gua
dan ceruk. Survei permukaan oleh PTKA
UGM, Puslitarkenas, dan Balai Arkeologi
Yogyakarta yang baru menjangkau sekitar
1015 % luas kawasan Gunungkidul, sudah
berhasil mengumpulkan lebih dari 100 gua
arkeologis (Yuwono, 2006). Potensi
arkeologis yang dimaksud meliputi artefak,
ekofak, dan fitur, potensi ini sangat luar
biasa jika dapat dikembangkan secara
maksimal.

WAKTU

Kajian mengenai topik bahasan ini dilakukan


pada bulan januari- maret 2015. Lokasi
meliputi kawasan Geopark Gunung Sewu yang
secara administratif termasuk dalam kawasan
Kabupaten Gunungkidul.
KONDISI KEKINIAN, STATUS
KEBERPIHAKAN MASYARAKAT

REGULASI,

o Potensi dan Keberagaman Sumber Daya


Alam, Budaya, dan Keilmuan Gunungkidul

o Tantangan dalam proses


Geopark Gunungkidul

Kawasan karst Gunung kidul merupakan


salah satu kawasan karst terbaik di Pulau
Jawa pada khususnya dan dunia pada
umumnya. Kondisi bentang alam dengan
bentukan conical hills dan kekayaan
potensi di bawah tanah menjadi faktor
yang menarik dalam dunia ilmu
pengetahuan. Proses karstifikasi yang
terjadi sampai saat ini menghasilkan
morfologi berupa kerucut karst, lembah,
dan sistem gua bawah tanah. Selain
bentang alam yang khas, kondisi sosialekonomi masyarakat Gunungkidul pun
sangat unik. Kehidupan Masyarakat
Gunungkidul sangat bergantung dengan
alam. Hal tersebut memunculkan ritualritual sebagai ucapan syukur kepada alam
dan menjadi ciri khas tersendiri yang masih
dipertahankan
masyarakat
sampai
sekarang. Berbagai macam ritual yang

akselerasi

Geopark Gunungkidul sendiri telah lama


dilirik sebagai salah satu potensi alam
Indonesia, hal ini dapat dilihat dari
berbagai usaha yang dilakukan baik oleh
Pemerintah maupun Masyarakat. Namun,
masih banyak ditemukan kekurangan dan
kelemahan sehingga dibutuhkan konsep
dan ide pengembangan yang efisien dan
efektif dalam menunjang akselerasi
Geopark
Gunungkidul
itu
sendiri.
Berdasarkan observasi yang dilakukan,
beberapa permasalahan Gunungkidul
dalam GGN diantaranya adalah :

10

Pengembangan
masih
kurang
melibatkan masyarakat sehingga
sistem manajemen yang terbangun
menjadi bersifat parsial. Pemerintah
telah membuat konsep tersendiri dan
masyarakat pun berjalan sendiri

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
mengakibatkan implementasi dan
aktualisasi program menjadi tidak
optimal.

III.

III. Bagaimana merancang manajemen


yang terintegrasi antara elemen
pemerintah, investor, akademisi, dan
masyarakat
umum
dalam
mengoptimalisasi potensi Geopark
Gunung Sewu sebagai kawasan
pariwisata modern

Sistem informasi dan jaringan


telekomunikasi yang terbatas tentu
menghambat pertumbuhan sosial dan
ekonomi masyarakat lokal diantaranya
mengakibatkan
pemasaran
dan
pengiklanan lokasi wisata menjadi
tidak masif, keengganan wisatawan
karena
tidak
adanya
signal
telekomunikasi dan internet.

IV.

Akses transportasi umum maupun


kondisi jalan raya yang kurang layak
baik dari segi keamanan yaitu jalan
yang curam dan berkelok membuat
perjalanan semakin jauh.

V.

Baik pemerintah, masyarakat maupun pihak


terkait lainnya telah melakukan beberapa
usaha untuk meningkatkan kualitas Geopark
Gunung Sewu sendiri. Usaha yang telah
dilakukan dalam pengembangan geopark
sendiri dapat dirangkum seperti pada Tabel 1.

DISKUSI:
SOLUSI
DITAWARKAN

YANG

Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal: Nature &


Culture Diversity

Proses integrasi yang minim, sehingga


kebanyakan
lokasi
wisata
di
Gunungkidul berkembang sendirisendiri tanpa ada hubungan satu sama
lain.

Kawasan karst Gunung Sewu telah melahirkan


bentang budaya tersendiri yang khas. Yuwono
(2006) menyebutnya sebagai masyarakat
karstik, yakni masyarakat yang segala
perilakunya terbentuk akibat konsekunsi dari
kondisi fisik kawasan karst. Kearifan-kearifan
lokal yang muncul di tengah-tengah
masyarakat menjadi sesuatu yang berharga
untuk diperkenalkan pada dunia. Budaya
etnokonservasi yang ada, keterikatan batin
penduduk dengan hewan peliharaan, serta
aneka produk olahan khas dari tanah marjinal
seperti tiwul dan gethuk menjadi ciri khas
masyarakat Gunung Kidul yang bernilai tinggi

Sistem administrasi yang belum jelas,


sehingga proses investasi berjalan
lambat
dan
menghambat
perkembangan dari geopark itu
sendiri.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan


masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
I.

STUDI KASUS

Apakah tantangan dan hambatan


dalam
pengembangan
Geopark
Gunung Sewu dalam pencanangannya
sebagai salah satu Global Geopark
Network.

Untuk mengenalkan kearifan lokal masyarakat


gunungsewu pada dunia internasional, tim
Geo-PINTAR menjadikan desa wisata sebagai
basis utama pengembangannya. Saat ini di
Gunung Kidul sudah berdiri beberapa desa
wisata namun pengembangannya belum
maksimal. Beberapa contoh desa wisata itu
adalah: Desa wisata Nglanggeran, Desa wisata
Bobung, Desa wisata Bejiharjo, Mojo dan
Bleberan. Masing-masing desa wisata ini

II. Bagaimana
mengakselerasi
perkembangan ilmu pengetahuan,
konservasi, dan ekonomi lokal Gunung
Sewu melalui sistem pariwisata yang
edukatif
11

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
memiliki kekhasan tersendiri. Oleh karena itu
dalam konsep Geo-PINTAR masing-masing
desa ini dijadikan site-site tematik tersendiri
dalam upaya memperkenalkan khasanah
budaya masyarakat Gunung Sewu pada dunia.

Pengelolaan Kelembagaan dan Pelayanan


Informasi yang Terpusat
Kawasan wisata sering kali memiliki daya tarik
yang tinggi namun tidak dikelola dengan baik
sehingga kawasan wisata tersebut ditinggalkan
pengunjungnya. Pengelolaan dan layanan
informasi yang baik perlu diperhatikan karena
mampu
mempertahankan
bahkan
meningkatkan kinerja pariwisata sehingga
keberadaannya
dapat
diperhitungkan
masyarakat. Pada kawasan geopark secara
eksisting
pengelolaan
wisata
masih
mengandalkan pengelolaan masing masing
lokasi. Hal ini menjadi kendala dalam hal
pengembangan kawasan geopark karena
memunculkan persaingan yang tidak sehat
dan pengembangan wisata yang tidak
terkendali.

Dalam konsep Geo-PINTAR, desa wisata ini


akan menjadi tempat-tempat peristirahatan
sekaligus tempat bagi wisatawan baik
domestik ataupun mancanegara menyelami
sendi-sendi kehidupan khas masyarakat
Gunung Sewu setelah lelah melakukan
perjalanan lapangan (geo-trip) menyelami
pembentukan geologi Gunungsewu.
Wisatawan yang berkunjung ke desa wisata
diharapkan mampu membaur dengan
masyarakat lokal untuk saling berbagi
informasi yang menguntungkan. Interaksi yang
terjadi nantinya akan membuat wisatawan
belajar bagaimana hidup di desa, membaur
dengan alam, merasakan kuliner asli desa,dan
mendapatkan pengalaman adat istiadat
maupun budaya yang masih diterapkan.
Dengan beragamnya karakteritik desa wisata
di Gunung Kidul membuat hal ini menjadi
paket
wisata
yang
menarik
karena
memadukan keindahan alam geopark dan
sosial budaya masyarakat

Konsep pengembangan kelembagaan pada


geo-PINTAR adalah terjalinnya kerjasama dan
integrasi antar pemerintah, pengelola, dan
masyarakat lokal di kawasan geopark. Konsep
ini mengharuskan peleburan berbagai pihak
yang menyatu dalam satu pengelolaan
terpusat kawasan geopark sehingga nantinya
hanya akan ada satu pengelola saja.
Pengelolaan terpusat dan terintegrasi ini
diharapkan mampu mengelola semua lokasi
wisata dengan seimbang dan terarahkan.
Pengelolaan terpusat ini juga bertujuan agar
lokasi - lokasi wisata yang belum berkembang
di kawasan geopark bisa berkembang lebih
pesat lagi.

Penyediaan Infrastruktur
Dalam mewujudkan dan mengembangkan
Geo-Pintar haruslah didukung dengan
infrastruktur
yang
baik.
Pengadaan
infrastruktur pada kawasan Geo-PINTAR
nantinya akan berbasis teknologi modern,
cerdas, dan ramah lingkungan agar
keberadaan geopark ini dapat dijaga demi
kebaikan
masa
depan.
Pembahasan
pengembangan infrastruktur ini dibagi
menjadi 8 jenis yang terdiri dari infrastruktur
jalan, komunikasi, transportasi, air bersih,
persampahan, sanitasi, listrik, dan drainase
(lihat Gambar 2).

Selain penataan kelembagaan, penataan


layanan informasi juga harus diperbaiki.
Informasi yang tersebar luas merupakan cara
ampuh dalam mempromosikan kawasan
wisata maupun mengedukasi di lingkup
masyarakat. Kawasan geopark geo-PINTAR
nantinya harus memiliki pusat informasi
terpusat yang hadir dalam berbagai media
seperti media cetak, audio, visual, dan online.
12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Pusat informasi ini juga akan mendukung
segala aktivitas pengujung kawasan geopark.

VI.

selama ini dikenal sebagai kota pelajar akan


bertambah statusnya menjadi kota wisata
internasional.

ACKNOWLEDGEMENT

Status tersebut bukanlah tanpa alasan.


Geopark Gunung Sewu memiliki 13 site yang
terletak di Gunung Kidul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Dari sinilah pintu
gerbang dimulainya wisata alam Geopark
Gunung Sewu. Gerbang masuk, awal dari
semuanya, menjadi suatu poin plus untuk
kawasan Geopark yang berada di Gunung
Kidul, Yogyakarta. Tentulah sebelum menuju
ke kawasan Geopark Gunung Sewu, wisatawan
akan singgah di kota Yogyakarta lalu kemudian
melanjutkan perjalanannya berpetualang di
kawasan Geopark Gunung Sewu.

GEO-PINTAR:
Menjawab
tantangan
penobatan Global Geopark Network
Kawasan GEO-PINTAR merupakan kawasan
karst paling istimewa di Jawa yang mencapai
luasan 1.300 km2 dan terdiri dari 40.000 bukit
karst. Kawasan ini telah dinobatkan menjadi
anggota Global Geopark Network pada tanggal
19 September 2015 yang simposium yang
diadakan di Jepang. Penobatan ini menjadi
peluang
serta
tantangan
dalam
mengembangkan aspek pariwisata yang
berkarakter, edukatif, dan nyaman. (Utomo,
2015)

Sebagai kota pelajar, Yogyakarta tentulah


tidak diragukan lagi berisi orang-orang
terpelajar yang berasal dari seluruh wilayah
Indonesia, bahkan dari mancanegara juga.
Oleh karenanya muncul istilah Geopark Go to
School,
School
Go
to
Geopark.
Implementasinya
adalah
membawa
pemahaman kepada para pelajar terhadap
upaya pelestarian lingkungan dan pemuliaan
warisan bumi.

Geopark merupakan sebuah konsep baru yang


dicetuskan oleh UNESCO pada awal tahun
2000-an yang kemudian pada tahun 2004
ditindaklanjuti dengan didirikannya Global
Geopark Network (GGN). Menurut UNESCO,
Geopark adalah sebuah kawasan dengan
fenomena-fenomena geologi mengagumkan,
tidak hanya geologi, akan tetapi juga meliputi
arkeologi, ekologi, dan budaya. Geopark
merupakan konsep untuk menyejahterakan
masyarakat lokal berbasis konservasi warisan
geologi (geoheritage). Dalam Geopark
setidaknya harus terkandung 3 unsur penting
yaitu: Education, Economic, & Conservation.
Berdasarkan hal diatas Gunung Sewu memiliki
semua potensi untuk dijadikan kawasan
Geopark berkelas dunia.

GEO-PINTAR: Berperan dalam menyambut


kebijakan Masyarakat Ekonomi ASEAN
Pertumbuhan sektor pariwisata ASEAN
merupakan tertinggi di dunia, sepanjang
periode 2005-2012 tumbuh rata-rata 8,3
persen per tahun atau di atas rata-rata
pertumbuhan pariwisata global yang hanya 3,6
persen per tahun. Bahkan tahun 2013 arus
kunjungan wisatawan ke negara ASEAN sudah
mencapai 92,7 juta atau meningkat 12 persen
dibandingkan tahun sebelumnya, sementara
pertumbuhan global hanya 5 persen. Potensi
kontribusi pariwisata terhadap perekonomian
kawasan ASEAN akan mencapai 480 miliar
dolar AS pada tahun 2013 sementara
pertumbuhan investasinya sekitar 6,8 persen
per tahun. (Pangestu, 2014)

GEO-PINTAR: Yogyakarta sebagai Kota Wisata


Internasional
Global Geopark Network (GGN) merupakan
suatu
situs
warisan
dunia.
Dengan
ditetapkannya Geopark Gunung Sewu sebagai
GGN maka akan membeikan dampak terhadap
lokasi dimana GGN tersebut berada,
khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta, yang
13

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA
Program Masyarakat Energi ASEAN bertujuan
untuk meningkatkan roda perekonomian serta
meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat
ASEAN agar mampu bersaing di kancah global.
Indonesia sebagai bagian dari Negara ASEAN
akan berperan aktif dalam memanfaatkan
peluang. Dengan semakin membaiknya
pariwisata
ASEAN
akan
mendorong
meningkatnya
kunjungan
wisatawan
mancanegara dari kawasan ASEAN ke negara
anggota termasuk Indonesia, hal ini seiring
dengan diberlakukannya kebijakan single
destination dan common visa ASEAN.
(Pangestu, 2014)

World Economic Forum (WEF) 2013, daya


saing pariwisata Indonesia naik empat tingkat
menjadi peringkat ke 70 di dunia. (Probo,
2014)
Masyarakat Energi ASEAN merupakan
momentum bagi Indonesia baik itu
pemerintah, swasta, dan lembaga pendidikan
yang bergerak di sektor pariwisata untuk
berani melahirkan SDM pariwisata yang
berkualitas agar mampu mendongkrak
pariwisata Indonesia yang bereksistensi tinggi
di kawasan ASEAN. Selain itu masyarakat
Indonesia juga harus mampu menanamkan jati
diri sebagai masyarakat yang sadar akan
wisata
agar
menjadi
pendukung
perkembangan pariwista di Indonesia.

Indonesia memiliki potensi pada sektor


pariwisata yang berperan penting dalam
pengembangan
perekonomian
negara.
Berdasarkan data United Nation World
Tourism Organization (UNWTO) tahun 2013,
tentang World Tourism Rank, Indonesia
berada di urutan ketujuh di Asia Pasifik.
Sedangkan menurut data The Travel and
Tourism Competitiveness Index yang dilansir

Dengan adanya GEO-PINTAR yang sebagai


kawasan pariwisata yang edukatif, manajemen
kelembagaan
yang
terintegrasi
serta
infrastruktur yang memadai akan menjadi aset
berharga Indonesia dalama mengembangkan
sektor pariwisata berkelas internasional

DAFTAR PUSTAKA
Faida, Wijayanti dkk, 2011, Rekonstruksi Hutan Purba di Kawasan Karst Gunung Sewu Dalam Periode
Sejarah Manusia, Jurnal Ilmu Kehutanan Vol. V Nomor 2 Tahun 2011.
LIPI, 2006, Laporan Perjalanan Gunung Sewu, Jakarta: Pusat Penlitian Biologi LIPI.
Pangestu, M.E., 2014, Menparekraf: Pariwisata Sudah Antisipasi MEA Sejak 2007.
http://m.republka.co.id/berita/nasional/umum/14/08/19/najet6/
Menparekraf-pariwisata-sudahantisipasi mea-sejak-2007. (diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 16.23).
Probo, B., 2014, Menparekraf: Pariwisata Sudah Antisipasi MEA Sejak 2007.
http://m.republka.co.id/berita/nasional/umum/14/08/19/najet6/Menparekraf-pariwisata-sudahantisipasi mea-sejak-2007. (diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 16.23).
Utomo, Y.W., 2015, Gunung Sewu Dinobatkan Sebagai Geopark Kelas Dunia. http:
//nationalgeographic.co.id/berita/2015/09/gunung-sewu-dinobatkan-sebagai-geopark-kelas-dunia.
(diakses pada tanggal 25 September 2015 pukul 16.15).
Yuwono, Edi.S, 2006, Perspektif Geoarkeologi Kawasan Karst Kasus Gunung Sewu, Jakarta: LIPI.
Yuwono, Edi. S, 2011, Napak Tilas Penghunian Awal Gunung Sewu, Yogyakarta: Ekspedisi Geograf
Indonesia.

14

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

TABEL
Tabel 1. Beberapa usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas Geopark Gunung Sewu
No.
Kegiatan
Fasilitas
Kekurangan
1.

Paket wisata Geopark Gua


Pindul

Paketpaket wisata gua


pindul sepeti paket
eksklusif, famili, dan
gathering

2.

Wisata Kampung Emas


Plumbungan Gunungkidul

Desa ini menyediakan


wisata penjelajahan desa,
edukasi dan pengenalan
terhadap kuliner dan
tradisi khas masyarakat
Gunungkidul

3.

Booklet Pariwisata
GunungKidul

Informasi objek wisata


Gunungkidul,
penginapan, dan
transportasi

#Tidak ada informasi


mengenai biaya dan
bagaimana cara pemesanan
wisata

4.

Aplikasi android peta wisata


Gunungkidul

Informasi tentang peta


wisata dan peta jalan
menuju objek wisata

#Tidak menyertakan informasi


mengenai objek wisata dan
cara memesan paket wisata

5.

Wisata kuliner Ponjong

Menyediakan makanan
khas Gunungkidul dan
wisata khas pedesaan

#Antar lokasi wisata belum


ada sistem integrasi yang baik
sehingga terkesan berjalan
sendiri-sendiri

6.

Wisata pantai Gunungkidul

Menyediakan lokasi
wisata pantai yang
bervariasi

#Kurangnya fasilitas
pendukung di setiap pantai
#Kurangnya akses
penghubung yang cepat dan
efisien antara lokasi

15

#Paket wisata belum


memunculkan aspek edukasi
#Belum terdapat keterlibat
masyarakat dalam
pengembangan wisata
#Paket wisata hanya terbatas
di gua Pindul dan sekitarnya
#Kurang adanya fasilitas yang
mendukung dan sumber
informasi yang terintegrasi.
#Pengelolahan masih
sederhana dan terbatas

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

GAMBAR

Gambar 1. Optimalisasi Alur Edukasi Geologi yang Runtut dan Komprehensif

16

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-8


Academia-Industry Linkage
15-16 OKTOBER 2015; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Konsep Penyediaan Infrastruktur Geo-PINTAR

17

Anda mungkin juga menyukai